Anda di halaman 1dari 8

Kisah Naina dan Nino

Pada zaman dahulu di sebuah desa yang sangat terpencil,


hiduplah sebuah keluarga bahagia. Mereka mempunyai dua
orang anak yang manis dan baik hati, namanya Naina dan Nino.
Suatu hari sang ibu meninggal karena sakit yang diderita. Sejak
sepeninggal ibu nya, Naina dan Nino lebih sering bersedih dan
tidak seceria biasanya.

Melihat anak nya bersedih, ayahnya berinisiatif untuk


menikah lagi agar anak anak nya kembali mendapatkan sosok ibu
baru yang bisa menghibur dan menemani mereka. Tapi sayang
nya, ibu tiri ini sangat jahat dan memperlakukan mereka dengan
buruk . Dari pagi hingga sore mereka disuruh untuk terus
bekerja dan hanya diberi makan nasi dan kerupuk satu kali
dalam sehari.

Saat musim kemarau tiba, dan mereka tidak mempunyai


stock makanan lagi . Si ibu tiri berencana mengajak Naina dan
Nino kehutan dan berniat meninggalkan mereka di dalam hutan.

Saat ayah menghetahui niat jahat si ibu tiri, Ayah sangat


terkejut mendengarnya ” Heh! Bicara apa kau, apa kau ingin
anak-anakku mati?“ murka ayah pada si ibu tiri yg jahat itu.
”Kau ini memang bodoh, kalau kita tidak melakukannya, kita
semua yang akan mati!” balas si ibu tiri dengan angkuhnya.

Sementara itu dari balik kamar, Naina dan Nino


mendengarkan pembicaraan mereka. Mereka sangat ketakutan
dan Nino pun menangis. Tapi Ayah tidak bisa berbuat apa-apa
karena istrinya terus mendesaknya. “Ah… apa kita akan mati di
dalam hutan? Apa kita akan menjadi santapan harimau harimau
kelaparan yang ada di hutan?!“ Tanya Nino pada Naina
”Ssst…,jangan takut, aku punya ide bagus,” ucap Naina
yang berusaha menenangkan sang adik. Lalu Naina keluar rumah
dan mengumpulkan batu-batu kecil putih yang bila terkena
cahaya bulan, akan bersinar.

Keeseokan harinya si ibu tiri yang jahat ini berteriak


dengan keras, untuk membangunkan Naina dan Nino. Sebelum
berangkat mereka diberikan masing masing sepotong roti.
Setelah itu mereka semua berangkat masuk kehutan.

Selama perjalanan Naina terus membuat jejak dengan


membuang batu batu kecil putih yang sudah di kumpulkan nya.
Karena Naina yang terus terusan menoleh kebelakang untuk
memeastikan letak batu batu tersebut membuat sang ayah
curiga. ”Sedang apa, Naina?“ Tanya ayah disela sela perjalanan.

”tidak ada apa apa ayah, aku hanya sedang menikmati


suasana hutan yang sangat tenang ini” jawab Naina berbohong.
Lalu saat tibalah mereka di tengah hutan .

Ayah dan si ibu tiri pergi ke hutan yang lebih jauh lagi
dengan alasan untuk menebang kayu dan meninggalkan Naina
dan Nino di tengah hutan.

Tapi rasa sedih mereka tak berlangsung lama, karna Naina


menemukan seekor kelinci lucu yang bisa menemani rasa bosan
nya menunggu bulan muncul, karna Naina tau ayah dan ibu tiri
yang sangat jahat itu tidak akan kembali lagi, karna mereka
memang berniat meninggalkan Naina dan Nino di tengah hutan.
Berbeda dengan Nino yang tengah asik membuat kalung dari
bunga. Tanpa terasa waktu berlalu, matahari pun mulai
tenggelam dan hari mulai gelap. Suara burung-burung yang
indah kini berganti dengan suara angin yang berdesir.
Nino menangis tersedu-sedu karena ketakutan. Naina
berusaha menenangkan sang adik, “ Hey,,, jangan menangis.
Tenanglah, jika cahaya bulan muncul, kita pasti akan pulang
dengan selamat."

Tak lama kemudian, apa yang dikatakan Naina memang


benar, dari sela-sela pohon muncullah cahaya bulan yang
bersinar dengan terang. Dengan segera, Naina mengajak Nino
untuk pulang ke rumah.

Naina memegang tangan Nino dengan erat dan menyusuri


jalan di hutan dengan penuh keberanian . ”Kak, bagaimana kita
bisa pulang dengan keadaan yang gelap gulita seperti ini? Aku
takuttt” kata Nino dengan raut takunya.

