Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis
remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang
putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang
putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.
Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu
Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering
membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang
Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia
menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.
Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah dengan ibu bawang merah.
Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawang putih. Namun lama
kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya
pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan
semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja
ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.
Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah
dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak
pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan
sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun
dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak
pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia
berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.
Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai.
Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu
cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu
asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwasalah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya
baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah
hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil
menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.
Dasar ceroboh! bentak ibu tirinya. Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan
jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?
Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya
mencuci tadi. Mataharisudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju
ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai,
siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke
barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang
putih bertanya: Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini?
Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang. Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu
mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya, kata paman itu.
Baiklah paman, terima kasih! kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri. Hari sudah
mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih.
Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera
menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
Permisi! kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
Siapa kamu nak? tanya nenek itu.
Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang
kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini? tanya Bawang putih.
Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah? tanya nenek.
Ya nek. Apanenek menemukannya? tanya Bawang putih.
Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu, kata nenek.
Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah
lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana? pinta nenek.Bawang putih berpikir sejenak.
Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba. Baiklah nek, saya akan menemani nenek
selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku, kata Bawang putih dengan tersenyum.
Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu
mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap
sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti.
Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu
dari dua labu kuning ini sebagai hadiah! kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih
memilih labu yang paling kecil. Saya takut tidak kuat membawa yang besar, katanya. Nenek pun
tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.
Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke
dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah,
didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan
memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut
emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa
mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.
Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama
tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di
rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk
menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang
merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus
karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan
bawang merah untuk pergi. Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena
menemanimu selama seminggu? tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah
memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang
besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.
Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan
labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang
putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata
bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular,
kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga
tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.
tetapi tak seekorpun didapat. Tapi ketika ia sampai digubuknya ia kaget karena sudah tersedia
masakan yang enak-enak. Sinenek bertanya-tanya siapa yang memgirim masakan ini.
Begitu pula hari-hari berikutnya sinenek menjalani kejadian serupa, keesokan paginya nenek
pura-pura kelaut ia mengintip apa yang terjadi, ternyata keong emas berubah menjadi gadis
cantik langsung memasak, kemudian nenek menegurnya siapa gerangan kamu putri yang
cantik ? Aku adalah putri kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh saudaraku
karena ia iri kepadaku kata keong emas, kemudian candra kirana berubah kembali menjadi
keong emas. Nenek itu tertegun melihatnya.
Sementara pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu candra kirana menghilang.
Iapun mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek sihirpun akhirnya tahu
dan mengubah dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan Raden Inu Kertapati. Raden Inu
Kertapati Kaget sekali melihat burung gagak yang bisa berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia
menganggap burung gagak itu sakti dan menurutinya padahal raden Inu diberikan arah yang
salah. Diperjalanan Raden Inu bertemu dengan seorang kakek yang sedang kelaparan, diberinya
kakek itu makan. Ternyata kakek adalah orang sakti yang baik Ia menolong Raden Inu dari
burung gagak itu.
Kakek itu memukul burung gagak dengan tongkatnya, dan burung itu menjadi asap. Akhirnya
Raden Inu diberitahu dimana Candra Kirana berada, disuruhnya raden itu pergi kedesa dadapan.
Setelah berjalan berhari-hari sampailah ia kedesa Dadapan Ia menghampiri sebuah gubuk yang
dilihatnya untuk meminta seteguk air karena perbekalannya sudah habis. Tapi ternyata ia sangat
terkejut, karena dari balik jendela ia melihatnya tunangannya sedang memasak. Akhirnya
sihirnya pun hilang karena perjumpaan dengan Raden Inu. Tetapi pada saat itu muncul nenek
pemilik gubuk itu dan putri Candra Kirana memperkenalkan Raden Inu pada nenek. Akhirnya
Raden Inu memboyong tunangannya keistana, dan Candra Kirana menceritakan perbuatan Galuh
Ajeng pada Baginda Kertamarta.
