Anda di halaman 1dari 37

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. E-book

1.1. Pengertian E-book

Electronic book (e-book) atau disebut buku elektronik dalam bahasa


Indonesia adalah bentuk digital dari buku biasa (tercetak) yang membutuhkan
personal computers (PC), mobile phones, atau alat khusus untuk
membacanya yang disebut e-book reader atau e-book devices. E-book adalah
representasi elektronik dari sebuah buku yang biasanya diterbitkan dalam
bentuk tercetak namun kali ini berbentuk digital (Lee, 2004:50). Berdasarkan
definisi ini dapat kita simpulkan bahwa e-book memiliki dua sifat penting,
yaitu: pertama, e-book berbentuk digital. Kedua, e-book membutuhkan alat
baca khusus.

Menurut The Oxford Dictionary of English (dalam Haris 2011:13) E-


book adalah versi elektonik dari sebuah buku cetak, tetapi e-book dapat eksis
tanpa harus di-print out, dan e-book biasanya dibaca pada alat khusus yang
disebut e-book reader. Komputer dan sebagian telepon selular dapat juga
digunakan untuk membaca e-book. E-book ini berupa file dengan format
bermacam-macam, ada yang berupa pdf (portable document format) yang
dapat dibuka dengan program Acrobat Reader atau sejenisnya. Ada juga
yang dengan bentuk format htm, yang dapat dibuka dengan browsing atau
internet eksplorer secara offline. Ada juga yang berbentuk format execute
(exe). Pada kebanyakan e-book menggunakan bentuk format pdf. Karena
lebih mudah dalam mempergunakannya dan dapat di proteksi dengan
password (kata kunci) sehingga pengguna lain tidak dapat mengubah isi dari
e-book tersebut.

Dunia e-book saat ini memang menjadi suatu tren dan sangat
memudahkan penulis untuk dapat menyebarkan tulisan-tulisannya dengan
mudah dan cepat. Dengan pemikiran teknisnya saja, e-book tidak

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

mengeluarkan biaya yang sangat besar seperti halnya dengan membuat


sebuah buku.

1.2. Manfaat E-book

Menurut Haris (2011:16) manfaat e-book antara lain:

a. Ukuran fisik kecil, karena e-book memiliki format digital, dia dapat
disimpan dalam penyimpan data (harddisk, CD-ROM, DVD) dalam
format yang kompak. Puluhan, bahkan ratusan, buku dapat disimpan
dalam sebuah DVD sehingga tidak mengambil banyak tempat
(ruangan yang besar).

b. Mudah dibawa, beberapa buku dalam format e-book dapat dibawa


dengan mudah, sementara itu membawa buku dalam format cetak
sangat berat.

c. Tidak lapuk, e-book tidak menjadi lapuk layaknya buku biasa. Format
digital dari e-book dapat bertahan sepanjang masa dengan kualitas
yang tidak berubah.

d. Mudah diproses, isi dari e-book dapat dilacak, dicari dengan mudah
dan cepat. Hal ini sangat bermanfaat bagi orang yang melakukan studi
literatur.

e. Dapat dimanfaatkan oleh orang yang tidak dapat membaca, karena


format e-book dapat diproses oleh komputer, maka isi dari e-
book dapat dibacakan oleh sebuah komputer dengan menggunakan
text to speech synthesizer. Selain untuk orang buta, pembacaan ini
juga dapat digunakan oleh orang yang buta huruf. Selain itu peragaan
juga dapat diset dengan menggunakan huruf (font) yang besar bagi
orang yang sulit membaca dengan huruf kecil.

f. Penggandaan (duplikasi, copying), e-book sangat mudah dan murah.


Untuk membuat ribuan copy dari e-book dapat dilakukan dengan
murah, sementara untuk mencetak ribuan buku membutuhkan biaya
yang sangat mahal.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

g. Mudah didistribusikan, pendistribusian dapat menggunakan media


elektronik seperti Internet. Pengiriman e-book dari Amerika ke
Indonesia dapat dilakukan dalam waktu yang singkat dan murah.
Buku langsung dapat dibaca sekarang juga. Pengiriman buku secara
fisik membutuhkan waktu yang lama (harian dan bahkan mingguan)
dan mahal. Belum lagi ada masalah buku yang hilang diperjalanan.
Proses distribusi secara elektronik ini memungkinkan adanya
perpustakaan elektronik dimana seseorang dapat meminjam buku
melalui Internet (check out counter di Internet) dan buku akan
dikembalikan setelah masa peminjaman berlalu.

h. Mendukung penghijauan, dengan e-book maka akan mengurangi


pembuangan kertas serta mengurangi penebangan pohon.

1.3. Kendala E-book


Sebagai sebuah produk teknologi pasti mempunyai kendala, kendala
e-book menurut Haris (2011:18) diantaranya adalah :
a. E-book reader lebih mudah rusak apabila terjatuh dibandingkan
dengan buku biasa,
b. E-book membutuhkan perangkat khusus (hardware dan software)
untuk membacanya,
c. E-book reader membutuhkan tenaga listrik,. Jika menggunakan
mobile phone, baterainya akan cepat habis,
d. E-book tidak dapat digunakan apabila terjadi kerusakan pada
perangkatnya (hardware atau software),
e. Melihat layar untuk waktu yang lama dapat menyebabkan mata
kejang dan kadang-kadang sakit kepala.
f. E-book reader lebih mungkin untuk dicuri dari pada kertas buku.
g. Resolusi layar perangkat pembaca (ebook readers/ebook
devices) mungkin akan lebih rendah daripada kertas yang sebenarnya,
sehingga sulit untuk membaca e-book.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

2. Bahan Ajar
2.1. Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk


membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar di kelas. Bahan ajar memiliki posisi amat penting dalam
pembelajaran, yakni sebagai representasi (wakil) dari penjelasan guru di
depan kelas. Keterangan-keterangan guru, uraian-uraian yang harus
disampaikan guru, dan informasi yang harus disajikan guru dihimpun di
dalam bahan ajar. Dengan demikian, guru juga akan dapat mengurangi
kegiatannya menjelaskan pelajaran, memiliki banyak waktu untuk
membimbing peserta didik dalam belajar atau membelajarkan peserta didik
(Zulkarnaini, 2009:1).
Bahan ajar juga merupakan wujud pelayanan satuan pendidikan
terhadap peserta didik. Pelayanan individual dapat terjadi dengan bahan
ajar. Peserta didik berhadapan dengan bahan yang terdokumentasi. Peserta
didik berurusan dengan informasi yang konsisten. Peserta yang cepat
belajar, akan dapat mengoptimalkan kemampuannya dengan mempelajari
bahan ajar. Peserta didik yang lambat belajar, akan dapat mempelajari
bahan ajarnya berulang-ulang. Dengan demikian, optimalisasi pelayanan
belajar terhadap peserta didik dapat terjadi dengan bahan ajar. Keberadaan
bahan ajar sekurang-kurangnya menepati tiga posisi penting.

