Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

OLEH KELOMPOK I

ZAINUDDIN

SYAHRIANI

AMIHARA

ANSAR ABDULLAH

RAHWAWATI TAMRIN

AFDALIAH RAUF

YUNIRIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul
“SISTEM INFORMASI MANAJEMEN”. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Birokrasi.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Makassar, 12 Maret 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ........... ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................. ii

DAFTAR ISI ..... ...................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1


B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan ... ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Ciri-ciri Masyarakat Informasional .......................................... 3


B. Tahap-tahap Penanganan Informasi ........................................ 9
C. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Sistem Informasi........... 12
D. Struktur Organisasi Ditinjau dari Segi Informasi ................... 17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sering terdengar ungkapan bahwa zaman ini berada dalam era informasi.
Masyarakat modern dikenal sebagai masyarakat informasional. Dan hal ini
memang benar karena diketahui salah satu fenomena yang dewasa ini sudah
“mendunia” dan berlangsung dengan kepesatan yang sangat tinggi ialah
perkembangan dan berbagai terobosan di bidang teknologi informasi. Aplikasinya
dalam dunia nyata pun sudah sangat beragam sehingga tidak ada lagi segi
kehidupan dan penghidupan yang tidak tersentuh oleh informasi, baik pada
individu, kelompok, organisasi, negara dan sebagainya. Seiring dengan hai inilah
timbul atau lahirlah disiplin ilmiah baru yang dikenal dengan “informatika”,
meskipun disiplin ini bisa di katakan baru yang berkembang pada dekade 70-an
namun mampu berkembang begitu pesat dan memberikan kontribusi subtansial
yang menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya informasi sebagai suatu
resource organisasi yang strategis. Sehingga sebagai tanggapan feomena tersebut,
para pakar telah mengembangkan orientasi baru dalam bidang informasi yang
dikenal dengan “sistem informasi manajemen (information management system).
Pengamatan dan kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan dan
terobosan teknologi informasi akan terus berlanjut di masa depan. Oleh karena itu
tidak sulit untuk memperkirakan bahwa salah satu ujian kemahiran dan keandalan
dimasa depan adalah kemampuannya memanfaatkan perkembangan teknologi
tersebut. Sehingga kemampuan memanfaatkan informasi dan menjalankan fungsi-
fungsi manajerial akan menentukan keberhasilan atau tidaknya manajemen yang
bersangkutan meraih keberhasilan dalam mengelolah organisasi yang dipimpin.
Untuk menunjukkan betapa pentingnya peranan informasi dalam kehidupan,
maka kami akan membahas mengenai masyarakat yang mengolah informasi
secara tradisional yang disebut dengan masyarakat “prainformasional” dan
masyarakat yang telah mampu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi
disebut masyarakat “informasional”.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah terdiri dari 4 poin sebagai berikut:
1. Bagaimana ciri-ciri masyarakat informasional ?
2. Bagaimana tahap-tahap penanganan informasi ?
3 Bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap sistem informasi ?
4. Bagaimana struktur organisasi ditinjau dari segi informasi ?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana ciri-ciri masyarakat informasional dengan masyarakat
prainformasional.
2. Untuk mengetahui bagaimana tahap atao proses penanganan informasi
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap sistem
informasi
4. Untuk mengetahui bagaimana struktur organisasi yang ditinjau dari segi
informasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ciri-Ciri Masyarakat Informasional


Untuk lebih memahami apa yang disebut sebagai “masyarakat
informasional” yaitu, dengan perbandingan ciri-ciri masyarakat informasional
dengan masyarakat prainformasonal.
Berikut ini gambaran perbandingan ciri-ciri tersebut :

NO CIRI MASYARAKAT MASYARAKAT


PRAIMFORMASIOANAL INFORMASONAL
(1) (2) (3) (4)

1. Dasar Ilmiah paradigma yang kaku kemampuan


menggabung yang
kreatif
2. Jumlah informasi langka melimpah
3. Tingkat pertambahan linear eksponensial
informasi
4. Dasar seleksi kabur tepat
5. Kecepatan Transmisi lambat cepat
Informasi
6. Lingkup informasi sempit luas
7. Biaya pengadaan mahal murah
informasi
8. Isi informasi stabil berubah-ubah
9. Lokasi informasi tetap mobil
10. Jangkauan terhadap terbatas terbuka
informasi
11. Cara penyampaian monomedia multimedia
informasi
12. Jenis interdefendensi rendah tinggi
13. Variabilitas informasi pengalaman langsung tidak langsung
14. Unit untuk penangan individu mesin/bantuan mesin
informasi

