Anda di halaman 1dari 18

Cerita Rakyat Riau, Sumatera

Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis
remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang
putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang
putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.
Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu
Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering
membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang
Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia
menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.
Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah dengan ibu bawang merah.
Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawang putih. Namun lama
kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya
pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan
semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja
ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.
Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah
dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak
pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan
sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun
dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak
pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia
berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.
Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai.
Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu
cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu
asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwasalah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya
baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah
hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil
menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.
Dasar ceroboh! bentak ibu tirinya. Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan
jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?
Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya
mencuci tadi. Mataharisudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju

ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai,
siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke
barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang
putih bertanya: Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini?
Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang. Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu
mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya, kata paman itu.
Baiklah paman, terima kasih! kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri. Hari sudah
mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih.
Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera
menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
Permisi! kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
Siapa kamu nak? tanya nenek itu.
Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang
kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini? tanya Bawang putih.
Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah? tanya nenek.
Ya nek. Apanenek menemukannya? tanya Bawang putih.
Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu, kata nenek.
Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah
lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana? pinta nenek.Bawang putih berpikir sejenak.
Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba. Baiklah nek, saya akan menemani nenek
selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku, kata Bawang putih dengan tersenyum.
Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu
mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap
sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti.
Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu
dari dua labu kuning ini sebagai hadiah! kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih
memilih labu yang paling kecil. Saya takut tidak kuat membawa yang besar, katanya. Nenek pun
tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.
Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke
dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah,
didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan
memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut
emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa
mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.

Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama
tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di
rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk
menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang
merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus
karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan
bawang merah untuk pergi. Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena
menemanimu selama seminggu? tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah
memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang
besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.
Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan
labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang
putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata
bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular,
kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga
tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.

Cerita Rakyat Keong Mas


Raja Kertamarta adalah raja dari Kerajaan Daha. Raja mempunyai 2 orang putri, namanya Dewi
Galuh dan Candra Kirana yang cantik dan baik. Candra kirana sudah ditunangkan oleh putra
mahkota Kerajaan Kahuripan yaitu Raden Inu Kertapati yang baik dan bijaksana.
Tapi saudara kandung Candra Kirana yaitu Galuh Ajeng sangat iri pada Candra kirana, karena
Galuh Ajeng menaruh hati pada Raden Inu kemudian Galuh Ajeng menemui nenek sihir untuk
mengutuk candra kirana. Dia juga memfitnahnya sehingga candra kirana diusir dari Istana ketika
candra kirana berjalan menyusuri pantai, nenek sihirpun muncul dan menyihirnya menjadi keong
emas dan membuangnya kelaut. Tapi sihirnya akan hilang bila keong emas berjumpa dengan
tunangannya.
Suatu hari seorang nenek sedang mencari ikan dengan jala, dan keong emas terangkut. Keong
Emas dibawanya pulang dan ditaruh di tempayan. Besoknya nenek itu mencari ikan lagi dilaut

tetapi tak seekorpun didapat. Tapi ketika ia sampai digubuknya ia kaget karena sudah tersedia
masakan yang enak-enak. Sinenek bertanya-tanya siapa yang memgirim masakan ini.
Begitu pula hari-hari berikutnya sinenek menjalani kejadian serupa, keesokan paginya nenek
pura-pura kelaut ia mengintip apa yang terjadi, ternyata keong emas berubah menjadi gadis
cantik langsung memasak, kemudian nenek menegurnya siapa gerangan kamu putri yang
cantik ? Aku adalah putri kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh saudaraku
karena ia iri kepadaku kata keong emas, kemudian candra kirana berubah kembali menjadi
keong emas. Nenek itu tertegun melihatnya.
Sementara pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu candra kirana menghilang.
Iapun mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek sihirpun akhirnya tahu
dan mengubah dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan Raden Inu Kertapati. Raden Inu
Kertapati Kaget sekali melihat burung gagak yang bisa berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia
menganggap burung gagak itu sakti dan menurutinya padahal raden Inu diberikan arah yang
salah. Diperjalanan Raden Inu bertemu dengan seorang kakek yang sedang kelaparan, diberinya
kakek itu makan. Ternyata kakek adalah orang sakti yang baik Ia menolong Raden Inu dari
burung gagak itu.
Kakek itu memukul burung gagak dengan tongkatnya, dan burung itu menjadi asap. Akhirnya
Raden Inu diberitahu dimana Candra Kirana berada, disuruhnya raden itu pergi kedesa dadapan.
Setelah berjalan berhari-hari sampailah ia kedesa Dadapan Ia menghampiri sebuah gubuk yang
dilihatnya untuk meminta seteguk air karena perbekalannya sudah habis. Tapi ternyata ia sangat
terkejut, karena dari balik jendela ia melihatnya tunangannya sedang memasak. Akhirnya
sihirnya pun hilang karena perjumpaan dengan Raden Inu. Tetapi pada saat itu muncul nenek
pemilik gubuk itu dan putri Candra Kirana memperkenalkan Raden Inu pada nenek. Akhirnya
Raden Inu memboyong tunangannya keistana, dan Candra Kirana menceritakan perbuatan Galuh
Ajeng pada Baginda Kertamarta.
Baginda minta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Galuh Ajeng mendapat hukuman
yang setimpal. Karena takut Galuh Ajeng melarikan diri kehutan, kemudian ia terperosok dan
jatuh kedalam jurang. Akhirnya pernikahan Candra kirana dan Raden Inu Kertapatipun
berlangsung. Mereka memboyong nenek dadapan yang baik hati itu keistana dan mereka hidup
bahagia.
(SELESAI)

Cerita Rakyat LUTUNG KASARUNG, Jawa Barat


Pada jaman dahulu kala di tatar pasundan ada sebuah kerajaan yang pimpin oleh seorang raja yang
bijaksana, beliau dikenal sebagai Prabu Tapak Agung.
Prabu Tapa Agung mempunyai dua orang putri cantik yaitu Purbararang dan adiknya Purbasari.
Pada saat mendekati akhir hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai
pengganti. Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta, kata Prabu Tapa.
Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan
Ayah mereka. Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya, gerutu
Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak
membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk
memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit
Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut.
Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu ! ujar Purbararang.
Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di hutan patih
tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia pun menasehati
Purbasari, Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan selalu
bersama Putri. Terima kasih paman, ujar Purbasari.
Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik kepadanya. Diantara
hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Tetapi kera tersebut yang paling
perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan mengambilkan
bunga bunga yang indah serta buah-buahan bersama teman-temannya.
Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang sepi lalu
bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa Lutung Kasarung
bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan terciptalah sebuah
telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung obat yang sangat harum.
Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut.
Apa manfaatnya bagiku ?, pikir Purbasari. Tapi ia mau menurutinya. Tak lama setelah ia menceburkan
dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih seperti semula dan ia menjadi cantik
kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika ia bercermin ditelaga tersebut.
Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya dan
para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling berpandangan.
Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti semula. Purbararang tidak mau kehilangan

muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut. Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang
menang !, kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni
kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.
Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanganku, kata Purbararang
sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia melirik serta
menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan
Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak, Jadi monyet itu tunanganmu ?.
Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung
berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut
melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan
kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum.
Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke
Istana.
Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang ternyata
selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutung.

Cerita Rakyat DANAU TOBA Sumatera Utara


Di wilayah Sumatera hiduplah seorang petani yang sangat rajin bekerja. Ia hidup sendiri
sebatang kara. Setiap hari ia bekerja menggarap lading dan mencari ikan dengan tidak mengenal
lelah. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Pada suatu hari petani tersebut pergi ke sungai di dekat tempat tinggalnya, ia bermaksud mencari
ikan untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail, umpan dan tempat ikan, ia pun
langsung menuju ke sungai. Setelah sesampainya di sungai, petani tersebut langsung
melemparkan kailnya. Sambil menunggu kailnya dimakan ikan, petani tersebut berdoa,Ya
Alloh, semoga aku dapat ikan banyak hari ini. Beberapa saat setelah berdoa, kail yang
dilemparkannya tadi nampak bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani tersebut
sangat senang sekali, karena ikan yang didapatkannya sangat besar dan cantik sekali.
Setelah beberapa saat memandangi ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat terkejut. Ternyata
ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara. Tolong aku jangan dimakan Pak!! Biarkan aku
hidup, teriak ikan itu. Tanpa banyak Tanya, ikan tangkapannya itu langsung dikembalikan ke

dalam air lagi. Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena
tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik.
Jangan takut Pak, aku tidak akan menyakiti kamu, kata si ikan. Siapakah kamu ini? Bukankah
kamu seekor ikan?, Tanya petani itu. Aku adalah seorang putri yang dikutuk, karena melanggar
aturan kerajaan, jawab wanita itu. Terimakasih engkau sudah membebaskan aku dari kutukan
itu, dan sebagai imbalannya aku bersedia kau jadikan istri, kata wanita itu. Petani itupun setuju.
Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu
mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar
maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah beberapa lama mereka menikah, akhirnya kebahagiaan Petani dan istrinya bertambah,
karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak mereka tumbuh menjadi anak yang
sangat tampan dan kuat, tetapi ada kebiasaan yang membuat heran semua orang. Anak tersebut
selalu merasa lapar, dan tidak pernah merasa kenyang. Semua jatah makanan dilahapnya tanpa
sisa.
Hingga suatu hari anak petani tersebut mendapat tugas dari ibunya untuk mengantarkan makanan
dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi tugasnya tidak dipenuhinya.
Semua makanan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis, dan setelah itu dia tertidur di
sebuah gubug. Pak tani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Karena
tidak tahan menahan lapar, maka ia langsung pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, pak
tani melihat anaknya sedang tidur di gubug. Petani tersebut langsung membangunkannya. Hey,
bangun!, teriak petani itu.
Setelah anaknya terbangun, petani itu langsung menanyakan makanannya. Mana makanan buat
ayah?, Tanya petani. Sudah habis kumakan, jawab si anak. Dengan nada tinggi petani itu
langsung memarahi anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!," umpat
si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan dari istrinya.
Setelah petani mengucapkan kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap
tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras.
Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk
sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba.