2.2. Pengertian dan Jenis Bahan Ajar

Bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun


secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses
pembelajaran (Pannen dalam Belawati, 2003:112). Materi pembelajaran
(instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
harus diajarkan oleh guru dan harus dipelajari oleh peserta didik untuk
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Ada beberapa jenis
materi pelajaran. Jenis-jenis itu adalah fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan
sikap atau nilai.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

Materi pembelajaran yang termasuk fakta misalnya nama-nama


objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dan
sebagainya. Materi pembelajaran yang termasuk konsep misalnya
pengertian, definisi, ciri khusus, komponen, dan sebagainya. Materi
pembelajaran yang temasuk prinsip umpamanya dalil, rumus, adigium,
postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan
seperti logam dipanasi maka akan dan
sebagainya. Materi pembelajaran yang berupa prosedur adalah langkah-
langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan tugas.
Termasuk ke dalamnya cara-cara yang digunakan untuk melakukan atau
menghasilkan sesuatu. Sikap atau nilai merupakan materi pembelajaran
afektif seperti kejujuran, kasih sayang, semangat, minat belajar, dan
sebagainya.
Pengelompokan bahan ajar berdasarkan jenisnya dilakukan dengan
berbagai cara oleh beberapa ahli dan masing-masing ahli mempunyai
kriteria sendiri- sendiri pada saat mengelompokannya. Menurut Belawati
(2003:113) bahan ajar dikelompokan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu
jenis bahan ajar cetak, noncetak, dan bahan ajar display.
A. Bahan Ajar Cetak
Bahan ajar cetak adalah sejumlah bahan yang digunakan dalam
kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau
penyampaian informasi (Kemp dan Dayton, 1985 dalam Belawati,
2013:114).
Dari sudut pandang teknologi pendidikan, bahan ajar dalam
beragam bentuknya dikategorikan sebagai bagian dari media
pembelajaran. Sebagai bagian dari media pembelajaran, bahan ajar cetak
mempunyai kontribusi yang tidak sedikit dalam proses pembelaajran.
Salah satu alas an mengapa bahan ajar cetak masih merupakan media
utama dalam paket bahan ajar di sekolah-sekolah, karena sampai saat ini
bahan ajar cetak masih merupakan media yang paling mudah diperoleh
dan lebih standar disbanding program computer (Bates dalam Belawati,
2002:114), disamping memiliki kelebihan, bahan ajar cetak juga memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

kelemahan diantaranya yaitu tidak mampu mempresentasikan gerakan.


Ketgori bahan ajar cetak diantaranya, yaitu :
Tabel 2.1. Kategori dan Karakteristik Bahan Ajar Cetak
Jenis Bahan Ajar Cetak Karakteristik

Modul
Terdiri dari bermacam-macam bahan
tertulis yang digunakan untuk belajar
mandiri

Handout Merupakan bermacam-macam bahan


cetak yang dapat memberikan
informasi kepada peserta didik.
Handout ini terdiri dari catatan (baik
lengkap maupun kerangkanya saja),
tabel, diagram, peta, dan materi-materi
tambahan lain.

Lembar kerja peserta didik Termasuk di dalamnya lembar kasus,


daftar bacaan, lembar praktikum,
lembar pengarahan tentang proyek dan
seminar, lembar kerja, dll.

Sumber: Belawati (2003:115)

B. Bahan Ajar Non Cetak


American Hospital Association (1978) mencatat kelebihan dan
kekurangan dari masing-masing jenis bahan ajar non cetak sebagai
berikut :
Tabel 2.2. Kelebihan dan Kekurangan Jenis-jenis Bahan Ajar Non Cetak
Jenis Bahan Kelebihan Kekurangan
Ajar Non
Cetak
OHT - Penggunaan proyektor - Membutuhkan alat
(Overhead yang dapat dioperasikan khusus untuk
dapat di kontror
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

Transparancies) langsung oleh pengajar. mengoperasikannya.


- Hanya membutuhkan - Proyektor terlalu
sedikit persiapan. besar jika
- Persiapan mudah dan dibandingkan dengan
murah. proyektor lainnya.

- Khususnya bermanfaat
untuk kelas besar
Audio - Mudah dipersiapkan - Ada kecenderungan
dengan menggunakan penggunaannya
tape biasa. berlebihan
- Dapat diaplikasikan - Aliran informasi
dihampir semua mata yang disampaikan
pelajaran sangat fixed.
- Alat yang digunakan
kompak, mudah dibawa,
dan mudah dioperaikan.
- Fleksibel dan mudah
diadaptasi, baik secara
sendiri atau terkait
dengan bahan-bahan
lainnya.
- Mudah diperbanyak dan
murah.
Video - Bermanfaat untuk - Ongkos produksinya
menggambarkan mahal.
gerakan, keterkaitan, - Tidak kompatibel
dan memberikan untuk beragam
dampak terhadap topic
format video.
yang dibahas.
- Dapat diputar ulang.
- Dapat dimasukkan
teknik film lain, seperrti
animasi.
- Dapat dikombinasikan
antara gambar diam
dengan gerakan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

Slide - Berwarna dan subjeknya - Membutuhkan alat


asli. khusus untuk
mengoperasikannya.
- Mudah direvisi dan
diperbaharui. - Sekuen dapat
- Dapat dikombinasikan terganggu jika
dengan audio. dioperasikan secara
individual.
- Dapat dimanfaatkan
untuk kelompok atau
individu.
Computer - Interaktif dengan peserta - Memerlukan
Based Material didik. computer dan
pengetahuan
- Dapat didaptasi sesuai
programmer.
kebutuhan peserta didik.
- Membutuhkan
- Dapat mengontrol
hardware khusus
hardware media lain.
untuk proses
pengembangan dan
penggunaannya.
- Hanya efektif bila
digunakan untuk
penggunaan
seseorang atau
beberapa orang
dalam kurun waktu
tertentu.
Sumber : Belawati (2003:117)

C. Bahan Ajar Display


Pada umumnya, bahan ajar display digunakan oleh guru pada saat
menyampaikan informasi kepada peserta didik di depan kelas. Jenis
bahan ajar display diantaranya adalah flipchart, adhesive, chart, poster,
peta, foto, dan realita.
2.3. Peranan Bahan Ajar dalam Pembelajaran
Bahan ajar sangat penting artinya bagi guru maupun peserta didik
dalam proses pembelajaran. Tanpa bahan ajar akan sulit bagi guru untuk
meningkatkan efektivitas pembelajaran. Demikian juga halnya dengan peserta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

didik, tanpa bahan ajar akan sulit untuk menyesuaikan diri dalam belajar,
apalagi jika gurunya mengajarkan materi dengan cepat dan kurang jelas. Oleh
sebab itu, bahan ajar dianggap sebagai bahan yang dimanfaatkan, baik oleh
guru maupun peserta didik, sebagi suatu upaya untuk memperbaiki mutu
pembelajaran. Tabel 2.3 diterangkan peranan bahan ajara bagi guru dan
peserta didik.
Tabel 2.3. Peranan Bahan Ajar
No Peranan Bagi Guru Peranan Bagi Peserta didik

1 Menghemat waktu guru dalam Peserta didik dapat belajar tanpa


mengajar. harus ada guru maupun teman
peserta didik yang lain.

