Oleh:
Nama (Rangga Farids Aryudha)
NIM (2004102009)
Dosen Pengampu :
Andri Wahyu Utomo, S.Pd., M.Or., AIFO-P
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan penulis kemudahan untuk
menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya,
penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang
syafa’atnya kita nantikan telak.
Penulis mengucapkan syukur Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah “Aliran-Aliran Filsafat” dapat diselesaikan. Makalah ini
disusun untuk memenuhi mata kuliah Filsafat Ilmu Keolahragaan. Penulis
berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi pembaca.
Penulis menyadari makalah bertema “Aliran-Aliran Filsafat” ini masih banyak
perlu penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap
kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan materi, penulis mohon
maaf.
iii
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aliran Pragmatisme
C. Aliran Animisme
Kata animisme berasal dari anima yang berarti nyawa atau roh. Kata roh di sini
menjadi kata kunci dalam pemahaman konsep animisme. Kalau dikembangkan,
animisme dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaan terhadap adanya makhluk
halus atau roh-roh yang ada pada setiap benda baik benda hidup atau benda mati
sekalipun. Tidak hanya percaya, mereka bahkan memuliakan roh-roh tersebut.
Penghormatan ini dilakukan agar tidak mendapat gangguan mereka tetapi justru
mendapat keberuntungan dari mereka dengan adanya penghormatan. Karena roh-
roh ini dapat memberi banyak manfaat (dalam keyakinan mereka) dan dapat
dimintai pertolongan.
Sedangkan pengertian roh dalam masyarakat primitif tidak sama dengan
pengertian roh pada masyarakat modern. Masyarakat primitif belum bisa
membayangkan roh yang bersifat immateri. Karenanya, roh terdiri atas materi
yang sangat halus sekali. Sifat dari roh ini adalah memiliki bentuk, umur, dan
mampu makan. Hal ini dapat diketahui dari sesajen yang diberikan masyarakat
primitif sebagai bentuk hadiah pada roh-roh tersebut.
Teori animisme ini, pertama kali dikemukakan oleh taylor, seorang sarjana aliran
evolusionisme bangsa Inggris yang mengatakan bahwa segala seuatu yang ada di
dunia ini semuanya bernyawa (memiliki roh). Dan roh-roh ini ada yang melekat
pada diri manusia yang disebut jiwa, ada juga yang tidak melekat pada diri
manusia atau terpisah dari badan, seperti lelembut atau hantu, genderuwo dan
lainnya. Kepercayaan animisme ini merupakan asas kepercayaan agama manusia
primitif.
D. Aliran Naturalisme
Naturalisme mempunyai pengertian, yaitu : dari segi bahasa, Naturalisme
berasal dari 2 kata, yakni Natural : alami dan Isme : paham. Aliran filsafat
naturalisme disebut sebagai Paham Alami maksudnya adalah bahwa setiap
manusia yang terlahir ke bumi ini pada dasarnya memiliki kecenderungan atau
pembawaan yang baik, dan tak ada seorangpun terlahir dengan pembawaan
yang buruk. Secara garis besar dapat diartikan bahwa filsafat naturalisme
merupakan hasil berlakunya hukum alam fisik dan terjadinya menurut kodrat
atau menurut wataknya sendiri.
Naturalisme merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai
keseluruhan realitas. Istilah “nature” telah dipakai dalam filsafat dengan
bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia,
4
5
sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu. Natura adalah dunia yang
diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilah naturalisme adalah kebalikan dari istilah
supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya
kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam
E. Aliran Idealisme
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi,
bukan pula fisik. Parmenides, filosof dari Elea (Yunani Puba), berkata, “Apa
yang tidak dapat dipikirkan adalah tidak nyata”. Plato seorang filosof idealisme
klasik (Yunani Purba), menyatakan bahwa realitas terakhir adalah dunia cita.
Dunia cita merupakan dunia mutlak, tidak berubah, dan asli serta abadi. Realitas
akhir tersebut sebenarnya telah ada sejak semula pada jiwa manusia.
Schoupenhaur menyatakan bahwa “Dunia adalah ide saya”.
Menurut Hegel, dunia adalah roh, yang mengungkapkan diri dalam alam,
dengan maksud agar roh tersebut sadar akan dirinya sendiri. Hakikat roh dapat
berupa ide atau pikiran. Mereka dapat mewakili pandangan metafisika
idealisme.
Menurut Plato tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan pandangan
bahwa pengetahuan yang diperoleh melallui indera tidak pasti dan tidak
lengkap, karena dunia hanyalah merupakan hasil akal belaka, karena akal dapat
membedakan bentuk spiritual murni dan benda-benda diluar penjelmaan
material.
Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolute, apa yang dikatakan baik, benar,
salah, cantik, atau tidak cantik, secara fundamental tidak berubah dari generasi
ke generasi. Pada hakikatnya nilai itu tetap. Nilai tidak diciptakan manusia,
melainkan merupakan bagigan dari alam semesta.
Idealisme memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan teori
pendidikan, khususnya filsafat pendidikan. Tokoh idealisme merupakan orang-
orang yang yang memiliki nama besar. Sampai sekarang orang akan mengakui
kebesaran hasil pemikirannya, baik memberikan persetujuannya maupun
memberikan kritik, bahkan penolakan.
F. Aliran Eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme itu unik yakni memfokuskan pada pengalaman-
pengalaman individu. Filsafat-filsafat lain berhubungan dengan
pengembangan sistem pemikiran untuk mengidentifikasi dan memahami apa
yang umum pada semua realitas, keberadaan manusia dan nilai.
Menurut eksistensialisme, ada dua jenis filsafat tradisional, yaitu filsafat
spekulatif dan skeptis. Filsafat spekulatif menjelaskan tentang hal-hal yang
fundamental tentang pengnalaman, dengan berpangkal pada realitas yang lebih
dalam yang secara inheren telah ada dalam diri individu. Jadi pengalaman tidak
banyak pengaruh terhadap diri individu.
Teori pengetahuan eksistensialisme banyak dipengaruhi oleh filsafat
fenomenologi, suatu pandangan yang menggambarkan penampakan
benda- benda dan peristiwa-peristiwa sebagaimana benda-benda tersebut
menampakkan dirinya terhadap kesadaran manusia.
Pemahaman eksistensialisme terhadap nilai, menekankan kebebasan
dalam tindakan. Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita dalam
dirinya sendiri. Melainkan merupakan suatu potensi untuk suatu
tindakan. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih, namun
menentukan pilihan-pilihan diantara pilihan
-pilihan yang terbaik adalah yang paling sukar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan