Anda di halaman 1dari 11

CERITA FANTASI

D
I
S
U
S
U
N
Oleh

Nama : Hotmian Ronauli Sianipar


Kelas : VII 3
1. SihirNina

Alangkah beruntungnya Nina memiliki keluarga idaman yang sangat menyayanginya kali ini.
Keluarga barunya benar-benar memperlakukannya bak anak kandung satu-satunya yang mereka
miliki.
Nina telah lama berpindah-pindah keluarga karena keluarga yang mengadopsinya selalu tiba-
tiba melepaskannya. Panti asuhan bahkan sempat bertanya-tanya akan tersebut. Mereka bahkan
sempat mempertanyakan apakah Nina adalah anak yang nakal? Karena keluarga yang
mengadopsinya selalu beralasan tidak sanggup, atau bahkan ketakutan untuk mengasuh Nina.
Namun, sekarang sudah tak habis pikir karena ia telah berbahagia dengan keluarga barunya
lebih dari dua tahun ini. Setelah merenungkan masa lalunya, Nina tak kuasa menahan bersin.
Saat ia bersin, butiran percikan cahaya keemasan keluar dari embusan mulutnya. Nina kaget
melihatnya dan makin terkejut melihat topi yang dikelilingi percikan cahaya itu kini melayang
di hadapannya. "Lho, Nina sudah bisa menyihir sambil bangun ya sekarang," ucap ibu tirinya
yang tiba-tiba berada di samping Nina.
"Lho, Mama kok tiba-tiba muncul sih?" tanya Nina.
"Tebak…," jawab ibunya.
"Apa? Nina bahkan tidak tahu apa yang mama omongin soal sihir-sihiran tadi," balasnya.
"Kamu penyihir, Mama juga penyihir."
"Ah mama ngomong apa sih," tanya Nina.
"Gak percaya? Nanti kita belajar bareng-bareng ya," balas Mama Nina sambil tiba-tiba
menghilang meninggalkan serbuk keemasan yang Nina keluarkan saat bersin tadi.
Nina makin tidak paham apa yang sebenarnya terjadi dengan topi itu. Ia menggaruk-garuk
kepalanya sambil bergumam dalam hati "kenapa sih ini".
"Besok mama jelasin ya Nin, sekarang mama sibuk menyelesaikan pesanan tetangga," ujar
mamanya. Nina kaget lagi, karena suara mama terdengar di dalam pikirannya.
"Enggak kok, mama gak bisa baca pikiran kamu, mama cuma bisa ngomong, yang lain juga
begitu."
2. Pensil Ajaib

Laila adalah seorang gadis miskin yang pandai. Sebagian waktunya ia gunakan untuk belajar
dan membantu orang tuanya. Selain itu, Laila juga suka menghabiskan waktunya untuk
menggambar.
Sayangnya, kini ia tidak dapat menggambar lagi karena pensil yang dimilikinya sudah hampir
habis dan sangat pendek sehingga tidak dapat digunakan lagi. Laila juga tidak bisa membeli
pensil baru karena tidak memiliki cukup uang.
Dalam kesehariannya, Laila membantu orang tuanya memunguti plastik yang ada di jalan. Saat
mengambil plastik, Laila menemukan ada sebuah pensil yang tergeletak di jalan. Laila
mengambilnya dengan senang karena akan dapat menggambar lagi sepulang mencari plastik.
Saat di rumah, Laila mulai mengeluarkan pensil yang ia temukan tadi di jalan. Laila mencoba
menggambar bunga di kertasnya. Alangkah kagetnya ketika selesai menggambar, tiba-tiba
menjadi bunga sesungguhnya dan tergeletak di atas kertas tempat ia menggambar.
Laila merasa kaget dan tidak percaya. Ia mulai menggambar ayam untuk memastikan apakah
yang ia lihat memang nyata. Sesaat setelah ia menggambar ayam, alangkah kagetnya tiba-tiba
di hadapannya ada seekor ayam hidup yang berkokok sangat kencang.
Kini ia menyadari bahwa ia memiliki sebuah pensil ajaib. Dengan sigap ia segera menggambar
berbagai keperluan yang dibutuhkan oleh keluarganya. Ia menggambar beras, makanan, lauk-
pauk, uang, dan berbagai kebutuhan lainnya.
Saat orang tua Laila datang, alangkah kagetnya mereka melihat rumah dipenuhi banyak benda
yang mereka butuhkan. Ibunya hampir menangis karena merasa sangat bahagia kebutuhan
mereka dapat tercukupi.
Meski begitu, Laila menggunakan pensil ajaibnya dengan bijak. Ia tidak sembarangan
menciptakan benda dengan pensil ajaibnya. Ia tahu bahwa bersikap berlebihan nantinya akan
menimbulkan petaka baik untuk dirinya maupun dengan keluarganya.
3. Dunia Manisan