2 Mengubah peranan guru dari Peserta didik dapat belajar kapan


seorang pengajar menjadi saja dan dimana saja ia kehendaki.
seorang fasilitator.

3 Meningkatkan proses Peserta didik dapat belajar sesuai


pembelajaran menjadi lebih dengan kecepatan sendiri.
efektif dan interaktif.

4 - Peserta didik dapat belajar


menurut urutan yang dipilihnya
sendiri.

5 - Membantu potensi peserta didik


untuk menjadi pelajar mandiri.

Sumber ; Belawati (2003:117)


Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan
disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu peserta didik
dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas
apakah dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau kombinasi
dari berbagai format yang dapat digunakan oleh peserta didik ataupun guru.
Sadiman mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk belajar, yakni dapat berupa orang, benda, pesan, bahan,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

teknik, dan latar (Sadiman, 2004: 3) menurut (Anonim, 1977:21), sumber


belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru,
baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan
belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan
pembelajaran. Dengan demikian maka sumber belajar juga dapat diartikan
sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang
mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik
untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.
Dari pengertian tersebut maka sumber belajar dapat dikategorikan
sebagai berikut (1) Tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja
seseorang dapat melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku maka
tempat itu dapat dikategorikan sebagai tempat belajar yang berarti sumber
belajar, misalnya perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat
pembuangan sampah, kolam ikan, dan lain sebaginya; (2) Benda yaitu segala
benda yang memungkinkan terjadinnya perubahan tingkah laku bagi peserta
didik, maka benda itu dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya
situs, candi, benda peninggalan lainnya; (3) Orang yaitu siapa saja yang
memiliki keahlian tertentu dimana peserta didik dapat belajar sesuatu, maka
yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya
guru, ahli geologi, polisi, dan ahli-ahli lainnya; (4) Bahan yaitu segala sesuatu
yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman elektronik, web, dll yang dapat
digunakan untuk belajar; (5) Buku yaitu segala macam buku yang dapat
dibaca secara mandiri oleh peserta didik dapat dikategorikan sebagai sumber
belajar. Misalnya buku pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedi, fiksi dan
lain sebagainya, dan (6) Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya
peristiwa kerusuhan, peristiwa bencana, dan peristiwa lainnya yang guru
dapat menjadikan peristiwa atau fakta sebagai sumber belajar.
Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun
guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang
memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Jika tidak maka tempat atau lingkungan alam sekitar, benda, orang, dan atau

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

buku hanya sekedar tempat, benda, orang atau buku yang tidak ada artinya
apa-apa.
Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale dalam
Saddiman dkk(2004:7) memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar
yang diperoleh peserta didik dapat melalui proses perbuatan atau mengalami
sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati, dan mendengarkan melalui
media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret
peserta didik mempelajari bahan pengajaran, contohnya melalui pengalaman
langsung, maka semakin banyak pengalaman yang diperolehnya (Sanjaya,
2008:165).

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale


2.4. Keterbacaan Bahan Ajar
Suatu aspek penting bagi peserta didik untuk meningkatkan
prestasi belajarnya dengan pemahaman isi bahan bacaan dari mata
pelajaran. Kesulitan memahami bahan bacaan dapat terjadi oleh peserta
didik dan oleh factor bahan bacaan. Factor dari peserta didik berupa latar
belakang pengetahuan peserta didik, motivasi peserta didik, dan
kematangan mental peserta didik, sedangkan factor bahan bacaan berupa
kejelasan cetakan, perbendaharaan kata dan kalimat, struktur atau
organisasi penulisan, dan konsep yang mempengaruhi kemudahan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

pemahaman bacaan (Widodo, 1993:30). Factor penyebab kesukaran bacaan


yaitu kalimat (panjang pendek, sederhana kompleks) dan perbendaharaan
kata (kata tunggal majemuk, bersuku kata banyak, kata-kata abstrak, dan
tata konseptual) (Widodo, 1993:30). Kata yang tepat serta dikenal oleh
pembaca dapat membantu pemahaman pembaca, sedangkan kata kurang
tepat akan menyebabkan pembaca menghentikan kegiatan membaca. Factor
cetakan, garis bawah, cetak miring, kepadatan kata, tata letak, dan masalah
kekompakan serta bahasa dapat mempengaruhi pemahaman bacaan
(Knutton dalam Widodo, 1993:32). Hal tersebut dapat memperjelas dan
menegaskan isi buku yang dianggap penting. Dengan adanya factor
tersebut menimbulkan perbedaan penafsiran dan perbedaan persepsi dari
masing-masing pembaca.
Beberapa pendapat tentang tingkat keterbacaan tersebut semuanya
saling mendukung dan melengkapi tercapainya criteria bahan ajar yang
mimiliki tingkat keterbacaan yang baik. Aspek penting peserta didik dalam
membaca bahan ajar yaitu untuk memahami isi buku. Pemahaman tersebut
dapat diperoleh bila tingkat keterbacaan buku yang dibacanya sesuai.

2.5. Tata Bahasa Bahan Ajar


Beberapa factor yang menjadi masalah kebahasaan dalam
pengembangan bahan ajar meliputi: (1) kalimat bermasalah yang mencolok
dalam aspek keefektivan yang berupa kalimat baku, pemakaian kata dan
kata penghubung yang mubazir, (2) kalimat bermasalah dalam aspek
keilmiahan, yaitu kalimat yang tidak efektiv dan tidak hemat dalam
pemakaian kelompok kata, (3) kalimat bermasalah pada enerapan EYD
berupa: kekurangan tanda baca, ketidaktepatan pemakaian tanda baca, serta
penulisan kata yang tidak tepat, dan (4) aspek kebakuan berupa tidak
adanya subjek dan predikat, pemakaian kata yang tidak tepat dan
pemakaian ungkapan yang tidak tepat (Supriadi, 2007:79). Beberapa
pendapat tersebut merupakan hal penting dalam penggunaan dan
pengembangan bahan ajar untuk mendapatkan kualitas bahasa buku yang
baik dan mudah dipahami oleh pembaca.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

