Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN HASIL ANALISIS

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran STI

Dosen Pengampu:

Nuur Wachid Abdulmajid, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

Aulia Anggita Putri 1905707

Deden Eka Purwanto 1904428

Hilalia Nur Agustin 1908893

Muhammad Azra Fajriansyah 1900707

Muhammad Rafli 1905878

Ratu Mega Nurul Wardah 1909685

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS PURWAKARTA

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala ridho dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan ini. Shalawat serta salam mudah-mudahan tercurah
limpahkan kepada junjungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para
sahabatnya dan umumnya kepada kita semua selaku penerus risalahnya hingga akhir zaman,
aamiin.
Penulisan laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas mata kuliah Perencanaan
Pembelajaran STI. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak Nuur Wachid Abdul Majid, S.pd., M.pd.
selaku Dosen Pengampu.
Semoga Allah SWT memberikan kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik
lagi. Besar harapan laporan ini mampu menambah pengalaman serta ilmu yang bermanfaat bagi
semua pembaca. Sehingga untuk kedepannya laporan ini mampu menambah wawasan menjadi
semakin luas dan lebih baik lagi. Karena keterbatasan ilmu dan wawasan yang kami punya, kami
percaya pasti banyak sekali kekurangan dalam laporan ini, untuk itu kami sangat mengharapkan
saran serta kritik yang membangun kami agar di kemudian hari menjadi lebih baik lagi.
.
Purwakarta, 15 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................................... 2
D. Manfaat ....................................................................................................................... 2
BAB II Pembahasan ........................................................................................................ 3
A. Pendidikan pada Masa Penjajahan .............................................................................. 3
1. Pendekatan Pembelajaran pada Masa Portugis ..................................................... 3
2. Pendidikan pada Masa Belanda ............................................................................ 4
3. Pendidikan pada Masa Jepang .............................................................................. 6
B. Pendidikan Pasca Kemerdekaan ................................................................................. 9
1. Pendidikan pada Masa Kemerdekaan sampai Orde Lama .................................... 9
a. Periode 1945 – 1950 ....................................................................................... 9
b. Periode 1950 – 1966 ....................................................................................... 12
2. Pendidikan pada Masa Orde Baru ........................................................................ 13
3. Pendidikan pada Masa Reformasi ......................................................................... 14
C. Highlight Perkembangan Pendidikan dari Masa ke Masa .......................................... 15
BAB III Penutup .............................................................................................................. 18
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 18
B. Saran ........................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki suatu keunikan yang mana pendidikan merupakan bagian dari
kebudayaan, namun disisi lain juga pendidikan merupakan bentuk proses dari pembudayaan
itu sendiri. Sejatinya sebelum datangnya penjajah ke Indonesia, masyarakat di Indonesia
sendiri sudah mengenal dengan pendidikan baik dari internal seperti keluarga maupun
eksternal seperti lingkungan, yang mana pendidikan ini sangat berpengaruh kepada seorang
anak sehingga ia dapat menjadi seorang pribadi yang dapat bermanfaat bagi dirinya, keluarga
maupun lingkungan dia sendiri. Karena dengan pendidikan pula akan menciptakan generasi
penerus bangsa yang akan memajukan negara tersebut hingga yang akan mengharumkan
negara tersebut.
Indonesia sebagai negara pada masa lampau yang sering mengalami penjajahan oleh
bangsa Eropa hingga Negeri Matahari Terbit, dengan kedatangan bangsa-bangsa tersebut
pendidikan yang diberikan membentuk masyarakat yang feodal, karena pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah kolonial diberikan dengan garis warna dan diskriminatif,
yang mana dibedakan antara golongan seperti jenis tingkatan berdasarkan kelompok Eropa,
Timur Asing dan pribumi, walaupun dalam praktiknya golongan pribumi ini masih terbagi
lagi menjadi golongan pribumi priyayi dan pribumi biasa. Dari berbagai negara-negara yang
pernah menginjakkan kakinya di tanah Indonesia selama bertahun-tahun itulah
mengakibatkan dampak pada keberlangsungan hidup masyarakat Indonesia di berbagai
bidang, salah satunya ialah bidang Pendidikan. Pada bidang tersebut tentulah akan selalu
berkesinambungan dengan pendekatan pembelajaran yang terjadi di Indonesia. Pendekatan
pembelajaran setiap masa pastilah berbeda, karena perubahan teknologi dari zaman ke zaman
sangat andil dalam dunia pendidikan. Sehingga rencana-rencana pembelajaran pun sering
berganti, hingga sering terdengar di telinga kita ‘ganti menteri, ganti kebijakan’.
Sehingga tujuan penulisan yang melatar belakangi laporan ini yaitu untuk mengetahui
apa yang melatarbelakangi pelaksanaan pendidikan yang terjadi pada masa pemerintahan
kolonial serta pelaksanaaan pendidikan pada masa pemerintahan kolonial tersebut. Selain itu
penulisan laporan ini memiliki tujuan untuk mengetahui perbedaan ataupun persamaan model
pendidikan dari masa pemerintahan kolonial sampai dengan sekarang.

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, adapun rumusan masalah yang terdapat dalam pembuatan
laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perbedaan pendidikan pada masa penjajahan dan masa kemerdekaan?
2. Bagaimana pendekatan pembelajaran pada masa Portugis?
3. Bagaimana pendekatan pembelajaran pada masa Belanda?
4. Bagaimana pendekatan pembelajaran pada masa Jepang?
5. Bagaimana pendekatan pembelajaran pada masa Orde Baru?
6. Bagaimana pendekatan pembelajaran pada masa Reformasi?
7. Bagaimana arah tujuan pendidikan dari setiap masa?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan yang terdapat dalam pembuatan laporan
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Perbedaan Pendidikan Pada Masa Penjajahan dan Masa Kemerdekaan.
2. Untuk mengetahui Bagaimana Pendekatan Pembelajaran Pada Masa Portugis.
3. Untuk mengetahui Bagaimana Pendekatan Pembelajaran Pada Masa Belanda.
4. Untuk mengetahui Bagaimana Pendekatan Pembelajaran Pada Masa Jepang.
5. Untuk mengetahui Bagaimana Pendekatan Pembelajaran Pada Masa Orde Baru.
6. Untuk mengetahui Bagaimana Pendekatan Pembelajaran Pada Masa Reformasi.
7. Untuk mengetahui bagaimana arah tujuan pendidikan dari setiap masa.

