Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN KELAS

MANAJEMEN KELAS SEBAGAI LINGKUNGAN BELAJAR


PENATAAN RUANG KELAS

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

NURUL FATIMAH ( 19540040)

FLORENTINA MAYRETA P ( 19540054)

ANGGITA SRI PURWANI ( 19540056 )

NURUL ULFA ISMAWATI ( 19540057)

MATIANA JUNI INDAH S ( 19540095)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA


Jl. Sumpah Pemuda No. 18, Kadipiro, Surakarta
TATA RUANG KELAS

A. Pengertian Tata Ruang Kelas

Tata ruang kelas merupakan kegiatan yang terencana dan segaja yang
dilakukan oleh guru dengan tujuan menciptakan dan mempertahankan kondisi
yang optimal, sehingga diharapka proses belajar mengajar dapat berjalan secara
efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan pembelajaran.

B. Pentingnya Tata Ruang Kelas

1. untuk mencapai hasil belajar yang efektif

2. mempengaruhi semangat belajar peserta didik

3. menciptakan kondisi belajar yang kondusif

C. tujuan tata ruang kelas

1. mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupu
sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan semaksimal mungkin

2. menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi


pembelajar.

3) Menyediakan dan mengatur fasilitas secara perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai lingkungan, sosial, emosional, dan intelektual
siswa dalam kelas.

4) Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya
serta sifat-sifat individunya

D. Prinsip-Prinsip Tata Ruang Kelas

1) Visibility (Keleluasaan Pandangan) Visibility artinya penempatan dan penataan


barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa
secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang
berlangsung.Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan
pembelajaran. 7Mudasir,Op Cit, hal,18.
2) Accesibility (mudah dicapai) Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk
meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran.
Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga
siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang
bekerja.

3) Fleksibilitas (Keluwesan) Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata


dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.Seperti penataan
tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode
diskusi, dan kerja kelompok.

4) Kenyamanan Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya,


suara, dan kepadatan kelas.

5) Keindahan Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas
yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar.Ruangan kelas yang indah
dan menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa
terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan

E. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Tata Ruang Kelas

1) Faktor internal Faktor yang berasal dari diri siswa itu sendiri, misalnya, jika ada
siswa yang fisiknya kurang sehat, kemungkinan siswa itu konsentrasi belajrnya akan
terghanggu dan mungkin siswa itu akan mengantuk atau malah tertidur dalam kelas.

2) Faktor eksternal 9John W. Santrock. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011,


h,560-561. Faktor yang berasal dari luar diri siswa tersebut (kondisi keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat).Jika siswa memiliki masalah-
masalah eksternal dalam dirinya, contohnya karena kondisi keluarganya yang tidak
harmonis,atau tidak mendapat perhatian dari orang tuanya kemungkinan siswa
itutidak akan menjadi usil atau menjadi pendiam. Hal itu juga akan menjadi masalah
dalam kelas.

F. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Menata Kelas

1. tempat duduk

2. warna dinding
3. suara guru

4. lampu/ventilasi

5. penataan alat dan sumber belajar

Penjelasan :

1. Tempat Duduk

1) Pengertian tempat duduk

Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh siswa
dalam proses pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas di sekolah
formal.tempat duduk dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa, bila tempat
duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, bundar, persegi empat
panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa. Maka siswa akan merasa nyaman dan
dapat belajar dengan tenang.

2) Ukuran bentuk kelas

Ukuran bentuk kelas yang luas memungkinkan guru untuk mengatur tempat
duduk yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh guru tersebut,
namun jika luas kelas tidak begitu luas maka akan sulit untuk guru untuk mengatur
tempat duduk dan memungkin kan memakai penataan tempat duduk tradisional.

3) Bentuk serta ukuran bangku dan meja

Bentuk serta ukuran meja dan bangku sangat mempengaruhi dalam pentaan
tempat duduk jika tempat duduk nya berukuran besar dengan bentuk kelas yang tidak
begitu luas maka sulit bagi guru untuk membentuk penataan tempat duduk yang baik
dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh guru.

