SEKOLAH
Dosen Pengampu:
Rahmat Fadhli, S.IIP. M. A
Disusun oleh :
KHAIRI SABILA
21108289010
1. KELEBIHAN
E-Book Lebih Praktis dan Mudah Dibawa
Jika anda ingin membaca e-book dimanapun anda berada, anda cukup
menyalakan perangkat elektronik anda (entah itu smartphone, tablet, atau
e-book reader). Selama anda memegang perangkat elektronik itu, anda
bisa membawa ratusan bahkan ribuan buku elektronik dengan mudah. E-
book adalah buku digital sehingga tidak memerlukan wadah penyimpanan
dalam bentuk fisik.
Buku cetak bisa menghabiskan banyak sekali pohon yang kita perlukan
untuk menjaga keseimbangan kehidupan di bumi ini. Jika semua pohon
habis ditebang untuk membuat buku cetak, tentunya kita sendiri akan
merugi. Sebaliknya, e-book tidak memerlukan pohon karena bentukya
digital. E-book bisa disalin sebanyak yang Anda suka hanya dengan
mengklik tombol “copy” di perangkat elektronik. Sementara itu, pencetak
buku membutuhkan ratusan lembar kertas hanya untuk membuat satu
salinan buku.
E-book adalah buku yang tahan lama atau bahkan abadi (everlasting). Ia
tak akan mudah rusak dimakan usia. Berbeda dengan buku cetak yang
makin lama akan makin menguning dan rusak. Selama data kita tidak
terserang virus, dan hal ini bisa dicegah dengan penggunaan computer
yang hati-hati dan pemasangan software anti virus, maka e-book kita akan
tetap bagus kondisinya meski usianya sudah puluhan tahun. Bandingkan
dengan buku, yang mudah rusak, sobek, hilang, tulisannya pudar dan
berjamur bila usia buku sudah tahunan.
2. KEKURANGAN
Pojok baca akan membuat peserta didik lebih akrab dengan bahan bacaan.
Selain itu pojok baca juga dapat mengembangkan minat literasi melalui berbagai
kegiatan, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan atau berbicara.
Hasil yang ingin dicapai ialah meningkatkan antusiasme dan proaktif dari peserta
didik untuk mencintai bahan bacaan.
1. KELEBIHAN
Menstimulasipesertadidikuntuk lebih sering
membaca.Dengan memiliki ruang baca yang
nyaman, menarik minat peserta didik. Sudut ruang baca ini bisa ditata
bersama peserta didik sehingga anak merasa memilikinya.
Memudahkan guru menempatkan buku bacaan. Buku bacaan tidak berserak
dimana-mana. Peserta didik berlatih untuk disiplin diri sehabis membaca
kembali ke rak/tempatnya semula.
Merepresentasikan perpustakaan mini di kelas maupun disudut-sudut
strategis sekolah. Budaya literasi seharusnya dimulai sejak kecil, maka
melalui program ini diharapkan saat memasuki usia dewasa tidak canggung
lagi mengunjungi perpustakaan karena sudah terbiasa sejak kecil.
2. KELEMAHAN
Pembuatan pojok baca harus didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai baik dalam proses pembuatannya maupun pengadaan
koleksinya. Pemenuhan ini memerlukan anggaran yang tentunya harus
dilakukuan dengan proses yang panjang.
Dalam praktiknya pembuatan pojok baca ini hanya dapat dilakukan
disekolah unggulan yang dijadikan rujukan, sehingga fokus yang
diperhatikan hanya sekolah tertentu. Hal ini membuat tidak tercapainya
pemerataan pendidikan sehingga minat baca yang ingin ditingkatkan pada
akhirnya tidak terpenuhi.
Bahan bacaan harus bervariasi dan pojok baca harus menarik bagi peserta
didik. Hal ini tentu membutuhkan keterampilan pihak sekolah sedangkan
sumber daya manusia dalam hal keperpustkaan masih minim.
Minat literasi yang kurang. Peserta didik kurang memiliki minat untuk
mengunjungi pojok baca ini sehingga harus selalu didampingi dan
membuat jadwal kegiatan. Oleh karena itu, disini peran guru sangat
penting untuk meningkatkan kedisiplinan dan juga menigkatkan budaya
literasi peserta didik.
Prabowo, A., & Heriyanto, H. (2013). Analisis pemanfaatan buku elektronik (e-book)
oleh pemustaka di perpustakaan SMA Negeri 1 Semarang. Jurnal Ilmu
Perpustakaan, 2(2), 152-161.