Cerita Rakyat: "Timun Emas"


Cerita Rakyat: "Timun Emas"
Di suatu desa hiduplah seorang janda tua yang bernama mbok Sarni. Tiap hari dia menghabiskan
waktunya sendirian, karena mbok Sarni tidak memiliki seorang anak. Sebenarnya dia ingin sekali
mempunyai anak, agar bisa membantunya bekerja.
Pada suatu sore pergilah mbok Sarni ke hutan untuk mencari kayu, dan ditengah jalan mbok Sarni
bertemu dengan raksasa yang sangat besar sekali. Hei, mau kemana kamu?, tanya si Raksasa. Aku
hanya mau mengumpulkan kayu bakar, jadi ijinkanlah aku lewat, jawab mbok Sarni. Hahahaha....
kamu boleh lewat setelah kamu memberiku seorang anak manusia untuk aku santap, kata si Raksasa.
Lalu mbok Sarni menjawab, Tetapi aku tidak mempunyai anak.
Setelah mbok Sarni mengatakan bahwa dia tidak punya anak dan ingin sekali punya anak, maka si
Raksasa memberinya biji mentimun. Raksasa itu berkata, Wahai wanita tua, ini aku berikan kamu biji
mentimun. Tanamlah biji ini di halaman rumahmu, dan setelah dua minggu kamu akan mendapatkan
seorang anak. Tetapi ingat, serahkan anak itu padaku setelah usianya enam tahun.
Setelah dua minggu, mentimun itu nampak berbuah sangat lebat dan ada salah satu mentimun yang
cukup besar. Mbok Sarni kemudian mengambilnya , dan setelah dibelah ternyata isinya adalah seorang
bayi yang sangat cantik jelita. Bayi itu kemudian diberi nama timun emas.
Semakin hari timun emas semakin tumbuh besar, dan mbok Sarni sangat gembira sekali karena
rumahnya tidak sepi lagi. Semua pekerjaannya bisa selesai dengan cepat karena bantuan timun emas.
Akhirnya pada suatu hari datanglah si Raksasa untuk menagih janji. Mbok Sarni sangat ketakutan, dan
tidak mau kehilangan timun emas. Kemudian mbok Sarni berkata, Wahai raksasa, datanglah kesini dua
tahun lagi. Semakin dewasa anak ini, maka semakin enak untuk di santap. Si Raksasa pun setuju dan
meninggalkan rumah mbok Sarni.
Waktu dua tahun bukanlah waktu yang lama, karena itu tiap hari mbok Sarni mencari akal bagaimana
caranya supaya anaknya tidak dibawa si Raksasa. Hati mbok Sarni sangat cemas sekali, dan akhirnya
pada suatu malam mbok Sarni bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia diberitahu agar timun emas menemui
petapa di Gunung.
Pagi harinya mbok Sarni menyuruh timun emas untuk segera menemui petapa itu. Setelah bertemu
dengan petapa, timun emas kemudian bercerita tentang maksud kedatangannya. Sang petapa kemudian
memberinya empat buah bungkusan kecil yang isinya biji mentimun, jarum, garam, dan terasi.
Lemparkan satu per satu bungkusan ini, kalau kamu dikejar oleh raksasa itu, perintah petapa.
Kemudian timun meas pulang ke rumah, dan langsung menyimpan bungkusan dari sang petapa.
Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji. Wahai wanita tua, mana anak itu? Aku sudah tidak
tahan untuk menyantapnya, teriak si Raksasa. Kemudian mbok Sarni menjawab, Janganlah kau ambil
anakku ini wahai raksasa, karena aku sangat sayang padanya. Lebih baik aku saja yang kamu santap.
Raksasa tidak mau menerima tawaran dari mbok Sarni itu, dan akhirnya marah besar. Mana anak itu?
Mana timun emas?, teriak si raksasa.
Karena tidak tega melihat mbok Sarni menangis terus, maka timun emas keluar dari tempat
sembunyinya. Aku di sini raksasa, tangkaplah aku jika kau bisa!!!, teriak timun emas.
Raksasapun mengejarnya, dan timun emas mulai melemparkan kantong yang berisi mentimun. Sungguh

ajaib, hutan menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasapun menjadi terhambat, karena
batang timun tersebut terus melilit tubuhnya. Tetapi akhirnya si raksasa berhasil bebas juga, dan mulai
mngejar timun emas lagi. Lalu timun emas menaburkan kantong kedua yang berisi jarum, dalam sekejap
tumbuhlan pohon-pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam. Dengan kaki yang berdarah-darah karena
tertancap bambu tersebut si raksasa terus mengejar.
Kemudian timun emas membuka bingkisan ketiga yang berisi garam. Seketika itu hutanpun menjadi
lautan luas. Tetapi lautan itu dengan mudah dilalui si raksasa. Yang terakhir Timun Emas akhirnya
menaburkan terasi, seketika itu terbentuklah lautan lumpur yang mendidih, dan si raksasa tercebur di
dalamnya. Akhirnya raksasapun mati.
Timun Emas mengucap syukur kepada Tuhan YME, karena sudah diselamatkan dari raksasa yang kejam.
Akhirnya Timun Emas dan Mbok Sarni hidup bahagia dan damai.