D. Manfaat
Laporan ini ditulis dengan tujuan agar dapat memberikan gambaran tentang
pendekatan pembelajaran dari masa penjajahan dan masa kemerdakaan tentang sejarah
pendidikan di Indonesia sehingga pendidikan dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran
dimasa yang akan datang nantinya. Serta mempelajari pendekatan pembelajaran dengan sudut
pandan dan arah tujuan pendidikan dari setiap masa. Selain itu juga diharapkan dapat untuk
menambah kepustakaan tentang pendidikan dari masa ke masa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan pada Masa Penjajahan
1. Pendekatan Pembelajaran pada Masa Portugis
Pendidikan dan pengajaran pada masa pengaruh portugis dalam abad ke-16 sampai
abad ke-18, sejarah pendidikan pada masa itu melaksanakan sistem pengajaran dimana
wujud lembaganya yang lebih dikenal dengan nama Sekolah, yang sebenarnya sudah
dimulai pada permulaan abad ke-16 dengan kedatangan Bangsa Portugis di Indonesia
setelah itu disusul oleh Bangsa Spanyol. Kedatangan Bangsa Portugis di Indonesia yaitu
sebagai orang Peranggi tidak dapat dipandang terlepas dari konteks perkembangan sistem
dunia yang semakin meluas karena akibat ekspansi Barat pada akhir abad ke-15. Ditambah
pula dengan adanya hubungan dibidang politik dan ekonomi antara bangsa-bangsa di Eropa
khususnya bangsa Portugis dan juga Spanyol, dengan bangsa-bangsa di Asia khususnya
bangsa yang di Timur Tengah, karena tidak dapat dilepaskan dari dampak Perang Salib
yang terjadi sebelumnya. Persaingan yang ada di bidang perdagangan dan pelayaran
menambah semakin tajamnya konflik tersebut.
Karena berkembangnya perdagangan di masa itu, pada permulaan abad ke -16
Bangsa Portugis bercita-cita ingin menguasai perdagangan dan perniagaan Timur-Barat
dengan cara menemukan arah jalan laut yang menuju dunia Timur serta menguasai bandar-
bandar dan daerah-daerah strategis yang menjadi mata rantai perdagangan dan perniagaan
di daerah tersebut. Di samping dengan tujuan mencari kejayaan (glorious) dan kekayaan
(gold), bangsa Portugis datang ke Timur termasuk (Indonesia) yang bermaksud juga ingin
menyebarkan agama yang mereka anut, yakni Katholik (gospel). Pedagang Portugis
tersebut menetap dibagian Timur Indonesia, yang dimana tempat tersebut rempah-rempah
yang mahal itu dihasilkan, karena biasanya mereka didampingi oleh misionaris.
Karena dilihat dari berbagai sudut pandang bangsa Barat dengan sikap
keagamaannya dalam abad pertengahan tersebut. Usaha kristiani-sasi yang dilakukan oleh
para misionaris yang menyertai ekspedisi militer pada bangsa Portugis dan Spanyol
semakin memperkuat konfrontasi di atas dan dengan sendirinya membawa pengaruh
terhadap pendidikan di daerah-daerah yang bersangkutan. Dengan tujuan untuk
membangun dan menyebarkan sebuah Orde Baru bagi pelayanan tugas-tugas misi agama
Katolik Roma di Palestina, tetapi kemudian berkembang. Sehingga menjadi sebuah
3
4

organisasi yang sangat militan untuk membangun, memperjuangkan dan menyebarluaskan


agama Katolik tersebut ke segala penjuru dunia. Pada tahun 1539-1550 organisasi Ordo
Yesuit yang semakin disempurnakan karena menjadi a military company of Jesus, disusun
dengan sangat rapi berdasarkan suatu kode peraturan yang bernama Regimini Militantis
Ecclesiae. Salah satu sarana dari kegiatan misi pembuatan masa orde baru ini yang
kemudian ternyata sangat efektif dan efisien adalah bidang pendidikan. Seperti yang telah
diatur oleh Pendeta Aquaviva (1543-1615) dalam tulisan risalah Ratio Studiorum (1585-
1599) sebuah dokumen tertulis yang sangat terkenal dalam sejarah pendidikan. Dimana
perencanaan yang ditulis tentang tujuan, isi, proses dan pihak yang terlibat dalam
pendidikan ini merupakan usaha berskala besar dan yang disusun dengan sangat cermat
dan tepat yaitu untuk menambahkan ketaatan kepada cita-cita Gereja Katolik Roma melalui
cara pengajaran biasa. Dimana pendidikan agama merupakan unsur pokok dalam struktur
pengajaran yang tepat.
Pada tahun 1546 di Ambon sudah ada tujuh kampung yang dimana penduduknya
beragama Katolik, ternyata disana juga diselenggarakan pengajaran untuk rakyat umum.
Karena sering adanya pemberontakan, maka pada akhir abad-16 habislah kekuasaan
bangsa Portugis di Indonesia. Ini berarti habis pula riwayat dari misi Katolik di Maluku.
Misi ini adalah misi negara, yang artinya para misionaris mendapat jaminan hidup dari
negara. Maka jatuhnya suatu negara mengakibatkan hilangnya tenaga misi itu, sehingga
usaha-usaha pendidikan terpaksa harus dihentikan. Karena tujuan dari pendidikan di masa
ini hanya untuk menyebarkan ajaran agama katolik dengan motif memberikan dan
memberikan program-program pendidikan di wilayah nusantara Indonesia.
2. Pendidikan pada Masa Belanda
Pada akhir abad ke-16 dan awal ke-17 merupakan giliran bagi bangsa Belanda
untuk menanam dan memperkuat pengaruhnya di Indonesia. Mereka kebanyakan
mendiami tanah-tanah rendah (De Nederlanden atau sering disebut Holland) di sekitar
muara sungai besar yang terdapat di Eropa Barat, seperti Sungai Rhein dan Sungai Maas.
Mata pencaharian mereka bangsa Belanda banyak bergantung pada laut, diantaranya
dengan menggunakan kapal-kapal yang melakukan transportasi dan sekaligus sebagai
pedagang perantara di wilayah perairan Eropa Barat. Jika kedatangan dari bangsa Portugis
ke Indonesia bermotif untuk kepentingan ekonomi, agama dan petualangan, maka
kedatangan dari bangsa Belanda yang terutama bermotif pada kepentingan perdagangan.
5