2.6. Prinsip dan Prosedur Pengembangan Bahan Ajar


Ada tiga prinsip yang diperlukan dalam pengembangan bahan ajar.
Ketiga prinsip itu adalah relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Relevansi
artinya keterkaitan atau berhubungan erat. Konsistensi maksudnya keajegan
tetap. Kecukupan maksudnya secara kuantitaif materi tersebut memadai
untuk dipelajari.
Prinsip relevansi atau keterkaitan atau berhubungan erat, maksunya
adalah materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan oleh
menghafalkan fakta, materi yang disajikan adalah fakta. Kalau kompetensi
dasar meminta kemampuan melakukan sesuatu, materi pelajarannya
adalah prosedur atau cara melakukan sesuatu.
Prinsip konsistensi adalah ketatabahasaan dalam pengembangan
bahan ajar. Misalnya kompetensi meminta kemampuan peserta didik untuk
menguasai tiga macam konsep, materi yang disajikan juga tiga macam.
Umpamanya kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh peserta didik
adalah membandingkan berbagai pola aliran sungai, materinya sekurang-
kurangnya pengertian sungai, macam-macam pola aliran sungai, dan
karakteristik pola aliran sungai. Artinya, apa yang diminta itulah yang
diberikan.
Prinsip kecukupan, artinya materi yang disajikan hendaknya cukup
memadai untuk mencapai kompetensi dasar. Materi tidak terlalu sedikit
dan tidak terlalu banyak. Jika materi terlalu sedikit, kemungkinan peserta
didik tidak akan dapat mencapai kompetensi dasar dengan memanfaatkan
materi itu. Kalau materi terlalu banyak akan banyak pula menyita waktu
untuk mempelajarinya.
Ada beberapa prosedur yang harus diikuti dalam pengembangan
bahan ajar. Prosedur itu meliputi: (1) memahami standar isi dan standar
kompetensi lulusan, silabus, program semester, dan rencana pelaksanaan
pembelajaran; (2) mengidentifikasi jenis mataeri pembelajaran
berdasarkan pemahaman terhadap poin pertama; (3) melakukan pemetaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

materi; (4) menetapkan bentuk penyajian; (5) menyusun struktur


(kerangka) penyajian; (6) membaca buku sumber; (7) mendraf
(memburam) bahan ajar; (8) merevisi (menyunting) bahan ajar; (9)
mengujicobakan bahan ajar; dan (10) merevisi dan menulis akhir
(finalisasi). Memahami standar isi (Permen 22/2006) berarti mamahami
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini telah dilakukan guru
ketika menyususn silabus, program semester, dan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Memahami standar kompetensi lulusan (Permen 23/2006)
juga telah dilakukan ketika menyusun silabus.
Walaupun demikian, ketika pengembangan bahan ajar dilakukan,
dokumen-dokumen tersebut perlu dihadirkan dan dibaca kembali. Hal itu
akan membantu penyusunan bahan ajar dalam mengaplikasikan prinsip
relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Selain tiu, pengembangan bahan
ajar akan terpadu ke arah yang jelas, sehingga bahan ajar yang dihasilkan
benar-benar berfungsi. Identifikasi jenis materi perlu dilakukan agar
penyususn bahan ajar mengenal tepat jenis-jenis materi yang akan
disajikan. Hasil identifikasi itu kemudian dipetakan dan diorganisasikan
sesuai dengan pendekatan yang dipilih (procedural atau hierarkis).
Pemetaan materi dilakukan berdasarkan SK, KD dan SKL. Tentu saja di
dalamnya terdapat indikator pencapaian yang telah dirumuskan pada saat
menyusun silabus. Jika ketika menyusun silabus telah terpeta dengan baik,
pemetaan tidak diperlukan lagi. Penyusunan bahan ajar hanya berpedoman
pada silabus yang ada. Akan tetapi jika belum terpetakan dengan baik,
perlu pemetaan ulang setelah pengembangan silabus.
Langkah berikutnya ialah menetapkan bentuk penyajian. Bentuk
penyajian dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan. Bentuk-bentuk tersebut
adalah seperti buku teks, modul, diklat, lembar informasi, atau bahan ajar
sederhana. Masing-masing bentuk penyajian ini dapat dilihat dari berbagai
sisi. Di antaranya dapat dilihat dari sisi kekompleksan struktur dan
pekerjaannya. Bentuk buku teks tentu lebih kompleks dibandingkan
dengan yang lain. Begitu pula halnya modul dengan yang lain. Yang
pakurang koleksitasnya adalah bahan ajar sederhana. Sesuai dngan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

penyajian sudah ditetapkan, penyusun bahan ajar menyusun struktur atau


kerangka penyajian. Kerangka-kerangka itu diisi dengan materi yang telah
ditetapkan. Kegiatan ini sudah termasuk mendraf (membahasakan,
membuat ilustrasi, gambar) bahan ajar. Draf itu kemudian direvisi. Hasil
revisi diujicobakan, kemudian direvisi lagi, dan selanjutnya ditulis akhir
(finalisasi). Selanjutnya, guru telah dapat menggunakan bahan ajar
tersebut membelajarkan peserta didiknya.
Dalam menyusun bahan ajar perlu memperhatikan kecocokan bahan,
kesesuaian metode srta media yang relevan, dan dapat menunjang proses
pembelaajran. Menurut Tarigan dan Tarigan (1986:20) kriteria telaah
bahan ajar meliputi : (1) kurikulum yang berlaku; (2) karakteristik mata
pelajaran (ilmu yang relevan); (3) hubungan antara kurikulum, mata
pelajaran, dan bahan ajar; (4) dasr-dasar pengembangan bahan ajar; (5)
kualitas bahan ajar; (6) prinsip-prinsip pengembangan buku kerja; dan (7)
penyeleksian buku kerja. Penilaian bahan ajar menurut Supriadi (2001:9)
meliputi: mutu isi buku, kesesuaian dengan kurikulum, bahasa yang
digunakan termasuk penyajian dan keterbacaannya, grafika, dan keamanan
buku.

3. Hakekat Pembelajaran Geografi

Pembelajaran menurut Degeng dalam Hamzah B.Uno (2006: 2)


adalah upaya membelajarkan peserta didik. Dalam pembelajaran peserta didik
tidak hanya berinteraksi dengan pendidik sebagai salah satu sumber belajar,
tetapi juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang di inginkan. Menurut Oemar
Hamalik (2007: 25), pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian
pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menggunakan cara menuangkan
pengetahuan kepada peserta didik.
Pembelajaran geografi merupakan pembelajaran tentang aspek-aspek
keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam dan
kehidupan umat manusia dengan variasi kewilayahannya. Pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

Geografi merupakan pembelajaran tentang hakikat geografi yang diajarkan di


sekolah dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak pada
jenjang pendidikan masing-masing (Nursid Sumaatmadja, 2001: 12).
Berdasarkan Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI),
pembelajaran geografi membangun dan mengembangkan pemahaman peserta
didik tentang variasi dan organisasi spasial masyarakat, tempat dan
lingkungan pada muka bumi peserta didik didorong utuk memahami aspek
dan proses fisik yang membentuk poal muka bumi, karakteristik dan
persebaran spasial ekologis dipermukaan bumi. Selain itu peserta didik
dimotivasi secara aktif dan kreatif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan
pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat dan wilayah.
Pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai diperoleh dalam
pembelajaran Geografi diharapkan dapat membangun kemampuan peserta
didik untuk bersikap, bertindak cerdas, arif dan bertanggung jawab dalam
menghadapi masalah sosial, ekonomi dan ekologis.

4. Spatial Ability

Geografi merupakan ilmu yang mempelajari seluruh fenomena geosfer.