4) Jumlah siswa dalam kelas

Jumlah siswa dalam kelas adalah hal yang terpenting untuk mengelola tempat
duduk. Jika didalam kelas tersebut terdapat 40 anak dengan bentuk kelas yang tidak
begitu luas maka hanya penataan tempat duduk tradisional saja yang akan dipakai
dalam penataan tempat duduk. Jumlah siswa yang efektif di setiap kelas berkisar
antara 20 sampai dengan 30 murid di setiap kelasnya.
5) Jumlah Siswa Dalam Setiap Kelompok

Terdapat beberapa pengelolaan tempat duduk yang mengharuskan guru untuk


membuat siswa berkelompok, di dalam pengelolan tempat duduk ini jumlah siswa
yang baik berkisar antara 5 sampai dengan 6 perkelompoknya dibagi sesuai dengan
jumlah siswa yang terdapat dalam kelas tersebut, namun semua itu dapat disesuaikan
dengan jumlah siswa dalam kelas tersebut.

6) Jumlah kelompok dalam kelas

Jika jumlah kelompok dalam kelas terlalu banyak maka akan menyulitkan
guru dalam proses pembelajaran, karena biasanya siswa akan mudah terpecah
konsentrasinya mereka sibuk bermain dengan teman-teman nya atau kelas tersebut
penuh sesak dengan bangku serta meja yang akan menyulitkan anak untuk bergerak.

7) Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang pandai, pria
dan wanita).

Pembagian siswa perkelompok harus memperhatikan jenis kelamin dan


kemampuan persiswa. Jika di dalam kelompok hanya berisi perempuan saja maka
akan dipastikan kelompok tersebut akan menjadi kelompok yang berisik, atau
sebaliknya jika kelompok tersebut beranggotakan siswa laki-laki saja maka akan
dipastikan kelompok tersebut akan menjadi kelompok yang pasif. Di dalam
pengaturan siswa dalam kelompok harus diliat kemampuan perindividu kelompok
tersebut jika didalam tersebut berisi siswa-siswa yang aktif maka kelompok siswa-
siswa yang pasif akan terus pasif tidak dapat berkembang

2. Bentuk-bentuk pengelolaan tempat duduk

1) Formasi Huruf U

Formasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Para peserta didik dapat
melihat guru dan/atau melihat media visual dengan mudah dan mereka dapat saling
berhadapan langsung satu dengan yang lain. Susunan ini ideal untuk membagi bahan
pelajaran kepada peserta didik secara cepat karena guru dapat masuk ke huruf U dan
berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi.
2) Formasi Corak Tim

Mengelompokkan meja-meja setengah lingkaran atau oblong di ruang kelas


agar memungkinkan anda untuk melakukan interaksi tim. Anda dapat meletakkan
kursi-kursi mengelilingi meja-meja untuk susunan yang paling akrab. Jika anda
melakukan, beberapa peserta didik harus memutar kursi mereka melingkar
menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat anda, papan tulis atau layar

3) Meja konferensi

Ini terbaik jika meja relatif persegi panjang. Susunan ini mengurangi
pentingnya pengajar dan menambahkan pentingnya peserta didik. Susunan ini dapat
membentuk perasaan formal jika pengajar ada pada ujung meja.

4) Lingkaran

Para peserta didik hanya duduk pada sebuah lingkaran tanpa meja atau kursi
untuk interaksi berhadap-hadapan secara langsung. Sebuah lingkaran ideal untuk
diskusi kelompok penuh. Sediakan ruangan yang cukup, sehingga anda dapat
menyuruh peserta didik menyusun kursi-kursi mereka secara cepat dalam berbagai
susunan kelompok kecil.

5) Kelompok untuk kelompok

Susunan ini memungkinkan anda melakukan diskusi fishbowl (mangkok ikan)


atau untuk menyusun permainan peran, berdebat atau observasi aktifitas kelompok.
Susunan yang paling khusus terdiri dari dua konsentrasi lingkaran kursi. Atau anda
dapat meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah, dikelilingi oleh kursi-kursi pada
sisi luar.