Baginda minta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Galuh Ajeng mendapat hukuman
yang setimpal. Karena takut Galuh Ajeng melarikan diri kehutan, kemudian ia terperosok dan
jatuh kedalam jurang. Akhirnya pernikahan Candra kirana dan Raden Inu Kertapatipun
berlangsung. Mereka memboyong nenek dadapan yang baik hati itu keistana dan mereka hidup
bahagia.
(SELESAI)
muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut. Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang
menang !, kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni
kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.
Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanganku, kata Purbararang
sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia melirik serta
menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan
Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak, Jadi monyet itu tunanganmu ?.
Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung
berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut
melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan
kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum.
Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke
Istana.
Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang ternyata
selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutung.
dalam air lagi. Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena
tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik.
Jangan takut Pak, aku tidak akan menyakiti kamu, kata si ikan. Siapakah kamu ini? Bukankah
kamu seekor ikan?, Tanya petani itu. Aku adalah seorang putri yang dikutuk, karena melanggar
aturan kerajaan, jawab wanita itu. Terimakasih engkau sudah membebaskan aku dari kutukan
itu, dan sebagai imbalannya aku bersedia kau jadikan istri, kata wanita itu. Petani itupun setuju.
Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu
mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar
maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah beberapa lama mereka menikah, akhirnya kebahagiaan Petani dan istrinya bertambah,
karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak mereka tumbuh menjadi anak yang
sangat tampan dan kuat, tetapi ada kebiasaan yang membuat heran semua orang. Anak tersebut
selalu merasa lapar, dan tidak pernah merasa kenyang. Semua jatah makanan dilahapnya tanpa
sisa.
Hingga suatu hari anak petani tersebut mendapat tugas dari ibunya untuk mengantarkan makanan
dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi tugasnya tidak dipenuhinya.
Semua makanan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis, dan setelah itu dia tertidur di
sebuah gubug. Pak tani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Karena
tidak tahan menahan lapar, maka ia langsung pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, pak
tani melihat anaknya sedang tidur di gubug. Petani tersebut langsung membangunkannya. Hey,
bangun!, teriak petani itu.
Setelah anaknya terbangun, petani itu langsung menanyakan makanannya. Mana makanan buat
ayah?, Tanya petani. Sudah habis kumakan, jawab si anak. Dengan nada tinggi petani itu
langsung memarahi anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!," umpat
si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan dari istrinya.
Setelah petani mengucapkan kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap
tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras.
Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk
sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba.
ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasapun menjadi terhambat, karena
batang timun tersebut terus melilit tubuhnya. Tetapi akhirnya si raksasa berhasil bebas juga, dan mulai
mngejar timun emas lagi. Lalu timun emas menaburkan kantong kedua yang berisi jarum, dalam sekejap
tumbuhlan pohon-pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah karena
tertancap bambu tersebut si raksasa terus mengejar.
Kemudian timun emas membuka bingkisan ketiga yang berisi garam. Seketika itu hutanpun menjadi
lautan luas. Tetapi lautan itu dengan mudah dilalui si raksasa. Yang terakhir Timun Emas akhirnya
menaburkan terasi, seketika itu terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, dan si raksasa tercebur di
dalamnya. Akhirnya raksasapun mati.
Timun Emas mengucap syukur kepada Tuhan YME, karena sudah diselamatkan dari raksasa yang kejam.
Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sarni hidup bahagia dan damai.
Sinopsis (Rangkuman)
Cerita Rakyat: "Timun Emas"
Di suatu desa hiduplah seorang janda tua yang bernama mbok Sarni. Tiap hari dia menghabiskan
waktunya sendirian, karena mbok Sarni tidak memiliki seorang anak. Sebenarnya dia ingin sekali
mempunyai anak, agar bisa membantunya bekerja.
Pada suatu sore pergilah mbok Sarni ke hutan untuk mencari kayu, dan ditengah jalan mbok Sarni
bertemu dengan raksasa yang sangat besar sekali.