3
15. struktur pengolahan hierarkis horizontal
informasi
16. Kerangka nilai monistik pluralistik
interpretasi
17. Ukuran teknologi besar kecil
informasi
18. Tingkat kompleksitas sederhana kompleks
sistem informasi
19. Arus informasi dari seorang kebanyak orang dari banyak orang
keseorang
20. pemecaham masalah lokal berdasarkan pendekatan
kesisteman
21. Partisipasi sosial perwakilan (by proxy) universal dan langsung
dalam pengolahan
informasi
22. Tingkat kerahasiaan penuh kerahasiaan penetratif
23. Orientasi waktu masa lalu masa depan

Penjelasan mengenai bagan di atas sebagai berikut :


1. Dilingkungan masyarakat prainformasional ilmu pengetahuan yang
dipergunakan itu masih sederhana sehingga paradigma ilmiahnya pun sering
kaku. Sedangkan pada masyarakat informasional instrumen yang
dipergunakan sudah memanfaatkan teori baru dan perkembangan ilmu
pengetahuan yang canggih.
2. Pada masyarakat prainformasional menghadapi berbagai permasalahan yang
relatif sederhana dibandingkan dengan masyarakat yang maju. Sehingga,
dalam situasi ini jumlah informasi yang dibutuhkannya masih relatif sedikit
dibandingkat dengan masyarakat yang tergolong maju. Di samping itu, alat
yang dipergunakan dalm menciptakan informasi masih sangat terbatas.
Sebaliknya berkat perkembangat teknologi informasi yang pesat, maka
masyarakat maju dapat menciptakan informasi dalam jumlah yang besar
dengan waktu yang singkat.

4
3. Masih berkaitan dengan diatas, bahwa masyarakat prainformasional
informasi bertambah dengan lambat. Sebaliknya, pada masyarakat
informasional informasi itu bertambah sangat cepat dengan dukungan alat-
alat pengolahan informasi yang makin tinggi dan canggih.
4. Dengan menggunakan paradigma kaku bagi masyarakata yang belum maju
dalam menyeleksi jenis-jenis informasi sering tidak jelas karena lebih
berdasar pada subjektif semata atau sesuai “selera” dan sebaliknya bagi
masyarakat yang maju menggunakan paradigma penggabungan kreatif yang
bebas selera.
5. Penyampaian informasi bagi masyarakat belum maju lambat karena hanya
menggunakan saluran telepon dan cara kerjanya pun lambat. Sebaliknya bagi
masyarakat modern menggunakan alat-alat teknologi tinggi dan canggi
dengan kecepatan tinggi.
6. Dalam proses pengambilan keputusan pada masyarakat yang belum maju itu
relatif sederhana, sehingga permasalahan yang timbul dipecahkan satu per
satu. Sebaliknya pada masyarakat maju biasanya dihadapkan pada berbagai
masalah sekaligus, sehingga bentuk informasi yang dibutuhkan itu beragam.
7. Biaya begitu tinggi pada masyarakat prainformasional, meskipun jumlah
informasi yang diolah tidak terlalu banyak tapi sarana pengolahannya yang
tidak memadai sehingga membutuhkan tenaga pengolah yang besar dan
itupun biasa bukan dalam bentuk informasi siap pakai. Sebaliknyapada
masyarakat informasional, biaya pengolahan murah meskupun dalam jumlah
besar. Karena kecanggihan perangkat keras dan perangkat lunak yang
dipergunakan.
8. Pada masyarakat prainformasional umumnya berkembang dengan lamban,
permasalahan yang dihadapi pun tidak rumit, sehingga isi informasi yang
dibutuhkan tidak sering mengalami perubahan. Sebaliknya, pada masyarakat
informasional salah satu fenomena yang terlihat sering mengalami
perubahan, karena semakin maju suatu masyarakat maka semakin tinggi
pulah dinamika masyarakat tersebut, sehingga isi informasi yang dibutuhkan
itu selalu mengalami perubahan.

