Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MANDIRI

MATA KULIAH FILSAFAT ILMU KEOLAHRAGAAN


“ ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT “

Oleh:
Nama (Rangga Farids Aryudha)
NIM (2004102009)

Dosen Pengampu :
Andri Wahyu Utomo, S.Pd., M.Or., AIFO-P

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN SAINS
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2020
ii

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan penulis kemudahan untuk
menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya,
penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang
syafa’atnya kita nantikan telak.
Penulis mengucapkan syukur Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah “Aliran-Aliran Filsafat” dapat diselesaikan. Makalah ini
disusun untuk memenuhi mata kuliah Filsafat Ilmu Keolahragaan. Penulis
berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi pembaca.
Penulis menyadari makalah bertema “Aliran-Aliran Filsafat” ini masih banyak
perlu penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap
kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan materi, penulis mohon
maaf.
iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................ii


Daftar Isi ..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
I.I Latar Belakang ............................................................................................
I.II Rumusan Masalah .....................................................................................
I.III Tujuan .......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................2
II.I Aliran Pragmatisme ...................................................................................
II.II Aliran Fenomenologis ..............................................................................
II.III Aliran Animisme .....................................................................................
II.IV Aliran Naturalisme ..................................................................................
II.V Aliran Idealisme .......................................................................................
II.VI Aliran Eksistensialisme ...........................................................................
BAB III PENUTUP ........................................................................................7
III.I Kesimpulan ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat pendidikan sebagai salah satu acuan untuk memperbaiki


pendidikan di Indonesia. Karena dalam memperlajari Filsafat Pendidikan
Kita lebih tahu dasar-dasar pendidikan. Dengan mempelajarinya maka
generasi yang akan datang akan lebih memahami tentang pendidikan dan
aliran filsafat pendidikan, supaya kita dapat mengambil hikmah
pembelajaran dari aliran- aliran filsafat pendidikan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini, adalah:
- Apa yang dimaksud dengan Aliran Pragmatisme?
- Apa yang dimaksud dengan Aliran Fenomenologis?
- Apa yang dimaksud dengan Aliran Animisme?
- Apa yang dimaksud dengan Aliran Naturalisme?
- Apa yang dimaksud dengan Aliran Idealisme?
- Apa yang dimaksud dengan Aliran Eksistensialisme?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah:
- Dapat mengetahui pemahaman dan arti/maksud dari aliran-aliran
filsafat, seperti Aliran Pragmatisme, Aliran Fenomenologis, Aliran
Animisme, Aliran Naturalisme, Aliran Idealisme, dan Aliran
Eksistensialisme.

1
2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aliran Pragmatisme

Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya


berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia
dapat mengetahui apa yang manusia alami. Pendiri filsafat pragmatisme di
Amerika adalah Charles Sandre Peirce (1893-1914), Wiliam James (1842-
1910), dan John Dewey (1859-1952).
Realitas dan dunia yang kita amati, tidak bebas dari ide manusia dan sekaligus
juga tidak terikat kepadanya. Realitas merupakan interaksi antara manusia
denga lingkungannya. Manusia dan lingkungannya berdampingan, dan memiliki
tanggung jawab yang sama terhadap realitas.
Pragmatisme yakin bahwa akal manusia aktif dan selalu ingin meneliti, tidak
pasif dan tidak begitu saja menerima pandangan tertentu sebelum dibuktikan
kebenarannya secara empiris. Pikiran (rasio) tidak bertentangan dan tidak
terpisah dari dunia, melainkan merupakan bagian dari dunia.
Pragmatisme mengemukakan pandangannya tentang nilai, bahwa nilai itu
relatif. Kaidah-kaidah moral dan etik tidak tetap, melainkan selalu berubah,
seperti perubahan kebudayaan, masyarakat, dan lingkungannya.
Pragmatisme menyarankan untuk menguji kualitas nilai dengan cara yang sama
seperti kita menguji kebenaran pengetahuan dengan metode empiris.
B. Aliran Fenomenologis