Mbok sarni di tnya oleh raksasa dan agar anaknya di berikan kepada saksasa, tapi mbok sarni tidak
punya anak.
Setelah mbok Sarni mengatakan bahwa dia tidak punya anak dan ingin sekali punya anak, maka si
Raksasa memberinya biji mentimun agar untuk di tanam oleh mbok sarni agar mendapatkan anak.
Setelah dua minggu, mentimun itu nampak berbuah sangat lebat dan ada salah satu mentimun yang
cukup besar. Mbok Sarni kemudian mengambilnya , dan setelah dibelah ternyata isinya adalah seorang
bayi yang sangat cantik jelita. Bayi itu kemudian diberi nama timun emas.
Akhirnya pada suatu hari datanglah si Raksasa untuk menagih janji. Mbok Sarni sangat ketakutan, dan
tidak mau kehilangan timun emas.mbok sarni kepada raksasa agar dating ke sini lagi dua tahun lagi agar
lebih besar timun emas untuk disantap.akhirnya mbok sarni berfikir agar anaknya tidak di ambil oleh
raksasa.
pada suatu malam mbok Sarni bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia diberitahu agar timun emas menemui
petapa di Gunung. Pagi harinya mbok Sarni menyuruh timun emas untuk segera menemui petapa itu.
Setelah bertemu dengan petapa, timun emas kemudian bercerita tentang maksud kedatangannya. Sang
petapa kemudian memberinya empat buah bungkusan kecil yang isinya biji mentimun, jarum, garam,
dan terasi.
Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji.mbok sarni tidak ingi kehilangan anaknya akhirnya
mbok sarni menyerahkan dirinya kapada raksasa tetapi raksasa tidak mau.akhirnya timun emas keluar
juga dan dia di kejar-kejar oleh raksasa, akhirnya dia melemparkan bingkisan itu dan raksasa itu
langsung punah.
Atas kekuasaan Tuhan, tubuh sang gadis berubah menjadi batu. Dimulai dari kakinya,
kemudian menjalar ke kaki.
Sang gadis menangis tersedu-sedu mohon ampun pada ibunya. Namun, tubuh sang
gadis terus membatu sampai akhirnya seluruh tubuh gadis berubah menjadi batu.
Anehnya meskipun telah berubah menjadi batu, air mata sang gadis tetap terlihat,
sehingga menjadi batu yang menangis.
Namun hingga berbulan bulan semenjak ia menerima kabar malin belum juga datang menengoknya.
Namun ia yakin bahwa pada suatu saat Malin pasti akan kembali.
Harapannya terkabul. Pada suatu hari yang cerah dari kejauhan tampak sebuah kapal yang indah
berlayar menuju pantai. Kapal itu megah dan bertingkat tingkat. Orang kampung mengira kapal itu
milik seorang sultan atau seorang pangeran. Mereka menyambutnya dengan gembira.
Ketika kapal itu mulai merapat, tampak sepasang muda mudi berdiri di anjungan. Pakaian mereka
berkilauan terkena sinar matahari. Wajah mereka cerah dihiasi senyum. Mereka nampak bahagia karena
disambut dengan meriah.
Mande Rubayah ikut berdesakan melihat dan mendekati kapal. Jantungnya berdebar keras. Dia sangat
yakin sekali bahwa lelaki muda itu adalah anak kesayangannya si Malin Kundang.
Belum lagi tetua desa sempat menyambut, Ibu Malin terlebih dahulu menghampiri Malin. Ia langsung
memeluk malin erat erat. Seolah takut kehilangan anaknya lagi.
Malin, anakku, katanya menahan isak tangis karena gembira.
Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar?