6) Workstation

Susunan ini tepat untuk lingkungan tipe laboratorium, aktif dimana setiap
peserta didik duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas (seperti mengoperasikan
komputer, mesin, melakukan kerja laborat) tepat setelah didemonstrasikan. Tempat
berhadapan mendorong patner belajar untuk menempatkan dua peserta didik pada
tempat yang sama

7) Breakout Groupings
Jika kelas anda cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, letakkan meja-
meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar didasarkan
pada tim. Tempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga
tim-tim itu tidak saling mengganggu. Tetapi hindarkan penempatan ruangan
kelompok-kelompok kecil terlalu jauh dari ruang kelas sehingga hubungan diantara
mereka sulit dijaga.

8) Susunan chevroun

Sebuah susunan ruang kelas tradisional tidak melakukan belajar aktif. Jika
terdapat banyak peserta didik (tiga puluh atau lebih) dan hanya tersedia meja oblong,
barangkali perlu menyusun peserta didik dalam bentuk ruang kelas. Susunan V
mengurangi jarak antara para peserta didik, pandangan lebih baik dan lebih
memungkinkan untuk melihat peserta didik lain dari pada baris lurus. Dalam susunan
ini, tempat paling bagus ada pada pusat tanpa jalan tengah.

9) Kelas Tradisional

Jika tidak ada cara untuk membuat lingkaran dari baris lurus yang berupa meja
dan kursi, cobalah mengelompokkan kursi-kursi dalam pasangan-pasangan untuk
memungkinkan penggunaan teman belajar. Cobalah membuat nomor genap dari baris-
baris dan ruangan yang cukup diantara mereka sehingga pasangan-pasangan peserta
didik pada baris-baris nomor ganjil dapat memutar jursi-kursi mereka melingkar dan
membuat persegi panjang dengan pasangan tempat duduk persis di belakang mereka
pada baris berikutnya.

10) Audiotorium

Meskipun auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk


belajar aktif, namun masih ada harapan. Jika tempat duduk-tempat duduk itu dapat
dengan mudah dipindah-pindah, tempatkanmereka dalam sebuah arc (bagian
lingkaran) untuk membentuk hubungan lebih erat dan visibilitas peserta didik.Jika
tempat-tempat duduk itu cocok, suruhlah peserta didik agar duduk sedekat mungkin
ke pusat. Berlaku asertif terhadap bentuk ini; sekalipun dianggap barisan lepas dari
sisi audotorium. Ingatlah : tidak masalah seberapa besar auditorium dan seberapa
banyak audien, anda masih dapat memasangkan mereka dan menggunakan aktifitas-
aktifitas belajar aktif yang melibatkan
3. Warna dinding

Penataan dinding dan pemilihan warna ruanganAdapun pada area dinding berfungsi
untuk pembatas antar ruangan. Terdapat pula kegunaannya dalam hal, sebagai media
untuk menampilkan berbagai sumber informasi dan edukasi pada anak.

Pemanfaatan dinding ini diantaranya sebagai media ditampilkannya berbagai macam


poster, tata tertib, mading, maupun fungsi lainnya dari adanya area pada dinding kelas.
Namun dalam menampilkan sesuatu pada dinidng perlu diperhatikan juga takarannya.
Tujuannya agar jangan sampai mengalihkan pandangan anak pada saat ia melakukan
proses pembelajaran, sehingga ditampilkan sewajarnya saja dan tepat (Mulyasa, 2012:
151).

Penataan dinding interior yang tidak permanen maka, dapat memberikan fleksibilitas
yang lebih besar dalam penyusunan dan penataan ruangan yang ada. Jika dibandingkan
dengan dinding tidak permanen, untuk kemampuan dalam meredam suara pada dinding
yang permanen, tentu akan jauh lebih baik.

Namun adanya dinding tambahan yang tidak permanen, nantinya akan relatif mudah
ditata, didesain ulang, serta dipindahkan sesuai kebutuhan. (Mariyana, dkk, 49: 2010).
Sedangkan untuk pemilihan warna pada interior ruangan belajar, tentu sangat penting.
Dimana pemilihan warna yang ada akan berdampak pada suasana yang ditimbulkan.
Pemilihan warna sebuah ruangan tentu tidak dapat diabaikan. Adapun dikarenakan,
hadirnya pemilihan warna ini, terbukti dalam mempengaruhi psikologis anak. Pada
masing-masing warna memiliki sifat dasarnya, dimana sesuai dengan kadar pancaran
energi cahaya yang ditimbulkan (Mariyana, dkk, 49: 2010).

