No Wa : 085751773616
Instagram :niiyyn90
Email : Syuni4305@gmail.com
Pagi yang cerah dimana suara ayam berkokok tidak dapat membangunkan seorang
gadis yang masih betah berada dalam selimutnya. Dia adalah Alana Anastasya putri, gadis
yang memiliki sikap periang, manis, lucu dan pintar. Alana masih betah dengan selimutnya
padahal jam sudah menunjukkan pukul 06.30 wib. Sehingga terdengar dari arah dapur suara
seorang wanita yang memanggil namanya. Dia adalah ibu Alana yang bernama Mara
Larasati.
Setelah 10 menit Alana belum bangun juga dari tidurnya pada akhirnya Ibu Alana
memutuskan pergi kekamar untuk membangunkan Alana dengan memyiram secentong air ke
wajah Alana.
“Mampus kamu udah bunda panggil tapi tidak bangun-bangun dasar anak pemalas nanti
jodohnya om-om”
“Kalau om-om nya Song Jong Ki Alana gak bakalan nolak sih ma”
“Ngelawan kamu ya cepat mandi sana” setalah mengomeli Alana, bunda pun pergi ke dapur
untuk melanjutkan pekerjaannya.
Alana pun pergi ke kamar mandi dengan terburu-buru ,Selesai mandi ia pun bersiap-siap
untuk pergi kesekolah. Dengan Langkah tergesa-gesa Alana berlari menuruni tangga.
“Bunda Alana pergi dulu ya dadah”
Bunda Mara hanya bisa tersenyum melihat kelakuan anaknya yang satu ini. Bunda
Mara seorang janda yang telah berpisah dari suaminya sejak Alana masih didalam
kandungan. Walaupun hidup tanpa suami Bunda Mara tidak mengalami kesusahan
dikarenakan beliau memiliki usaha sebuah Cafe yang sudah berkembang dan cukup terkenal
di Jakarta.
****
Sekolah Karya Bangsa tempat dimana Alana bersekolah.. Beruntungnya Alana tidak
terlambat datang ke Sekolah kalau tidak ia akan berurusan dengan Guru yang killer apalagi
repotasinya sebagai siswi yang pintar dan teladan akan ternodai nantinya. Ditengah
perjalanan kelas ia bertemu dengan Dewi sahabatnya. Selama diperjalanan mereka
mengobrol sambil tertawa saat mendengar lelucon dari Dewi.
“Diam deh Dew suaramu kayak Toa Masjid” Tegur deo salah satu murid dikelas 12 C.
“Udah lah Dew mending kita duduk bentar lagi Ibu Guru bakalan datang”
Teman-teman sudah terbiasa dengan kelakuan manusia satu ini jadi mereka hanya
menggangap Dewi sebagai angin yang lewat. Perlajaran sekolah cukup tertib walaupun ya
terkadang anak remaja memang sedikit ada kerusuhan saat belajar. Bel istirahat pun berbunyi
semua siswa-siswi sangat antusias untuk pergi kekantin berbeda dengan Alana yang masih
betah diam di bangkunya.
“Alay kamu Dew” Alana tertawa melihat kelakuan temannya padahal dirinya juga sama
seperti Dewi kelakuannya.
Setelah Dewi pergi ke Kantin Alana menikmati waktunya dengan mendengarkan
music. Sebenarnya Alana merasa lapar hanya saja ia begitu malas untuk pergi kekantin
karena ingin melanjurkan drakor yang ia tonton semalam. Memang dasarnya jika sudah
penasaran Alana tidak memperdulikan rasa lapar diperutnya bahkan ia bisa menonton sampai
berjam-jam. Saat sedang asyik menonton drakor tiba-tiba datang seorang gadis ke arah
tempat Alana berada. Gadis itu menyerahkan sekantong makanan untuk Alana.
“Dari saya kak, tadinya saya lihat kakak tidak pergi ke Kantin makanya saya belikan roti ini
untuk kakak”
“Masa sih kok aku tidak yakin ya, emangnya kamu ngefans sama aku gitu?”
Gadis itu kelihatan gugup dan menjawab pertanyaan alana dengan terbata-bata“ i..y..a k..ak,
saya ngefans sama kakak”
“Tapi…” Alana belum selesai berbicara tetapi sudah dipotong oleh gadis itu.
Sambil berlari ia berkata “Permisi kak saya pergi dulu dicariin teman” lalu gadis itu pun
menghilang dari pandangan Alana.