Malin terpana karena dipeluk wanita tua renta yang berpakaian compang camping itu. Ia tak percaya
bahwa wanita itu adalah ibunya. Seingat Malin, ibunya adalah seorang wanita berbadan tegar yang kuat
menggendongnya kemana saja. Sebelum dia sempat berpikir dengan tenang, istrinya yang cantik itu
meludah sambil berkata, Cuih! Wanita buruk inikah ibumu? Mengapa kau membohongi aku?
lalu dia meludah lagi. Bukankah dulu kau katakan ibumu adalah seorang bangsawan sederajad dengan
kami?
Mendengar kata kata istrinya, Malin Kundang mendorong wanita itu hingga terguling ke pasir. Mande
Rubayah hampir tidak percaya pada perikau anaknya, ia jatuh terduduk sambil berkata, Malin, Malin,
anakku. Aku ini ibumu, nak!
Malin Kundang tidak menghiraukan perkataan ibunya. Pikirannya kacau karena ucapan istrinya.
Seandainya wanita itu benar ibunya, dia tidak akan mengakuinya. Ia malu kepada istrinya. Melihat
wanita itu beringsut hendak memeluk kakinya, Malin menendangnya sambil berkata, Hai, perempuan
tua! Ibuku tidak seperti engkau! Melarat dan dekil!
Wanita tua itu terkapar di pasir. Orang banyak terpana dan kemudian pulang ke rumah masing-masing.
Tak disangka Malin yang dulu disayangi tega berbuat demikian. Mande Rubayah pingsan dan terbaring
sendiri. Ketika ia sadar, Pantai Air Manis sudah sepi. Dilaut dilihatnya kapal Malin semakin menjauh.
Hatinya perih seperti ditusuk-tusuk. Tangannya ditadahkannya ke langit. Ia kemudian berseru dengan
hatinya yang pilu, Ya, Allah Yang Maha Kuasa, kalau dia bukan anakku, aku maafkan perbuatannya tadi.
Tapi kalau memang dia benar anakku, Malin Kundang, aku mohon keadilan-Mu, Ya Tuhan ...!
Tidak lama kemudian cuaca di tengah laut yang tadinya cerah, mendadak berubah menjadi gelap. Hujan
tiba-tiba turun dengan teramat lebatnya. Entah bagaimana awalnya tiba-tiba datanglah badai besar.
Menghantam kapal malin kundang. Disusul sambaran petir yang menggelegar. Seketika kapal itu hancur
berkeping-keping. Kemudian terhempas ombak hingga ke pantai.
Ketika mathari pagi memancarkan sinarnya, badai telah reda. Di kaki bukit terlihat kepingan kapal yang
telah menjadi batu. Itulah kapal Malin Kundang. Tak jauh dari tempat itu nampak sebongkah batu yang
menyerupai tubuh manusia. Konon itulah tubuh Malin Kundang anak durhaka yang kena kutuk ibunya
menjadi batu. Disela-sela batu itu berenang-renang ikan teri, ikan belanak dan ikan tengiri. Konon, ikan
itu berasal dari serpihan tubuh sang istri yang terus mencari Malin Kundang.
Setelah mengetahuinya Arya Tebing mengajak Serunting untuk adu kekuatan. Mereka pun berkelahi,
ketika itu Arya Tebing menusuk Serunting di tempat kelemahannya. Serunting terluka parah dan
kemudian mengasingkan diri di Gunung Siguntang. Dalam pengasingannya Serunting mengobati lukanya
dan tidak jemu berdoa pada Tuhan agar mengembalikan kesaktiannya. Karena ketekunan Serunting
akhirnya dia diberi kelebihan bahwa apapun yang diucapkannya menjadi kenyataan.
Pada suatu hari Serunting sedang berjalan-jalan di sebuah kampung. Masyarakat kampung tersebut
sedang menanam padi. Hamparan sawah yang menguning sangat indah di pandang mata. Namun
Serunting malah mengatakan bahwa itu bukan sawah melainkan hamparan batu. Ketika itu tiba-tiba saja
ucapan Serunting menjadi kenyataan.