5
9. Salah satu ciri masyarakat prainformasional itu tingkat mobilitasnya yang
rendah dan dalam pengambilan keputusan kunci pada masyarakat umumnya
sama, sehingga biasanya pengambilan keputusan itu berada pada segelintir
orang misalnya toko masyarakat/adat atau orang-orang yang dianggap
memiliki pengaruh. Sebaliknya, pada masyarakat informasional mobilitas
kehidupannya cukup tinggi misalnya, perpindahan pemukiman dan
pekerjaan, sehingga arus informasi bergerak cepat mengikuti mobilitas
manusia yang ada didalamnya.
10. Dalam lingkungan masyarakat prainformasional, jangkauan informasi masih
terbatas karena bentuk dan sifat keputusan yang diambil memerlukan
dukungan informasi yan terbatas pula. Sebaliknya pada masyarakat
informasional, jangkauan informasi menjadi terbukan dan tanpa batas.
11. Pada masyarakat prainformasional, proses penyampaian informasi masih
sangat terbatas yaitu hanya melalui media tunggal atau monomedia dan
bahkan sering lisan. Sebaliknya pada masyarakat informasional, proses
penyampain informasi terbuka lebar artinya multimedia yaitu bisa melalui
penyampaian langsung atau tatap muka, media radio, media televisi, media
cetak dan melalui internet.
12. Seperti yang diketahui bahwa masyarakat tradisional terdiri dari kelompok-
kelompok yang memiliki pertalian darah. Artinya bahwa, jumlah informasi
yang dibutuhkan terbatas dan pemanfaatannyapun terbatas pada kepentingan
kelompok yang bersangkutan saja. Sebaliknya pada masyarakat modern,
sudah mengalami keterbukaan sehingga terjadi interaksi baik interpendensi
secara internal maupun secara eksternal dengan orang lain yang
mengakibatkan penggunaan berbagai informasi yang dimiliki.
13. Pada masyarakat prainformasional, hubungan antara manusia pada umumnya
terjadi secara langsung dengan bahasa lisan, dan informasipun disampaikan
engan hal yang sama sehingga variabilitas informasi pun bersifat sama.
Sebaliknya pada masyarakat informasional, hubungan terjadi secara tidak
langsung dan menggunakan media untuk penciptaaan dan pemeliharaan
hubungan tersebut.

6
14. Cara penanganan informasi pada masyarakat prainformasional dilakukan
secara manual atau melalui tenaga manusia, hal demikian karena pada
umumnya jumlah informasi dan SDM yang terbatas. Sebaliknya pada
masyarakat informasional, penanganan informasi dilakukan dengan
menggunakan tenaga mesin-mesin pengolah informasi.
15. Dalam masyarakat tradisional terjadi stratifikasi kekuasaan dan stratifikasi
dalam pengelolaan informasi, sehingga pengelolaan dan penyampaian
informasi bersifat heararkis mengikuti kerarki kekuasaan yang ada didalam
masyarakat secara keseluruhan. sebaliknya pada masyarakat modern,
meskupun stratifikasi kekuasaan tetap ada, namun pada masyarakat yang
sudah maju lebih terbuka terhadap pentingnya interaksi, interrelasi dan
interpendensi antara satu komponen organisasi dengan komponen lainnya
sehingga proses pengelolaan informasi tidak lagi bersifat herarkis melainkan
horizontal.
16. Agar sebuah informasi bermanfaat maka informasi harus diinterpretasikan
dengan tepat yang disesuaikan dengan proses pengambilan keputusan. Pada
masyarakat tradisioanl, pengambilan keputusan tergantung pada seseorang
yang dianggap berkuasa, sehingga proses pengambilan keputusan bersifat
monistik. Sebaliknya pada masyarakat modern, sebagai akibat demokratisasi
dan didukung oleh teknologi yang canggih sehingga pola pengambilan
keputusan dilakukan secara bersama.
17. Pada masyarakat tradisional, perangkat pengolah data terbatas dengan ukuran
yang besar pada saat itu, sehingga proses pengolaan data kepegawaian dan
keuangan terbatas. Sebaliknya pada masyarakat modern, semakin majunya
teknologi informasi baik itu prangkat keras maupun perngkat lunak sehingga
proses pengolaan data lebih luas dan dewasa ini tidk ada lagi segi kehidupan
dan penghidupan yang tidak tersentuh.
18. Diketahui bahwa semakin maju suatu masyarakat maka semakin dinamis
pula masyarakat tersebut dan masalah yang dihadapi pun semakin beraneka
ragam pula. Pada masyarakat prainformasional sistem informasinya relatif
sederhana. Berbeda dengan dewasa ini yang semakin kompleksnya sistem