“Aneh, masa dia ngefans sama aku memang cantik, tapi kayak tidak wajar saja gitu. Ya udah
deh mending lanjut nonton”
*****
Alana merasa bosan saat drakornya telah selesai sampai ending. Dari tadi ia hanya
berguling-guling tidak jelas di Kasur. Ia kehabisan stok drakor untuk di tonton makanya
Alana merasa bosan. akhirnya ia berinisiatif untuk menelpon Dewi dan mengajaknya pergi ke
Taman pada sore hari nanti.
Ting…tong…ting…tong
Terdengar suara bel rumah yang berbunyi yang menandakan bahwa Dewi telah sampai ,
Alana pun turun untuk membukakan pintu untuk Dewi yang sudah berteriak tidak jelas di
depan pintu.
Alana pun membuka pintu dan di sambut dengan wajah cemberut nya Dewi “Kenapa
wajahnya gitu habis kerasukan setan”
Sambil mengipas wajahnya Dewi berkata, “Lama sih buka pintunya kan aku kepanasan”
Alana dan Dewi berbincang dan mengobrol beberapa hal yang mereka alami saat di
Sekolah. Alana pun menceritakan tentang kejadian tadi siang dimana ada seorang gadis yang
memberikan makanan padanya. Mendengar cerita Alana, Dewi jadi teringat tentang
seseorang yang juga sering memberikan roti di bawah meja Alana.
“Tunggu, jangan-jangan bukan gadis itu yang memberikan makanan ini, tetapi seseorang
misterius yang selalu ngasih makanan di bawah meja sama yang bantuin kamu pesan gojek
waktu dan yang selalu bantuin kamu secara diam-diam”
“Emmm, bisa jadi sih tapi siapa ya? masa ada orang yang suka aku”
*****
Di sebuah Taman terdapat seorang pria yang sedang melihat sebuah kalung liontin
nerah. Sudah berjam-jam ia berdiam diri disini melihat banyaknya pemuda dan pemudi yang
menikmati waktunya untuk berjalan-jalan di Taman. Seseorang dating lalu duduk
disebelahnya dan mengambil liontin yang dia pegang. Dia marah dan merampas kembali
liontin tersebut.
“Santai bro jangan marah-marah gitu” ucap Pandu sambil memegang bahu pria disebelahnya
yang Bernama Aldo Mahesa Fahreza.
“Udah confess belum bro sama si Alana masa kamu jadi pahlawan tersembunyi terang-
terangan dong biar menjadi cowok sejati. Masa Cuma berani kasih makanan dan nolongin
juga diam-diam nanti diambil orang baru tau rasa.”
Ternyata tanpa mereka sadari ternyata Dewi dan Alana sudah berada di belakang mereka
sedari tadi dan mendengarkan semua perkataan mereka. Dewi pun dating dan berbicara
dengan begitu antusias.
“omg, ternyata kamu suka sama Alana gak sia-sia dia crushin kamu selama 3 tahun ini Al”
Alana hanya bisa diam sekaligus memukul bahu Dewi karena merasa malu atas perkataan
Dewi dan berbicara dengan berbisik “Aku malu dewi”
Melihat Alana dan Aldo yang hanya diam saja Dewi dan Pandu berinisiatif untuk
pergi dari Taman agar dapat memberikan waktu mereka untuk berbicara berdua. Setelah 5
menit mereka hanya berdiam diri dan saling tatap-tatapan. Karena tidak tahan dengan situasi
ini Aldo pun memulai pembicaraan terlebih dahulu.
“iya Al”
“Sebenarnya sejak saat pertama bertemu aku sudah menyukaimu. Hanya saja aku takut untuk
mengatakannya dan lebih memilih untuk menjagamu dari jauh. Melihat sikapmu yang cuek
aku mengira bahwa sebenarnya kamu tidak ada perasaan padaku makanya hanya bisa
mengagumi dalam diam saja”.
“Aku hanya gengsi dan malu Al untuk menunjukkan padamu tentang perasaanku walaupun
pada nyatanya aku juga menyukaimu”
“Jadi kamu mau memulai kehidupan yang baru bersamaku jika ia maka ambillah liontin ini
Lan”
Saat Aldo sedang memasang liontin di leher Alana dari arah belakang terdengar suara
teriakan yang begitu semangat dari Dewi dan Pandu yang melompot kesenangan karena
melihat dua sahabat mereka yang akhirnya bisa Bersama.