Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

TENTANG PENDIDIKAN ISLAM PADA


PENJAJAHAN JEPANG

Dosen Pengampu : Solehuddin, M.Si

Disusun oleh :
Kelompok V

HIKMA MULIANI (2238120141)


RINI LESTARI HASIBUAN (2238120157)
WIRA LUTFIANSYAH (2238120170)
YURI KHASINA LUBIS (2338120171)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS AL-WASHLIYAH LABUHANBATU
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

penulisan makalah yang berjudul “PENDIDIKAN ISLAM PADA PENJAJAHAN JEPANG” ini

dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang telah

membantu dalam pembuatan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulisan makalah ini dalam rangka untuk memenuhi tugas kuliah dan diharapkan

dengan adanya makalah ini pembaca dapat menambah wawasan.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu,

segala kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan terbuka.

Rantauprapat, Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2

A. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Jaman Penjajahan Jepang.......................... 2


B. Kondisi Pendidikan Islam Pada Jaman Penjajahan Jepang..................................... 2
C. Pengaruh Kebijakan Pendidikan Pada Jaman Penjajahan Jepang........................... 4

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 8

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Jepang muncul sebagai negara kuat di Asia. Bangsa Jepang bercita-cita besar, menjadi
pemimpin Asia Timur Raya. Hal ini sudah direncanakan Jepang sejak tahun 1940 untuk
mendirikan kemakmuran bersama Asia Raya. Menurut rencana tersebut Jepang
menginginkan menjadi pusat suatu lingkungan yang berpengaruh atas daerah-daerah
Mansyuria, daratan Cina, kepulauan Filipina, Indonesia, Malaysia, Thailand, Indo Cina dan
Rusia. Perkembangan ekonomi dan industri Jepang memberi gambaran bahwa tampaknya
perluasan daerah itu mutlak diperlukan. Oleh karena itu rencana kemakmuran bersama Asia
Raya dianggap sebagai suatu keharusan, dan oleh kalangan militer diterima dan disambut
dengan hangat karena menjanjikan adanya prestise kepahlawanan dan dedikasi.

Dengan demikian maka kejayaan dan masa keemasan kaum penjajah Belanda hilang
lenyap sekaligus, ketika pada tanggal 8 Maret 1942 mereka bertekuk lutut tanpa syarat
kepada Jepang. Dengan semboyan Asia untuk bangsa Asia, Jepang mulai menguasai
Indonesia. Yang merupakan sasaran yang perlu dibina dan dimanfaatkan sebaik-baiknya
untuk kepentingan perang Jepang. Karena tanah air Indonesia merupakan sumber bahan-
bahan mentah dan tenaga manusia yang kaya, yang besar artinya bagi kelangsungan perang
Pasifik, dan hal ini sesuai pula dengan cita-cita politik ekspansinya. Selanjutnya Indonesia
memasuki alam baru di bawah pemerintahan Jepang.
B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu :

1. Bagaimana perkembangan pendidikan Islam pada jaman penjajahan Jepang?


2. Bagaimana kondisi pendidikan Islam pada jaman penjajahan Jepang?
3. Bagaimana pengaruh kebijakan pada jaman penjajahan Jepang?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dalam mata
kuliah, juga agar para pembaca mengetahui dan memahami masa pendidikan Islam di
jaman penjajahan Jepang.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Jaman Penjajahan Jepang

Jepang menjajah Indonesia setelah mengusir pemerintah Hindia Belanda yang kalah
pada perang dunia ke II. Mereka menguasai Indonesia pada tahun 1942, dengan
membawa semboyan “Asia timur raya untuk Asia dan semboyan Asia baru”.
Pendidikan islam zaman penjajahan jepang dimulai pada tahun 1942-1945, sebab
bukan hanya belanda saja yang mencoba berkuasa di Indonesia.

Jepang mengumumkan rencana mendirikan lingkungan kemakmuran bersama asia


timur raya pada tahun 1940. Jepang akan menjadi pusat lingkungan pengaruh atas
delapan daerah yakni: manchuria, daratan cina, kepuluan muangtai, malaysia,
indonesia, dan asia rusia. Lingkungan kemakmuran ini disebut dengan hakko I chi-u
(delapan benang dibawah satu atap).

Dengan konteks sejarah dunia yang menuntut dukungan militer kuat, Jepang
mengelola pendidikan di Indonesia pun tidak bisa dilepaskan dari kepentingan ini.
Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan di masa pendudukan Jepang
sangat dipengaruhi motif untuk mendukung kemenangan militer dalam peperangan
pasifik.