7
informasi yang tersedia sehingga memberikan kemudahan dalam proses
pengolahan data.
19. Pada masyarakat prainformasional, arus informasi mengalir dari seseorang ke
orang banyak, artinya dari pimpinan tertinggi dimasysrakat disebarluaskan
kepada para anggotanya. Sebaliknya pada masyarakat informasional, arus
informasi dari bawah ke atas yaitu dari para pengambil keputusan dari esalon
terendah ke pimpinan tertinggi dalam rangka peningkatan produktivitas,
efisiensi dan aktivitas kerja organisasi secara keseluruhan.
20. Dalam masyarakat prainformasional, masalah yang dihadapi relatif
sederhana, tidak terlalu di pentingkan pendeatan kesisteman dalam
penanganan informasi karena dengan pendekatan lokal sudah memadai.
Sebaliknya pada masyarakat informasional, permasalahan yang dihadapi
semakin kompleks sebagai akibat dari kemajuan peradaban, sehingga sangant
diperlukan pendekatan atau langkah-langkah pemecahan masalah yang
canggi.
21. Pada masyarakat tradisional, tingkat kepedulian itu renda karena masyarakat
lebih cenderung menyerhkan kepada orang-orang yang dianggap
berpengaruh atau sebagai tokoh masyarakat, dengan kata lain proses
pengolahan informasi berlangsung dengan cara perwakilan. Sebaliknya pada
masyarakat modern, partisipasi dalam proses pengolahan informasi pada
umumnya tinggi, bersifat universal dan langsung.
22. Pada masyarakat prainformasional relatif tertutup dan tingkat kerahasiaannya
sangat tinggi, sehingga informasi hanya bagi orang-orang tertentu saja atau
hanya pada suatu kelompok tertentu. Sebaliknya pada masyarakat
informasional itu terbuka sehingga informasi sangat penetratif dan akses pada
informasi terbuka lebar, bukan hanya pada tingkat lokal, nasional, regional
bahkan pada tingkat global.
23. Diatas telah dikatakan bahwa masyarakat prainformasional lebih
mempertahankan statusquo ketimbang menyambut perubahan. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat prainformasional lebih senang bernostalgia
dengan kejayaan masa lalu ketimbang masa depan. Berbeda dengan

8
masyarakat informasional yang pada umumnya tidak takut pada resiko yang
akan timbul dimasa depan, dengan kata lain informasinya lebih bororientasi
pada masa depan.

B. Tahap-Tahap Penanganan Informasi


Sesungguhnya, makin pentingnya peranan informasi dalam pengelolaan
suatu organisasi dalam lingkungan masyarakat merupakan “produk” sebab-
akibat. Faktor pemicunya adalah semakin majunya masyarakat karena berbagai
hal seperti pendidikan, demokratisasi, politik, pembangunan ekonomi yang
membawa serta berbagai macam permasalahan. Hasilnya dewasa ini menciptakan
terobosan di bidang teknologi informasi seperti perangkat keras maupun
perangkat lunak.
Bagan: Tahap-Tahap Penanganan Informasi

Penciptaan Informasi

Pemeliharaan Saluran
Teknologi Evaluasi
Informasi Kritis dan
Transmisi Selektif Umpan
Balik

Penerimaan Selektif

Penyimpanan dan Penelusuran

Penggunaan

1. Penciptaan Informasi
Teori informatika menekankan bahwa agar benar-benar mampu memberikan
dukungannya dalam proses pengambilan keputusan. Informasi yang dibutuhkan
harus memenuhi kelengkapannya, kemutakhiran, keandalan agar persyaratan
tersebut hanya dapat apabila data merupakan bahan baku informasi yang betul-
betul digali dari sumber yang tepat. Kemudian data yang diperoleh tersebut diolah

9
kembali agar sifatnya berubah menjadi informasi yang memiliki nilai sebagai alat
pendukung dalam pengamblan keputusan.
Dari segi inilah tahap penciptaan informasi harus dilihat. Dalam
menciptakan informasi tidak terlepas dari identifikasi dan penggalian sumber-
sumber yang tepat. Sumber informasi yang digali harus layak karena sangat
bervariasi dari satu organisasi ke oranisasi lain karena tergantung dari proses apa
informasi diciptakan dan untuk apa dipergunakan. Pentingnya identifikasi dan
pengenalan sumber-sumber informasi yang pantas dan layak digarap semakin
relevan untuk diperhatikan karena di samping lebih menjamin bahwa data yang
dikumpulkan untuk diolah agar bermutu tinggi, karena juga proses penciptaan
informasi tersebut harus diupayakan agar berlangsung dengan tingkat efisiensi
yang tinggi.
2. Pemeliharaan Saluran Informasi
Telah umum kita ketahui bahwa salah satu perkembangan pesat yang terjadi di
era informasi dewasa ini adalah terjadinya perkawinan antara teknologi
komunikasi dengan teknologi informasi yang mengakibatkan banyaknya saluran
penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain baik secara internal maupun
secara eksternal atau dikenal dengan multimedia. Dan saluran tersebut
dapatberupa : 1. Saluran melalui komunikasi lisan, 2. Saluran dengan
menggunakan tulisan, 3. Komputer, 4. Saluran telepon, 5. Teleks, 6. Faksimile,
dan 7. E-mail.
Walupun tidak semua organisasi mutlak menggunakan semua saluran tersebut
karena berbagai faktor seperti jarak, lokasi persyaratan kecepatan penyampaian
informasi dan berbagai faktor lain, yang jelas dewasa ini pemilikannya tidak
memerlukan biaya yang besar/mahal.
3. Seleksi dan Transmisi Informasi
Tidak semua satuan kerja dan tidak sebuah orang yang terdapat dalam satu
organisasi memerlukan informasi yang berbeda misalnya, organisasi yang
bergerak dibidang produksi dan organisasi yang bergerak dibidang SDM
membutuhkan informasi yang berbeda.