Pemilihan warna cat dinding ruang belajar, akan turut berpengaruh dalam
menciptakan suasana belajar itu sendiri. Adapun pemilihan warna pada dinidng, akan
berdampak dalam membangun semangat belajar anak. Para pendidik atau pengelola,
tentunya harus dapat memilih warna-warna mana yang tepat dan diaplikasikan pada
dinding-dinding tersebut (Mariyana, dkk, 49: 2010).Setiap warna memliki arti dan
dampak psikologis tersendiri.

Berikut ini merupakan, uraian makna dari setiap warna sebagai pertimbangan:
a. Warna biru bersifat damai dan menyejukkan. Asosiasi positifnya adalah rasa percaya
dan stabilitas. Selain itu, warna biru juga memberi kesan luas pada ruangan. Warna
biru cocok untuk ruang keluarga, ruang makan, dan ruang kerja. Secara
psikologis,warna ini memberikan ketenangan yang sempurna. Selain itu, juga
memiliki kesan yang dapatmenenangkan denyut nadi, tekanan darah, pernapasan,
serta membantu dalam meningkatkan kesehatan diri (Widiasworo, 2018: 49).
Sedangkan pendapat lain mengatakan jika, warna biru ini mampu memberikan efek
psikologis berupa ketenangan, kedamaian, alami, serta ketuhanan.
 Biru TuaWarna biru tua menggambarkan perasaan yang mendalam. Warna ini
melambangkan sifat perasa, bijaksana, tidak mudah tersinggung, bersikap tenang.
Warna ini bisa difungsinya pada pendidikan anak usia dini sebagai warna pelengkap
saja, bukan untuk mendominasi (Widiasworo, 2018: 49).
 Biru MudaWarna biru muda melangmabngkan sifat teguh dan kokoh, tetapi biasanya
sedikit keras kepala, dan memiliki pendirian yang tetap. Warna biru muda ini masuk
dalam kategori warna yang terang. Maka warna-warna seperti ini juga disarankan
penggunaan pada penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Karena dapat
menambah semangat belajar anak semakin bertambah. Namun penggunaannya perlu
disesuaikan dnegan kebutuhan yang ada (Widiasworo, 2018: 50)

b. Hijau Warna ini simbol pertumbuhan, kesuburan, dan harmoni. Hijau merupakan
warna menenangkan dan menyegarkan. Warna ini cocok untuk ruang keluarga dan
ruang bermain (Widiasworo, 2018: 50). Pendapat lain mengatakan bahwa, secara
psikologis warna hijau melambangkan adanya suatu ketabahan dan keinginan, namun
memiliki pribadi yang teguh, dominasi. Selain itu warna hijau ini juga dapat
meningkatkan rasa bangga. Warna hijau ini termasuk pada kategori warna yang terang
selian itu juga dapak psikologis yang ditimbulkannya pun sangat baik, apalagi untuk
anak usia dini. Karenawarna hijau melambangkan keteduhan dan kesuburan. Namun
penggunaan warna hijau ini perlu diseimbangkan kebutuhannya dengan warna-warna
lain (Hamid, 2011: 122).

