Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PANDANGAN PSIKOLOGI KOGNITIF TENTANG BELAJAR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur

Dosen Pendamping Kiki Fatkhiyah,M.Pd.

Disusun olleh:

Kelompok 8

Saepudin

Restiyantih

Nur Ayuningsih

Afrieza Juliawan Mahzumi

PGSD 1B

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

NAHDLATUL ULAMA INDRAMAYU

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah. SWT yang telah memberi rahmat dan
keruunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini sebagai mana mestinya.
Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman kemajuan saat ini.

Makalah ini disusun untuk menenuhi nilai terstruktur mata kuliah Pendidikan
kewarganegaran diampu oleh Dosen Kiki Fathliyah,M.Pd. Adapun judul makalah ini
adalah “Pandangan psikologi kognitif tentang belajar”.
Makalah ini masih jauh kata sempurna dari saya harap pembaca dapat memberikan
kritik dan saran membangun, untuk perbaikan penulisan makalah berikutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat baik bagi kita semua, aamiin. Akhir kata saya ucapkan terima
kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Indramayu, 29 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................2
BAB  I...................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah..............................................................4
BAB II..................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................5
A. Pengertian Psikologi Kognitif......................................................5
B. Model-model dalam Psikology Kognitif......................................5
C. Asal Mula Psikology Modern.......................................................6
D.   Revolusi Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Kognitif...........................8
E.   Teori Perkembangan Kognitif.....................................................9
BAB III...............................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................11
BAB  I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya menciptakan proses pembelajaran yang bermutu dan berhasil, dapat


dilakukan dengan mewujudkan perilaku psikologis proses pengajaran dan
pembelajaran antara (pendidik dan peserta didik) dapat berjalan secara efektif dan
efesien dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pernyataan ini, menunjukkan bahwa
pengetahuan psikologi pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi
guru (pendidik) dalam melaksanakan pengajaran dan bagi peserta didik dalam
melaksanakan proses pembelajaran.  
Di dalam proses pengajaran dan pembelajaran terjadi proses (interaksi) antara
pendidik dengan peserta didik, dalam interaksi ini terdapat peristiwa psikologis yang
dijadikan rambu-rambu oleh para pendidik dalam memperlakukan peserta didik
secara efektif dan efesien. Para tenaga pendidik dituntut untuk memahami dan
menguasai teori dan aplikasi psikologi pendidikan agar mereka melaksanakan
pengajaran dalam proses pendidikan secara berdayaguna dan berhasilguna.
Pengetahuan tentang psikologi yang berhubungan dengan pendidikan merupakan
suatu keharusan yang mutlak yang perlu dikuasai oleh pendidik, peserta didik,
akademisi pendidikan, peneliti pendidikan maupun (Stakeholders) pendidikan dalam
melaksanakan tujuan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi Kognitif

Psikologi Kognitif menaruh perhatian atas pertanyaan-pertanyaan yang    


menunjuk pada cakupan psikologi kognitif, diantaranya :
a. Bagaimana kita memperoleh, mentransformasikan,
merepresentasikan,  menyimpan, dan mendapatkan kembali suatu
pengetahuan/ informasi
b. Bagaimana pengetahuan/ informasi tersebut merebut perhatian kita
c. Bagaimana kita merespon pengetahuan/ informasi yang kita terima.
d. Kognisi merupakan proses internal yang tidak tampak. Pengetahuan (teori-
teori/ model-model) yang dikembangkan untuk menjawab pertanyaan
tersebut dibangun atas dasar asumsi-asumsi tertentu.