Dahulu kala ada seorang anak yang sangat baik dan pintar, namanya Ely. Ely anak yang sangat
baik dan pintar. Suatu ketika peristiwa terjadi pada malam yang sunyi, ada sebuah cahaya yang
masuk ke kamar Ely. Lalu Ely mengikutinya, dan sampailah di titik cahaya itu. Dia melihat
sesosok wanita cantik bagaikan peri, dan ternyata itu memanglah peri yang dikirim oleh Tuhan
untuk Ely.
"Siapa kamu?" Tanya Ely.
"Aku adalah peri kiriman Tuhan, Dia yang telah mengirimku untukmu, Dia mengirimku hanya
untuk anak baik sepertimu, kau adalah anak yang mulia dan terpuji maka ikutlah denganku,"
jawab Peri.
"Tapi, apakah ini nyata, apakah kakak peri?"
"Iya, Ely, aku memang peri, mendekatlah wahai anak baik."
Tanpa berpikir lama Ely mendekat ke peri itu. Ely sungguh tidak percaya akan hal itu, tetapi dia
juga senang. Peri memegang tangan Ely dengan lembut dan erat. Ely pun merasa nyaman.
Tetapi, dalam sekejap Ely dan peri itu hilang dan pergi ke dunia yang berbeda.
"Di mana aku, Peri, aku tidak percaya ini, tetapi bagaimana jika orang tuaku mencariku."
"Tidak apa, Nak, kamu akan aman bersamaku."
Ternyata Ely dan peri berpindah ke dunia manisan. Ely terkaget-kaget saat di sana dipenuhi
dengan berbagai macam manisan, yaitu cokelat, permen, buah buahan, danau susu, dan masih
banyak lagi.
"Bolehkah aku memakan semua ini, Peri?"
"Boleh Ely, semuanya memang untukmu." Ely mencicipi semua makanan dengan gembira.
Ely sudah lelah karena banyak makan permen dan cokelat dan dia pun akhirnya terlelap tidur.
Saat dia bangun dia sudah di rumah, serta ada banyak manisan di dalam kamarnya, Ely sangat
berterima kasih kepada Tuhan karena telah mengirim peri yang sangat baik kepadanya. Ely
memang pantas untuk menerima semua ini, dia adalah anak yang sangat baik dan terpuji.
4. Batu Menangis

Ada seorang anak perempuan yang sangat manja. Ia suka membeli barang-barang mewah
padahal ibunya hanyalah seorang penjual kayu bakar. Meski begitu, jika ia tidak dituruti
kemauannya, ia akan marah. Ia akan mulai merajuk dan menangis hingga ibunya menuruti
segala permintaannya.
Ia selalu meminta dibelikan ini itu tanpa memikirkan apakah ibunya memiliki uang atau tidak.
Ibunya selalu berusaha sabar, meskipun untuk mengumpulkan uang saja, ia harus berjalan
sangat jauh dari hutan ke kota untuk menjual kayu bakarnya.
Suatu ketika, anak perempuan tersebut meminta ibunya menemani membeli baju baru di kota.
Ia membeli baju sangat banyak dan meminta ibunya untuk membawakan semua barang
belanjaannya. Ia memperlakukan ibunya seperti layaknya seorang pembantu.
Saat sedang perjalanan pulang, ada seseorang yang memanggil gadis itu. "Hai, gadis cantik,
sungguh cantik parasmu. Sedang bersama ibumu kah dirimu?" tanya pemuda tersebut.
Gadis tersebut merasa malu untuk mengakui ibunya yang berpakaian lusuh. Gadis itu berkata,
"Bukan, dia adalah pembantuku".
Mendengar pernyataan tersebut, ibunya sangat kecewa dan sedih. Tanpa terasa sang ibu berdoa
kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku sangat kecewa. Aku marah mempunyai anak yang hatinya keras
bagaikan batu. Lebih baik jadikan dia batu saja".
Ibunya berkata demikian sembari meninggalkan anaknya sendirian. Ibu itu berlari pulang
dengan hati yang sangat kecewa.
Tiba-tiba langit menggelegar dan gadis itu berubah menjadi batu. Batu tersebut menangis dan
mengeluarkan air mata, "Huhuhuh, Ibu maafkan aku", begitu tangisnya. Tangisnya membesar
dan membuatnya menjadi danau dengan patung anak perempuan di sampingnya. Ia dikutuk
menjadi batu menangis selamanya.