“Oh tenanglah… batu kecil putih yang sudah kujatuhkan


ketika kita masuk kedalam hutan ini bersinar karena kena sinar
bulan dan itu akan menjadi petunjuk kita untuk pulang ke
rumahdengan selamat. Kau jangan takut, tenang saja.” Balas
Naina berusaha menenangkan adik nya.

Sampai tibalah mereka dirumah, sang Ibu tiri yang jahat


itu keheranan melihat mereka dan mencari tahu bagaimana cara
mereka bisa sampai di rumah dengan mudah. Ketika ia membuka
pintu rumah dengan lebar, ia melihat batu batu kecil putih yang
bersinar. Si ibu tiri yang jahat itupun langsung menyuruh
mereka masuk kedalam kamar dan mengunci nya. Lalu ia kembali
keluar rumah dan menggumpulkan batu batu kecil itu dan
menyimpan nya agar Naina dan Nino tidak dapat menemukannya
lagi.

Keesokan harinya seperti kemarin, Si ibu tiri ini lagi lagi


membangunkan mereka dan membawa mereka ke hutan. Tapi
Naina tidak kehabisan akal, ia mengambil segenggam jagung
kering yang biasa untuk pakan ayam milik ayahnya, dan
menjatuhkannya di jalan sambil berjalan.

Sangat disayangkan kali ini keberuntungan tidak berpihak


pada mereka, jejak yang sudah dibuatnyasusah payah dimakan
oleh burung-burung kecil tanpa mereka sadari. Saat mereka
sampai di dalam hutan. Kembali Ayah dan ibu tirinya
meninggalkan mereka dan masuk ke hutan yang lebih jauh.
Merekapun bermain-main dengan binatang-binatang di dalam
hutan tanpa rasa takut sama sekali.

Saat malam tiba, ketika cahaya bulan mulai bersinar


mereka ingin beranjak pulang. Dengan susah payah mereka
mencari jejak yang sudah mereka buat dengan butir butir
jagung tersebut tapi mereka tidak menemukannya. ”Kak, apa
yang terjadi dengan jangung jangung itu? Apakah kita tidak
bisa pulang? Apakah kita akan terjebak selamanya didalm hutan
yang gelap gulita ini ?” tanya Nino beruntun dengan perasaan
takut. ”Mungkin dimakan oleh burung -burung kecil.“ Kata Naina
berusaha untuk tetap tenang.

Didalam hutan bergema auman dan lolongan binatang


binatang buas yang membuat mereka semakin ketakutan . “Kak,
aku takut, apakah kita akan mati!?” Tanya Nino yang sudah
mulai menangis. ” Shttttt, jangan khawatir dik, yakinlah Ibu
yang ada di surga pasti menolong kita.” Kata Naina pada Nino.

Karena kelelahan, akhirnya mereka tertidur di bawah


pohon. Hingga keesokan harinya cahaya matahari pun mulai
bersinar hingga mengenai wajah mereka. Naina dan Nino
terbangun dan disambut suara kicauan burung di pagi hari.
Tiba-tiba Naina dan Nino saling berpandangan karna
mereka mencium bau masakan yang sangat lezat. Segera Naina
mengajak Nino untuk mendatangi sumber bau masakan yang
amat lezat ini. Terasa seperti mimpi mereka melihat sebuah
rumah tua namun sangat terawat.

Cepat cepat mereka masuk kedalam rumah tua itu, dan


berusaha mencari makanan yang ada didalam rumah itu. Sampai
mereka terkejut mendengar sebuah terikan “ Hey, Siapa itu?
Siapa yang berani masuk kerumah ku?” teriak nenek tua yang
sangat menyeramkan dengan mata merahnya yang ikut bersinar.

Naina dan Nino sangat terkejut dan ketakutan, nenek tua


yang melihat mereka pun lalu menangkap mereka berdua. ” Ha…
Ha…. Ha…. anak-anak yang malang, sebagai hukuman karena
kalian telah masuk kerumah ku tanpa izin, aku akan memakan
kalian.”

Dengan kasar nenek tua yang sedikit renta itu menyeret


Naina masuk ke dalam penjara yang ada di dalam rumah itu.
Setelah itu ia kembali dan berkata kepada Nino “ Pertama tama
aku akan menggemukan gadis malang itu dan memakannya,” kata
nenek tua itu sambil menunjuk naina yang sudah di kurung dalam
penjara yang ada dirumah nenek tua itu “Sekarang kau buat
makanan yang enak biar makannya banyak! “ Katanya pada Nino.