B. Model-model dalam Psikology Kognitif

a. Konsep-konsep ilmiah merupakan metafora yang dihasilkan oleh manusia


untuk membantu komprehensi terhadap realitas. Para ahli psikologi
menghasilkan model-model konseptual di dalam psikologi kognitif dengan
tujuan untuk mengembangkan suatu sistem yang mencerminkan sifat-sifat
persepsi manusia, berpikir, dan pemahaman terhadap dunia sekeliling.
b. Seperti telah disebutkan di atas, model-model kognitif dibangun atas dasar
asumsi-asumsi. Asumsi-asumsi tersebut merupakan hasil observasi
terhadap prosesproses kognisi manusia. Asumsi-asumsi yang tertulis dalam
tabel di atas diintegrasikan ke dalam suatu sistem besar, yang disebut model
kognitif.Pembuatan model-model tersebut dapat rnembuat observasi
selanjutnya menjadi lebih komprehensif.
Model yang paling umum digunakan untuk menjelaskan psikologi
kognitif adalah model pemrosesan informasi (information-
processing model). Model pemrosesan informasi telah mendominasi
psikologi kognitif, tetapi model-model yang lain, yang berkembang di dalam
ilmu komputer dan neuroscience (ilmu tentang syarafl, telah
dikombinasikan dengan psikologi kognitif, membentuk ilmu kognitif.
a). Informasi diproses melalui tahapan yang berurutan.
Tahapan-tahapan tersebut misalnya: persepsi, pengkodean
informasi,     pemanggilan kembali informasi dari memori (mengingat),
pembentukan konsep, keputusan, dan produksi bahasa). Seluruh
komponen model pemrosesan informasi berhubungan dengan komponen-
komponen yang lain, sehingga tidak mudah untuk mengidentifikasi tahap
yang pertama. Namun demikian kita dapat berpikir bahwa proses tersebut
diawali dengan datangnya stimulus.
Stimulus tersebut tidak secara langsung direpresentasikan di dalam
otak, tetapi ditransformasikan dalam struktur neurologis dan symbol-
simbol yang bermakna, yang oleh beberapa psikolog kogtiitif
disebut Internal Representations (representasi internal).

b). Tiap-tiap tahap menunjukkan fungsi-fungsi yang unik.


Tiap-tiap tahap menerima informasi dari tahap sebelumnya dan
kemudian menampilkan fungsi uniknya.
Dua pertanyaan yang muncul dari model pemrosesan informasi adalah :
o Tahapan-tahapan apa yang dilalui oleh informasi yang diproses ?
o Dalam bentuk apakah suatu pengetahuan direpresentasikan ?

C. Asal Mula Psikology Modern

Porsi terbesar psikologi kognitif adalah berkaitan dengan persoalan


bagaimana pengetahuan direpresentasikan di dalam pikiran. Isu mengenai
representasi pengetahuan (sering juga disebut representasi internal), dalam
beberapa abad telah memicu sejumlah pertanyaan mendasar: bagaimana
pengetahuan diperoleh, disimpan, ditransformasikan, dan digunakan? Apakah
sifat-sifat persepsi dan memori itu? Apakah berpikir itu, dan bagaiman
kemampuan tersebut berkembang?
Berikut ini adalah penelusuran kesan-kesan dari berberpa aliran psikologi
dalam menjawab pertanyaan mengenai bagaimana peristiwa-peristiwa di luar
diri seseorang menimbulkan reaksi internal.
a). Periode Awal
Ketertarikan terhadap pengetahuan dapat dilacak dari Hiroglip Mesir
Kuno. Tulisan tersebut menunjukkan bahwa penulisnya meyakini
pengetahuan berpusat di dalam hati, merupakan pandangan yang juga
disebarkan oleh filsuf Yunani, Aristoteles (384322 SM). Lain halnya Plato
(427-347), ia berpandangan bahwa pikiran berpusat di otak.
Isu mengenai representasi pengetahuan ini juga didiskusikan oleh para
filsuf Yunani dengan konteks yang sekarang ini dikenal sebagai struktur
dan proses. Namun kemudian terbengkalai hingga abad 17-an. Meskipun
semula para para psikolog modern masih cenderung berdebat, masing-
masing menekankan salah satu, struktur atau proses, namun akhirnya
terdapat peningkatan kesadaran bahwa kedua hal tersebut saling
berpelukan (merupakan sesuatu yang tak terpisahkan).
 Struktur, yaitu organisasi system kognitif, sebagian besar bersifat
metafora (pengumpamaan). Struktur yang dipostulatkan (dirumuskan
sebagai dalil) ini merupakan "representatifl' organisasi keberadaan
mental, bukan merupakan suatu yang harafiah seperti yang
digambarkan. Misalnya, struktur mengenai memori oleh para teoris
dikonsepkan terdiri dari memori jangka pendek dan memori jangka
panjang, direpresentasikan (digambarkan) dengan metafora "kotak
penyimpanan".
 Istilah proses, menunjuk pada system operasi atau fungsi-fungsi
kognisi seperti analisa, transformasi atau perubahan peristiwa-peristiwa
mental. Misalnya, hal lupa, memory coding, perpikir, dll. Proses,
bersifat aktif, sedangkan struktur bersifat pasif.
Struktur dan proses bekerja bersama-sama dalam pemrosesan
informasi.

