Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Landasan Pendidikan

Dosen Pengampu:
Paisal Manurung, SS, M.S

Oleh:

Riyadhil Irsyad NPM. 22052001


Elvina Sonita NPM. 22052026
Novia Anjelia NPM. 22052030
Intan Sirait NPM. 22052048
Resty Anggica Mrp NPM. 22052050

KELAS 1 C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ASAHAN (UNA)
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai
dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Paisal Manurung, SS, M.S , sebagai
dosen pengampu mata kuliah Landasan Pendidikan yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.

Kisaran, 17 januari 2023

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 3
BAB I: PENDAHULUAN..................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................... 5
BAB II: PEMBAHASAN...................................................................................................... 6
2.1 Pendidikan Zaman Pendudukan Militerisme Jepang........................................................ 6
1. Kebijakan Pendidikan.................................................................................................... 6
2.2 Pendidikan Periode 1945-1969 dan Era PJP 1.................................................................. 11
1. Pendidikan pada Periode Tahun 1945-1969.................................................................. 11
2. Pendidikan Pada Masa Pembangunan Jangka Panjang I............................................... 12
BAB III: PENUTUP.............................................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................ 16
3.2 Saran.................................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah tempat untuk membentuk citra baik dalam diri manusia agar berkembang
seluruh potensi dirinya. Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional juga telah menjelaskan bahwa pendidikan adalah tempat atau wadah untuk
mengembangkan seluruh potensi diri yang ada pada diri manusia. Oleh karenanya, dalam hal ini
secara umum bahwa pendidikan itu tidak terbatas pada materi pelajaran tertentu saja. Melainkan
hal ini mencakup segala aspek yang berkaitan dengan potensi diri manusia dalam hal
pengembangan. Mengutip dari KBBI Online, bahwa Pendidikan berasal dari kata didik, yang
berarti memelihara dan memberi latihan. Dari dasar kata ini, terlihat jelas bahwa peran
pendidikan adalah memberi latihan kepada peserta didiknya.
Sejarah tentu memberikan kegunaan bagi kita, baik kegunaan edukatif, inspiratif, instruktif,
maupun rekreatif. Sehingga pendidikan pun mesti ditinjau pula dari segi historis agar tujuan
pendidikan sebagaimana dimaksud di atas dan termaktub pula dalam UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat tercapai sesuai harapan dan keinginan bersama
sebagaimana diamanatkan dalam alinea keempat UUD 1945. Hal ini pula yang menjadikan
tinjauan historis pendidikan sangat perlu dilakukan untuk menjadi bahan referensi dan bahan
rujukan bagi pendidikan generasi masa kini dan generasi masa depan. Secara historis, pendidikan
merupakan kebudayaan dan kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Bagaimanapun
sederhananya suatu kehidupan masyarakat disekitar itu pasti di dalamnya selalu berlangsung
suatu proses pengajaran atau pendidikan, baik berupa pendidikan formal, informal, maupun
nonformal.

1.2 Rumusan Masalah


Beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan
bab isi telah disusun. Adapun beberapa masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini antara
lain:
a. Apa dampak yang telah timbul terhadap pendidikan pada zaman pendudukan militerisme
Jepang?
4
b. Apa dampak yang telah timbul terhadap pendidikan pada periode 1945-1969 dan Era PJP 1?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun di atas, maka tujuan makalah ini adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui dampak yang telah timbul terhadap pendidikan pada zaman pendudukan
militerisme Jepang.
b. Untuk mengetahui dampak yang telah timbul terhadap pendidikan pada periode 1945-1969
dan Era PJP 1.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan Zaman Pendudukan Militerisme Jepang


1. Kebijakan Pendidikan
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda terdapat tingkatan-tingkatan pendidikan di sekolah
dasar, yang satu sama lain terdapat jurang pemisah. Tingkatan semacam tersebut pada masa
penduduka Jepang dihilangkan. Semua sekolah dasar memiliki derajat yang sama yaitu bernama
Sekolah Rakyat. Penghapusan tingkatan pendidikan itu bagi bangsa Indonesia besar sekali
manfaatnya, karena dengan demikian tidak terdapat lagi diferensiasi antara bangsa-bangsa kita
sendiri yang pada hakekatnya sebagai manusia berkedudukan sama.
Dasar pendidikan di sekolah-sekolah ialah pengabdian kepada pemerintah pendudukan
Jepang. Pendidikan diliputi oleh suasana perang dan Semangat Jepang ditanamkan melalui
sekolah-sekolah. Pada masa pendudukan Jepang, jumlah sekolah, baik Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah, maupun Sekolah Kejuruan sangat menurun. Hal ini mengakibatkan makin
bertambahnya orang-orang yang buta huruf. Pendidikan di Sekolah Dasar diseragamkan menjadi
6 tahun.
Adannya kebijakan pendidikan dalam menduduki Indonesia, Jepang memiliki dua prioritas
dalam menerapkan kebijakan-kebijakan yakni : pertama, menghapus pengaruh kolonial Barat
dikalangan rakyat Indonesia. Kedua, memobilisasi rakyat Indonesia untuk membantu Jepang
memenangkan perang Asia Timur Raya.