10
Dengan kata lain, informasi yang dimiliki oleh organisasi perlu diseleksi
oleh berbagai pemakai informasi tersebut. Berarti mengetahui nformasi apa yang
dikirim kepada siapa dan untuk kepentingan apa menjadi penting. Dan
menggunakan sarana transmisi informasi yang tepat.
4. Penerimaan Informasi Secara Selektif
Seperti yang telah dibahas diatas tentang kemampuan memilih informasi.
Penerima informasi pun harus memiliki kemampuan untuk melakukan seleksi, hal
tersebut untuk : 1. Hanya informasi yang relevan dengan misi,tugas yang
diambilnya, 2. Biaya transmisi dapat ditekan serendah mungkin, dan 3. Pengguna
tidak memikul beban pemeliharaan yang sesungguhnya tidak diperlukan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat data induk (data
base) dimana semua jenis informasi yang memungkinkan akan dibutuhkan oleh
semua kompenen akan disimpan dan dipelihara. Hal ini untukmemudahkan
semuah pihak yang membutuhkan, dengan kata lain sejalan dengan penciptaan
data base perlu diciptakan suatu sistem distribusi informasi agar lebih mudah
diperoleh oleh pihat yang membutuhkan.
5. Penyimpanan Informasi
Sebagai sebuah sumber daya strategis yang penting bagi organisasi maka
perludisimpan dengan baik. Karena tidak semuah informasi yang dimiliki
dipergunakan segera, maka informasi yang telah diolah dengan mengeluarkan
biaya tertentu jangan sampai hilang.
Seiring perkembangan teknologi informasi disamping ingatan manusia
terdapat pula berbagai alat penyimpanan informasi yang dapat digunakan
misalnya, sistem kartu,tape,microfilm,hard disk,floppy disk dan sebagainya. Salah
satu manfaat dari alat penyimpanan tersebut yaitu penghematan biaya, terutama
tidak lagi menggunakan ruangan yang luas dan disamping itu keamanannya pun
terjaga.
6. Penggunaan Informasi
Dewasa ini di era informasi, bahwa informasi sudah menyentuh seluruh
kehidupan dan penghidupan, baik dari segi individu,kelompok,organisasi. Dan
kesemuanya memerlukan informasi serta berbagai kelompok dimasyarakat pun

11
membutuhkan informasi untuk berbagai keperlan. Hal yang sama juga berlaku
bagi organisasi, terlepas apakah organisasi tersebut bergerak dibidang politik,
bisnis atau sebagainya baik yang mencakup dunia sosial dan kesemuanya
membutuhkan sebuah informasi yang berbeda-beda.
7. Penilaian Kritis dan Sistem Umpan Balik
Berhubungan dngan semua tahap yang telah dibahas diawal, maka diperlukan
pula kegiatan penilaian yang kritis terhadap sistem informasi. Sistem yang
diperlukan dan yang digunakan adalah sistem yang mempunyai nilai aplikatif
yang tinggi, artinya memberikan kontribusi nyata dalam memperlancar kegiatan
manajemen organisasi.
Adapun standar penilaian yang dapat dilakukan dalam mencapai sasarannya :
a. Validitas informasi yang diterima
b. Signifikansi informasi tersebut
c. Kegunaan spesifiknya, termasuk mendukung proses pengambilan
keputusan
d. Hubungan informasi tersebut dengan informasi lain.

C. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Sistem Informasi


kepemimpinan merupakan inti manajemen. Sebagai inti dari manajemen,
kepemimppinan sangan berpengaruh terhadap efektivitas sistem informasi yang
digunakan dalam organisasi, sebagaimana juga pengaruhnya terhadap efektivitas
berbagai sistem lain di dalam organisasi. Salah atu alasan utamnya adalah karena
salah satu peranan dari orang-orang yang menduduki jabatan pimpinan dalam
organisasi ialah peranan informasional. Dalam memainkan peranan informasional
tersebut pimpinan organisasi dapat bertindak selaku :
1. Pencipta sistem informasi;
2. Penerima informasi;
3. Penyalur informasi;dan
4. Penilai informasi.

12
Dengan berbagai peranan tersebut jelas terlihat bahwa kepemimpinan dalam
organisasi mempunyai pengaruh yang sangat luas. Beberapa contoh berikut
menunjukkan peranan tersebut:
Pertama, pimpinan organisasi memahami, mungkin lebih dari siapa pun
dalam organisasi, bahwa penguasa dan pemilikan sarana komunikasi sangat
menentukan peranan informasi dealam kehidupan organisasional.
Kedua, pimpinan organisasi sangat mungkin memiliki berbagai informasi
tentang organisasi dan tentang lingkungan yang turut menentukan keberhasilan
organisasi mencapai tujuan dan berbagai sasarannya yang tidak dimiliki oleh
orang lain dalam organisasi yang bersangkutan.
Ketiga, pimpinan organisasi menentukan filsafat organisasi untuk dijalankan
oleh bawahan mereka, termasuk sistem informasi yang diciptakan, dipelihara, dan
digunakan.
Keempat, pimpinan organisasilah yang menentukan informasi apa yang akan
disampaikan kepada siapa yang biasanya disertai petunjuk penggunaannya yang
harus dikaitkan bukan hanya dengan tujuan dan berbagai sasaran yang ingin
dicapai, akan tetapi juga dalam rangka peningkatan kinerja organisasi berdasarkan
prinsip-prinsip efisiensi,efektivitas, dan produktivitas kerja.
Kelima, pimpinan organisasi merupakan sasaran pengiriman informasi oleh
orang lain_baik di dalam maupun di luar organisasi_dan para pimpinan itu
pulahlah yang berperan sebagai sumber informasi yang diperlukan oleh orang lain
yang dalam berbagai bentuk mempunyai kepentingan terhadap keberhasilan
organisasi.
Keenam, karena peranan informasionalnya, pimpinan organisasi
mempengaruhi penciptaan sistem informasi dan cakupan penyebarannya.
Ketujuh, pimpinan organisasi menggunakan informasi untuk mempengaruhi
opini orang lain tentang organisasi yang dipimpinnya dengan berbagai cara,
tergantung pada siapa yang ingin dipengaruhi dan apa tujuannya.
Jelaslah bahwa pimpinan organisasi mau tidak mau harus terlibat dalam
seluruh tahap penangan informasi. Dilihat dari “kacamata” kepemimpinan, dua
sisi yang menonjol ialah peranan pimpinan dalam penerimaan dan transmisi

13
informasi dari satu pihak serta pengambilan keputusan untuk ditindaklanjuti oleh
para bawahannya di pihak lain.
Untuk lebih mudah, maka dua sisi tersebut digambarkan dalam bagan di
bawah ini :
Struktur kepemimpinan sebagai komponenPenanganan informasi dengan
Pengaruh terhadap organisasi

Manajemen Puncak dan Informasi

Manajemen madya dan informasi

Manajemen rendah dan informasi

= Penerimaan dan transmisi informasi


----------- = Keputusan dan tindak lanjut

Selain memahami pengaruh kepemimpinan terhadap informasi dalam


organisasi, keterlibatan pimpinan dalam penciptaan, pemeliharaan, dan
penggunaan informasi juga sangat penting meskipun keterlibatan tersebut selalu
berarti melaksanakan sendiri berbagai kegiatan tersebut. Langkah-langkah yang
biasanya ditempuh dalam penciptaan, pemeliharaan, dan penggunaan sistem
informasi ialah :
1. Penelitian
Tak bisa dipungkiri bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang pesat merupakan “produk” kegiatan penelitian. Masyarakat informasional
yang sadar benar pentingnya penelitian. Kesadaran tersebut antara lain :
a) Kesediaan berbagai organisasi di masyarakat, daidalam dan diluar
organisasi pemerintahan, penyediaan dana yang besar untuk penelitian,
b) kegiatan penelitian yang sudah membudaya, dan
c) penyebarluasan hasil penelitian melalui berbagai cara, seperti publikasi
dan pertemuan ilmiah dalam berbagai bentuk seperti :