Sebenarnya Nenek itu sudah tua sekali dan matanya pun


mulai rabun. Pada saat itu Naina dan Nino saling berpegangan
tangan, berusaha menguatkan satu sama lain. ”Tabahlah Nino,
Ibu yang ada di surga pasti melindungi kita.“ Kata Naina yang
berusaha meyakinkan Nino.
Suatu hari nenek mengunjungi penjara Naina untuk melihat
dan memastikan apakah tubuh Naina sudah gemuk atau belum.
“Hey gadis malang, aku lapar sekali!! Cepat ulurkan tanganmu,
aku ingin melihat seberapa gemuk kau! “ Kata nenek tua itu, tapi
Naina tak kunjung mengulurkan tangannya, sampai nenek itu
kembali menjerit “CEPAT ULURKAN TANGANMUU GADIS
NAKALL!!! AKU SANGAT LAPARRR!!.” Jeritnya tak sabaran.

Naina tak kehabisan akal, ia tahu bahwa nenek tua itu


memiliki mata yang sangat rabun, lalu dengan pintar nya Naina
segera mengeluarkan tulang sisa makanan kepada nenek tua
yang rabun itu, lalu nenek tua itu memegangnya.

Nenek tua itu sangat kecewa karna Naina tidak bertambah


gemuk sedikitpun, bahkan tulang nya terasa semakin mengecil.
Karena kekecewaan nya, ia berniat memakan Nino karna dia
sudah sangat kelaparan . Nino disuruh membakar sebuah roti.
Saat Nino berusaha menyalakan api yang ada di tungku, si nenek
tua itu beusaha mendorong Nino kedalam api yang sudah
menyala.

Untungnya Nino mengetahui maksud nenek itu, karna ia


sempat melihat dari ekor matnya bahwa nenek tua itu sudah
mengambil ancang ancang untuk mendorong nya kedalam tungku
api tersebut. Cepat-cepat ia berbalik ke depan tungku dan
mengatakan “Nek, aku tidak bisa membuka penutup tungku ini.”
Kata nya sambil menunjuk tungku yang ada di depannya.  Dengan
sigap nenek tua itu berusaha membuka penutup tungku
tersebut, ia tidak sadar bahwa ia sedang di perdaya oleh Nino.

Tanpa membuang buang waktu dan kesempatan, Nino


berbalik kebelakang nenek tua itu dan mendorong nenek itu
sampai masuk kedalam tungku dengan api yag sudah menyala.
“Ahh… tolonggg…. panassss!” jerit nenek tua itu kesakitan. Tapi
Nino tidak memperdulikan teriakan nenek tua itu, bahkan
dengan sigap iya menutup tungku itu, lalu berlari ke arah
penjara untuk menolong dan membebaskan Naina. “Nino, kau
sanagt hebat, kau sudah berhasil. Ibu yang di surga telah
melindungi kita. Pasti ibu bangga dengan keberanianmu.” Kata
Naina, lalu dengan perasaan yang lega luar biasa mereka saling
berpelukan.

Ketika akan pergi dari rumah nenek tua itu, tanpa sengaja
mereka menemukan banyak sekali harta karun. Lalu setelah itu
mereka keluar rumah, tetapi saat di perjalanan, jalan nya
terputus oleh sungai besar.

Mereka sangat kebingungan. Tapi saat yang bersamaan


entah datang dari mana tiba-tiba munculah seekor angsa yang
sangat cantik.

”Halo anak anak hebat, mari naiklah ke punggungku,” ucap


angsa itu ramah. Setelah Naina dan Nino menaiki badan angsa
cantik itu, Angsa cantik itu pun mulai berjalan mengarungi
sungai untuk mengantar kan Naina dan Nino sampai ke
sebrang. Setelah sampai, angsa itu menunjukkan jalan bagi
mereka berdua dari atas langit. Hingga mereka sampai dibatas
hutan. Sesampai nya, Nainaa dan Nino serentak membungkukan
badan sebagi rasa hormat dan tak lupa mengucapkan terima
kasih pada ngasa yang cantik itu.

Tanpa mereka sadari sebenarnya angsa cantik nan baik itu


adalah Ibu mereka yang sudah ada di surga. Angsa itu kemudian
menghilang membuat Naina dan Nino terheran heran sampai
akhirnya ditengah keheran heranan mereka muncullah Ayah
mereka yang sangat cemas dan merasa bersalah. “oh Ya Tuhan
Anak-anakku tersayang, maafkan Ayah. Maafkanlah ayah Nak”
Mohon nya sambil menangis. “Ayah tidak akan meninggalkan
kalian lagi.“ lanjut nya. Naina dan Nino pun merasa iba lalu
mereka memeluk Ayah mereka.

Mereka kembali kerumah, lalu ayah menceritakan bahwa


ibu tiri yang jahat itu sudah meninggal dikarenakan keracunan.
Akhirnya mereka pun kembali hidup seperti sedia kala.

Anda mungkin juga menyukai