B. Kondisi Pendidikan Islam Pada Jaman Penjajahan Jepang

Sistem pendidikan Belanda yang selama ini berkembang di Indonesia, semuanya


diganti oleh bangsa Jepang sesuai dengan sistem pendidikan yang berorientasi kepada
kepentingan perang. Tidak mengherankan bahwa segala komponen sistem
pendidikannya ditujukan untuk kepentingan perang. Adapun karakteristik sistem
pendidikan Jepang adalah sebagai berikut:

2
1. Dihapusnya “Dualisme Pendidikan”
Pada masa belanda terdapat dua jenis pengajaran, yaitu pengajaran colonial dan
pengajaran bumi pitera, oleh Jepang diganti sistem seperti itu dihilangkan. Hanya
satu jenis sekolahrendah yang diadakan bagi semua lapisan masyarakat, yaitu
sekolahrakyat selama 6 tahun, yang ketika itu dipopulerkan dengan nama
“Kokunim Gakko” atau disebut juga sebagai Sekolah Nippon Indonesia (SNI).
Sekolah-sekolah desa masih tetap ada dan namanya diganti menjadi sekolah
pertama. Serta jenjang pengajaran pun menjadi :
a. Sekolah rakyat 6 tahun (termasuk sekolah pertama)
b. Sekolah menengah 3 tahun
c. Sekolah menengah tinggi 3 tahun (SMA-nya pada zaman Jepang)

2. Berubahnya Tujuan Pendidikan


Tujuan pendidikan adalah untuk menyediakan tenaga Cuma-Cuma (romusha) dan
prajurit-prajurit untuk membantu peperangan bagi kepentingan Jepang. Oleh
karena itu, murid-murid diharuskan latihan fisik, latihan kemiliteran dan
indoktrinasi ketat. Pada akhir zaman Jepang terdapat tanda-tanda tujuan
menjepangkan anak-anak Indonesia.

3. Proses Pembelajaran Diganti Kegiatan Yang Tidak Ada Kaitannya Dengan


Pendidikan
Proses pembelajaran disekolah diganti dengan berbagai kegiatan yang
dilaksanakan di sekolah antara lain:
a. Mengumpulkan batu dan pasir untuk kepentingan perang
b. Membersihkan bengkel-bengkel dan asrama militer
c. Menanam umbi-umbian, sayur-sayuran di pekarangan sekolah untuk
persediaan makanan
d. Menanam pohon jarak untuk pelumas

3
4. Pendidikan Dilatih Agar Mempunyai Semangat Perang
Seorang pendidik sebelum mengajar diwajibkan dahulu mengikuti didikan dan
latihan (diklat) dalam rangka penanaman ideology dan semangat perang, yang
pelaksanaanya dipusatkan di Jakarta selama tiga bulan. Untuk menanamkan
semangat Jepang tersebut, maka diajarkan bahasa Jepang dan nyanyian-nyanyian
semangat kemiliteran kepada murid.

5. Pendidikan Pada Masa Jepang Sangat Memprihatinkan


Kondisi pendidikan pada masa pemerintahan Jepang bahkan lebih buruk dari
pada pendidikan pada masa penjajahan Belanda. Sebagai gambarannya dapat
dilihat dari segi kuantitatif trendnya mengalami kemunduran (sekolah, murid,
guru).

6. Pemakaian Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Resmi


Meskipun bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa pengantar pada tiap-tiap jenis
sekolah, akan tetapi sekolah-sekolah itu dipergunakan juga sebagai alat untuk
memperkenalkan budaya Jepang kepada rakyat.

C. Pengaruh Kebijakan Pendidikan Pada Jaman Penjajahan Jepang

Bila kebijakan pendidikan pemerintah kolonial Belanda adalah misi Kristenisasi,


maka pada pendudukan Jepang terjadi peralihan drastis karena titik tumpu
Jepang bukan pada agama Kristen. Misi khas dari kebijakan pendidikannya tidak
lain adalah menipponkan bangsa dan umat Islam di Indonesia, dalam arti
pengalihan budaya dari akar keIndonesiaan ke urat budaya Nippon, sebagaimana
yang pernah dilakukannya pada Manchuria, Korea dan Formosa (Taiwan)

sebelum Perang Dunia II. Upaya Nipponisasi tampak pada beberapa gerakan
diantaranya yang telah disebutkan diatas yakni slogan “Tiga A”. Slogan tersebut
tidak lain hanyalah untuk menarik simpatik bangsa Indonesia, khususnya umat
Islam untuk bersama-sama Jepang memenagkan perang Asia dibawah pimpinan
Dai Nippon.

4
Melalui trik Nipponisasi bahasa, bahasa-bahasa yang digunakan seperti bahasa
Inggris, Amerika dan Belanda dilarang untuk dijadikan komunikasi baik lisan
maupun tulisan. Bahasa Arab yang semula digunakan juga dilarang
penggunaannya. Pelarangan tersebut juga dilakukan dalam kegiatan pendidikan
di sekolah-sekolah. Pemerintah Nippon hanya mengijinkan penggunaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pertama, dan bahasa Jepang sebagai bahasa kedua
dalam komunikasi tak terkecuali dalam pendidikan. Pelarangan penggunaan
bahasa-bahasa tersebut terutama terhadap bahasa Belanda yang bertujuan untuk
menghilangkan pengaruh penjajah Belanda yang telah sekian lama menjajah
Indonesia dari berbagai aspek.

Penggunaan bahasa Indonesia dalam segala aspek pendidikan memberikan


dampak yang positif bagi perkembangan bahasa Indonesia. Penduduk yang
tinggal di daerah pedesaan yang sebelumnya tidak mengenal bahasa Indonesia
menjadi lebih mengenal bahasa negerinya sendiri. Perlu dicatat bahwa pada
masa Kolonial Belanda, selain menggunakan bahasa Asing, disekolah-sekolah
juga ada yang menggunakan bahasa daerah dalam proses pembelajaran.
Nipponisasi lain yang dilakukan Jepang ialah propaganda. Propaganda bagi
rakyat pedesaan yang mayoritas buta huruf dan kurang terdidik dilakukan
melalui hiburan, berupa: film layar lebar, drama, wayang kulit, tari, nyanyian
dan radio. Sedangkan untuk masyarakat perkotaan yang umumnya sudah
terbiasa baca tulis serta terdidik, maka propaganda yang diterapkan lewat media
cetak, surat kabar dan sejenisnya disamping masih menggunakan kategori
pertama.
Propaganda via radio misalnya bertujuan untuk menyampaikan informasi pidato
pemerintah Jepang. Menyampaikan pendidikan politik baik yang langsung
disampaikan pemerintah Jepang ataupun yang melalui tokoh nasionalis terkenal
seperti Ir. Soekarno dan yang lainnya. Selain itu, radio juga sebagai media
belajar rakyat terhadap bahasa Jepang, mendengarkan lagu-lagu dan ceramah
berbagai topik termasuk mengenai pendidikan Islam.

5
Nipponisasi selanjutnya adalah melalui indoktrinisasi. Jepang membentuk wadah
pelatihan perjuangan, antara lain: Seindojo (Panti Latihan Militer),
Seinekurensho (Pusat Latihan Pemuda), Seindean (Barisan Pemuda), Keibodan
(Barisan Pembantu Polisi), Peta (Pembela Tanah Air) dan juga Hizbullah yang
banyak diikuti kalangan santri dan kiai. Mereka diasramakan untuk dikader dan

diindoktrinisasi. Bagi Jepang, ulama merupakan alat yang paling efektif untuk
menyebarkan pengaruh dimasyarakat pedesaan. Secara cerdik orang-orang
Jepang bersikap yang berlawanan dengan kolonial Belanda. Mereka
mengakui dan berusaha untuk memanfaatkan posisi kunci kaum ulama didalam
masyarakat Indonesia. Usaha-usaha tersebut banyak dilakukan oleh Shumubu
Shumubu mengadakan perjalanan keliling jawa dan mengundang konferensi
kiai-kiai setempat. Sesudah Gunseikan mengumumkan kebijaksanaan Jepang
terhadap rakyat Islam pedesaan yang akan menjadikan kiai-kiai dan guru-guru
agama Islam jadi pemimpin front sipil dan bertugas menjamin keamanan dan
kesiagaan rakyat. Antara Juli 1943 sampai Mei 1945 diadakannya penataran para
kiai selama 30 hari setiap angkatan. Didalam penataran ini para ulama
diindoktrinasi dengan ide-ide dan propaganda Jepang. Setiap angkatan diikuti 60
orang ulama dari 20 karisidenan di Jawa. Syarat bagi peserta adalah memiliki
pengaruh yang luas, perpengetahuan luas, berposisi sosial baik dan karakter yang
tidak tercela. Dalam penataran ini para ulama diasrmakan dan tidak boleh
berhubungan dengan public. Mereka harus hidup dalam suasana dan ideologi
Jepang.
Indoktrinisasi tersebut dirasa yang paling efektif oleh pemerintah Jepang.
Diharapkan setelah dikarantina, diberikan pendidikan selama 30 hari, faham-
faham Nippon dapat tertanam dalam pemikiran ulama dan kiai. Karena mereka
mempunyai pengaruh besar dikalangan masyarakat. Hemat penulis, anggapan
tersebut tampaknya tidak sepenuhnya benar dan terealisasi. Banyak kiai dan
ulama yang akhirnya membentuk gerakan pembebasan untuk melakukan
pemberontakan pemerintahan penjajahan Jepang.