14
 Mencari teori ilmiah baru
 Mencari dan menemukan inovasi baru
 Mengkaji ulang kebenaran dan aplikabilitas teori lama
 Mencari dan menemukan cara kerja baru.
Supaya informasi yang diciptakan dapat menunjang kegiatan manajerial,
maka perlu dilakukan kedua jenis penelitian tersebut (penelitian dasar dan
penelitian terapan). Dimana penelitian dasar dilakukan untuk menggali hal-hal
baru yang bersifat khas dan asli, sedangkan penelitian terapan diperlukan antara
lain untuk mengkaji atau menguji berlaku tidaknya temuan-temuan oleh orang
atau pakar lain.
2. Eksperimentasi Laboratorium
Hasil-hasil yang ditemukan melalui penelitian tidak begitu saja dapat
dikembangkan dan disebarluaskan. Perlu dilakukan percobaan dilaboratorium
terlebih dahulu, caranya melalui uji coba dalam bentuk proyek. Jika uji cobanya
membuahkan hasil maka barulah aplikasinya dilakukan secara menyeluruh.
Hanya demikianlah hasil penelitian tersebut mempunyai nilai-nilai positif bagi
pemakainya.
3. Pengembangan
Seperti dikemukakan diatas, jika hasil-hasil dari percobaan laboratorium
memberikan keyakinan terhadap pengguna bahwa uji coba tersebut manghasilkan
informasi yang dapat digunakan pada seluruh kegiatan organisasi, maka langkah
selanjutnya adalah pengembangan. Pengembangan dalam kaitannya ialah seluruh
upaya “produksi” informasi sedemikian rupa sehingga dapat menyediakan
informasi yan memenuhi kebutuhan organisasi, baik seca ra kualitatif maupun
secara kuntitatif.
4. Pelatihan Untuk Aplikasi
Nilai-nilai positif dari informasi bagi masyarakat/organisasi, bahwa
apakah informasi tersebut layak atau tidaknya menunjang segala upaya organisasi
dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Naif jika diasumsikan bahwa hasil uji
coba tersebut akan serta merta diterima dan tidak juga bisa diasumsikan bahwa
semuah pengguna dapat menguasai teknik-teknik penggunaan atau aplikasi sistem

15
baru tersebut. Maka dari itu harus dilakukan pelatihan alasannya yaitu pertama
agar mereka memahami dengan tepat bahwa sistem informasi yang baru “lebih
baik” dari yang sebelumnya. Kedua memberikan kepada mereka keterampilan
yang diperlukan untuk mengaplikasikannya dengan tepat.
Oleh karena itu pelatihan sangat perlu dilakukan karena mengingat bahwa ada
kecenderunga bagi para anggota organisasi menolak sesuatu yang baru terhadap
perubahan dengan berbagai dalil, seperti a) adanya ketakutan bahwacara baru ini
akan merugikannya, b) sulitnya meninggalkan berbagai kebiasaan lama, dan c)
kemungkinan timbulnya keraguan bahwa mereka mampu menggunakan sistem
baru tersebut.
5. Penggunaan
Dalam menggunakan sistem informasi yang baru pada hakikatnya
meninggalkan cara kerja lama, dan berhasil tidaknya penerapan sistem baru
tersebut sangat tergantung pada hal berikut : 1. Efektif tidaknya komunikasi yang
terjadi antara para inovator yang memperkenalkan perubahan dengan para
pemakai sistem baru tersebut, 2. Mantap tidaknya persiapan yang dilakukan untuk
menggunakan sistem baru yang hendak diterapkan, 3. Ada tidaknya pedoman
aplikasi, berupa manual, yang disusun sehingga mudah dipahami oleh calon
pemakai, 4. Kesediaan pemakai untuk melakukan berbagai penyesuaian yang
diperlukan, baik dalam arti sikap, etos kerja, disiplin kerja, dan cara kerja yang
mungkin sangat berbeda dengan yang lama, dan 5. Ada tidaknya usaha-usaha
penyempurnaan yang dilakukan secara berkeseimbangan atas sistem baru tersebut.
6. Umpan Blik
Seperti diuraikan diatas bahwa keberhasilan penggunaan suatu sistem baru
tergantung pada adanya usaha-usaha penyempurnaaan yang berkelanjutan. Salah
satu implikasinya iala menciptakan suatu sistem umpan balik untuk
menyampaikan masukan dari pemakai kepada berbagai pihak seperti :
a. Kelompok manajemen dalam organisasi, termasuk manajemen puncak
b. Para peneliti yang berperan selaku inovator
c. Pimpinan laboratorium di mana uji coba pernah dilakukan, dan
d. Penanggung jawab kegiatan penelitian.

