Disusun oleh
Kelompok 4:
M. fadhli (101212072)
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
karunia, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Islam Dalam
Paradigma Keilmuan Dalam Bingkai Wahdatul Ulum.” Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Sholawat
beserta salam semoga tetap tercurah kepada nabi junjungan alam, nabi Muhammad SAW.
Berkat perjuangan beliau penulis dapat merasakan indahnya ilmu pengetahuan pada saat
sekarang ini.
Harapan kami mudah mudahan makalah ini bermanfaat dan menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca. kami akui makalah ini sangat jauh dari sempurna, sehingga kami
minta maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu diharapkan bagi
pembaca untuk memberi masukan yang sifatnya membangun.
Dan akhir kata penulis berdoa kepada Allah Swt. apa yang diberikan kepada penulis
dapat sebagai ibadah yang berguna untuk hari esoknya menjadi amalan yang shaleh, aamiin
Ya Robbal alamiin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
BAB II ISI...........................................................................................................................
A. Pengertian Paradigma..............................................................................................
B. Islam Dalam Paradigma Keilmuan UIN-SU...........................................................
C. Paradigma Keilmuan Dalam Islam..........................................................................
1. Fitrah atau Ilham................................................................................................
2. Panca indera.......................................................................................................
3. Akal...................................................................................................................
4. Hidayah Agama.................................................................................................
5. Hidayah Taufiq..................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hingga kini, masih kuat anggapan dalam masyarakat luas yang mengatakan “Agama”
dan “Sains” adalah dua hal yang tidak bisa dipertemukan. Keduanya memiliki wilayah
sendiri-sendiri, terpisah antara satu dan lainnya, baik dari segi objek formal-material, metode
penelitian, kriteria kebenaran, peran yang dimainkan oleh ilmuan maupun status teori
masing-masing bahkan sampai ke institusi penyelenggaranya.
Perbedaan ini semakin hari semakin jauh ketika aktivitas pendidikan dan keilmuan di
Perguruan Tinggi Umum dan Perguruan Tinggi Agama di tahah air mirip seperti pola kerja
ilmuan awal abad Renaissance hingga Era Rovolusi Informasi. Perkembangan ilmu-ilmu
sekuler sebagai simbol keberhasilan Perguruan Tinggi Umum di satu pihak, sementara di
IAIN pihak, perkembangan dan pertumbuhan Perguruan Tinggi Agama yang hanya
menekankan ilmu agama dan teks-teks keislaman normatif. Hal ini berdampak pada
persoalan penciptaan tenaga kerja terampil dalam dunia ketenagakerjaan, serta membawa
dampak negatif bagi pertumbuhan dan perkembangan kehidupan sosial-budaya, sosial-
ekonomi, sosial politik, dan sosial kegamaan di tanah air.
Dari sini tergambar Reintegrasi Epistimologi Keilmuan dan konsep Wahdatul Ulum
di UIN Sumatra Utara mutlak diperlukan untuk mengantisipasi perkembangan-perkembangan
yang serba kompleks dan tak terduga di era globalisasi ini agar tanggung jawab kemanusiaan
dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusi Indonesia menjadi berkualitas
dan sebagai Kholifatullah fi al-Ard.
B. Rumusan Masalah
ISI
A. Pengertian Paradigma
Istilah paradigma pertama kali di perkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962) dan
kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970). Menurut kuhn, paradigma
adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikontruksikan oleh mode of thought (cara
berfikir) atau mode of inquiry (cara bertanya) tertentu. Yang kemudisn menghasilkan
mode of knowing (ragam pengetahuan) yang spesifik.
Definisi tersebut dipertegas oleh Friedrichs, sebagai suatu pandangan yang
mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang
semestinya dipelajari. Pengertian lain dikemukakan oleh Goerge Ritzer (1980),
dengan menyatakan paradigma sebagai pandangan yang mendasar dari para ilmuan
tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu
cabang atau disiplin ilmu pengetahuan.