5. Dunia Cokelat
Segerombolan anak sedang berjalan-jalan di tengah hutan. Anak-anak tersebut adalah Willy, Jo,
Hans, dan Kimberly. Mereka berempat menemukan sebuah rumah besar yang terbuat dari
cokelat. Saat masuk, ia menemui pemilik rumah cokelat tersebut. Pemilik rumah tersebut
adalah seorang nenek renta yang terlihat baik hati.
Saat masuk ke rumah, mereka berempat dibuat takjub oleh berbagai hidangan cokelat yang ada.
Bahkan dari dinding rumah, engsel pintu, dan berbagai benda lainnya semuanya terbuat dari
cokelat. Hans dan Jo yang sangat menyukai cokelat amat senang menemukan rumah yang
terbuat dari serba cokelat ini.
Nenek tersebut mempersilakan keempatnya untuk memakan cokelat apa pun yang ia mau
sepuasnya. Jo dan Hans dengan lahap memakan semua cokelat yang dihidangkan dengan rakus.
Sedangkan Kimberly tidak suka cokelat dan Willy hanya memakan sedikit saja.
Nenek tersebut memaksa Kimberly dan Willy agar menyantap cokelat lebih banyak lagi. Willy
jadi menyadari ada yang tidak beres dengan ini, ia mulai meminta Jo dan Hans untuk berhenti
menyantap cokelat dan pulang. Nenek itu menjadi marah. Kimberly yang menyadari bahwa ini
sudah tidak benar, memaksa Hans dan Jo untuk segera keluar rumah.
Jo dan Hans kekenyangan, ia hampir saja tidak sanggup untuk berlari. Untungnya, Kimberly
dan Willy membantunya dengan senang hati. Nenek itu menjerit dan memekik seram melihat
keempat anak tersebut meninggalkan rumah cokelatnya. Tetapi, nenek tersebut tidak bisa
berbuat apa-apa karena tenaga Kimberly dan Willy sudah cukup membantu kedua teman
lainnya untuk pergi.
Sesampainya di rumah, mereka menceritakan kejadian yang ia alami kepada Kakek Hans.
Kakek Hans mengatakan bahwa sebenarnya itu adalah jebakan dari penyihir agar anak-anak
tadi bisa menjadi santapan makan malamnya. Mereka berempat pun bergidik ngeri.