c. Kuning Warna kuning erat dengan pencerahan dan inteletualitas. Sifatnya


menstimulasi otak dan membantu pencernaan. Sifat positifnya yaitu optimisme, akal,
dan ketegasan. Sementara sifat negatifnya, berlebihan dan kekakuan (Widiasworo,
2018: 52). Warna kuning sangat cocok untuk pintu masuk rumah dan dapur. Namun
tidak cocok untuk ruang meditasi. Secara psikologis, warna ini mewakili sifat
kegembiraan, cukup santai, dan mempunyai cita-cita setinggi langit. Warna kuning ini
termasuk dalam kataegori warna primer dan tergolong terang. Penggunaannya sangat
cocok untuk diterapkan pada anak usi dini. Namun dalam penggunaannya perlu
disesuaikan dengan kebutuhan jangan sampai mengalihkan perhatiannya lebih pada
dinding maupun perabot yang berwarna kuning dominan. Gunakan warna kuning ini
sesuai porsinya (Hamid, 2011: 123).g)
 Kuning Terang Warna ini melambangkan sifat spontan dan toleransi yang sangat
tinggi. Sifat dari warna ini sangat menonjol, tetapi senang berubah-ubah sikap, suka
berharap dan dermawan (Hamid, 2011: 123-124). Pendapat lain mengatakan, warna
kuning ini erat dengan pencerahan dan intelektualitas. Sifatnya menstimulasi otak dan
turut membantu pencernaan. Selain itu sifat positifnya yaitu, optimisme, akal,
ketegasan. Sementara itu sifat negatifnya berlebihan dan kekakuan. Secara psikologis
warna ini memiliki sifat kegembiraan, jiwa yang santai, serta memiliki cita-cita yang
tinggi. Seperti halnya apa yang telah dipaparkan pada warna nomor tujuh.
Penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Sehingga dampak psikologi
yang ditimbulkan pada anak usia dini dapat berlangsung optimal (Widiasworo,
2018:52).
d. Abu-abu Untuk warna abu-abu ini mempunyai karakter cenderung samar-samar atau
tidak berkepihakan (Hamid, 2011: 124). Adapun kecenderungannya adalah lebih
memilih bersikap netral. Warna ini cenderung tidak disarankan penggunaannya untuk
anak usia dini. Mengingat dampak psikologis yang ditimbulkan tidak memebrikan
efek yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Jika warna abu-abu digunakan,
hal ini hanya sebatas sebagai warna pelengkap saja dan cenderung sedikit dalam
penggunaannya (Widiasworo, 2018: 52).
e. Merah Warna ini memiliki sifat memberi stimulasi dan mendominasi. Warna merah
erat kaitannya dengan sifat hangat dan kemakmuran. Tetapi menggambarkan
kemarahan, malu, dan kebencian. Warna merah juga bagus sebagai aksen, namun
tidak cocok untuk ruang makan, kamar tidur anak, dapur dan ruang kerja
(Widiasworo, 2018: 52-53). Secara psikologis warna merah melambangkan keadaan
psikologis yang mengurangi tenaga, mempercepat denyut nadi, menaikkan tekanan
darah, dan mempercepat pernapasan. Warna ini mempunyai pengaruh produktivitas,
perjuangan, persaingan. Sesuai dengan karakter atau sifat dasar warna merah yang
penuh dengan semangat berapi-api. Warna merah ini erat kaitannya dengan
kehangatan dan kemakmuran. Penggunaan warna merah memiliki pengaruh terhadap
produktivitas, perjuangan, dan persaingan. Namun penggunaan warna ini harus tepat.
f. Merah TerangWarna merah terang mewakili kekuatan, kemauan dan cita-cita. Warna
ini turut melambangkan sikap agresif, aktif (Widiasworo, 2018: 53). Selain itu sifat
dari warna merah ini menurut pendapat lain adanya kemauan yang keras, penuh
gairah, serta adanya dominasi kepada sesuatu hal. Seperti halnya yang disampaikan
pada warna nomor sembilan, penggunaan warna ini perlu diseimbangkan dengan
warna lain dan diseuaikan kebutuhan. Jangan sampai karena penggunaan waran yang
berlebihan, mengakibatkan perhatian belajar anak dapat teralihkan pada benda yng
berwarna merah tersebut (Hamid, 2011: 125).
g. CoklatWarna coklat menggambarkan stabilitas dan bobot. Sifat positifnya adalah
kestabilan dan keagungan, sedangkan negatifnya adalah depresi dan penuaan. Warna
coklat untuk ruang kerja tetapi tidak cocok untuk ruang tidur. Secara psikologis,
warna ini memiliki sifat suka merebut dan pesimis terhadap kesejahteraan ataupun
kebahagiaan di masa depan (Widiasworo, 2018: 50).
h. Merah JambuWarna merah jambu mewakili sifat romantis, feminim (Hamid, 2011:
125). Sifat lain dari warna merah jambu ini yaitu, selalu rapi dan penuh dengan
kejenakaan atau humor. Warna merah jambu juga erat hubungannya dengan warna
kasih sayang. Selin itu juga dikategorikan dalam warna terang. Penggunaannya untuk
anak usia dini disarankan namun dalam porsi yang pas dan tidak mendominasi
(Widiasworo, 2018: 53).
i. Ungu Warna ungu merupakan percampuran antara warna merah dan biru, adapun sifat
sedikit kurang teliti (Hamid, 2011: 125). Sifat lain dari warna ungu ini yaitu, penuh
dengan adanya sebuah harapan. Warna ungu ini meurpakan warna yang cenderung
warna yang mengarah pada warna gelap. Oleh karenanya dalam penggunaan warna
ungu ini perlu disesuaikan kebutuhan dan tidak mendominasi. Karena karakteristiknya
yang tidak begitu kuat untuk dapat memberikan efek psikolgis positif pada anak usia
dini (Widiasworo, 2018: 53).
j. Putih Warna putih adalah simbol awal, baru, kemurnian dan kesucian. Kualitas
positifnya adalah bersih dan segar (Widiasworo, 2018: 53). Sedangkan sifat
negatifnya adalah dingin tanpa kehidupan. Warna ini cocok untuk kamar mandi dan
dapur. Warna putih jangan sampai mendominasi, karena hal ini berdampak jika
penggunaannya dominan. Maka yang terjadi daya krativitas anak sulit untuk tumbuh
maupun berkembang. Penggunannya hanya perlu disesuaikan dengan porsi yang pas
(Hamid, 2011: 125)
4. Suara guru