Melihat hal itu warga menjuluki Serunting dengan julukan Si Pahit Lidah. Masyarakat tidak ada yang
berani melawan Si Pahit Lidah karena mereka takut terkena kutukannya. Si Pahit Lidah menjadi
sombong dan kasar sehingga warga tidak menyukai dirinya.
Kesaktian Si Pahit Lidah terdengar oleh Si Empat Mata seorang yang juga memiliki kesaktian dari negeri
India.
Si Empat Mata merasa tersaingi kesaktiannya dan bermaksud untuk menantang Si Pahit Lidah.
Kemudian dia berlayar menuju Sumatera untuk menemui Si Pahit Lidah. Ketika bertemu Si Empat Mata
menantang Si Pahit Lidah untuk berkelahi. Berhari-hari mereka berkelahi dan mengeluarkan seluruh
kesaktiannya namun tidak ada yang menang atau kalah.
Ketika itulah seorang tetua kampung mengajukan pertandingan untuk kedua orang tersebut. Meraka
harus memakan buah aren yang tersedia. Si Pahit Lidah mendapat giliran pertama untuk memakan buah
tersebut.
Dengan sombong Si Pahit Lidah memakan buah aren itu sambil berfikir karena tidak mungkin dia akan
mati dengan buah sekecil itu. Namun apa yang terjadi Si Pahit Lidah menggelepar lalu mati. Melihat Si
Pahit Lidah mati Si Empat Mata merasa senang karena sekarang dialah orang yang paling sakti di negeri
itu.
Namun, Si Empat Mata merasa aneh karena Si Pahit Lidah bisa mati hanya dengan sebiji buah aren. Si
Empat Mata lalu menimang-nimang buah aren sisa Si Pahit Lidah, dia memakan buah aren tersebut dan
tidak lama kemudian Si Empat Mata menggelepar lalu mati. Akhirnya mereka berdua mati dengan
kesombongan sendiri lalu keduanya di makamkan di Danau Ranau.
kalian bisa mencabutnya, betul-betul kalian adalah orang yg paling mulia di dunia ini..!!!
Nyi Endit masih memandang enteng pengemis itu, tapi ia merasa penasaran untuk mencabut
ranting itu. Maka disuruh pengawalnya yg berbadan cukup kekar untuk mencabutnya.
hehehehe Baik nyai, kukira tak ada sulitnya kata pengawal itu dengan sombong.
Namun walau ia sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencabut rating itu, sungguh ajaib
rating itu tidak tercabut sesenti pun.
nyi endit, ternyata andalanmu yg kau bayar mahal itu tak berarti apa-apa bagimu. Lihatlah aku
dengan mencabutnya!!.
Setelah berkata demikian, pengemis itu dengan mudah mencabut rating kayu itu. Dan dari
lubang bekas rating itu tertancap memancarkan air dengan derasnya.
nyi endit, sudah saatnya kau mendapat hukuman karena dosa-dosamu memeras penduduk kata
pengemis itu, kemudian secara samar-samar ia lenyap. Menghilang entah kemana.
Dan kemudian terdengar ledakan hebat dibarengi dengan menggelegaknya air yg keluar dari
dalam tanah. Sementara diluar turun hujan dengan lebatnya, diselingi guncangan-guncangan
gempa bumi yg seakan akan menarik desa itu kedalam perut bumi.
Dengan sekejap desa Nyi Endit yg malang itu sudah tergenangair bagai sebuah danau kecil yg
baru terbentuk. Sementara penduduk lainnya selamat. Karena sebelum mala petaka itu terjai
seorang pengemis misterius telah memberi tahu mereka supaya segera mengungsi, karena akan
terjadi malapetaka dan banjir besar.
Demikianlah cerita tentang situ bagendit. Nama ini mungkin di ambil dari nama Nyi Endit, agar
orang-orang selalu sadar dan ingat akan nasib manusa yg tamak, kikir dan serakah dengan
memeras orang lain.
Menurut sebagian orang di Situ Bagendit, kini hidup seekor lintah sebesar kasur. Katanya itu
jelmaan Nyi Endit..