A. Sistem Pendidikan
Sistem persekolahan di masa pendudukan Jepang banyak mengalami perubahan
karena sistem penggolongan baik baik menurut golongan bangsa maupun menurut status
sosial dihapus. Dengan demikian terdapat integrasi terhadap macam-macam sekolah yang
sejenis sejak masa Jepang bahasa dan istilah-istilah mulai dipergunakan di sekolah-sekolah
dan lembaga pendidikan (Mestoko, 1985 : Hlm138). Sekolah-sekolah yang menggunakan
bahasa Belanda di tutup. Begitu juga materi pengetahuan soal belanda dan Eropa di tutup.
Demi kepentingan perang, Jepang mengambil pasukan dari Indonesia dengan
menyuguhkan pendidikan kemiliteran. Namun demikian, dibalik kekejaman Jepang itu,
Indonesia banyak memanfaatkan berbagai toleransi dari pihak Jepang terutama dalam bidang

6
pendidikan. Beberapa kegiatan dan pembekalan bagi para guru sengaja dilakukan dalam
rangka untuk menyamankan persepsi dan suksesnya propaganda Jepang.

B. Metode Pembelajaran
Menurut R.E. Elson,2008 (dalam Nuryanto, 2020) Pendidikan yang diberlakukan
pada era pendudukan Jepang di Indonesia adalah pendidikan semi militer dengan menerapkan
latihan fisik pada para murid, kemiliteran dan indokterinasi ketat. Selain itu, bahasa
pengantar yang digunakan di sekolah-sekolah adalah bahasa Indonesia dan bahasa daerah,
juga bahasa Jepang, sedangkan penggunaan bahasa Belanda untuk keperluan resmi
dihapuskan oleh pemerintah pendudukan Jepang.
Dampak positif terkait hal tersebut, yaitu bahasa Indonesia bisa lebih dikenal oleh
masyarakat. Namun, ada pula dampak negatifnya, yaitu pendidikan di Perguruan Tinggi
hampir tidak mungkin karena buku-buku dalam bahasa Belanda atau Inggris juga dilarang
Menurut M.C.Ricklefs, 2008 ( dalam Nuryanto, 2020).
Menurut Aiko Kurasawa, 1993 (dalam Nuryanto, 2020) Jepang juga menggunakan
lagu sebagai salah satu sarana propaganda untuk menyebarkan gagasan serta meningkatkan
nilai moral dan semangat. Namun, sebenarnya hal ini diakukan Jepang untuk meningkatkan
semangat rakyat yang hidup dalam situasi sosial ekonomi yang menyedihkan dan sebagai
pengganti atau saluran pesan politik.
Meskipun banyak kemerosotan dalam bidang pendidikan, tapi masih banyak hal-hal
yang menguntungkan bangsa Indonesia, Misalnya bangsa Indonesia dilatih dan didik untuk
memegang jabatan walaupun masih dibawah pengawasan orangorang Jepang.