Untuk dapat memahami secara mendalam dan menyeluruh tentang ilmu geografi
diperlukan kecakapan spasial (spatial ability) yang dimiliki oleh peserta didik.
Spatial Ability yaitu cara berpikir yang digunakan untuk memahami arti dalam
suatu bentuk, ukuran, lokasi, arah/ tujuan, dari objek, fenomena atau gejala, atau
posisi relatif di ruangan dari berbagai objek, proses atau gejala, (National
Research Council, 2006) .

examining the world around us. These skills enable the geographer to
visualize and analyze spatial relationships between objects, such as
location, distance, direction, shape, and pattern. Any issue or event can be
viewed spatially: the spread of disease, earthquake activity, trade,

it an ideal starting point for interdisciplinary instruction. If we want to


foster problem-solving and analytical skills in our classrooms, then we
must infuse our curricula with content and activities that support the
, (Association of American
Geographers).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

Kecakapan spasial merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi
peserta didik. Hal tersebut berkenaan dengan kemampuan peserta didik dalam
mengkaji dan mengkaitkan fenomena fenomena yang terjadi di muka bumi ini.
Terdapat kecakapan kecakapan dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik.
Berikut adalah kecakapan kecakapan dasar menurut Association of American
Geographers:
Tabel 2.4. Kecakapan kecakapan dasar menurut Association of American
Geographers
Kecakapan Definisi Contoh

Comparation membandingkan satu tempat curah hujan, pendapatan, citra


dengan tempat lainnya satelit, peta, dan grafik

Aura menjelaskan bahwa letak suatu asap pabrik, kebisingan jalan


tempat dapat berpengaruh raya, nilai properti di dekat
dengan tempat didekatnya taman
(tetangganya)

Region menarik garis/ deliniasi tempat daerah tanaman jagung,


yang memiliki karakteristik dataran tinggi Ozark,
sama atau terkait dalam lingkungan polish, jalan kecil/
beberapa cara lorong tornado

Transition menggambarkan apa yang kenampakan yang berubah


terjadi antara dua tempat secara bertahap atau tiba-tiba
dengan kondisi yang diketahui dari satu tempat ke tempat lain

Analogy menemukan tempat di benua iklim mediterania, zona


atau lokasi lain yang memiliki subduksi, hinterland
posisi sama dan kondisi serupa

Heirarki mengidentifikasi hirarki jaringan sungai, distribusi


spasial atau sekumpulan hirarki, hierarki politik
kenampakan yang saling
berhubungan

Pattern menggambarkan susunan fitur cluster, melingkar, mengikat,


atau kondisi di suatu daerah/ memanjang, merata atau tidak
wilayah

Association mengidentifikasi sejauh mana mall dan jalan bebas


kenampakan dalam peta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

memiliki pola yang sama hambatan, penyakit malaria

5. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang merupakan lanjutan


pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dikembangkan
pada tahun 2004 lalu, yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di mana kompetensi
lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati.
Inti dari Kurikulum 2013 adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan
tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap
di dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk
mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk
mendorong peserta didik, mampu lebih baik dalam melakukan observasi,
bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang
mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran.
Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan
kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.
Melalui pendekatan itu diharapkan peserta didik kita memiliki kompetensi
sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif,
inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam
menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa
depan yang lebih baik.
Perubahan kurikulum dari kurikulum KTSP ke kurikulum 2013
mendasarkan pada beberapa kelemahan yang terdapat dalam kurikulum KTSP
(permendiknas No.32 Tahun 2013 dalam Mulyasa 2013: 60), antara lain :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

a. Isi dan pesan-pesan kurikulum KTSP dan sebelumnya masih terlalu padat,
ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran, materi yang luas, dan
tingkat kesukaran yang melampaui batas perkembangan sesuai usia anak
b. Kurikulum KTSP dan sebelumnya dinilai belum mengembangkan
kompetensi sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional
c. Kompetensi dalam kurikulum KTSP dan sebelumnya didominasi oleh
pengembangan aspek pengetahuan, sedangkan aspek keterampilan dan
sikap belum dikembangkan
d. Belum terakomodir secara baik berbagai perkembangan yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, seperti pendidikan karakter, kesadaran
lingkungan, pembelajaran konstruktivistik, keseimbangan soft skills and
hard skills, serta enterpreunership
e. Kurikulum lama kurang dinamis dalam menanggapi perubahan social yang
terjadi
f. Standar proses pembelajaran belum terperinci, sehingga terjadi mis-
persepsi
g. Penilaian yang dilakukan belum menerapkan standar penilaian berbasis
kompetensi.

Pengembangan kurikulum 2013 bertujuan untuk menghasilkan cendekiawan


yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan yang terintegrasi. Pengembangan kurikulum tersebut difokuskan
pada pembentukan karakter dan sikap peserta didik sebagai wujud pemahaman
terhadap konsep yang telah dipelajari secara konstektual. Pengembangan
kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum KBK yang pernah
diterapkan di Indonesia. Pada hakikatnya kompetensi merupakan keterpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak. Burke (1995) dalam (Mulyasa, 2013: 66) mengemukakan
is a knowledge, skills, and abilities or capabilition that a
person achieves, which become part of his or her being to the exent he or she can
satisfactorily perform particular cognitieva, affective, and psychomotor
behaviors maka terdapat

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai
berikut :

a. Knowledge (pengetahuan): yakni kesadaran dalam bidang kognitif

b. Understanding (pemahaman): yakni kedalaman kognitif dan afektif


setiap individu

c. Skills (kemampuan): yakni sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk


melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya

d. Value (nilai): yakni suatu standar perilaku yang telah diyakini dan
secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.

e. Attitude (sikap): yakni perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan


yang datang dari luar

f. Interest (minat): yakni kecenderungan seseorang untuk melakukan


sesuatu perbuatan.

Kurikulum 2013 sebagai kurikulum terbarukan yang berbasis kompetensi


antara lain : observing, questioning, associating, experimenting, and networking,
sehingga didalam kurikulum tersebut, peserta didik dituntut untuk lebih aktif,
lebih peka dan lebih kreatif dalam menggali ilmu pengetahuan melalui berbagai
media, termasuk media online. Sebagai implementasi dari kurikulum 2013 berupa
aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta
karakter peserta didik, menuntuk pendidik aktif dalam menciptakan dan
menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rancangan yang diprogramkan.

Menurut Saylor (1981) dalam (Mulyasa, 2013: 99) mengatakan bahwa

necessarily, involving teaching in the sense of student, teacher interaction in an

Dari pernyataan Saylor tersebut, dapat dikatakan bahwa implementasi


kurikulum seharusnya menempatkan pengembangan kreativitas peserta didik
lebih dari penguasaan materi. Dalam kaitan ini, peserta didik ditempatkan sebagai
subjek dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, pembelajaran bukan hanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

mentransfer atau memberikan informasi, namun lebih bersifat menciptakan


lingkungan yang memungkinkan peserta didik dapat berpikir kritis dan
membentuk pengetahuan.