b). Periode Pertengahan

o Para filsuf dan teolog renaissance nampaknya cukup puas dengan


pengetahuan yang berpusat di otak. Dan bahwa pengetahuan tidak hanya
diperoleh melalui panca indera, namun juga melalui penyelaman.
 Abad 18
o Empiris Inggris (Berkeley, Hume, James Mill dan anaknya John Steward
Mill) mengusulkan bahwa pengetahuan terdiri dari tiga tahap: (1)
penginderaan secara langsung, (2) mengkopi hasil penginderaan, (3)
transformasi dari pengkopian tersebut, berasosiasi dengan pikiran.
 Abad 19
o Para filsuf bergerak dari filsafat (yang bersifat spekulatif) ke bentuk
disiplin yang berdasar hasil-hasil empirik (Fechner, Brentano, Helmholtz,
Wundt, Muller, Kulpe, Ebbinghause, Gallon, Titchener, dan James).
o Pada akhir pertengahan abad 19 teori-teori representasi pengetahuan
terpisah secara tegas:
c). Awal Abad 20
o Psikologi kognitif yang dikonsepkan pada akhir abad 19 tiba-tiba
tenggelam, digantikan dengan Behaviorisme yang menggunakan
kerangka kerja psikologi stimulus-respons (S-R). Studi-studi mengenai
operasi-operasi mental dan struktur internal seperti perhatian, memori,
dan berpikir beristirahat total selama 50 tahun. Bagi para behavioris,
representasi internal merupakan variable pengantara (intervening
variables) yang merupakan konstruk hipotetik yang diasumsikan
mengantarai efek stimulus terhadap respon. Tokoh-tokoh behaviorisme
pada masda itu, Woodworth, Hull, dan Tolman menikmati popularitas
yang tinggi.

d). Kemunculan Kembali Psikologi Kognitif


Pada tahun 1950-an, minat mulai berfokus kembali pada persoalan
perhatian, memori, rekognisi pola imaginasi, organisasi semantic,
proses-proses bahasa, berpikir, dan topik-topik psikologi kognitif
lainnya. Jurnal jurnal penelitian dan kelompok kelompok
professional baru menandai bahwa para psikolog mulai beralih
kembali kepada psikologi kognitif. Kemunculan kembali psikologi
kognitif ini dipicu oleh:

1). Kegagalan Behaviorisme.


Behaviorisme gagal memperhitungkan adanya perbedaan
individual. Bagaimanapun juga nampak bahwa proses mental
internal berhubungan erat dengan stimulus dan menentukan
perilaku.
2). Kemunculan teori-teori komunikasi.
Teori komunikasi menyumbang eksperimen dalam deteksi sinyal,
perhatian, cybernetics, dan teori informasi yang sangat relevan
dengan psikologi kognitif.