16
Dari pembahasan diatas dengan jelas bahwa dalam proses penciptaan dan
penggunaan informasi, campur tangan pimpinan organisasi merupakan keharusan
mutlak. Dengan kata lain, kelompok manajemen dalam organisasi harus terlibat
aktif dalam seluruh tahap dan proses penciptaan dan penggunaan informasi.

D. Struktur Organisasi Ditinjau Dari Segi Informasi


Ditinjau dari segi informasi, struktur organisasi dapat dilihat dari dua segi,
yaitu :
a) Adanya berbagai satuan kerja dalam organisasi untuk melaksanakan
programkerja rutin, dan
b) Adanya satuan kerja yang bertugas memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi oleh organisasi baik secara parsial atau inkremental,
departemental, atau lintas departemental maupun yang dihadapi oleh
organisasi sebagai keseluruhan.
Konsekuensi pengelompokan tersebut telihat pula dalam dua pola
hugungan antar pimpinan organisasi dengan orang-orang lain di dalamnya. Pola
hubungan pertama yaitu pola hubungan antara pimpinan dengan satuan kerja
pelaksana kegiatan rutin. Pada umumnya bersifat formal dan melembaga.
Alasannya ialah :
1. Tekad pelaksana telah tersedia dalam organisasi
2. Tata kerja dan prosedur yang ditempuh telah dipahami oleh semua pihak yang
terlibat
3. Pembagian tugas telah diatur dengan jelas
4. Alokasi wewenang dan tanggung jawab telah diatur secara formal, dan
5. Anggaran telah disediakan secara rutin.
Oleh karena itu, pengambilan keputusan rutin dapat didelegasikan kepada
para manajer eselon bawahan dan bahkan kepada para pelaksana kegiatan
operasional yang bersifat rutin. Pengalaman juga menunjukkan bahwa para
manajer eselon bawah dan para pelaksana yang diberi wewenang untuk
mengambil keputusan, biasanya tidak menghadapi kesulitan karena mungkin
sekali permasalahan yang dihadapi bersifat repetitif, dalam arti sudah pernah

17
dialami di masa lalu sehingga yang bersangkutan sudah memiliki pengalaman
dalam pemecahannya.
Pola hubungan kedua, yaitu pola hubungan pimpinan dengan orang-orang
yang bertugas di satuan kerja yang bertugas untuk mencari pemecahan masalah-
masalah baru dan tidak harus selalu pada hubungan formal dan juga belum tentu
melembaga. Artinya, pola hubungan yang diperlukan ialah uang memungkinkan
yang bersangkutan berfikir dan bertindak kreatif, hal ini memerlukan pola yang
fleksibel. Pola ini sangat diperlukan karena :
1. Para anggota satuan kerja tidak perlu terikat kepada tradisihubungan yang
bersifat kierarkis
2. Para anggota memerlukan kebebasan berfikir sehingga imajinasi mereka dapat
menjelajahi cakrawala yang lebih luas
3. Cara berfikir mereka tidak dibebani oleh cara bekerja yang birokratis
4. Para anggota organisasi tidak “terbelenggu” oleh norma-norma kerja yang
sudah usang
5. Dimungkinkan menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang situasional
sifatnya.
Sesungguhnya ini sangat penting karena untuk memecahkan masalah baru
diperlukan daya cipta dan fleksibel, tapi tidak berarti tradisi, kebiasaan, hierarki
organisasi dan budayanya tidak boleh diabaikan begitu saja. Kreativitas dan
fleksibilitas memang sangat diperlukan oleh para anggota unit kerja yang tugas
utamanya mencari pemecahan berbagai masalah. Unit-unit kerja tersebut
mungkin saja dikenal denan berbagai nama seperti think tank, task force,
paratroopers, dan semacamnya yang dalam menyelenggarakan fungsinya tidak
akan efektif jika menggunakan pendekatan yang stereotyped sifatnya. Masa lalu
sering tidak dapat digunakan sebagai pegangan karena permasalahan yang
dihadapi memang tidak repetitif.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Informasi sudah menyentuh seluruh segi kehidupan penghidupan, baik pada
tingkat individual, tingkat kelompok, dan tingkat organisasi. Kebutuhan
organisasi akan informasi bukanlah hal yang baru lagi karena sejak dulu hingga
sekarang kebutuhan organisasi akan informasi sangat di butuhkan sebagai alat
perkembangan organisasi tersebut. Telah terbukti pula bahwa informasi memang
merupakan salah satu sumber daya organisasi yang sifatnya strategis.

19
DAFTAR PUSTAKA
 Siagian, Sondang P. 2001. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Bumi
Aksara

20

Anda mungkin juga menyukai