Untuk melaksanakan keputusan tersebut, Pemerintah bangsa Belanda melalui


keputusan sidang Staten Generaal (parlemen) memberikan kekuasaan penuh terhadap
sebuah perserikatan kongsi dagang bangsa Belanda di Hindia Timur, yaitu VOC
(Vereenigde Oostindische Compagnie) untuk menjalankan politik monopoli perdagangan
terhadap rempah-rempah yang ada di Indonesia. Langkah pertama yang bangsa Belanda
lakukan pada tahun 1605 ialah mengambil alih posisi bangsa Portugis di Kepulauan
Amboina (Maluku Selatan) dimana selanjutnya pada tahun 1619 mereka berhasil
mendirikan Bandar Jayakarta sekaligus mengubah namanya menjadi Batavia, sebagai basis
dari perdagangan serta kekuasaan politiknya di Indonesia sampai tahun 1942. Pada akhir
abad ke-17 mereka berhasil mengisolasi Pulau Jawa dan daerah lain yang ada di Indonesia,
sehingga mereka dapat mengawasi lalu lintas antarpulau di wilayah perairan Nusantara.
Tetapi dilihat secara kuantitatif jumlah orang Belanda kelihatan kecil dan lemah,
karena dengan adanya persatuan dan kesatuan di antara mereka serta didukung oleh
kesatuan dan disiplin yang tinggi, maka secara kualitatif mereka menjadi sangat tangguh.
Kebijaksanaan politik dan usaha yang dilakukan untuk melestarikan kekuasaan bangsa
Belanda di Indonesia, antara lain dilaksanakan dan didukung melalui usaha-usaha yang ada
di bidang pendidikan, tujuan, isi, proses serta pihak-pihak yang terlibat di dalamnya
disesuaikan dengan kebijaksanaan tersebut; misalnya, bangsa Belanda juga beserta
keluarganya memerlukan pendidikan dan latihan, baik itu untuk pengetahuan umum
maupun mengenai pengetahuan khusus tentang Indonesia.
Dari tujuan bangsa Belanda dapat dipahami, bahwa pendidikan yang ada ketika itu
bercorak keagamaan (Kristen Protestan). Secara umum sistem pendidikan pada masa VOC
dapat digambarkan sebagai berikut:
• Pendidikan Dasar
• Sekolah Latin
• Seminarium Theologicum (Sekolah Seminari)
• Akademie der Marine (Akademi Pelayanan)
• Sekolah Cina
• Pendidikan Islam
Secara umum, sistem pendidikan di Indonesia yang ada pada masa penjajahan
Belanda dimana sejak diterapkannya Politik Etis dapat digambarkan sebagai berikut:
6

(1) Pendidikan dasar yang meliputi jenis sekolah dengan pengantar Bahasa Belanda (ELS,
HCS, HIS), sekolah dengan pengantar bahasa daerah (IS, VS, VgS), dan sekolah
peralihan.
(2) Pendidikan lanjutan dimana yang meliputi pendidikan umum (MULO, HBS, AMS)
dan pendidikan kejuruan.
(3) Pendidikan tinggi.
Hal yang tidak kalah penting ialah bahwa pendidikan juga dimanfaatkan untuk
membina kelompok-kelompok di kalangan penduduk pribumi, yang kesetiaan serta
loyalitasnya kepada orang orang Belanda dapat diandalkan, di antaranya komunitas-
komunitas imigran Kristen di Ambon.
3. Pendidikan pada Masa Jepang
Didorong semangat yang tinggi bangsa Jepang ingin mengembangkan pengaruh
dan wilayah sebagai bagian dari rencana membentuk Asia Timur Raya yang meliputi
Manchuria, Daratan China, Kepulauan Filiphina, Indonesia, Malaysia, Thailand, Indo
China dan Rusia yang dimana di bawah kepemimpinan Jepang. Bangsa Jepang mulai
melakukan ekspansi militer ke berbagai negara sekitarnya tersebut. Dengan memberi
konsep “Hakko Ichiu” (Kemakmuran Bersama Asia Raya) dan sebuah semboyan “Asia
untuk Bangsa Asia”, bangsa Jepang ini pun menargetkan Indonesia sebagai wilayah yang
potensial akan menopang ambisi besarnya tersebut. Dengan konteks sejarah di dunia yang
menuntut dukungan militer yang kuat, bangsa Jepang mengelola pendidikan di Indonesia
pun tidak bisa dilepaskan dari tujuan serta kepentingan ini. Sehingga dapat dikatakan
bahwa sistem pendidikan di masa pendudukan bangsa Jepang sangat dipengaruhi motif
yang sangat mendukung untuk kemenangan militer dalam peperangan Pasifik.
Pada Februari tahun 1942 setelah menyerang Sumatera Selatan, bangsa Jepang
selanjutnya menyerang Jawa dan akhirnya memaksa bangsa Belanda menyerah pada Maret
1942. Sejak itulah bangsa Jepang kemudian menerapkan beberapa kebijakan-kebijakan
terkait pendidikan yang memiliki implikasi luas terutama bagi sistem pendidikan di era
kemerdekaan nantinya. Hal-hal tersebut antara lain dapat mengelabui Indonesia dengan
dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pengantar pendidikan menggantikan
Bahasa Belanda. Adanya integrasi serta perubahan sistem pendidikan dengan
dihapuskannya sistem pendidikan berdasarkan kelas sosial di era penjajahan Belanda.
Meski zaman pendudukan bangsa Jepang di bumi nusantara sangatlah singkat, tetapi
7