Implementasi kurikulum 2013 diharapkan mampu menghasilkan insan


yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal tersebut karena dalam kurikulum 2013
berbasis karakter dan kompetensi yang secara konseptual memiliki beberapa
keunggulan, antara lain : pertama) kurikulum 2013 menggunakan pendekatan
konstektual (didasarkan pada pengembangan dari potensi masing-masing peserta
didik). Kedua) kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi
mendasarkan pada pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Ketiga) terdapat
beberapa bidang ilmu dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan
pendekatan kompetensi, terutama berkaitan dengan keterampilan.

6. Pendekatan Saintifik

6.1. Esensi Pendekatan Saintifik

Pada hakikatnya, sebuah proses pembelajaran yang dilakukan di


kelas-kelas bisa kita dipadankan sebagai sebuah proses ilmiah. Oleh sebab
itu, dalam Kurikulum 2013 diamanatkan tentang apa sebenarnya esensi dari
Scientific Approach pada kegiatan pembelajaran. Ada sebuah keyakinan
bahwa Scientific Approach merupakan sebentuk titian emas perkembangan
dan pengembangan sikap (ranah afektif), keterampilan (ranah
psikomotorik), dan pengetahuan (ranah kognitif) peserta didik.

Pada suatu pendekatan yang dilakukan atau proses kerja yang


memenuhi kriteria ilmiah, para saintis lebih mementingkan penggunaan
pelararan induktif (inductive reasoning) daripada penggunaan penalaran
deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif adalah bentuk penalaran
yang mencoba melihat fenomena-fenomena umum untuk kemudian
membuat sebuah simpulan yang khusus. Penalaran induktif (inductive
reasoning) adalah kebalikannya. Penalaran induktif justru memandang
fenomena-fenomena atau situasi-situasi yang khusus lalu berikutnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

membuat sebuah simpulan secara keseluruhan (umum). Esensinya, pada


penggunaan penalaran induktif, bukti-bukti khusus (spesifik) ditempatkan ke
dalam suatu relasi (hubungan) gagasan atau ide yang lebih luas (umum).
Sedangkan metode ilmiah pada umumnya meletakkan fenomena-fenomena
unik dengan kajian khusus atau spesifik dan detail lalu setelah itu
kemudian merumuskan sebuah simpulan yang bersifat umum.

Metode ilmiah adalah sebuah metode yang merujuk pada teknik-


teknik penyelidikan terhadap suatu atau beberapa fenomena atau gejala,
memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan
pengetahuan sebelumnya. Agar dapat dikatakan sebagai metode yang
bersifat ilmiah, maka sebuah metode penyelidikan/inkuiri/pencarian
(method of inquiry) haruslah didasarkan pada bukti-bukti dari objek
yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip
penalaran yang spesifik. Oleh sebab itu metode ilmiah umumnya memuat
serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen,
mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan
menguji hipotesis.

6.2. Kriteria-Kriteria Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Proses pembelajaran dengan berbasis Pendekatan Saintifik harus


dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini
bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan,
pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan
demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-
nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.

Sebuah proses pembelajaran yang digenjot oleh seorang pendidik di


kelasnya akan dapat disebut ilmiah bila proses pembelajaran tersebut
memenuhi kriteria-kriteria berikut ini. (Kemendikbud:2013)

a. Substansi atau materi pembelajaran benar-benar berdasarkan fakta


atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng


semata.
b. Penjelasan pendidik, respon peserta didik, dan interaksi edukatif
pendidik-peserta didik harus terbebas dari prasangka yang serta-
merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari
alur berpikir logis.
c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara
kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,
memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi
pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir
hipotetik (membuat dugaan) dalam melihat perbedaan, kesamaan,
dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi
pembelajaran.
e. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional
dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggung-jawabkan.
g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan
menarik sistem penyajiannya.
Sebuah proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-
nilai nonilmiah yang meliputi intuisi, penggunaan akal sehat yang keliru,
prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis.

6.3. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA
atau yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses
pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah
sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik
menggamit transformasi substansi atau

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara


kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang
memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard
skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan,
dan pengetahuan.

Gambar 2.2. Langkah Pembelajaran Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam


pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah
(scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi
mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
mencipta untuk semua mata pelajaran. (Kemendikbud:2013)
a. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu,
seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan
tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat
bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga
proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan
metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan
antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang
digunakan oleh pendidik.
b. Menanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

Pendidik yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk


meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuannya. Pada saat pendidik bertanya, pada saat itu pula dia
membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.
Ketika pendidik menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula
dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar
yang baik.
c. Menalar

pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk


menggambarkan bahwa pendidik dan peserta didik merupakan pelaku
aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik
harus lebih aktif daripada pendidik. Penalaran adalah proses berfikir
yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi
untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
d. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik
harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau
substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik
harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu
menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.
e. Jejaring Pembelajaran atau Pembelajaran Kolaboratif

Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan pendidik, fungsi pendidik


lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya peserta didiklah
yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisiskan
sebagai satu falsafah pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas
peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi
dengan yang lain atau pendidik. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta
didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini


akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinkan peserta didik
menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama.

7. Hakekat Mata Pelajaran Dinamika Hidrosfer

Mata pelajaran Dinamika Hidrosfer merupakan pelajaran yang


setikdaknya harus dipelajari oleh para peserta didik. Didalam pembelajaran ini
peserta didik akan diajak untuk membahas mengenai dinamika yang terjadi di
bumi (Hidrosfer) ini.

Salah satu materi pelajaran geografi di Sekolah Menengah Atas kelas X


adalah hubungan manusia dan lingkungan akibat dinamika Hidrosfer. Materi
pelajaran Hidrosfer ini dipelajari peserta didik saat awal semester genap.
Tujuan pembelajaran Hidrosfer ini adalah:
a. Peserta didik mampu mengidentifikasi unsure-unsur siklus
hidrologi,
b. Peserta didik mampu mengidentifikasi berbagai jenis
perairan,
c. Peserta didik mampu mendeskripsikan daerah aliran sungai,
d. Peserta didik mampu menjelaskan potensi air permukaan
dan air tanah,
e. Peserta didik mampu menjelaskan penyebab dan dampak
banjir,
f. Peserta didik mampu mendeskripsikan pantai dan pesisir
laut,
g. Peserta didik mampu mendeskripsikan ekosistem
pantai/pesisir,
h. Peserta didik mampu mengidentifikasi zona pesisir dan laut,
i. Peserta didik mampu menjelaskan morfologi laut dan gerak
air laut,
j. Peserta diik mampu menguraikan kualitas suhu, kecerahan,
dan salinitas air.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

Materi pelajaran hidrosfer yaitu:


a. Identifikasi unsur-unsur utama siklus hidrologi
b. Identifikasi berbagai jenis perairan
c. Derah Aliran Sungai (DAS)
d. Perairan Darat dan potensinya
e. Perairan laut dan potensinya
f. Pemanfaatan Perairan Laut dan Pelestariannya
g. Pemanfaatan Perairan Darat dan Pelestariannya

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan pengembangan media ini ialah :