6
Sebagai contoh adalah perlawanan di Aceh yang dipimpin oleh ulama muda
Tengku Abdul Jalil, guru mengaji di Cot Plieng Lok Seumawe. Usaha Jepang
untuk membujuk sang ulama tidak berhasil, sehingga Jepang melakukan
serangan mendadak di pagi buta sewaktu rakyat sedang melaksanakan shalat
Subuh. Dengan persenjataan sederhana/seadanya rakyat berusaha menahan
serangan dan berhasil memukul mundur pasukan Jepang untuk kembali ke
Lhokseumawe. Begitu juga dengan serangan kedua, berhasil digagalkan oleh
rakyat. Baru pada serangan terakhir (ketiga) Jepang berhasil membakar masjid
sementara pemimpin pemberontakan (Teuku Abdul Jalil) berhasil meloloskan
diri dari kepungan musuh, namun akhirnya tertembak saat sedang shalat.
Selain itu, contoh lain terjadi di pesantren Sukamanah Jawa Barat (Singaparna) di
bawah pimpinan KH. Zainal Mustafa, tahun 1943. Beliau menolak dengan tegas
ajaran yang berbau Jepang, khususnya kewajiban untuk melakukan Seikerei
setiap pagi, yaitu memberi penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara
membungkukkan badan ke arah matahari terbit. Kewajiban Seikerei ini jelas
menyinggung perasaan umat Islam Indonesia karena termasuk perbuatan

syirik/menyekutukan Tuhan.16 Selain itu beliaupun tidak tahan melihat


penderitaan rakyat akibat tanam paksa. Kedua contoh diatas membuktikan
indoktrinisasi yang dilakukan Jepang tidak berhasil. Bahkan semakin
menumbuhkan nasionalisme dan patriotisme rakyat kepada bangsa dan negara.

7
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Pendidikan pada masa Jepang yang disebut “ Hakko Ichiu ” adalah mengajak
bangsa Indonesia kerja sama dengan Jepang dalam rangka mencapai “Kemakmuran
Bersama Asia Raya”. Oleh karena itu setiap pelajar setiap hari harus mengucapkan
sumpah kepada kaisar Jepang dan membentuk Indonesia baru dalam “Kemakmuran
bersama Asia Raya”.
Tujuan pendidikan pada masa pendidikan Jepang diIndonesia adalah menyediakan
tenaga kerja cuma – cuma (Romusha) dan prajurit untuk membantu peperangan
bagi kepentingan Jepang.
Sistem pendidikan dan persekolahan dimasa pendudukan Jepang maka kesempatan
belajar terbuka lebar bagi semua golongan dan penduduk diIndonesia. Jalur-jalur
sekolah dan pendidikan menurut penggolongan keturunan bangsa ataupun status
sosial sudah dihapus. Oleh karena itu semua mendapat kesempatan yang sama.
Bahasa indonesia memperoleh perkembangan, kesempatan memperoleh pendidikan
lebih meluas kepada seluruh lapisan masyarakat, tanpa membedakan turunan dan
bangsa

 
 

8
DAFTAR PUSTAKA

http://lena-unindrabioza.blogspot.com/2008/03/pendidikan-zaman-penjajahan.html

https://www.neliti.com/publications/280520/sejarah-perkembangan-pendidikan-islam-di-
indonesia-pada-masa-pra-kolonialisme

https://www.scribd.com/document/464544594/MAKALAH-PENDIDIKAN-ISLAM-PADA-
MASA-PENJAJAHAN-JEPANG

https://www.researchgate.net/publication/
327970568_KEBIJAKAN_PENDIDIKAN_ISLAM_MASA_PENJAJAHAN_JEPANG

Anda mungkin juga menyukai