pengaruhnya bagi perkembangan di dunia pendidikan Indonesia sangatlah besar dan


berpengaruh. Tujuan pendidikan pada masa itu pula telah disisipi misi Nipponisasi yang
juga berupaya melakukan pemberdayaan bangsa Indonesia untuk membantu kepentingan
perang bangsa Jepang. Misi tersebut dilakukan dengan mendekati tokoh-tokoh ulama atau
kiai yang menjadi panutan umat Islam agar dapat dijadikan sandaran politik mereka.
Meskipun kebijakan yang diambil oleh bangsa Jepang bertujuan untuk memudahkan proses
pengawasan serta manajerial administratif saja, tetapi dampak penghapusan diskriminasi
dan diferensiasi tersebut tersebut begitu besar bagi dunia pendidikan pada masa itu.
Masa Penjajahan Jepang di Indonesia berlangsung dengan waktu yang lumayan
pendek yaitu berkisar tahun 1942 hingga berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945.
Walaupun berkisar dalam waktu yang singkat, tentunya terdapat perubahan pada sektor
pendidikan khususnya dari masa penjajahan Belanda ke masa penjajahan Jepang membawa
perubahan yang sangat banyak, diantaranya adalah:
1. Nama sekolah yang mulanya berbahasa Belanda menjadi sekolah yang mempunyai
nama Indonesia maupun Jepang, walaupun dalam sistemnya hampir sama, kecuali
Bahasa Belanda yang sudah tidak resmi lagi setelah Jepang masuk ke Indonesia.
2. Bahasa Indonesia menjadi bahasa wajib atau bahasa pengantar di sekolah-sekolah.
3. Saat itu terdapat suatu kondisi dimana Jepang sedang berperang melawan sekutu,
sehingga para siswa dan guru juga menjalani latihan baris berbaris model tentara
Jepang (Supriadi dan Hogenboom, 2003: 15).
Berikut ini merupakan sistem pendidikan yang ada pada masa penjajahan bangsa
Jepang yaitu:
1. Pendidikan Dasar (Gokumin Gakko / Sekolah Rakyat)
Pada pendidikan Sekolah Dasar (SD) atau Sekolah Rakyat (SR) didirikan untuk
memberikan pendidikan pada tingkat dasar. Dalam memberikan pendidikan pada
tingkat dasar ini, semua lapisan rakyat Indonesia berhak untuk mendapatkannya
dengan belajar selama 6 tahun lamanya. Yang dimana tentu saja ini sangatlah
membantu dan menguntungkan rakyat Indonesia, karena masyarakat Indonesia yang
berada di golongan bawah pun bisa mendapatkan pendidikan seperti yang didapatkan
oleh masyarakat golongan atas.
2. Pendidikan Lanjutan (Shoto Chu Gakko)
8

Pada sekolah tingkat lanjutan ini dimasa penjajahan bangsa Jepang dilakukan
selama 3 tahun. Yang dimana pendidikan lanjutan ini merupakan cikal bakal dari
lahirnya Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau dulu dikenal juga dengan nama
Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP). Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini hanya
dapat ditempuh jika siswa tersebut telah menyelesaikan pendidikan di tingkat sekolah
dasar.
3. Pendidikan Menengah (Koto Chu Gakko)
Setelah menyelesaikan sekolah pada pendidikan lanjutan, kemudian siswa
tersebut dapat melanjutkan untuk menempuh pendidikan menengah selama 3 tahun,
yang dimana sekarang kita kenal dengan sebutan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau
yang pernah juga dikenal dengan nama Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA). Pada
sekolah pendidikan menengah memberikan pembelajaran yang lebih terarah dan
berdasarkan pada hasil pembelajaran pendidikan lanjutan.
4. Pendidikan Kejuruan (Kogyo Gakko)
Pada pendidikan kejuruan yang dimana merupakan cikal bakal dari berdirinya
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu pendidikan lanjutan dengan fokus
pembelajaran yang lebih spesifik. Pada pendidikan jenjang ini memiliki tujuan utama
agar siswa dapat segera menerapkan dan mempraktekannya keahliannya langsung
kepada masyarakat. Yang mencakup lanjutan pendidikan bersifat vokasional antara
lain dibidang pertanian, teknik dan pelayaran.
5. Pendidikan Tinggi
Setelah penguasaan bangsa Jepang, semua sekolah yang berbasis Belanda
ditutup. Akibatnya, para guru dan tenaga pengajar terpaksa mengartikan segala sumber
buku catatan Belanda ke dalam bahasa Jepang dan Indonesia. Setelah melakukan
perubahan sekolah akademis menjadi sekolah sekolah vokasi. Serta larangan untuk
membangun sekolah swasta yang mengakibatkan ditutupnya Taman Guru dan Taman
Madya. Dan pada pendidikan tinggi yang ada di masa pendudukan bangsa Jepang ini
adalah Sekolah Tinggi Kedokteran dan Sekolah Tinggi Teknik Bandung.
Untuk mendidik Guru terdapat 3 jenis sekolah yaitu:
1) Sekolah guru 2 tahun (Syoto Sihan Gakko)
2) Sekolah guru 4 tahun (Gotu Sihan Gakko)
3) Sekolah guru 6 tahun (Koto Sihan Gakko)
9

Karena tujuan utama dari pendidikan pada masa Jepang di Indonesia adalah
menyediakan tenaga kerja bagi rakyat indonesia secara cuma cuma (Romusha) dan
prajurit untuk membantu peperangan bagi kepentingan bangsa Jepang.
B. Pendidikan Pasca Kemerdekaan
1. Pendidikan pada Masa Kemerdekaan sampai Orde Lama
Pendidikan Indonesia pada masa Orde Lama dilihat sesuai dengan pembagian
kurun waktu yang ditandai dengan peristiwa penting dan tonggak sejarah, diantaranya
pada periode 1945 - 1950 dan periode 1950 - 1966.
a. Periode 1945 - 1950
Sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia setelah kemerdekaan
meneruskan sistem pendidikan pada zaman jepang. Sedangkan rencana pembelajaran
sama seperti sebelumnya namun, perbedaannya bahasa Indonesia ditetapkan menjadi
bahasa pengantar untuk sekolah dan buku buku yang digunakan merupakan buku
terjemahan dari bahasa belanda.
1) Pendidikan Rendah
Pendidikan yang terendah di Indonesia sejak awal kemerdekaan adalah
Sekolah Rakyat (SR) dengan lama pendidikan 6 tahun (sebelumnya 3 tahun).
Kurikulum yang digunakan sesuai dengan keputusan menteri PK & K
tanggal 19 November 1946 No 1153/Bhg A yang menekankan pembelajaran SR
dengan pelajaran bahasa dan berhitung.
Pendidikan ini terdiri dari 38 jam pelajaran seminggu, 8 jam bahasa
Indonesia, 4 jam bahasa daerah dan 17 jam untuk berhitung (untuk kelas IV, V,
dan VI).
2) Pendidikan Guru
Dalam periode ini, ada 3 jenis pendidikan guru yaitu:
a. Sekolah Guru B (SGB)
Pada pendidikan SGB, lama pendidikan yang ditempuh adalah selama 4
tahun dengan tujuan untuk sekolah rakyat. Pada sekolah ini yang diterima
adalah lulusan SR yang akan lulus dalam ujian masuk sekolah lanjutan. Pada
kelas I, II, dan III, pendidikan yang diberikan berupa pendidikan umum yang
biasa diajarkan di sekolah sedangkan pendidikan keguruan hanya diberikan
apabila siswa tersebut telah berada di kelas IV. Untuk sistem ujian yang
10

diberlakukan dipecah menjadi dua, pertama ditempuh di kelas II dan yang


kedua pada kelas IV.
b. Sekolah Guru C (SGC)
SGC merupakan sekolah yang didirikan karena kebutuhan guru SR yang
mendesak. Karena hal itulah didirikan pendidikan guru 2 tahun namun,
karena dirasakan kurang bermanfaat SGC ditutup kembali dan diantaranya
dijadikan SGB
c. Sekolah Guru A (SGA)
SGA merupakan salah satu pendidikan guru tiga tahun yang
dilaksanakan setelah SMP. Mata pelajaran yang diberikan sama dengan
mata pelajaran pada SGB namun penyelenggaraanya lebih luas dan
mendalam.
3) Pendidikan Umum
Ada dua jenis pendidikan umum:
a. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Berdasarkan keputusan menteri PP & K tahun 1946, siswa SMP dibagi
menjadi kelas A dan B mulai kelas 2. Pembagian ini terbagi atas ilmu atau
bidang pelajaran yang ditempuh. Untuk kelas A lebih banyak diberikan
pelajaran bahasa dan praktek administrasi, sedangkan untuk kelas B
diberikan pelajaran Ilmu Alam dan Ilmu Pasti.
b. Sekolah Menengah Tinggi (SMT)
Kementerian PP & K hanya mengurus langsung SMT yang ada di pulau
Jawa. Berhubung sulitnya perhubungan dengan pusat, SMT di luar pulau
Jawa berada di bawah pengawasan pemerintah daerah. Rencana
pembelajaran yang dilakukan pada SMT adalah:
1. Isinya memenuhi kebutuhan nasional
2. Bahasa pengantarnya adalah bahasa Indonesia
3. Mutunya setinggi SMT menjelang kemerdekaan.
Untuk ujian akhir diselenggerakan oleh sekolah masing - masing selama
belum ada ujian negara.
4) Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan terbagi atas pendidikan ekonomi dan kewanitaan.
11

a. Pendidikan Ekonomi
Berupa sekolah dagang yang pendidikannya tiga tahun setelah sekolah
rakyat dengan tujuan memenuhi kebutuhan tenaga administrasi atau
pembukuan.
b. Pendidikan Kewanitaan
Merupakan pendidikan khusus wanita yang dibangun dengan nama
sekolah kepandaian putri (SKP), dan pada tahun 1947 dibangun sekolah
guru kepandaian putri (SGKP) dengan masa pendidikan 4 tahun yang
dilaksanakan setelah lulus dari SMP atau SKP.
5) Pendidikan Teknik
Merupakan pendidikan yang terlibat dalam pertahanan negara dan sebagian
dijadikan sebagai pabrik senjata. Pembelajaran dalam sekolah teknik ini
berdasarkan jurusan pada sekolah yang ditempuhnya, diantaranya:
● Kursus Kerajinan Negeri (KKN) terdiri atas jurusan kayu, besi, anyaman,
perabot rumah, las dan batu.
● Sekolah Teknik Pertama (STP) terdiri atas jurusan kayu, batu, keramik,
perabot rumah, anyaman, besi, listrik, mobil, cetak, tenun kulit, motor, ukur
tanah dan ngecor.
● Sekolah Teknik (ST) terdiri atas jurusan bangunan gedung, bangunan air
dan jalan, bangunan radio, bangunan kapal, percetakan dan pertambangan.
● Sekolah Teknik Mesin (SMT) terdiri atas jurusan angunan gedung,
bangunan sipil, bangunan kapal, bangunan mesin, bangunan listrik,
bangunan mesin kapal, kimia, dan pesawat terbang
● Pendidikan Guru
6) Pendidikan Tinggi
Sistem persekolahan dan tujuan diatur dalam UU No.4 tahun 1950 pada bab
V pasal 7, yakni:
a. Pendidikan dan pengajaran taman kanak - kanak
b. Pendidikan dan pengajaran rendah
c. Pendidikan dan pengajaran menengah
d. Pendidikan dan pengajaran tinggi
e. Pendidikan dan pengajaran kepada orang - orang dalam keadaan kekurangan
12

7) Pendidikan Tinggi Republik


Pendidikan tinggi yang berada pada saat agresi militer I terpecah menjadi
dua yaitu Pendidikan Tinggi Republik dan Pendidikan Tingkat Tinggi
Pendudukan Belanda. Meskipun perguruan tinggi telah dipisah, namun kuliah
tetap dilanjutkan di rumah dosen masing masing sehingga terasa semacam kuliah
privat.
8) Pendidikan Tingkat Tinggi Pendudukan Belanda
Pada tahun 1946, didirikan suatu Universitas Darurat (NOOD
UNIVERSITEIT). Dan pada 1947 diubah namanya menjadi Universitas
Indonesia (Universiteit Van Indonesie).
Tanggal 5 april 1950, dikeluarkan UU No.4 tahun 1950 yang pada bab II
pasal 3 disebutkan bahwa tujuan pendidikan Indonesia adalah membentuk
manusia yang susila, cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Hal ini dapat diartikan
bahwa di sekolah siswa harus dapat menanamkan dan mengembangkan sifat
demokratis.
Pendidikan ini bertujuan untuk mencerminkan, melatih dan membangun
sikap nasionalisme dan demokratis juga penghargaan terhadap kemerdekaan
individu.
b. Periode 1950 - 1966
Seperti yang kita ketahui, sesudah diadakannya Konferensi Meja Bundar (KMB)
pada 1949, maka terbentuklah Republik Indonesia Serikat (RIS). Didalam UU RIS
diatur tentang pendidikan nasional. Dari pasal 30 UUDS 1950 RI diantaranya, yaitu
1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran,
2) Memilih pengajaran yang akan diikuti adalah bebas,
3) Mengajar adalah bebas, dengan tidak mengurangi pengawasan penguasa yang
dilakukan terhadap itu menurut peraturan UU
Secara garis besar, pendidikan pada masa orde lama yang berada di bawah
kendali kekuasaan soekarno memberikan ruang besar terhadap pendidikan Indonesia.
Prinsip yang dianut berupa konsep sosialisme dalam pendidikan yang berdasarkan
bahwa pendidikan merupakan hak semua masyarakat tanpa memandang status sosial.
Pada masa ini, banyak generasi muda yang di sekolahkan di luar negeri dengan tujuan
13

jika ia kembali ke tanah air ia dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat. Tidak ada
halangan ekonomis yang merintangi seseorang untuk belajar di sekolah, karena
diskriminasi dianggap sebagai tindakan kolonialisme.
Soekarno pernah berkata “sungguh alangkah hebatnya kalau tiap-tiap guru di
perguruan taman siswa itu satu persatu adalah Rasul Kebangunan!, Hanya guru yang
dadanya penuh dengan jiwa kebangunan dapat menurunkan ke bangunan ke dalam
jiwa sang anak”
Dari perkataan soekarno diatas terlihat bahwa beliau pada pemerintahan orde
lama menaruh perhatian tinggi terhadap pendidikan negaranya. Bersama dengan
menteri pendidikan Ki Hadjar Dewantara dikembangkan pendidikan dengan sistem
among berdasarkan asas kemerdekaan, kodrat alam, kebudayaan, kebangsaan, dan
kemanusiaan yang dikenal sebagai Panca Dharma Taman Siswa dan semboyan ing
ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
2. Pendidikan pada Masa Orde Baru
Pada pemerintahan orde baru yang dipimpin oleh Soeharto, Indonesia
mengedepankan moto yaitu “mengedepankan manusia Indonesia seutuhnya dan
masyarakat Indonesia”, sehingga pada tahun 1969-1970 diadakan sebuah Proyek
Penilaian Nasional Pendidikan (PPNP) dan menemukan empat masalah pokok dalam
pendidikan di Indonesia yaitu pemerataan, mutu, relevansi dan efisiensi pendidikan dan
hasilnya digunakan untuk membentuk Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
dan Kebudayaan (BP3K). Lalu di bawah Menteri Wardiman Djojoadiningrat (kabinet
pembangunan VI) mengedepankan wacana pendidikan “link and match” sebagai upaya
untuk memperbaiki pendidikan Indonesia pada masa itu (Rianti Nugroho, 2008: 16).
Sebagaimana sistem politik yang ada pada masa Orde Baru ini, manajemen
pendidikan juga yang terjadi pada masa tersebut dilaksanakan secara sentralistis, dimana
semua kebijakan sampai detail ditentukan oleh pusat. Kegiatan ini merupakan implikasi
perencanaan dan upaya untuk meningkatkan mutu bersifat top-down, sehingga
peningkatan mutu tidak terjadi di sekolah-sekolah dan hanya terjadi di pusat, sekolah
walaupun merupakan lembaga yang secara langsung memberikan pembelajaran tidak
memiliki kewenangan yang memadai.
Pendidikan pada masa Orde Baru diarahkan kepada keseragaman dalam berpikir
maupun bertindak, contohnya pakaian seragam sehingga tidak ada perbedaan dan
14

melahirkan sifat disiplin. Relevansi pendidikan juga diperhatikan dengan menyesuaikan


untuk kebutuhan pembangunan terhadap sumber daya manusia, sasaran perbaikannya
diantaranya pemberantasan buta aksara. Selain itu, pada masa Orde Baru ini, dicanangkan
program yang populer yaitu mengenai kegiatan “wajib belajar 9 tahun”, dibantu dengan
meningkatkan mutu guru lulusan, sehingga guru juga menguasai berbagai pendekatan dan
metodologi mengajar, tidak hanya menguasai apa yang harus diajarkan, dan dalam
meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan mutu guru dilakukan juga model
pelatihan guru yang dibuat terencana mulai dari teori, praktik hingga dalam pelatihan di
sekolah.
3. Pendidikan pada Masa Reformasi
Era reformasi tentunya memberikan perubahan lagi kepada kebijakan pendidikan
yang lebih baru lagi, yang mana kebijakan pendidikan ini lebih bersifat reformatif dan
revolusioner, disini bentuk kurikulum pun berubah menjadi berbasis kompetensi.
Pelaksanaan pendidikan juga berubah yang awalnya pada masa Orde Baru yaitu
sentralistik menjadi desentralistik. Pemerintah juga disini mengenalkan model
“Manajemen Berbasis Sekolah”, dan diimbangi dengan kebutuhan akan sumber daya
manusia sehingga dalam pendidikan menggunakan sistem “Kurikulum Berbasis
Kompetensi”.
Dengan didasarkan juga dengan UU no. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah
ditambah juga dengan UU no 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah, pendidikan ini bergerak pada pengembangan lokalitas, yang mana keberagaman
sangat diperhatikan dan masyarakat juga dapat berperan dalam pelaksanaan satuan
pendidikan. Lalu memasuki tahun 2003 juga pemerintah membuat sebuah UU no 20
tahun 2003, dimana pendidikan itu suatu usaha yang dilakukan agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, keterampilan yang diperlukan peserta didik
tersebut, masyarakat, bangsa dan negara.
Pada masa reformasi dalam dunia pendidikan ini juga, pemerintah juga banyak
mengupayakan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia sendiri,
seperti misalnya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), wajib belajar 9 tahun dan
meningkatkan standar penghasilan dari seorang guru dengan adanya sertifikasi guru dan
15

juga banyak melakukan pemberian bantuan dalam pendidikan seperti beasiswa dan
sebagainya.
Pasal 39 ayat 2 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional bahwa pendidik merupakan tenaga profesional, maka seorang seperti guru dan
dosen sebagai tenaga profesional mempunyai visi untuk memberikan pembelajaran sesuai
dengan prinsip-prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama kepada setiap
warga negara dalam menerima dan mendapatkan pendidikan yang baik. Lalu dalam
Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru sebagai tenaga
profesional hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan jenis dan jenjang
pendidikan tertentu, hal ini tentunya diperlukan untuk menghasilkan generasi penerus
yang baik diperlukan pengajar dan pendidik yang baik pula.
C. Highlight Perkembangan Pendidikan dari Masa ke Masa

Periode Deskripsi

Penjajahan Portugis Pembelajaran di periode penjajahan Portugis dilaksanakan


sebagai media penyebaran agama Katolik dengan cara
memberikan pendidikan - pendidikan di sekolah. Karena
tujuan dari pendidikan di masa ini hanya untuk menyebarkan
ajaran agama katolik dengan motif memberikan dan
memberikan program-program pendidikan di wilayah
nusantara Indonesia.

Penjajahan Belanda Pendidikan pada masa ini masih bercorak keagamaan yakni
Kristen Protestan. Berikut gambaran sistem Pendidikan yang
dibuat oleh VOC:
● Pendidikan Dasar
● Sekolah Latin
● Seminarium Theologicum (Sekolah Seminari)
● Akademie der Marine (Akademi Pelayanan)
● Sekolah Cina
● Pendidikan Islam
16

Berikut gambaran Sistem Pendidikan setelah diterapkan


Politik Etis:
- Pendidikan dasar yang meliputi jenis sekolah dengan
pengantar Bahasa Belanda (ELS, HCS, HIS), sekolah
dengan pengantar bahasa daerah (IS, VS, VgS), dan
sekolah peralihan.
- Pendidikan lanjutan dimana yang meliputi pendidikan
umum (MULO, HBS, AMS) dan pendidikan kejuruan.
- Pendidikan tinggi.

Penjajahan Jepang Sistem pendidikan di masa pendudukan bangsa Jepang sangat


dipengaruhi motif yang sangat mendukung untuk
kemenangan militer dalam peperangan Pasifik. Sistem
pendidikan di masa penjajahan Jepang berimplikasi luas
terhadap sistem pendidikan setelah kemerdekaan, salah
satunya yaitu penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa
resmi pengantar pendidikan.
Berikut ini merupakan sistem pendidikan yang ada pada masa
penjajahan bangsa Jepang yaitu:
- Pendidikan Dasar (Gokumin Gakko / Sekolah Rakyat)
- Pendidikan Lanjutan (Shoto Chu Gakko)
- Pendidikan Menengah (Koto Chu Gakko)
- Pendidikan Kejuruan (Kogyo Gakko)
- Pendidikan Tinggi
Untuk mendidik Guru terdapat 3 jenis sekolah yaitu:
1. Sekolah guru 2 tahun (Syoto Sihan Gakko)
2. Sekolah guru 4 tahun (Gotu Sihan Gakko)
3. Sekolah guru 6 tahun (Koto Sihan Gakko)
Tujuan utama dari pendidikan pada masa Jepang di Indonesia
adalah menyediakan tenaga kerja bagi rakyat indonesia secara
cuma cuma (Romusha) dan prajurit untuk membantu
peperangan bagi kepentingan bangsa Jepang.
17