Fenomenologi adalah studi tentang Phenomenon. Kata ini berasal dari


bahasa Yunani Phainein berarti menunjukkan. Dari kata ini timbul kata
Pheinomenon berarti yang muncul dalam kesadaran manusia. Dalam
fenomenologi, ditetapkan bahwa setiap gambaran pikir dalam pikiran
sadar manusia, menunjukkan pada suatu hal keadaan yang disebut
intentional (berdasarkan niat atau keinginan).
Secara harfiah, fenomenologi atau fenomenalisme adalah aliran atau faham yang
menganggap bahwa fenomenalisme adalah sumber pengetahuan dan kebenaran.
Fenomenalisme juga adalah suatu metode pemikiran. Fenomenologi merupakan
sebuah aliran yang berpendapat bahwa, hasrat yang kuat untuk mengerti yang
sebenarnya dapat dicapai melalui pengamatan terhadap fenomena atau pertemuan
kita dengan realita. Karenanya, sesuatu yang terdapat dalam diri kita akan
merangsang alat inderawi yang kemudian diterima oleh akal ( otak ) dalam
bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran.
Penalaran inilah yang dapat membuat manusia mampu berpikir secara kritis.
Fenomenologi merupakan kajian tentang bagaimana manusia sebagai subyek
memaknai obyek-obyek di sekitarnya. Ketika berbicara tentang makna dan
3

pemaknaan yang dilakukan, maka hermeneutik terlibat di dalamnya. Pada


intinya, bahwa aliran fenomenologi mempunyai pandangan bahwa pengetahuan
yang kita ketahui sekarang ini merupakan pengetahuan yang kita ketahui
sebelumnya melalui hal-hal yang pernah kita lihat, rasa, dengar oleh alat indera
kita.
Fenomenologi merupakan suatu pengetahuan tentang kesadaran murni yang
dialami manusia.

C. Aliran Animisme

Kata animisme berasal dari anima yang berarti nyawa atau roh. Kata roh di sini
menjadi kata kunci dalam pemahaman konsep animisme. Kalau dikembangkan,
animisme dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaan terhadap adanya makhluk
halus atau roh-roh yang ada pada setiap benda baik benda hidup atau benda mati
sekalipun. Tidak hanya percaya, mereka bahkan memuliakan roh-roh tersebut.
Penghormatan ini dilakukan agar tidak mendapat gangguan mereka tetapi justru
mendapat keberuntungan dari mereka dengan adanya penghormatan. Karena roh-
roh ini dapat memberi banyak manfaat (dalam keyakinan mereka) dan dapat
dimintai pertolongan.
Sedangkan pengertian roh dalam masyarakat primitif tidak sama dengan
pengertian roh pada masyarakat modern. Masyarakat primitif belum bisa
membayangkan roh yang bersifat immateri. Karenanya, roh terdiri atas materi
yang sangat halus sekali. Sifat dari roh ini adalah memiliki bentuk, umur, dan
mampu makan. Hal ini dapat diketahui dari sesajen yang diberikan masyarakat
primitif sebagai bentuk hadiah pada roh-roh tersebut.
Teori animisme ini, pertama kali dikemukakan oleh taylor, seorang sarjana aliran
evolusionisme bangsa Inggris yang mengatakan bahwa segala seuatu yang ada di
dunia ini semuanya bernyawa (memiliki roh). Dan roh-roh ini ada yang melekat
pada diri manusia yang disebut jiwa, ada juga yang tidak melekat pada diri
manusia atau terpisah dari badan, seperti lelembut atau hantu, genderuwo dan
lainnya. Kepercayaan animisme ini merupakan asas kepercayaan agama manusia
primitif.

D. Aliran Naturalisme
Naturalisme mempunyai pengertian, yaitu : dari segi bahasa, Naturalisme
berasal dari 2 kata, yakni Natural : alami dan Isme : paham. Aliran filsafat
naturalisme disebut sebagai Paham Alami maksudnya adalah bahwa setiap
manusia yang terlahir ke bumi ini pada dasarnya memiliki kecenderungan atau
pembawaan yang baik, dan tak ada seorangpun terlahir dengan pembawaan
yang buruk. Secara garis besar dapat diartikan bahwa filsafat naturalisme
merupakan hasil berlakunya hukum alam fisik dan terjadinya menurut kodrat
atau menurut wataknya sendiri.
Naturalisme merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai
keseluruhan realitas. Istilah “nature” telah dipakai dalam filsafat dengan
bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia,
4
5
sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu. Natura adalah dunia yang
diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilah naturalisme adalah kebalikan dari istilah
supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya
kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam

E. Aliran Idealisme

Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi,
bukan pula fisik. Parmenides, filosof dari Elea (Yunani Puba), berkata, “Apa
yang tidak dapat dipikirkan adalah tidak nyata”. Plato seorang filosof idealisme
klasik (Yunani Purba), menyatakan bahwa realitas terakhir adalah dunia cita.
Dunia cita merupakan dunia mutlak, tidak berubah, dan asli serta abadi. Realitas
akhir tersebut sebenarnya telah ada sejak semula pada jiwa manusia.
Schoupenhaur menyatakan bahwa “Dunia adalah ide saya”.
Menurut Hegel, dunia adalah roh, yang mengungkapkan diri dalam alam,
dengan maksud agar roh tersebut sadar akan dirinya sendiri. Hakikat roh dapat
berupa ide atau pikiran. Mereka dapat mewakili pandangan metafisika
idealisme.
Menurut Plato tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan pandangan
bahwa pengetahuan yang diperoleh melallui indera tidak pasti dan tidak
lengkap, karena dunia hanyalah merupakan hasil akal belaka, karena akal dapat
membedakan bentuk spiritual murni dan benda-benda diluar penjelmaan
material.
Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolute, apa yang dikatakan baik, benar,
salah, cantik, atau tidak cantik, secara fundamental tidak berubah dari generasi
ke generasi. Pada hakikatnya nilai itu tetap. Nilai tidak diciptakan manusia,
melainkan merupakan bagigan dari alam semesta.
Idealisme memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan teori
pendidikan, khususnya filsafat pendidikan. Tokoh idealisme merupakan orang-
orang yang yang memiliki nama besar. Sampai sekarang orang akan mengakui
kebesaran hasil pemikirannya, baik memberikan persetujuannya maupun
memberikan kritik, bahkan penolakan.

F. Aliran Eksistensialisme
Filsafat eksistensialisme itu unik yakni memfokuskan pada pengalaman-
pengalaman individu. Filsafat-filsafat lain berhubungan dengan
pengembangan sistem pemikiran untuk mengidentifikasi dan memahami apa
yang umum pada semua realitas, keberadaan manusia dan nilai.
Menurut eksistensialisme, ada dua jenis filsafat tradisional, yaitu filsafat
spekulatif dan skeptis. Filsafat spekulatif menjelaskan tentang hal-hal yang
fundamental tentang pengnalaman, dengan berpangkal pada realitas yang lebih
dalam yang secara inheren telah ada dalam diri individu. Jadi pengalaman tidak
banyak pengaruh terhadap diri individu.
Teori pengetahuan eksistensialisme banyak dipengaruhi oleh filsafat
fenomenologi, suatu pandangan yang menggambarkan penampakan
benda- benda dan peristiwa-peristiwa sebagaimana benda-benda tersebut
menampakkan dirinya terhadap kesadaran manusia.
Pemahaman eksistensialisme terhadap nilai, menekankan kebebasan
dalam tindakan. Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita dalam
dirinya sendiri. Melainkan merupakan suatu potensi untuk suatu
tindakan. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih, namun
menentukan pilihan-pilihan diantara pilihan
-pilihan yang terbaik adalah yang paling sukar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Perbedaan-perbedaan cara dalam meng-approach suatu masalah akan


melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda-beda tentang masalah
yang sama. Perbedaan-perbedaan itu dapat juga disebabkan latar belakang
pribadi para ahli tersebut, di samping pengaruh zaman, kondisi dan alam
pikiran manusia di suatu tempat. Kenyataan-kenyataan itu melatar
belakangi perbedaan- perbedaan tiap-tiap pokok suatu ajaran filsafat.
Dengan demikian suatu ajaran filsafat dapat merupakan reaksi dan aksi
atas sesuatu realita di dalam kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA

-Noor Syam, Muhammaad. 1984. Filsafat Pendidikan dan Dasar


Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.

-Sadulloh, Uyoh. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.


-Muhmidayeli. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
-Zuhairini, dkk. 2008. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
, Zainal, Analisis Eksistensial, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007.
-Imam, Haryon. Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta : Gramedi.1994.
-Juhaya, Aliran-aliran filsafat dan etika, cet ke-4, Jakarta:
Kencana,2010.
9

Anda mungkin juga menyukai