Sinopsis (Rangkuman)
Cerita Rakyat: "Timun Emas"
Di suatu desa hiduplah seorang janda tua yang bernama mbok Sarni. Tiap hari dia menghabiskan
waktunya sendirian, karena mbok Sarni tidak memiliki seorang anak. Sebenarnya dia ingin sekali
mempunyai anak, agar bisa membantunya bekerja.
Pada suatu sore pergilah mbok Sarni ke hutan untuk mencari kayu, dan ditengah jalan mbok Sarni
bertemu dengan raksasa yang sangat besar sekali.
Mbok sarni di tnya oleh raksasa dan agar anaknya di berikan kepada saksasa, tapi mbok sarni tidak
punya anak.
Setelah mbok Sarni mengatakan bahwa dia tidak punya anak dan ingin sekali punya anak, maka si
Raksasa memberinya biji mentimun agar untuk di tanam oleh mbok sarni agar mendapatkan anak.
Setelah dua minggu, mentimun itu nampak berbuah sangat lebat dan ada salah satu mentimun yang
cukup besar. Mbok Sarni kemudian mengambilnya , dan setelah dibelah ternyata isinya adalah seorang
bayi yang sangat cantik jelita. Bayi itu kemudian diberi nama timun emas.
Akhirnya pada suatu hari datanglah si Raksasa untuk menagih janji. Mbok Sarni sangat ketakutan, dan
tidak mau kehilangan timun emas.mbok sarni kepada raksasa agar dating ke sini lagi dua tahun lagi agar
lebih besar timun emas untuk disantap.akhirnya mbok sarni berfikir agar anaknya tidak di ambil oleh
raksasa.
pada suatu malam mbok Sarni bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia diberitahu agar timun emas menemui
petapa di Gunung. Pagi harinya mbok Sarni menyuruh timun emas untuk segera menemui petapa itu.
Setelah bertemu dengan petapa, timun emas kemudian bercerita tentang maksud kedatangannya. Sang
petapa kemudian memberinya empat buah bungkusan kecil yang isinya biji mentimun, jarum, garam,
dan terasi.

Paginya raksasa datang lagi untuk menagih janji.mbok sarni tidak ingi kehilangan anaknya akhirnya
mbok sarni menyerahkan dirinya kapada raksasa tetapi raksasa tidak mau.akhirnya timun emas keluar
juga dan dia di kejar-kejar oleh raksasa, akhirnya dia melemparkan bingkisan itu dan raksasa itu
langsung punah.

Cerita Rakyat Batu Menangis


Pada zaman dulu kala, seorang anak perempuan dan ibunya yang miskin tinggal di
sebuah desa. Mereka hidup berdua dalam keadaan yang begitu sederhana. Sang
ayah telah lama meninggal dunia. Meskipun begitu, sang ibu selalu berusaha untuk
membahagiakan anak perempuannya itu.
Anak perempuan tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Sayangnya, perangai si
gadis kurang begitu terpuji. Ia manja, keinginannya harus selalu dipenuhi tanpa
peduli dengan keadaan ibunya. Ia juga enggan membantu pekerjaan sang ibu.
Suatu hari, sang gadis dan ibunya pergi ke pasar bersama ibunya. Letak pasar cukup
jauh. Mereka berjalan kaki menuju pasar. Sang gadis berdandan sehingga
penampilannya sangat menawan, sedangkan ibunya hanya mengenakan pakaian
lusuh saja. Keadaan keduanya sangat bertolak belakang satu sama lain. Sepanjang
jalan, banyak orang yang memperhatikan perbedaan ibu dan anak tersebut.
Saat memasuki pasar, semakin banyak orang yang berbisik-bisik mengomentari
keduanya. Mereka sangat terpesona dengan kecantikan sang gadis, namun ada
perempuan tua berpakaian lusuh di belakangnya. Beberapa orang menanyakan siapa
perempuan tua di belakang sang gadis.
Gadis menjawab bahwa perempuan tua itu adalah pembantunya, bukan ibunya.
Meskipun ada yang menduga perempuan tua itu ibunya, sang gadis selalu
membantahnya.
Selalu begitu setiap orang bertanya, dia bukan ibuku. Dia pembantuku. Begitu
kalimat yang kerap diucapkannya. Mendengar pernyataan itu, sang ibu merasa sedih
sekali. Ia kemudian berdoa pada Tuhan agar memberi hukuman setimpal atas
penghinaan anak gadisnya.