Masa Kemerdekaan sampai 1. Periode 1945 - 1950


Orde Lama Sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia setelah
kemerdekaan meneruskan sistem pendidikan pada zaman
jepang. Sumber belajar pada masa ini ialah buku - buku
terjemahan bahasa Belanda.
2. Periode 1950 - 1966
UU RIS yang menjadi sumber hukum untuk mengatur
pendidikan di masa ini, dimana Soekarno memberikan
ruang besar dengan prinsip yang dipegang yaitu konsep
sosialisme dalam pendidikan. Seluruh masyarakat berhak
mendapatkan hak untuk menimba pendidikan tanpa
adanya perbedaan golongan status sosial ekonomi di
masyarakat, sehingga di masa ini para generasi muda
banyak yang disekolahkan di luar negeri.

Masa Orde Baru Pendidikan pada masa Orde Baru diarahkan kepada
keseragaman dalam berpikir maupun bertindak, contohnya
pakaian seragam sehingga tidak ada perbedaan dan
melahirkan sifat disiplin. Relevansi pendidikan juga
diperhatikan dengan menyesuaikan untuk kebutuhan
pembangunan terhadap sumber daya manusia, sasaran
perbaikan diantaranya pemberantasan buta aksara. Selain itu,
pada masa Orde Baru ini, dicanangkan program yang
populer yaitu mengenai kegiatan “wajib belajar 9 tahun”.

Masa Reformasi Pendidikan di masa ini berubah menjadi desentralistik serta


sudah lebih reformatif dan revolusioner, dimana kurikulum
dikembangkan dengan basis kompetensi. Pemerintah banyak
mengupayakan untuk meningkatkan SDM, sehingga
pendidik disebut tenaga ahli profesional untuk menjadi
tenaga ahli profesional hanya orang yang telah terkualifikasi
dalam beberapa aspek.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari analisis yang sudah dipaparkan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwasannya
pelajaran yang diberikan pada suatu waktu tertentu yang biasa dikenal dengan sekolah,
pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Portugis saat masa penjajahan dulu, yang kemudian
ditingkatkan dan dikembangkan lagi seiring berjalannya waktu. Tujuan utama dari bangsa
tersebut ialah agar menjadikan sekolah sebagai sarana atau alat untuk pencapaian dalam
bidang politik dan juga ekonomi. Motif awal mulai kedatangan orang Portugis ke Indonesia
utamanya ialah kepentingan ekonomi, yang disertai juga dengan agama. Portugis mendirikan
sekolah dengan sasaran menyebarkan agama katolik, yang mana hal tersebut adalah bukti
bahwasannya pendidikan seperti sekolah yang ada di Indonesia tidak hanya ditemukan pada
masa setelah kemerdekaan hingga kini, tetapi pendidikan yang ada di Indonesia memiliki
sejarah sendiri yang ada bahkan sejak dari masa penjajahan, walaupun sistem penerapan dari
pendidikan tersebut berbeda-beda dengan nama yang berbeda pula, tetapi memiliki tujuan
yang sama. Perubahan tersebut terjadi mengikuti sesuai dengan kebutuhan pada masa tersebut.

B. Saran
Dari hasil analisis yang telah kami lakukan juga didapatkan beberapa saran, saat ini
kebijakan pendidikan menjadi hal yang sudah tidak aneh dan bahkan menjadi sebuah tema
dalam perdebatan publik dan kompetisi antarpartai politik di Indonesia. Dalam kampanye
baik pemilu legislatif dan pemilu presiden misalnya, pendidikan menjadi salah satu isu yang
ada dalam materi kampanye ataupun dalam rumusan visi dan misi dari para kandidat. Realita
yang terjadi baik yang kita lihat dan rasakan adalah pendidikan dan politik saling
memengaruhi dan mewarnai. Sehingga persoalan pendidikan yang ada di masyarakat
khususnya diperlukan kerjasama dari semua pihak untuk mewujudkan Indonesia yang lebih
baik lagi kedepannya dan menghasilkan manusia-manusia yang cerdas sesuai dengan Undang
Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

18
DAFTAR PUSTAKA
1. Hartono, Y. (2016). Pendidikan Dan Kebijakan Politik (Kajian Reformasi Pendidikan Di
Indonesia Masa Orde Lama Hingga Reformasi). AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN
PEMBELAJARANNYA, 6(01), 35-45.
2. Fadli, M. R., & Kumalasari, D. (2019). Sistem Pendidikan Indonesia Pada Masa Orde Lama
(Periode 1945-1966). Agastya: Jurnal Sejarah dan Pembelajarannya, 9(2), 157-171.
3. Supardan, D. (2008). Menyingkap Perkembangan Pendidikan Sejak Masa Kolonial Hingga
Sekarang: Perspektif Pendidikan Kritis. Generasi Kampus, 1(2).
4. Afandi, A. N., Swastika, A. I., & Evendi, E. Y. (2020). PENDIDIKAN PADA MASA
PEMERINTAH KOLONIAL DI HINDIA BELANDA TAHUN 1900-1930. Jurnal Artefak
Vol, 7(1).
5. Abbas, A. (2018). Pendidikan di Indonesia pada Masa Jepang. Ash-Shahaba: Jurnal
Pendidikan dan Studi Islam, 4(1), 62-75.

19

Anda mungkin juga menyukai