D.   Revolusi Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Kognitif


Pada tahun 1962 Thomas Khun (filsuf, ahli fisika, dan sejarawan dari
Universitas Chicago) menulis buku The Structure of Scientific
Revolution. Karena buku ini berisi pandangan baru mengenai perkembangan
kemajuan ilmu pengetahuan, dapat menjadi cermin akan adanya revolusi dalam
sejarah ilmu pengetahuan. Revolusi ilmu pengetahuan menurut Thomas Khun
ditandai oleh pergantian paradigma yang berhubungan dengan penemuan
monumental dan/atau peralihan sejumlah besar ilmuwan dari metode-metode
dan konsep-konsep tradisional.
Peralihan di dalam psikologi Amerika antara tahun 1950-1960,
menunjukkan adanya pergantian paradigma yang oleh beberapa kalangan
disebut sebagai revolusi kognitif. Lebih tepatnya dapat dikatakan terjadi pada
tahun 1956, yaitu saat dilaksanakannya symposium teori informasi di kampus
MIT yang melibatkan pembicara seperti Naom Chomsky, Jerome Bruner, Allen
Newell dan Herbert Simon, serta George Miller. Simposium tersebut telah
memberikan efek pendekatan baru dalam psikologi: menerima proses-proses
mental dan representasi pengetahuan sebagai kom nen yang perlu dan syah
(legitimate) untuk memahami psikologi manusia.

E.   Teori Perkembangan Kognitif


Dikenbangkan oleh Jean Peaget, seorang psikolog Swis yang hidup tahun
18961980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan
psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep
kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat
mempresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi
konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan
diperolehnya schemata-skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi
lingkungannya- dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang
memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori
ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori
nativisme ( yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan
pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita
membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi
dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget
memperoleh Erasmus Prize. Piaget meembagi skema yang digunakan anak
untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi
dengan semakin canggih seiring pertambahan usia,
    Periode sensorimotor ( usia 0-2 tahun)
b.    Periode praoperasional (usia 2-7)
c.    Periode operasional konkrit (usia 7-11)
d.    Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keberhasilan untuk mengembangkan ranah kognitif juga
akan berdampak positif terhadap perkembangan ranah psikomotor. Kecakapan
psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang konkret dan mudah diamati, baik
kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka. Namun,
disamping kecakapan psikmotor tidak terlepas dari kecakapan kognitif dan
banyak terikat oleh kecakapan afektif.
Banyak contoh yang membuktikan bahwa kecakapan kognitif berpengaruh
besar terhadap perkembangan kecakapan psikomotor. Para siswa yang
berprestasi yang baik ( dalam arti yang luas dan ideal ) dalam bidang pelajaran
agama misalnya sudah tentu akan lebih rajin beribadah shalat, puasa, mengaji.
Sebab ia  merasa  member bantuan itu adalah  kebajikan (afektif), sedangkan
perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasal
dari pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama yang ia
terima dari gurunya               ( kognitif ).
Berdasarkan uraian diatas, dapat kita tarik kesimpulan  bahwa upaya guru
dalam mengembangkan  keterampilan ranah kognitif para siswanya  merupakan
hal yang sangat penting jika guru tersebut menginginkan siswanya aktif
mengembangkan  sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Is kandar, M.Pd,   Psikologi PendidikanSetelah Orientasi Baru, Gaung


Persada ( GP ) Press – 2009 ( Jambi)

MuhibbinSyah, M.Ed, Psiklogi Belajar, PT Gajah Grafindo Persada, Jakarta,


2005, Pengantar dari Prof. Dr. S.C. Utami Munandar ( GuruBesar Psikologi
UI )

Ander son, John R, Cognitive Psychology and Its Implication, 3 rd . Edition. New
York : W.H. Freeman and Company, 1990

Best, John B,Cognitive Psychology. 2 nd  Edition. New York : Wet Publishing


Company.1985

Anda mungkin juga menyukai