Atas kekuasaan Tuhan, tubuh sang gadis berubah menjadi batu. Dimulai dari kakinya,
kemudian menjalar ke kaki.
Sang gadis menangis tersedu-sedu mohon ampun pada ibunya. Namun, tubuh sang
gadis terus membatu sampai akhirnya seluruh tubuh gadis berubah menjadi batu.
Anehnya meskipun telah berubah menjadi batu, air mata sang gadis tetap terlihat,
sehingga menjadi batu yang menangis.

Cerita Rakyat Sangkuriang Legenda Jawa Barat


Pada jaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Ia
mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar
berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangannya
yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga bapak kandung
Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya memang sengaja
merahasiakannya.
Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah
sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada seekor burung yang
sedang bertengger di dahan, lalu tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung menembaknya,
dan tepat mengenai sasaran. Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk mengejar buruannya
tadi, tetapi si Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang. Karena sangat
jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang lalu mengusir Tumang dan tidak diijinkan pulang ke
rumah bersamanya lagi.
Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu
mendengar cerita dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya sendok nasi, dan
dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka
Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya.
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap hari, dan
meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa
Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan
usia muda selamanya.

Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang ke


kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali, karena kampung
halamannya sudah berubah total. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah ketika saat di
tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah
Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang
langsung melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat
akan menikah di waktu dekat. Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk
berburu di hatan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan
merapikan ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat dia merapikan
ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka tersebut mirip dengan bekas luka
anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi
bertambah tekejut, karena ternyata benar bahwa calon suaminya tersebut adalah anaknya sendiri.
Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya
sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada
Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka. Permintaan Dayang
Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin lalu saja.
Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi.
Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia mengajukan dua
buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi kedua syarat tersebut,
maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal maka pernikahan itu akan
dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya sungai Citarum dibendung. Dan
yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat sampan yang sangat besar untuk
menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesai sebelum fajar menyingsing.
Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan
menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sangkuriang
lalu mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan tugasnya
tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya
dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi
sebelum fajar.
Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna
merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira
kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan merasa
tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.
Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya
sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air.
Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan
jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.

Cerita Rakyat Nusantara - Malin Kundang


Dahulu kala di Padang Sumatera Barat tepatnya di Perkampungan Pantai Air Manis ada seorang janda
bernama Mande Rubayah. Ia mempunyai seorang anak laki-laki bernama Malin Kundang. Malin sangat
disayang oleh ibunya, karena sejak kecil Malin Kundang sudah ditinggal mati oleh ayahnya.
Malin dan ibunya tinggal di perkampungan nalayan. Ibunya suah tua ia hanya bekerja sebagai penjual
kue. Pada suatu hari Malin jatuh sakit. Tubuhnya mendadak panas sekali. Mande Rubayah tentu saja
sangat bingung. Tidak pernah Malin jatuh sakit seperti ini. Mande Rubayah berusaha sekuatnya unuk
mengabobati Malin dengan mendatangkan tabib.
Nyawa Malin yang hampir melayang itu akhirnya dapat diselamatkan berkat usaha keras ibunya. Setelah
sembuh dari sakitnya ia makin disayang. Demikianlah Mande Rubayah sangat menyayangi anaknya.
Sebaliknya Malin juga amat sayang kepada ibunya.
Ketika sudah dewasa, Malin berpamitan kepada ibunya untuk pergi merantau. Pada saat itu memang
ada kapal besar yang merapat di Pantai Air Manis.
Bu, ini kesempatan yang baik bagi saya, kata Malin. Belum tentu setahun sekali ada kapal besar
merapat di pantai ini. Saya berjanji akan merubah nasib kita sehingga kita akan menjadi kaya raya.
Meski dengan berat hati akhirnya Mande Rubayah mengijinkan anaknya pergi. Malin dibekali dengan
nasi berbungkus daun pisang sebanyak tujuh bungkus.
Hari-hari berlalu terasa lambat bagi Mande Rubayah. Setiap pagi dan sore Mande Rubayah memandang
ke laut. Ia bertanya-tanya dalam hati, sampai di manakah anaknya kini? Jika ada ombak dan badai besar
menghempas ke pantai, dadanya berdebar-debar. Ia mengadahkan kedua tangannya ke aas sembari
berdoa agar anaknya selamat dalam pelayaran. Jika ada kapal yang datang merapat ia selalu
menanyakan kabar tentang anaknya. Tetapi semua awak kapal atau nahkoda tidak pernah memberikan
jawaban yang memuaskan. Malin tidak pernah menitipkan barang atau pesan apapun kepada ibunya.
Itulah yang dilakukan Mande Rubayah setiap hari selama bertahun-tahun. Tubuhnya semakin tua
dimakan usia. Jika berjalan ia mulai terbungkuk-bungkuk.
Pada suatu hari Mande Rubayah mendapat kabar dari nakhoda yang dulu membawa Malin bahwa
sekarang malin telah menikah dengan seorang gadis cantik putri seorang bangsawan kaya raya. Ia turut
gembira mendengar kabar itu. Ia selalu berdoa agar anaknya selamat dan segera kembali
menjenguknya.
Ibu sudah tua Malin, kapan kau pulang... rintih MANDE RUBAYAH tiap malam.

Namun hingga berbulan bulan semenjak ia menerima kabar malin belum juga datang menengoknya.
Namun ia yakin bahwa pada suatu saat Malin pasti akan kembali.
Harapannya terkabul. Pada suatu hari yang cerah dari kejauhan tampak sebuah kapal yang indah
berlayar menuju pantai. Kapal itu megah dan bertingkat tingkat. Orang kampung mengira kapal itu
milik seorang sultan atau seorang pangeran. Mereka menyambutnya dengan gembira.
Ketika kapal itu mulai merapat, tampak sepasang muda mudi berdiri di anjungan. Pakaian mereka
berkilauan terkena sinar matahari. Wajah mereka cerah dihiasi senyum. Mereka nampak bahagia karena
disambut dengan meriah.
Mande Rubayah ikut berdesakan melihat dan mendekati kapal. Jantungnya berdebar keras. Dia sangat
yakin sekali bahwa lelaki muda itu adalah anak kesayangannya si Malin Kundang.
Belum lagi tetua desa sempat menyambut, Ibu Malin terlebih dahulu menghampiri Malin. Ia langsung
memeluk malin erat erat. Seolah takut kehilangan anaknya lagi.
Malin, anakku, katanya menahan isak tangis karena gembira.
Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar?
Malin terpana karena dipeluk wanita tua renta yang berpakaian compang camping itu. Ia tak percaya
bahwa wanita itu adalah ibunya. Seingat Malin, ibunya adalah seorang wanita berbadan tegar yang kuat
menggendongnya kemana saja. Sebelum dia sempat berpikir dengan tenang, istrinya yang cantik itu
meludah sambil berkata, Cuih! Wanita buruk inikah ibumu? Mengapa kau membohongi aku?
lalu dia meludah lagi. Bukankah dulu kau katakan ibumu adalah seorang bangsawan sederajad dengan
kami?
Mendengar kata kata istrinya, Malin Kundang mendorong wanita itu hingga terguling ke pasir. Mande
Rubayah hampir tidak percaya pada perikau anaknya, ia jatuh terduduk sambil berkata, Malin, Malin,
anakku. Aku ini ibumu, nak!
Malin Kundang tidak menghiraukan perkataan ibunya. Pikirannya kacau karena ucapan istrinya.
Seandainya wanita itu benar ibunya, dia tidak akan mengakuinya. Ia malu kepada istrinya. Melihat
wanita itu beringsut hendak memeluk kakinya, Malin menendangnya sambil berkata, Hai, perempuan
tua! Ibuku tidak seperti engkau! Melarat dan dekil!
Wanita tua itu terkapar di pasir. Orang banyak terpana dan kemudian pulang ke rumah masing-masing.
Tak disangka Malin yang dulu disayangi tega berbuat demikian. Mande Rubayah pingsan dan terbaring
sendiri. Ketika ia sadar, Pantai Air Manis sudah sepi. Dilaut dilihatnya kapal Malin semakin menjauh.

Hatinya perih seperti ditusuk-tusuk. Tangannya ditadahkannya ke langit. Ia kemudian berseru dengan
hatinya yang pilu, Ya, Allah Yang Maha Kuasa, kalau dia bukan anakku, aku maafkan perbuatannya tadi.
Tapi kalau memang dia benar anakku, Malin Kundang, aku mohon keadilan-Mu, Ya Tuhan ...!
Tidak lama kemudian cuaca di tengah laut yang tadinya cerah, mendadak berubah menjadi gelap. Hujan
tiba-tiba turun dengan teramat lebatnya. Entah bagaimana awalnya tiba-tiba datanglah badai besar.
Menghantam kapal malin kundang. Disusul sambaran petir yang menggelegar. Seketika kapal itu hancur
berkeping-keping. Kemudian terhempas ombak hingga ke pantai.
Ketika mathari pagi memancarkan sinarnya, badai telah reda. Di kaki bukit terlihat kepingan kapal yang
telah menjadi batu. Itulah kapal Malin Kundang. Tak jauh dari tempat itu nampak sebongkah batu yang
menyerupai tubuh manusia. Konon itulah tubuh Malin Kundang anak durhaka yang kena kutuk ibunya
menjadi batu. Disela-sela batu itu berenang-renang ikan teri, ikan belanak dan ikan tengiri. Konon, ikan
itu berasal dari serpihan tubuh sang istri yang terus mencari Malin Kundang.