Suara guru, walaupun bukan faktor yang besar, turut mempengaruhi dalam
proses belajar mengajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau
malah terlalu rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa akan mengakibatkan
suasana gaduh, bisa jadi membosankan sehingga pelajaran cenderung tidak
diperhatikan. Suara hendaknya relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume
suara yang penuh dan kedengarannya rileks cenderung akan mendorong siswa
untuk memperhatikan pelajaran, dan tekanan suara hendaknya bervariasi agar
tidak membosankan siswa.

5. Ventilasi dan tata cahaya

Ventilasi dan tata cahaya sangat berpengaruh dalam proses belajar


mengajar di kelas, dalam menjamin kesehatan peserta didik, yang perlu
diperhatikan, yaitu:

1) Ventilasi sesuai dengan ruang kelas

2) Sebaiknya tidak merokok

3) Pengaturan cahaya perlu diperhatikan sehingga cahaya yang masuk cukup

4) Cahaya masuk dari arah kiri, jangan berlawanan dengan bagian depan.24

Dalam pengelolaan kelas kaitannya dalam memberiikan pelayanan yang sebaik-


baiknya bagi anak didik dalam belajar, hal-hal berikut dapat dijadikan pegangan para guru,
yaitu: mengatur tempat duduk anak didik harus mencerminkan belajar efektif. Bangku yang
disediakan memungkinkan diubah tempatnya, ruang kelas yang bersih dan segar akan
menjadi anak didik bergairah belajar, dan memelihara kebersihan dan nyaman suatu
kelas/ruang belajar, sama artinya dengan mempermudah anak didik menerima pelajaran

6. Pengaturan Alat-alat Pengajaran

Di antara alat-alat pengajaran di kelas yang harus diatur adalah sebagai berikut:
a. Perpustakaan Kelas : Sekolah yang maju ada perpustakaan di setiap kelas, Pengaturannya
bersama-sama siswa.

b. Alat-alat Peraga media Pengajaran : Alat peraga atau media pengajaran semestinya
diletakkan di kelas agar memudahkan dalam penggunaannya, Pengaturannya bersama-sama
siswa.

c. Papan Tulis, Kapur Tulis, dan lain-lain : Ukurannya Disesuaikan, Warnanya harus kontras ,
Penempatannya memperhatikan estetika dan terjangkau oleh semua siswa.

d. Papan Presensi Siswa : Ditempatkan di bagian depan sehingga dapat dilihat oleh semua
siswa. Difungsikan sebagaimana mestinya.

e. Hiasan dinding (pajangan kelas)

hendaknya dimanfaatkan untuk kepentingan pengajaran, misalnya

- Burung Garuda

- Teks Proklamasi

- Slogan pendidikan

- Para pahlawan

- Peta/globe

f. Penempatan lemari

- Untuk buku di depan

- alat-alat peraga di belakang

Anda mungkin juga menyukai