C. Murid
Secara konkritnya tujuan yang ingin dicapai Jepang adalah untuk menyediakan tenaga
Cuma-Cuma (Romusha) dan tenaga militer untuk membantu peperangan bagi kepentingan
Jepang. Oleh karena itu, murid-murid diharuskan mengikuti pelatihan fisik, pelatihan
kemiliteran dan indoktrinasi ketat. Pada akhir masa Jepang tampak tanda-tanda tujuan men-
Jepangkan anak-anak atau murid-murid Indonesia. Dikerahkan barisan propaganda Jepang
yang terkenal dengan nama Sendenbu, untuk menanamkan ideology baru untuk
menghancurkan ideologi Indonesia Raya (Nuryanto, 2020: Hlm 50-51).
Para murid dididik agar mempunyai semangat perang, seorang pendidik sebelum
mengajar diwajibkan terlebih dahulu mengikuti didikan dan latihan (Diklat) dalam rangka
7
penanaman ideologi dan semangat perang, yang pelaksanannya dilaksanakan di Jakarta
selama tiga bulan. Semangat yang diutaman ialah semangat kesatria atau Bushido yaitu
berbakti kepada pemerintah Jepang (pemimpinnya) dan orang tuanya.
Kepada mereka antara lain dibebankan kewajiban dan keharusan sebagai berikut :
1. Setiap pagi harus menyanyikan lagu kebangsaan Jepang
2. Setiap pagi harus mengibarkan bendera Jepang “Hinomaru” dan menghormat kepada
Kaisar Jepang “Tennc Heika”
3. Setiap pagi harus bersumpah setia kepada cita-cita Indonesia dalam rangka Asia Raya
“Dai Toa”
4. Setiap pagi harus senam “Taiso” untuk melihara semangat Jepang
5. Melakukan-melakukan latihan fisik dan militer
6. Murid-murid pada waktu yang ditentukan melakukan kerja bakti “Kinrohosyi”
membersihkan asrama militer, jalan-jalan raya, menanam pohon jarak, mengumpulkan
bahan-bahan untuk keperluan militer, dan lain sebagainya
7. Bahasa indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dan bahasa Jepang merupakan
bahasa wajib. Bahasa daerah diberikan di Sekolah Dasar di kelas I dan II (Mestoko, 1985
: Hlm 140).

D. Guru
Khusus untuk Sekolah Guru, pemerintah Jepang menggabungkan berbagai sekolah
guru menjadi satu sekolah. Pemerintah Jepang hanya membuka sekolah guru yang didirikan
oleh pemerintah, sedangkan sekolah guru swasta ditutup dan tidak diizinkan untuk dibuka.
Hanya Perguruan Muhammadiyah dan Taman Siswa yang diperbolehkan untuk dibuka
Sekolah guru bentukan pemerintah militer Jepang memiiki sistem yang berbeda, yaitu
adannya peraturan pemisahan antara siswa laki-laki dan perempuan. Siswa laki-laki
menempati sekolah guru laki-laki atau disingkat (SGL), sedangkan siswa perempuan
menempati sekolah guru perempuan (SGP). Para siswa SGL dan SGP merupakan lulusan
Sekolah Dasar yang kemudian menempuh pendidikan selama empat tahun dalam asrama.
Penerapan sistem asrama ini bertujuan untuk memudahkan pemerintah Jepang mengontrol
dan mendoktrin siswa melalui berbagai program pendidikan.
Sekolah Dasar menurun jumlahnya dari 21.500 menjadi 13.500, Sekolah Lanjutan
dari 850 menjadi 20. Begitu pula murid Sekolah Dasar menurun pula sebanyak 30%
sedangkan murid Sekolah Menengah merosot 90%. Jumlah Guru Sekolah Dasar menurun
8
35% dan guru Sekolah Menengah merosot 95% sehingga tinggal 5% yang aktif. Pendek
cerita dalam bidang pendidikan pada masa Jepang memperlihatkan kemunduran menyolok.

E. Kurikulum Pendidikan
Menurut Legge, 1993 (dalam Susanti, F. 2013) Pemerintah pendudukan Jepang
memberlakukan kebijakan dalam bidang pendidikan yang kurikulumnya ditujukan untuk
keperluan perang Asia Timur Raya.
Pelajaran-pelajaran yang diberikan pada masa penjajahan Jepang meliputi Sejarah
Ilmu Bumi, Bahasa Indonesia (Melayu), Adat Istiadat, Bahasa Jepang, Ideologi Jepang, dan
Kebudayaan Jepang. Untuk menyebarluaskan ideologi dan semangat Jepang, para guru
ditatar secara khusus oleh pemimpin-pemimpin Jepang selama tiga bulan di Jakarta. Memang
kehadiran Jepang di Indonesia dapat menanamkan jiwa berani pada bangsa Indonesia. Akan
tetapi semua itu hanya untuk kepentingan Jepang saja.

F. Kompetensi Lulusan
Jepang memang mendorong dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
masyarakat Indonesia untuk memperoleh pendidikan. Namun, dilihat dari hasilnya, kualitas
siswa pada era Jepang bisa dikatakan lebih rendah dari pada masa Hindia Belanda. Hal ini
disebabkan karena dari faktor guru dan siswa. Guru kualitasnya menurun karena pelatihan
yang diberikan tidak maksimal, dan tenaga guru pada masa Jepang sangat terbatas. Selain itu,
guru dan siswa mendapat beban tambahan. Beban tambahan yang diberikan pada guru dan
siswa seperti melakukan kerja bakti. Kerja bakti ini bahkan menjadi bagian kurikulum
sehingga proses pembelajaran yang lain menjadi terganggu. Tidak hanya itu, proses belajar
mengajar juga terganggu dengan adanya Kushukeiho atau tanda peringatan dari bahaya
serangan udara.
Pada masa ini, hal yang penting di catat adalah Jepang lebih menekankan untuk
menghasilkan militer dan tenaga buruh, yang membuat usaha untuk pendidikan lanjutan
menjadi kurang.pendidikan dasar dan masyarakat melek huruf lebih ditekankan dari pada
penciptaan orang dengan kecakapan dan keahlian yang baik.
Menurut Aiko Kurasawa, 1993 : 362 (dalam Nuryanto, 2020) pada akhir tahun
pendudukan Jepang Euforia sekolah sudah merosot dan siswa banyak yang mengalami drop
out. Hal ini disebabkan karena krisis ekonomi sehingga siswa harus keluar dar sekolah untuk
bekerja demi memenuhi kekurangan tenaga kerja akibat dari Romusha.
9
2.2 Pendidikan Periode 1945-1969 dan Era PJP 1
1. Pendidikan pada Periode Tahun 1945-1969
a. Zaman Revolusi Fisik Kemerdekaan
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, pada tanggal 18 Agustus 1945
PPKI menetapkan UUD 1945 yang mana di dalamnya memuat Pancasila sebagai dasar
negara. Sejak saat ini jenjang dan jenis pendidikan mulai disempurnakan dan disesuaikan
dengan kebutuhan bangsa Indonesia. Beberapa bulan setelah proklamasi kemerdakaan
Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan K) mengeluarkan Instruksi Umum
agar para guru membuang sistem pendidikan kolonial dan mengutamakan patriotisme.
b. Peletakan Dasar Pendidikan Nasional
Mulai tanggal 18 Agustus 1945, sejak PPKI menetapkan UUD 1945 sebagai
konstitusi negara yang di dalamnya memuat Pancasila, implikasinya bahwa sejak itu dasar
sistem pendidikan nasional kita adalah Pancasila dan UUD 1945. Sekalipun terjadi bentuk
dan konstitusi negara, tetapi pendidikan nasional Indonesia sesuai dengan UUD 1945. Dan
bahwa UU RI No. 4 Tahun 1950 de facto digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan untuk seluruh daerah Negara Kesatuan RI.
c. Demokrasi Pendidikan
Sesuai dengan UUD 1945 dan UU RI No. 4 Tahun 1950, meskipun mengalami
berbagai kesulitan pemerintah mengusahakan terselenggaranya pendidikan yang bersifat
demokratif, yaitu kewajiban belajar sekolah dasar bagi anak-anak usia 8 tahun. Rencana
kewajiban SD ini direncanakan selama 10 tahun (1950-1960).
d. Lahirnya LPTK pada Tingkat Universiter
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka atas dorongan Prof. Moh. Yamin
pada tahun 1954 didirikanlah Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) di 4 tempat, yaitu
di Batu Sangkar, Bandung, Malang dan Tondano. Atas dasar konferensi antar Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) negeri seluruh Indonesia di Malang tanggal 21 s.d.
25 Agustus 1960 maka berbagai lembaga pendidikan tenaga guru (PGSLP, Kursus BI, BII
dan PTPG) diintegrasikan ke dalam FKIP pada Universitas. Selanjutnya pada tahun 1960-an
didirikanlah IKIP yang berdiri sendiri sebagai perpindahan dari PTPG sesuai dengan UU PT
No. 22 Tahun 1961 sekalipun demikian di beberapa Universitas FKIP tetap berdiri.

2. Pendidikan Pada Masa Pembangunan Jangka Panjang I


10
Pembangunan Jangka Panjang Pertama, meliputi 5 Pelita, yaitu Pelita I-IV yang dimulai pada
tahun 1969/1970 hingga tahun 1993/1994 atau 25 tahun, selama kurun tersebut, pendidikan
Indonesia mengalami banyak bahan dan kemajuan. Hal ini terutama ditandai oleh semakin
luasnya kesempatan untuk memperoleh pendidikan pada semua jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan; meningkatnya jumlah sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia serta tenaga
yang terlibat dalam pendidikan: meningkatnya jumlah sarana dan prasarana pendidikan yang
tersedia serta tenaga yang terlibat dalam pendidikan; meningkatnya mutu pendidikan
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya; semakin mantapnya sisitem pendidikan nasional
dengan disahkannya UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional berserta
sejumlah Peraturan Pemerintah yang menyertainya.

1. UU tentang sisitem pendidikan Nasional


Dalam rangka membangun sistem pendidikan nasional yang mantap, keberadaan UU
No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) merupakan acuan penting
yang perlu dicatat.
2. Taman Kanak-kanak
Sejak Pelita I hingga akhir Pelita V, pendidikan di TK mengalami perkembangan
yang cukup mengesankan yang ditandai oleh kenaikan jumlah anak didik, guru, dan sekolah.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat khususnya orang tua semakin menyadari akan
pentingnya prasekolah sebagai wahana untuk menyiapkan anak dari segi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan guna memasuki sekolah dasar.
3. Pendidikan Dasar
Prestasi yang sangat mengesankan yang dicapai selama Pembangunan Jangka Panjang
Pertama (PJP I) ialah melonjaknya jumlah peserta didik pada Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang merupakan penggal pertama pendidikan dasar 9 tahun.
Namun mutu pendidikan tingkat SD belum begitu tinggi, oleh karena itu tantangan utama
yang dihadapi bukan lagi menyangkut peningkatan angka partisipasi, melainkan peningkatan
mutu dan kesangkilan pendidikan. Untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia
Indonesia hingga minimal berpendidikan SLTP makapada tanggal 2 Mei 1994 program
wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun dicanangkan. Mengingat wajib belajar enam
tahun telah dimulai pada tahun 1984 maka pencanangan wajib belajar pendidikan dasar
sembilan tahun lebih dipusatkan pada tingkat SLTP.
4. Pendidikan Menengah
11
Persoalan yang menonjol pada SLTA Umum selama Pelita V adalah tentang mutu
lulusan yang terutama diukur dari kesiapannya untuk memasuki jenjang pendidikan tinggi.
Nilai Ebtanas Murni dan skor Ujian Masuk Perguruan Tinggi (UMPTN) menunjukkan
adanya keragaman yang lebar dalam mutu SLTA antara sekolah dan lokasi geografis yang
berbeda-beda. Perbedaan ini mengakibatkan akses ke perguruan tinggi, terutama perguruan
tinggi yang memiliki reputasi baik, menjadi tidak merata pula. Itulah sebabnya, pada
Repelita VI, upaya memperbanyak jumlah SLTA Umum yang bermutu menjadi prioritas
melalui pengembangan SMU plus yang dilakukan melalui pengerahan peran serta
masyarakat. Sedangkan di SMK, tantangan utama yang dihadapi adalah peningkatan mutu
dan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan.
5. Pendidikan Tinggi
Pada akhir Pelita V, jumlah seluruh mahasiswa di Indonesia mencapai 2,2 juta orang.
Namun masih tingginya jumlah mahasiswa yang lambat dalam menyelesaikan studi
merupakan tantangan lain yang dihadapi, yang mengakibatkan tingkat produktifitas PT kita
belum begitu tinggi. Banyak mahasiswa yang menyelesaikan studinya lebih dari 4 tahun. Hal
ini tentu menjadi fenomena yang perlu diperbaiki oleh pemerintah.
6. Pendidikan Luar Sekolah
Pembangunan pendidikan luar sekolah diprioritaskan pada pemberantasan buta aksara
melalui perluasan jangkauan Kejar Paket A. Selama Pelita V, diperkirakan sebanyak 5,3 juta
warga masyarakat telah dibebaskan dari buta huruf, dan dari jumlah tersebut sebanyak 76%
adalah perempuan. Usaha ini merupakan kelanjutan dari Pelita-pelita sebelumnya.
7. Tantangan, Kendala, dan Peluang
Berdasarkan perkembangan pendidikan selama PJP I yang diakhiri pada Pelita V, ada
sejumlah tantangan yang dihadapi oleh pembangunan pendidikan Indonesia pada masa-masa
selanjutnya, yaitu:
a. Belum mampunya pendidikan mengimbangi perubahan struktur ekonomi dari
pertanian tradisonal ke industri dan jasa.
b. Masih rendahnya relevansi pendidikan.
c. Masih rendah dan belum meratanya mutu pendidikan.
d. Masih tingginya angka putus sekolah dan tinggal kelas yang mengakibatkan
ketidaksangkilan dalam menyelenggarakn pendidikan.
e. Masih banyaknya kelompok umur 10 tahun ke atas yang buta huruf.
f. Masih kurangnya peran serta dunia usaha dalam pendidikan.
12
Di samping tantangan, ada kendala yang dihadapi dalam meningkatkan kinerja
pendidikan nasional, yaitu :
a. Dari pihak masyarakat, kendala tersebut adalah kemiskinan dan keterbelakangan
yang berkaitan dengan masih rendahnya penghargaan akan pendidikan pada
sebagian kelompok masyarakat.
b. Terbatasnya jumlah guru yang bermutu di samping penyebarannya yang tidak
merata.
c. Terbatasnya sarana dan prasarana.
d. Manajemen sistem pendidikan yang belum secara terarah menuju peningkatan mutu,
relevansi, dan efisiensi pendidikan.

Adapun peluang yang dimiliki oleh pendidikan nasional ialah :


a. Keberhasilan wajib belajar 6 tahun yang memberikan landasan bagi pelaksanaan
wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun.
b. Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan.
c. Semakin luasnya sarana komunikasi
d. Semakin tersebarluasnya lembaga pendidikan negeri maupun swasta
e. Adanya UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang memberikan
landasan yang kokoh bagi pendidikan nasional.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal atau suatu titik tumpu atau titik
tolak dari sesuatu hal atau suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal. Sedangkan pendidikan
merupakan segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang
hidup. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah,
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di dalam dan luar
sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan
dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.
Historis pendidikan dari masa awal kemerdekaan hingga masa orde baru mengalami
perubahan yang signfikan baik dalam sistem maupun komponen pendidikan yang terlibat
didalamnya.

3.2 Saran
Dengan adanya berbagai perubahan sistem pendidikan di Indonesia dalam sejarah
perkembangan Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga masa orde baru, seyogyanya kita
mampu menumbuhkan semangat pendidikan sebagaimana sikap para pendahulu dalam
menyikapi perubahan-perubahan sistem yang terjadi pada pendidikan di Indonesia.
Diharapkan dengan telah dibahasnya landasan historis pendidikan, kita sebagai generasi
penerus bangsa mampu menghargai para pahlawan pendidikan yang telah berjuang
mempertahankan keberdaan pendidikan dalam situasi apapun, sehingga generasi penerus bangsa
bisa berkaca dari perjuangan para pahlawan pendidikan untuk menuju pendidikan yang lebih baik
di masa yang akan datang.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://rinitarosalinda.blogspot.com/2019/06/pendidikan-indonesia-periode-tahun-1945.html

http://zahrohistantini160.blogspot.com/2014/04/kondisi-pendidikan-di-indonesia.html

http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JA/article/viewFile/4168/2253

https://sc01.tci-thaijo.org/index.php/tureview/article/view/197657

https://id.scribd.com/document/390663365/Sejarah-Pendidikan-Di-Indonesia

Sukhban, Imam. 2014. GBHN dan Perubahan Perencanaan Pembangunan di Indonesia. Jakarta:
Ristekdikti. Vol 13. No 2. ISBN 2614-5863

Juwita, Sari. 2019. What’s Still Left in The Education System in Indonesia?. Thammasat Review.
Vol 22. No 1. ISSN 0859-5747

Sholeha & Setiawan Elis. 2019. Pendidikan Indonesia Pada Masa Pendidikan Jepang 1942-1945.
Jurnal Swarnadwipa. Vol 5. No 3. ISSN 2580-7315

Ramadhani, Suci. 2021. Sejarah Perkembangan Pendidikan Indonesia Pada Masa Penjajahan Jepang.
Jurnal Humanitas. Vol 8. No 1. Hal 10-23.

Mahayana, Maman S. 2013. Japanese Occupation Government Policy In Indonesia On Culture And
Literature: A Case Study Of Asia Raja Newspaper (1942:1945). Jurnal Humaniora. Vol 25.
Hal 129-142.

Ramli, Murni. 2010. Primary school system in jaya before and under Japanese occupation (1940-
1944). Bandung: UPI Press. Vol 11. No 1

15

Anda mungkin juga menyukai