6. Bola Persahabatan
Lapangan ini adalah saksi bisu atas apa yang terjadi sepuluh tahun lalu. Tahun di mana aku
masih duduk si bangku SMP dan tak kenal lelah untuk bermain bola di sini. Tentunya bersama
teman-temanku, teman yang menemukan tempat tersendiri di dalam hatiku. Bagaimana pun aku
akan melupakan masa naif itu, dimana kami dengan angkuhnya menantang para murid SSB
yang terkadang bermain di sini. Tak usah diceritakan lagi bagaimana hasilnya.
Melawan anak-anak komplek yang disebut-sebut lebih manja dari anak kampung saja kami
tetap kalah. Tapi itu bukan inti dari permainan ini. Permainan yang tak sengaja membawa kami
pada peristiwa langka itu. Peristiwa yang pada saat kami kecil saja kami tidak memercayainya.
Anak-anak se-halu kami saja tak sanggup mencernanya.
Kejadiannya bermula di saat kami memutuskan untuk mencari lapangan baru. Tidak ada alasan
khusus, kami hanya ingin mencari suasana baru. Selain itu, salah satu teman kami berkata
bahwa ia menemukan tempat bagus untuk bermain bola. Tapi, lapangan itu berada di seberang
hutan belantara yang jarang dilewati warga. Tepatnya, lapang tersebut merupakan lembah di
antara dua gunung yang mengapit desa kami.
Setelah berjalan selama beberapa jam, akhirnya kami tiba di sana. Lapangan ini memang
tampak menjanjikan. Belum lagi pandangan yang asri mengelilingi sekitar pula. Rumputnya
mungkin agak sedikit terlalu lebat, tapi tak jadi halangan bagi bola plastik yang kami bawa.
Namun di sana kami malah asyik bereksplorasi karena kawasan tersebut masih asing bagi kami.
Kemudian, bola yang kami bawa tiba-tiba menggelinding dengan cepat. Aku pun mengejarnya,
tapi bola itu meluncur dengan kencang, sulit untuk menyamainya. Setelah beberapa saat berlari,
aku baru tersadar akan satu hal yang janggal. Area ini datar, tidak mungkin bola itu dapat
menggelinding sendiri. Akhirnya aku berhenti berlari dan seketika, bola itu pun berhenti
bergerak.
Keringat dingin menetes di dahiku. Aku lantas menengok ke belakang dan tidak ada siapa-siapa
di sana. Entah kemana kawan-kawanku berada. Kali ini, hawa di sekitarku terasa berbeda.
Angin sepoi-sepoi yang berembus tenang berubah menjadi angin kering yang menusuk dadaku.
Aku kembali melihat bola itu dan tampak Dani, sedang berusaha mengambil bola itu. Disusul
oleh tepukan tangan di bahu sebelah kananku yang membuatku terkejut. "Den, tadi ga ada yg
nendang bola kan?" Tanya temanku. "Nggak", balasku singkat. "Ketiup angin kali ya?"
Katanya. "Iya", balasku singkat lagi sambil menahan kengerian yang ku alami.
Ia pun lantas setengah menarikku bersama dengan kawanku yang lain. Sementara itu, Dani juga
sudah berhasil mengambil bola dan bergabung bersama kami. “Mau ke mana dan?” Tanyaku.
Kali ini Dani diam, dia hanya terus menarik tanganku sambil memboyongku ke arah timur, arah
kebalikan dari arah bola itu meluncur. Kami semua tak berhenti berlari kecil hingga tiba di
batas tepian hutan yang telah kami lewati sebelumnya. Entah mengapa, bahkan suasana hutan
belantara yang gelap ini terasa lebih nyaman jika dibandingkan dengan lapang itu.
Setelah berjalan setengah perjalanan menuju pulang, akhirnya Dani bergeming. “Bagus ya den
tadi tempatnya”. ” Iya sih, tapi…” “Tapi mistis? Hehe, ngga apa-apa kok den, ga usah takut”
“Tapi kan kamu tadi liat sendiri, itu bola meluncur sendiri”. Lantas Dani sambil tersenyum
berkata “Selama kita bareng ga bakal ada kejadian apa-apa den, santai aja”.
Tanpa pikir panjang aku lalu membalas perkataan itu dengan tawa kecil sambil bergumam
“Mau jadi anime lu dan”. Sontak semua kawanan kami pun tertawa mendengarnya.
7. Mesin Waktu
Pada tahun 2026 di mana dunia sudah mulai dikuasai teknologi canggih, ada tiga sahabat yang
bernama Jack, Nicole dan Alex. Mereka baersekolah di sekolah yang sama tepatnya di SMP
ABC. Jika pulang sekolah mereka biasanya selalu bersama.
Saat itu mereka menuju ke stasiun kereta melayang yang jaraknya dekat dari sekolah mereka.
Saat mereka sudah mulai naik. Beberapa menit kemudian kereta yang mereka naiki terlempar
keluar dari rel yang ada di atas kereta. Mereka terlempar ke sebuah hutan yang sangat luas dan
gelap bersama dengan penumpang lainnya. Sebagian tewas karena benturan yang sangat
kencang saat mereka terjatuh.
Alice pun berkata "Di mana kita?"
Alex menjawab "Aku pun tak tahu," sambil kebingungan.
Jack berakata "Sudah jangan khawatir, yang penting kita selamat."
"Iya," Alexdahnicole menjawab.
Mereka pun berjalan mencari jalan keluar dan mencari pertolongan dengan berjalan ke dalam
hutan. Saat mereka di dalam hutan terdengar suara “BUUMM..” yang kencang dan membuat
tanah bergetar. Mereka pun menghampiri sumber suara itu dengan rasa berani.
Saat sudah hampir dekat dengan sumber suara, mereka melihat sebuah cahaya yang sangat
terang dari sana. Saat mereka lihat ternyata itu adalah sebuah mesin waktu yang jatuh dari
langit, dengan rasa penasaran mereka mendekati mesin waktu itu dan membukanya.
“1, 2, 3 waaaaaw…” kata mereka bersamaa.
Mereka masuk dan tak sengaja Alex menekan suatu tombol yang membuat mesin waktu
tersebut membawa mereka keluar dari hutan yang gelap itu ke kota yang dekat dengan rumah
mereka. Saat sampai mereka hampir tak percaya bahwa mereka mendapat petualangan yang
sangat aneh dari mesin waktu itu. Saat mereka keluar dari mesin waktu itu, mesin waktu itu pun
tiba-tiba lenyap menghilang dan mereka kembali ke rumah mereka masing-masing.

8. Berlian 3 Warna
Anika menemukan tiga kotak berwarna ungu, biru, dan kuning di kamar ibunya. Kata ibunya
jika ada tiga sahabat yang menyukai warna seperti pada kotak itu akan mendapatkan
petualangan indah dan sekaligus mendapatkan berlian itu. Tapi waktu yang diberikan untuk
berpetualang hanya satu jam. Anika menyukai warna ungu. Tamika, teman dekat Anika,
menyukai warna biru. Dan Chika menyukai warna kuning.
“Saya ingin mencoba petualangan indah itu Bu. Saya punya sahabat yang menyukai warna itu,”
Anika meyakinkan ibunya.
Dengan kesepakatan ketiga sahabat itu berkumpul di rumah Anika. Minggu pukul 6 mereka
semua masuk ke kamar Anika yang serba Biru. Di kamar Anika serasa ada di langit.
“Ayo kita buka kotak masing-masing sesuai dengan warna kesukaan. Sekarang kita buka satu…
dua… tiga!!!”
“WAWWWWW,” lima detik kemudian mereka terlempar di gerbang sebuah kerajaan. Mereka
terkejut karena di hadapannya berdiri seorang ratu yang seluruh tubuhnya dihiasi berlian.
“Selamat datang di negeri kami, peramal kerajaan mengatakan bahwa akan datang tiga anak
yang akan menyelamatkan putri kami. Saya mempunyai anak yang bernama Candy. Ia tertidur
sejak dua tahun yang lalu dikarenakan ia memakai tiga kalung berlian sekaligus,” Setetes air
mata pun jatuh dari wajah Sang Ratu. “Tolong selamatkan puteriku,”
“Ta…ta…tapi…” Cika dan Tamika memprotes bersamaan karena mereka berdua
membayangkan akan bersenang-senang dalam petualangannya.
“Cika, Tamika ayo kita tolong Puteri, mereka sedang menghadapi masalah,” Anika mantap
menjawab sambil menarik dengan paksa kedua tangan sahabatnya yang masih ragu.
“Itu puteri Candy,” Anika berlari menuju puteri tempat tidur Candy. Dengan ragu Tamika dan
Cika ikut mendekat.
“Ayo kita ambil sesuai warna!” Anika menjelaskan. “Baik!” Jawab Tamika dan Cika serempak.
Setelah itu…
“Hoooaaii…” Putri Candy menguap. Pelan-pelan matanya terbuka. “Oh! Terima kasih! Terima
kasih! Sebagai hadiahnya ambil ini!” Ratu memeluk ketiga gadis itu lalu memberikan tas yang
lumayan besar.
“Terimalah ini sebagai ungkapan terima kasih kami,” Ratu berucap penuh haru. Dengan cepat
Tamika dan Chika menyahut tas yang diberikan Ratu. Tapi mereka berdua tidak kuat
mengangkat tas besar itu.
“Waktu kita tinggal 15 menit lagi kita harus segera pergi,” Anika berteriak.
“Tapi tas berisi berlian ini tidak bisa kita bawa,” kata Tamika dan Chika hampir bersamaan.
“Tinggalkan saja tas itu yang penting kita harus keluar dari kerajaan ini,” tegas Ani a.
Anika menarik kedua tangan sahabatnya untuk menyatukan ketiga kotak berlian tiga warna.
Dan buuumm...! Mereka terlempar kembali ke atas tempat tidur Anika.
“Gagal total petualangan kita karena kita meninggalkan satu tas besar isi berlian itu,” Tamika
berteriak ke arah Anika.
“Kamu menyia-nyiakan rejeki yang ada di depan kita,” Chika menimpali dengan keras.
Anika dengan tenang memegang kedua tangan sahabatnya.
“Kita tidak gagal dan kita tidak sia-sia. Kita telah berhasil menolong orang dan menyelamatkan
diri kita sendiri. Untuk apa setumpuk berlian tapi riwayat kita tamat?” Anika menggenggam
erat tangan sahabatnya. Tamika dan Chika menyambut erat genggaman tangan Anika. Ketiga
sahabat itu saling merangkul.
9.  Avatar