Cerita Rakyat Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata


Cerita Rakyat Si pahit lidah dan si empat mata adalah cerita rakyat yang berasal dari Lampung dan
merupakan salah satu cerita rakyat Indonesia yang popular di kalangan masyarakat Lampung. Cerita ini
mengisahkan tentang dua orang yang sombong karena memiliki kelebihan dari orang lain. Pengajaran
yang bisa di petik dari cerita ini adalah jangan menjadi orang yang sombong walaupun memiliki
kelebihan dari orang lain. Berikut marilah kita simak bersama cerita rakyat dari Lampung yang berjudul
Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata.
Cerita Rakyat Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata
Serunting adalah orang yang sakti mandraguna. Dia berasal dari Majapahit yang kemudian diusir dari
istana lalu berkelana ke Sumatera. Adik ipar Serunting yang bernama Arya Tebing merasa iri dengan
kesaktian Serunting. Dia lalu memujuk kakaknya untuk memberitahu di mana letak kelemahan
Serunting. Karena rasa sayang kepada adiknya akhirnya istri Serunting memberi tahun letak kelemahan
Serunting.

Setelah mengetahuinya Arya Tebing mengajak Serunting untuk adu kekuatan. Mereka pun berkelahi,
ketika itu Arya Tebing menusuk Serunting di tempat kelemahannya. Serunting terluka parah dan
kemudian mengasingkan diri di Gunung Siguntang. Dalam pengasingannya Serunting mengobati lukanya
dan tidak jemu berdoa pada Tuhan agar mengembalikan kesaktiannya. Karena ketekunan Serunting
akhirnya dia diberi kelebihan bahwa apapun yang diucapkannya menjadi kenyataan.

Pada suatu hari Serunting sedang berjalan-jalan di sebuah kampung. Masyarakat kampung tersebut
sedang menanam padi. Hamparan sawah yang menguning sangat indah di pandang mata. Namun
Serunting malah mengatakan bahwa itu bukan sawah melainkan hamparan batu. Ketika itu tiba-tiba saja
ucapan Serunting menjadi kenyataan.

Melihat hal itu warga menjuluki Serunting dengan julukan Si Pahit Lidah. Masyarakat tidak ada yang
berani melawan Si Pahit Lidah karena mereka takut terkena kutukannya. Si Pahit Lidah menjadi
sombong dan kasar sehingga warga tidak menyukai dirinya.

Kesaktian Si Pahit Lidah terdengar oleh Si Empat Mata seorang yang juga memiliki kesaktian dari negeri
India.

Si Empat Mata merasa tersaingi kesaktiannya dan bermaksud untuk menantang Si Pahit Lidah.
Kemudian dia berlayar menuju Sumatera untuk menemui Si Pahit Lidah. Ketika bertemu Si Empat Mata
menantang Si Pahit Lidah untuk berkelahi. Berhari-hari mereka berkelahi dan mengeluarkan seluruh
kesaktiannya namun tidak ada yang menang atau kalah.
Ketika itulah seorang tetua kampung mengajukan pertandingan untuk kedua orang tersebut. Meraka
harus memakan buah aren yang tersedia. Si Pahit Lidah mendapat giliran pertama untuk memakan buah
tersebut.
Dengan sombong Si Pahit Lidah memakan buah aren itu sambil berfikir karena tidak mungkin dia akan
mati dengan buah sekecil itu. Namun apa yang terjadi Si Pahit Lidah menggelepar lalu mati. Melihat Si
Pahit Lidah mati Si Empat Mata merasa senang karena sekarang dialah orang yang paling sakti di negeri
itu.
Namun, Si Empat Mata merasa aneh karena Si Pahit Lidah bisa mati hanya dengan sebiji buah aren. Si
Empat Mata lalu menimang-nimang buah aren sisa Si Pahit Lidah, dia memakan buah aren tersebut dan
tidak lama kemudian Si Empat Mata menggelepar lalu mati. Akhirnya mereka berdua mati dengan
kesombongan sendiri lalu keduanya di makamkan di Danau Ranau.

