Anda di halaman 1dari 4

IF YOU KNOW WHY

Oleh :Gilielmus Bagaskara Perkasa Susanto (VII-A/14)

ORIENTASI:
Vanilla mengecek kembali satu per satu perlengkapannya. Mulai dari
papan nama, rambut yang dikepang, tali sepatu berwarna merah dan biru,
kaos kaki belang-belang, dan juga topi kerucut yang terbuat dari kertas
berwarna merah muda. Sejujurnya ia sedikit tidak suka dengan
penampilannya yang terkesan seperti orang gila. Namun mau bagaimana
lagi ia harus berpenampilan seperti itu jika tidak mau memberi kesan
buruk di hari pertamanya menjadi salah satu sma nusa bangsa.
Sesampainya di ruang makan, hal yang pertaman kali di lihatnya adalah
makanan yang sama sekali belum disentuh, senyum yang awalnya terukir
di sudut bibirnya hilang begitu saja dan digantikan dengan helaan nafas.
“Selamat pagi, non” sapa seorang wanita paruh baya berusia sekitar 56
tahun. “tuan dan nyonya sudah pergi sejak pukul enam tadi, mereka
berpesan agar non pergi bersama den zero. Vanilla pergi ke kamar zero
untuk mebangunkan kakak angkatnya yang selalu ketus terhadapnya,
tetapi segala macam cara sudah dilakukan vanilla untuk
membangunkannya tetapi zero sama sekali tidak merespon, vanilla
berfikir jika zero menghantarkannya toh zero juga akan
meninggalkannya di pinggir jalan yang akan membuatnya terlambat,
tanpa berpikir panjang vanilla lansung pergi keluar rumah dan memakai
angkutan umum untuk pergi ke sekolah.

KOMPLIKASI:
Cewek itu terus melangkah menyusuri koridor seraya mencari kelas 10-1.
Karena terlalu asyik menikmati mini tour-nya, vanilla sampai
bertabrakan dengan seseorang yang membuatnya terjatuh duduk. “aduh!”
vanilla merasakan bokongnya sakit saat menyentuh lantai. Seorang
cowok yang memiliki warna mata coklat hazel itu berdiri di hadapannya,
karena merasa bersalah cowok itu mengulurkan tangannyayang
bermaksud memberikan bantuan, sayangnya cewek itu justru
mengacuhkannya. Cowok itu terdiam dan memandang vanilla dengan
tatapan datarnya. “apa lo liat-liat!, gue tau kok kalau gue cantik, tapi
please jangan liatin gue segitunya” vanilla pergi dengan menghentakan
kakinya, bibirnya terus menggerutu, belum sejam ia bersekolah disini, ia
sudah dihadapkan dengan hal-hal yang memancing kekesalannya. MOS
sudah berakhir dua hari yang lalu, tetapi pembelajaran akan dimulai pada
hari senin minggu depan. Vanilla terbangun dari tempat tidurnya dan
segera mempersiapkan diri untuk sekolah, cewek itu turun menuruni
tangga dan sampai pada meja makan yang sudah ada kedua orang tua
angkatnya dan juga zero. Vanilla masih tetap bungkam dan memilih
untuk segera menghabiskan makanannya. “tadi papa di kasih tau pak
rahmat kalau kamu pulang dengan keadaan basah kuyup” tanya fahmi,
ayah angkat vanilla.”orang waras mana yang mau berteman sama dia,
kalau gue jadi mereka gue juga bakalan gak mau temenan sama dia” zero
menatap vanilla dengan menyisakan senyum tipis di sudut bibirnya.
“zero!” bentak fahmi.

RESOLUSI:
“Besok mama dan papa diundang untuk datang ke sekolah.” Sebenarnya
ia sudah muak dengan drama yang di buat orangtuanya dan kakaknya. “
dan pasti mama papa gak bisa datengkan!” potong vanilla dengan sinis.
“Bukan begitu mak-“ kalimat yang belum selesai itu dipotong dengan
vanilla “seharusnya vanilla mendengarkan jason dan tidak kembali” dilla
yang tidak dianggap oleh vanilla itu langsung memeluk dengan hangat
tubuh vanilla dan berkata “maafin mama, karena telah membuat rumah
ini tidak nyaman bagimu” kata-kata dari dilla itu membuat mata vanilla
mengeluarkan air mata dan fahmi pun juga memeluk vanilla dengan
penuh air di matanya.