1. Talhita Rahmawati. K5408052. PENGEMBANGAN MULTIMEDIA


PEMBELAJARAN GEOGRAFI MENGGUNAKAN MACROMEDIA
FLASH PADA MATERI HIDROSFER DI SMA, Skripsi. Surakarta: Fakultas
Kependidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Januari 2012.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui kelayakan


multimedia pembelajaran interaktif materi Hidrosfer SMA kelas X. (2) untuk
mengetahui efektivitas multimedia pembelajaran interaktif materi Hidrosfer
SMA kelas X. Metode yang digunakan adalah menggunakan metode
penelitian dan pengembangan (R&D). Subyek penelitian adalah ahli media,
ahli materi dan peserta didik kelas X2, X4, X5, dan X7. Teknik sampling yang
digunakan adalah proporsional random sampling dan instrumen pengumpulan
data menggunakan Lembar Validasi dari ahli materi, ahli media, penilaian
peserta didik, wawancara, observasi, test dan dokumentasi. Hasil penelitian ini
adalah multimedia interaktif menggunakan program Macromedia Flash materi
Hidrosfer dinyatakan layak digunakan untuk pembelajaran geografi di SMA
kelas X berdasarkan penilaian ahli media dengan skor penilaian 4 (baik) pada
aspek keefektifan desain layar, aspek kemudahan pengoperasian, dan aspek
keefektivan navigasi yang digunakan serta mendapatkan skor 5 (sangat baik)
pada aspek kemanfaatan produk multimedia interaktif, berdasarkan penilaian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

ahli materi mendapatkan skor penilaian 4 (baik) pada aspek kualitas materi
dan skor penilaian 5 (sangat baik) pada aspek kemanfaatan materi, dan
penilaian peserta didik pada uji coba perorangan (one to one evaluation), uji
coba kelompok kecil (small group evaluation), dan uji coba lapangan (field
trial evaluation) dengan skor penilaian 4 (baik) pada semua aspek kriteria
kelayakan multimedia interaktif. Multimedia interaktif menggunakan program
Macromedia Flash materi Hidrosfer dinyatakan efektif digunakan dalam
proses pembelajaran Geografi berdasarkan pada rata-rata persentase kenaikan
hasil belajar peserta didik menggunakan Macromedia Flash sebesar 54,26%
dengan ketuntasan klasikal peserta didik sebesar 76,20, menggunakan
program Power Point sebesar 51,88% dengan ketuntasan klasikal peserta didik
sebesar 70,90, dan menggunakan metode ceramah sebesar 48,07% dengan
ketuntasan klasikal peserta didik sebesar 61,32.

2. Dian Agil Prasetyo. PENGEMBANGAN MODUL DAN MANAJEMEN


BENCANA BERBANTUAN CD INTERAKTIF SEBAGAI BAHAN AJAR
GEOGRAFI DI SMA NEGERI KABUPATEN KENDAL. Skripsi, Semarang:
Jurusan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang, Juli
2013.

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun serta mengetahui kelayakan


modul dan manajemen bencana berbantuan CD interaktif sebagai bahan ajar
dan dapat meningkatkan pengetahuan tentang materi vulkanisme peserta didik
SMA Negeri di Kabupaten Kendal.

Populasi penelitian ini adalah seluruh buku teks Geografi kelas X SMA
Negeri di Kabupaten Kendal. Penentuan sampel dengan menggunakan teknik
random sampling. Sampel penelitian ini yaitu buku teks di SMA N 1
Sukorejo, Limbangan, Patean, dan Boja. Variabel penelitian ini berupa
kelayakan modul sebagai bahan ajar. Teknik analisis data menggunakan
deskriptif presentase.

Hasil penelitian menunjukan rata-rata penilaian kelayakan modul dan


manajemen bencana bebantuan CD interaktif oleh lima ahli bahan ajar dan
materi memperoleh presentase 90% dengan kriteria sangat layak menurut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

penilaian kelayakan bahan ajar BSNP (2006). Rata-rata tanggapan guru


terhadap modul pengembangan memperoleh presentase 85,6% dengan kriteria
sangat layak. Rata-rata tanggapan peserta didik terhadap modul
pengembangan memperoleh presentase 81,4% dengan kriteria sangat layak.
Meskipun dikatakan layak modul pengembangan masih ada masukan dari
validator dan responden guna menambah kesempurnaan modul.

Kesimpulan penelitian ini adalah modul dan manajemen bencana


berbantuan CD interaktif layak digunakan sebagai bahan ajar Geografi kelas X
SMA Negeri di Kabupaten Kendal. Bagi guru disarankan dapat menerapkan
dan mengembangkan sendiri modul dan manajemen bencana berbantuan CD
interaktif yang nantinya digunakan dalam pembelajaran agar kemampuan
peserta didik dalam aktivitas belajar, keterampilan peserta didik, dan hasil
belajarnya dapat meningkat selain itu juga akan dapat meningkatkan daya
berfikir kritis peserta didik.

3. Wiwin Puji Wahyudi, PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BUKU SAKU


GEOGRAFI (BSG) PADA KD. 3.3 MENGANALISIS HIDROSFER DAN
DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI UNTUK
KELAS X DI SMAN 1 CERME. Skripsi: Program studi Pendidikan Geografi,
Universitas Negeri Surabaya, 2012

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menghasilkan produk pengembangan


berupa bahan ajar Buku Saku Geografi (BSG) pada materi hidrosfer dan
dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi ditinjau dari aspek kelayakan
bahan ajar; (2) mendeskripsikan respon peserta didik terhadap bahan ajar BSG
yang telah dikembangkan; (3) mendekripsikan respon peserta didik setelah
menggunakan BSG dan Peserta didik yang tidak menggunakan BSG.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan R&D


dengan model pengembangan ADDIE. Rancangan penelitian yang digunakan
quasi eksperiment. Sumber penelitian adalah peserta didik, ahli materi, guru,
dan ahli bahasa yang diberi angket penelitian. Data hasil belajar meliputi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

posttest dan pretest. Data angket dianalisis dengan skala likert, hasil belajar
dianalisis dengan Uji t-test melalui program SPSS 16.