Asal Mula Situ Bagendit


Sebelah Utara kota Garut terdapat sebuah Situ yang bernama Situ Bagendit. Indahnya alam situ
ini telah membuat Situ Bagendit terkenal sebagai tempat rekreasi yg menyenangkan.
Konon beribu-ribu tahun yang lalu sebelum Situ Bagendit menjadi Situ, tempat itu merupakan
dataran desa yg subur dan seorang janda kaya bernama Nyi Endit yg paling berkuasa dan ditakuti
di desa tersebut.
Kekayaan yg berlimpah-limpah ia gunakan untuk modal dipinjamkan kepada penduduk dengan
bunga yg amat tinggi. Untuk keamanan pribadinya, Nyi Endit memelihara beberapa orang jago
sebagai tukang kepruk. Jago-jago itu selain bertindak sebagai pengawal pribadi Nyi Endit, juga
bertugas sebagai penagih paksa mereka yg meminjam uangnya dan pada waktunya tak mau
membayar utangnya.
Apabila musim panen tiba, dihalaman rumah Nyi Endit (yg lebih pantas disebut istana) penuh
padat oleh hasil pertanian, terutama padi.
Pada suatu ketika datang musim kemarau yg amat panjang, yg mengakibatkan musim paceklik
pun tiba, yg menyengsarakan petani-petani yg hidupnya sudah amat melarat. Dalam tempo yg
singkat, penyakit kelaparan menghantui penduduk. Hampir setiap hari selalu ada kabar kematian
penduduk karena kelaparan.
Tapi keadaan di istana tuan tanah dan lintah darat Nyi Endit justru sebaliknya. Hampir seminggu
sekali pesta-pesta bersama sanak keluarga dan kerabatnya tetap diselenggarakan.
saudara-saudara makan dan minumlah sepuas hati.. Malam ini kita rayakan keuntungan besar
yg ku peroleh dari hasil panen tahun ini.. kata Nyi Endit sambil tersenyum di depan tamutamunya.
Tiba-tiba ditengah pesta itu muncul pengawal Nyi Endit dan menghadap perempuan itu.
Nyai, diluar ada pengemis yg maksa ingin masuk ruangan untuk minta sedekah..
apa? Pengemis? Tak ada sedekah yg aku berikan.. Usir dia..! teriak Nyi Endit.
Tapi ternyata yg dimaksud pengemis itu sudah ada di ruangan itu.
nyi endit, kau memang benar-benar manusia kejam kata pengemis tua itu.
mau apa kau pengemis busuk? Pergi kau dari tempatku..! dengan gusar Nyi Endit membentak.
Namun pengemis itu tetap diam tak beranjak dari tempatnya. Kemudian ia berkata:
tak mau memberi sedekah kepada manusia melarat macam aku?! Hmm Sungguh berkutuk
hidupmu Nyi Endit..! Kau tega berpesta pora di tengah-tengah rakyat kelaparan dan sekarat
karena darahnya setiap hari kamu hisap. Betul-betul kau lintah darat terlaknat..!!
Mendengar ucapan pengemis tua itu Nyi Endit menjadi geram.
binatang..! Anak-anak ayo kepruk dan cincang keledai tua itu..! teriak Nyi Endit menyuruh
pengawalnya.
Serentak keempat pengawal Nyi Endit itu mencabut goloknya masing-masing dan menyerbu
pengemis tua itu. Tapi dalam sekali gebrak keempat pengawal itu terlempar jatuh hingga
beberapa meter.
Nyi Endit dan semua tamu yg hadir menjadi sangat terkejut, tak menduga si pengemis itu
memiliki kepandaian yg hebat.
nyi endit, baiklah. Sebelum aku meninggalkan istanamu, karena ternyata kau tak mau berbaik
hati kepadaku dan manusia-manusia melarat lainnya. Aku ingin memberikan pertunjukan
padamu kata pengemis itu seraya menancapkan sebatang ranting ke lantai. Nah sekarang
cabutlah kembali ranting ini, bila tak sanggup kau boleh mewakilinya kepada orang lain..! Bila

kalian bisa mencabutnya, betul-betul kalian adalah orang yg paling mulia di dunia ini..!!!
Nyi Endit masih memandang enteng pengemis itu, tapi ia merasa penasaran untuk mencabut
ranting itu. Maka disuruh pengawalnya yg berbadan cukup kekar untuk mencabutnya.
hehehehe Baik nyai, kukira tak ada sulitnya kata pengawal itu dengan sombong.
Namun walau ia sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencabut rating itu, sungguh ajaib
rating itu tidak tercabut sesenti pun.
nyi endit, ternyata andalanmu yg kau bayar mahal itu tak berarti apa-apa bagimu. Lihatlah aku
dengan mencabutnya!!.
Setelah berkata demikian, pengemis itu dengan mudah mencabut rating kayu itu. Dan dari
lubang bekas rating itu tertancap memancarkan air dengan derasnya.
nyi endit, sudah saatnya kau mendapat hukuman karena dosa-dosamu memeras penduduk kata
pengemis itu, kemudian secara samar-samar ia lenyap. Menghilang entah kemana.
Dan kemudian terdengar ledakan hebat dibarengi dengan menggelegaknya air yg keluar dari
dalam tanah. Sementara diluar turun hujan dengan lebatnya, diselingi guncangan-guncangan
gempa bumi yg seakan akan menarik desa itu kedalam perut bumi.
Dengan sekejap desa Nyi Endit yg malang itu sudah tergenangair bagai sebuah danau kecil yg
baru terbentuk. Sementara penduduk lainnya selamat. Karena sebelum mala petaka itu terjai
seorang pengemis misterius telah memberi tahu mereka supaya segera mengungsi, karena akan
terjadi malapetaka dan banjir besar.
Demikianlah cerita tentang situ bagendit. Nama ini mungkin di ambil dari nama Nyi Endit, agar
orang-orang selalu sadar dan ingat akan nasib manusa yg tamak, kikir dan serakah dengan
memeras orang lain.
Menurut sebagian orang di Situ Bagendit, kini hidup seekor lintah sebesar kasur. Katanya itu
jelmaan Nyi Endit..

Anda mungkin juga menyukai