Ada empat pengendali elemen yang ada di bumi ini. Elemen tersebut adalah air, api, tanah, dan
udara. Empat pengendali tersebut disebut dengan Avatar. Sayangnya, mereka sering bertengkar
dan adu kekuatan untuk membuktikan siapa yang paling kuat.
Ketika Avatar Air beradu dengan Avatar Udara, yang terjadi adalah hujan deras disertai angin
ribut. Ketika Avatar Udara beradu dengan Avatar Api, yang terjadi adalah kebakaran hutan
yang sangat mencekam. Di antara mereka saling merasa paling kuat, dan kelakukan
keempatnya membuat penduduk bumi resah.Di antara empat Avatar tersebut, Avatar Tanah
adalah yang paling bijak. Suatu hari ia mengumpulkan ketiga teman lainnya untuk
mendiskusikan keresahan yang dirasakan oleh penduduk bumi. Ia meminta kepada setiap
Avatar untuk melakukan tugasnya tanpa membuat kerusakan.Avatar Tanah memberikan bagian
setiap Avatar tempat untuk menyalurkan energinya. Avatar Air diminta mengisi setiap sumber
mata air, Avatar Tanah untuk setiap lahan tandus, Avatar Api menyinari bumi dengan matahari,
dan Avatar Udara untuk menggerakkan setiap kincir. Penduduk Bumi menjadi senang dan tidak
perlu lagi takut bencana sering datang sesering sebelumnya.

10. Peperangan Galaksi dan Planet


Suatu hari, Jupiter dan Andromeda sedang ingin berbicara santai-santai sambil meminum
sebuah cangkir teh. Jupiter pun merasa ingin bertanya bagaimana cara menjadi si Andromeda
yang kuat dan tangguh dalam berperang. Andromeda pun menyombongkan dirinya di depan
Jupiter. Namun, Jupiter menganggap hal tersebut hanya sebuah angin belaka karena kedekatan
mereka berdua.

Tetapi, kala itu Jupiter dan Andromeda bersama-sama bertarung melawan Neptunus dan Venus.
Namun, Jupiter sendiri tidak ingin melakukan hal tersebut karena tidak ingin teman-temannya
hancur karena si Andromeda yang sangat sombong. Alhasil, setelah Neptunus dan Venus kalah.
Andromeda melawan sang Jupiter dengan sombongnya dia berkata "Aku akan mengalahkanmu
dan seluruh galaksi akan menjadi milikku. HAHAHA!". Jupiter pun menganggapinya dengan
santai dengan berkata "Baiklah."

Setelah itu, Jupiter menyiapkan pasukan dan begitu pula dengan Andromeda. Jupiter
melakukan pertempuran dengan elemen kejutan. Setelah melakukan itu, Andromeda sempat
kewalahan dan akhirnya Andromeda musnah dan kalah. Jupiter pun merasa senang dan sedih
karena kehilangan teman-temannya.

Anda mungkin juga menyukai