Paradigma merupakan cara masing-masing orang memandang dunia,
memandang persoalan, alur berfikir seseorang yang terbentuk karena pengalaman dan
pilihan-pilihan. Dalam bahasa agama fungsional adalah amal. Beberapa alasan
mengapa kebijakan harus dianalisis yaitu Pertama, karena biasanya ada beberapa
faktor kebijakan yang menjadi lemah. Kedua, karena masyarakat mempunyai fungsi
kontrol. Ketiga, faktor pandangan hidup. Keempat, faktor tradisi. Kelima, faktor
wisdom. Al-Qur’an sebagai paradigma pengembangan ilmu pengetahuan yaitu:
sumber ilmu, aqidah, akhlak, sosial, ekonomi, politik, science, ibadah, sejarah dan
hukum-hukum. Al-Qur’an sebagai paradigma yaitu dengan cara menjadikan Al-
Qur’an sebagai paradigma keilmuan islam sekaligus sebagai ideologi, terdapat dalam
Al- Qur’an surah Al-Ankabut ayat 43.
2
Wahdatul Ulum-UINSU. IAIN Press Medan-Indonesia
Al-Munir
Jurnal Filsafat Indonesia, Vol. 4 No 2 Tahun 2021
Banyak orang mendapatkan nasihat dan arahan agama. Namun pada
kenyataannya, seringkali manusia berpaling dari ilmu yang telah datang kepadanya
tersebut. Hal ini terjadi karena tidak semua manusia mendapatkan hidayah taufik dari
Allah Ta’ala. Taufik adalah kecocokan hati seseorang untuk tunduk dan menerima
nasihat/ilmu agama yang datang kepadanya. Inilah hidayah yang sering kita minta
dengan lafadz ihdinash shirathal mustaqim.
Inilah perbedaan besar antara paradigma ilmu sekuler dengan paradigma ilmu
peradaban Islam. Paradigma sekuler mengingkari keberadaan “ilmu Tuhan”. Mereka
menganut empirisme untuk mengakui ilmu. Empirisme adalah suatu prinsip bahwa
semua pengetahuan didapatkan dengan pengalaman. Apa yang tidak dialami atau
tidak bisa dijelaskan dengan akal mereka, tidak diakui sebagai ilmu. Pada akhirnya
dibuanglah segala konsep agama dari bahasan ilmu pengetahuan dalam paradigma
sekuler.
3
Hal ini jelas bertentangan dengan pandangan ilmu dalam tradisi Islam.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, hasil olahan akal manusia hanyalah tingkat
ketiga dari lima tingkatan ilmu. Adapun ilmu Allah Ta’ala yang sampai kepada
manusia sampai pada tingkat keempat dan kelima. Maka ketika seseorang membatasi
ilmu dengan empirisme, maka sebenarnya dia membatasi ilmunya hanya sampai pada
tingkat ketiga, yaitu tingkat akal.
Oleh karena itulah Islam tidak membatasi ilmu dengan empirisme insani.
Dalam Islam, kebenaran bukan hanya apa yang pernah dialami oleh manusia. Selain
pengalaman manusia, ada sumber ilmu lain dalam tradisi keilmuan Islam yang disebut
dengan khabar shadiq.
BAB III
PENUTUP
3
https://dppai.uii.ac.id/paradigma-keilmuan-dalam-islam/
Kesimpulan
Sebagai seorang mukmin yang meyakini Allah Ta’ala, peran agama dalam
dinamika ilmu pengetahuan yang mana agama adalah salah satu sumber ilmu
pengetahuan yang hakiki. Dengan paradigma Islam, semakin banyak sumber ilmu
pengetahuan yang dapat dikembangkan. Dengan paradigma Islam, semakin banyak
produk ilmu yang dihasilkan untuk maslahat manusia. Pada akhirnya, dengan
paradigma keilmuan Islam muncullah produk-produk ilmu yang hakiki, bukan
pengetahuan keliru yang disusun dengan pencemaran hawa nafsu dan keterbatasan
akal.
DAFTAR PUSTAKA
(Salim, 2006: 78) (Salim, Agus, 2001. Teori dan paradigma penelitian sosial, PT. Tiara
Kencana, Yogyakarta)
Wahdatul Ulum-UINSU. IAIN Press Medan-Indonesia
Jurnal Filsafat Indonesia, Vol. 4 No 2 Tahun 2021
https://dppai.uii.ac.id/paradigma-keilmuan-dalam-islam/