KODA:
 Hormati bapak ibu-mu walaupun mereka orang tua angkat mu.
 Meminta maaf jika kamu berbuat kesalahan.
 Jangan berniat membalaskan dendam kepada seseorang
 Jangan menyerah dan selalu bersemangat
 Gunakan hina-an seseorang sebagai penyemangatmu
 Jangan pendam kekesalanmu terlalu lama
 Jangan terlarut dalam kesedihan terlalu lama
RANGKUMAN:
Vanilla mengecek kembali satu per satu perlengkapannya. Mulai dari
papan nama, rambut yang dikepang, tali sepatu berwarna merah dan biru,
kaos kaki belang-belang, dan juga topi kerucut yang terbuat dari kertas
berwarna merah muda. Sejujurnya ia sedikit tidak suka dengan
penampilannya yang terkesan seperti orang gila. Namun mau bagaimana
lagi ia harus berpenampilan seperti itu jika tidak mau memberi kesan
buruk di hari pertamanya menjadi salah satu sma nusa bangsa.
Sesampainya di ruang makan, hal yang pertaman kali di lihatnya adalah
makanan yang sama sekali belum disentuh, senyum yang awalnya terukir
di sudut bibirnya hilang begitu saja dan digantikan dengan helaan nafas.
“Selamat pagi, non” sapa seorang wanita paruh baya berusia sekitar 56
tahun. “tuan dan nyonya sudah pergi sejak pukul enam tadi, mereka
berpesan agar non pergi bersama den zero. Vanilla pergi ke kamar zero
untuk mebangunkan kakak angkatnya yang selalu ketus terhadapnya,
tetapi segala macam cara sudah dilakukan vanilla untuk
membangunkannya tetapi zero sama sekali tidak merespon, vanilla
berfikir jika zero menghantarkannya toh zero juga akan
meninggalkannya di pinggir jalan yang akan membuatnya terlambat,
tanpa berpikir panjang vanilla lansung pergi keluar rumah dan memakai
angkutan umum untuk pergi ke sekolah. Sembari menunggu antrean
pengecekan atribut ole panitia MOS, vanilla mengedarkan pandangan ke
sekelilingnya dan banyak anak yang memeperhatikannya, namun ia tak
mau ambil pusing dan langsung masuk setelah pengecekan atributnya
selesai. Cewek itu terus melangkah menyusuri koridor seraya mencari
kelas 10-1. Karena terlalu asyik menikmati mini tour-nya, vanilla sampai
bertabrakan dengan seseorang yang membuatnya terjatuh duduk. “aduh!”
vanilla merasakan bokongnya sakit saat menyentuh lantai. Seorang
cowok yang memiliki warna mata coklat hazel itu berdiri di hadapannya,
karena merasa bersalah cowok itu mengulurkan tangannyayang
bermaksud memberikan bantuan, sayangnya cewek itu justru
mengacuhkannya. Cowok itu terdiam dan memandang vanilla dengan
tatapan datarnya. “apa lo liat-liat!, gue tau kok kalau gue cantik, tapi
please jangan liatin gue segitunya” vanilla pergi dengan menghentakan
kakinya, bibirnya terus menggerutu, belum sejam ia bersekolah disini, ia
sudah dihadapkan dengan hal-hal yang memancing kekesalannya. MOS
sudah berakhir dua hari yang lalu, tetapi pembelajaran akan dimulai pada
hari senin minggu depan. Vanilla terbangun dari tempat tidurnya dan
segera mempersiapkan diri untuk sekolah, cewek itu turun menuruni
tangga dan sampai pada meja makan yang sudah ada kedua orang tua
angkatnya dan juga zero. Vanilla masih tetap bungkam dan memilih
untuk segera menghabiskan makanannya. “tadi papa di kasih tau pak
rahmat kalau kamu pulang dengan keadaan basah kuyup” tanya fahmi,
ayah angkat vanilla.”orang waras mana yang mau berteman sama dia,
kalau gue jadi mereka gue juga bakalan gak mau temenan sama dia” zero
menatap vanilla dengan menyisakan senyum tipis di sudut bibirnya.
“zero!” bentak fahmi. “bagaimanapun vanilla adalah adik kamu,
seharusnya kamu bersyukur karena arsen dan monic memberikan kita
kesempatan” Dilla menasihati zero yang selalu ketus terhadap anak
bungsunya itu. Zero memutar bola matanya. “zero gak pernah minta dia
untuk kembali, kalian saja yang menginginkannya” vanilla langsung
membanting sendok ke atas piring. Kali ini ia tidak tahan dengan
perkataan zero. “Besok mama dan papa diundang untuk dateng ke
sekolah.” Sebenarnya ia sudah muak dengan drama yang di buat
orangtuanya dan kakaknya. “ dan pasti mama papa gak bisa datengkan!”
potong vanilla dengan sinis. “Bukan begitu mak-“ kalimat yang belum
selesai itu dipotong dengan vanilla “seharusnya vanilla mendengarkan
jason dan tidak kembali” dilla yang tidak dianggap oleh vanilla itu
langsung memeluk dengan hangat tubuh vanilla dan berkata “maafin
mama, karena telah membuat rumah ini tidak nyaman bagimu” kata-kata
dari dilla itu membuat mata vanilla mengeluarkan air mata dan fahmi pin
juga memeluk vanilla dengan penuh air di matanya.

Anda mungkin juga menyukai