Hasil penelitian ini menunjukkan BSG dinyatakan layak sebagai bahan


ajar dengan penilaian kelayakan oleh ahli materi sebesar 90,6 %, guru
geografi sebesar 93,53% dan ahli bahasa sebesar 73,2 %. BSG juga
mendapatkan respon sangat baik dari peserta didik sebesar 85,7%. Hal ini
didukung oleh hasil observasi peneliti selama proses pembelajaran, meliputi
aktivitas peserta didik selama belajar menggunakan BSG. Dari penelitian hasil
belajar peserta didik antara kedua kelas terjadi perbedaan yang signifikan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

commit to user
36

Nama
Thalita Rahmawati Dian Agil Prasetyo Wiwin Puji Wahyudi Sandy Firmansyah
Jenis

Judul Pengembangan Pengembangan Modul Pengembangan Bahan Pengembangan E-book


Penelitian Multimedia Pembelajaran dan Manajemen Bencana Ajar Buku Saku Geografi berbasis Scientific
perpustakaan.uns.ac.id

Geografi Menggunakan Berbantuan CD Interaktif Geografi (BSG) pada Approach pada materi
Macromedia Flash pada sebagai Bahan Ajar KD 3.3 Menganalisis hubungan manusia dengan
Materi Hidrosfer di SMA Geografi di SMA Negeri Hidrosfer dan lingkungan akibat dinamika
Kabupaten Kendal Dampaknya terhadap Hidrosfer untuk meningkatkan
Kehidupan Di Muka Spatial Ability peserta didik
Bumi untuk Kelas X di kelas X IPS SMA N 1
SMAN 1 Cerme Sukoharjo Tahun Ajaran

commit to user
2013/2014

Tujuan (1) untuk mengetahui untuk menyusun serta 1. Menghasilkan 1. Mengembangkan buku ajar
Penelitian kelayakan multimedia mengetahui kelayakan produk elektronik sebagai bahan
pembelajaran interaktif modul dan manajemen pengembangan ajar dalam pembelajaran
materi Hidrosfer SMA bencana berbantuan CD berupa bahan ajar yang berbasis Scientific
kelas X. interaktif sebagai bahan Buku Saku Geografi Approach pada materi
ajar dan dapat (BSG) pada materi Hubungan Manusia dan
(2) untuk mengetahui
meningkatkan hidrosfer dan Lingkungan akibat
efektivitas multimedia
digilib.uns.ac.id
37

pembelajaran interaktif pengetahuan tentang dampaknya terhadap Dinamika Litosfer untuk


materi Hidrosfer SMA materi vulkanisme kehidupan di muka meningkatkan Spatial
kelas X. peserta didik SMA bumi ditinjau dari Ability para peserta didik.
Negeri di Kabupaten aspek kelayakan
2. Mengetahui Efektivitas
Kendal. bahan ajar
perpustakaan.uns.ac.id

penggunaan E-book
2. Mendeskripsikan sebagai bahan ajar dalam
respon peserta didik pembelajaran yang
terhadap bahan ajar berbasis Scientific
BSG yang telah Approach pada materi
dikembangkan Hubungan Manusia dan
Lingkungan akibat
3. Mendeskripsikan
Dinamika Litosfer untuk
hasil belajar peserta

commit to user
meningkatkan Spatial
didik setelah
Ability para peserta.
menggunakan BSG
dan peserta didik
yang tidak
menggunakan BSG.

Metode Metode Penelitian Dan Metode Penelitian Dan Metode Penelitian Dan Metode Penelitian Dan
digilib.uns.ac.id
38

Penelitian Pengembangan (R&D) Pengembangan (R&D) Pengembangan (R&D) Pengembangan (R&D)

Teknik angket, Angket kelayakan Angket Observasi


Pengumpulan
observasi, wawancara Tes Tes
Data
tes, dan dokumentasi Angket
perpustakaan.uns.ac.id

Analisis Data Analisis statistik deskriptif Analisis deskriptif Analisis Uji t Analisis statistik deskriptif
kualitatif dan deskriptif prosentase kualitatif dan deskriptif
kuantitatif kuantitatif

Hasil (1) Multimedia interaktif modul dan manajemen Hasil penelitian ini E-book Geografi berbasis
Penelitian menggunakan bencana berbantuan CD menunjukkan BSG Scientific Approach yang
program Macromedia interaktif layak dinyatakan layak dikembangkan dalam penelitian
Flash materi Hidrosfer digunakan sebagai bahan sebagai bahan ajar, ini dikategorikan baik

commit to user
dinyatakan layak ajar Geografi kelas X hal ini didukung digunakan dalam proses
digunakan untuk SMA Negeri di oleh hasil observasi pembelajaran serta terbukti
pembelajaran geografi Kabupaten Kendal. peneliti selama dapat meningkatkan
di SMA kelas X. Karena dapat proses kemampuan spatial ability
meningkatkan pembelajaran. peserta didik pada mata
(2) Multimedia interaktif
kemampuan peserta didik pelajaran geografi kelas X IPS
menggunakan
dalam aktivitas belajar,
program Macromedia
digilib.uns.ac.id
39

Flash materi Hidrosfer keterampilan peserta


dinyatakan efektif didik, dan hasil
digunakan dalam belajarnya dapat
proses pembelajaran meningkat selain itu juga
Geografi akan dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id

daya berfikir kritis


peserta didik.

commit to user
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

C. Kerangka Pemikiran

Pembelajaran konvensional memiliki proses pembelajaran yang masih


terpusat pada pendidik, padahal yang terjadi saat ini pembelajaran untuk
kurikulum 2013 ini peserta didik dituntut untuk dapat menggali kemampuan
berpikir riil mereka. Pengembangan kurikulum 2013 bertujuan untuk
menghasilkan cendekiawan yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui
penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Pengembangan
kurikulum tersebut difokuskan pada pembentukan karakter dan sikap peserta didik
sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang telah dipelajari secara
konstektual. Pengembangan kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari
kurikulum KBK yang pernah diterapkan di Indonesia. Pada hakikatnya
kompetensi merupakan keterpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan
sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Pada kenyataannya di lapangan penerapan kurikulum 2013 saat ini belum


optimal, ini dikarenakan bahwa adanya kekurangan yang sangat mendasar
didalam proses pembelajaran ini, seperti ketiadaan buku ajar. Terlebih lagi, buku
ajar geografi merupakan sesuatu yang menjadi pijakan untuk peserta didik untuk
belajar dan mengembangkan pikiran dan referensi mereka. Akan tetapi, buku ajar
geografi yang sesuai untuk kurikulum 2013 belum ada baik itu buku cetak
ataupun dalam bentuk buku elektronik. Sehingga ketiadaan prasarana belajar ini
berdampak pada keefektian pembelajaran, untuk itu di perlukan upaya perbaikan
proses belajar mengajar yang sesuai.

Pemakaian media pembelajaran berupa e-book ini akan mempermudah


peserta didik dalam melakukan transfer informasi baik itu di dalam kelas maupun
di luar kelas. ini karena dengan digunakannya e-book akan mempermudah peserta
didik untuk belajar, karena sifatnya yang mudah dibawa, murah, ringan, tidak
memakan tempat dan dapat dibuka melalui handphone akan mempermudah
peserta didik untuk belajar baik dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun.

Dengan demikian, peneliti membuat sebuah rancangan materi pembelajaran


yang disusun sesuai dengan tujuan, prinsip dan hakikat dari kurikulum 2013.
Pembuatan materi pembelajaran berbasis e-book ini haruslah mudah digunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

yang memuat materi sederhana dan menarik agar merangsang pengguna tertarik
menjelajah seluruh materi, sehingga materi pembelajaran yang terkandung
didalamnya dapat terserap dengan baik dan juga mengandung banyak manfaat.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dikembangkan dalam


bentuk alur sebagai berikut :

Gambar 2.3. Diagram Alir Kerangka Berpikir Pengembangan E-book Pembelajaran


commit to user

Anda mungkin juga menyukai