Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

LANDASAN PENDIDIKAN PADA MASA REFORMASI


(PENGEMBANGAN SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA MASA DEPAN)

D
I
S
U
S
U
N

KELOMPOK 7:
1. Ahmad Fauzan Patawari
2. Etik Krisnawati
3. Putri Claudia Hazhari
4. Rizka Indah Primawati
5. Sari Ramadhani
6. Shelby Salsabila Fauzi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS RIAU
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas

berkah dan rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa ada

dukungan dari berbagai pihak, terutama dari Ibu dosen dan teman-teman kelas 1A.

Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan. Penulisan

laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan para

pembaca.

Tentunya dalam penulisan laporan ini tidak terlepas dari segala kekurangan.

Atas segala kekurangan tersebut kami mohon maaf. Kritik dan saran yang

membangun sangat kami harapkan demi perbaikan laporan selanjutnya. Semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Pekanbaru, 22 Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................. 2

1.3 Tujuan............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Situasi Pada Masa Reformasi.......................................... 3

2.2 Kurikulum Pendidikan Era Reformasi............................. 2

2.2.1 Kurikulum berbasis kompetensi (KBK)/2004........ 5

2.2.2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)..... 6

2.3 Perkembangan Kurikulum Indonesia Era Reformasi...... 6

2.4 Pendidikan Masa Depan Menghadapi Abad 21............... 8

2.4.1 Tantangan-Tantangan Dalam Abad 21................... 8

2.4.2 Visi Dalam Menghadapi Abad 21.......................... 9

2.4.3 Prinsip Pendidikan.................................................. 11

2.4.4 Guru-Guru Dalam Upaya Mencari Cakrawala....... 12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................... 13

3.2 Saran................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 14

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan sebagai suatu proses berkesinambungan yang ada sejak
manusia itu ada, memiliki suatu perkembangan yang dinamis sesuai dengan
jiwa zaman (zeitgist) dalam suatu masa tertentu. Pendidikan mengikuti pola
kehidupan masyarakat dan sistem kebudayaan yang melatar belakanginya.
Sehingga tidak jarang peralihan atau pergantian dari suatu sistem kekuasaan
akan mengakibatkan pula perubahan substansi dalam bidang pendidikan. Dari
zaman prasejarah, zaman kuno, zaman pertengahan sampai pada zaman
modern pendidikan mengalami suatu perubahan secara dinamis.
Pendidikan sudah sepatutnya menentukan masa depan suatu negara. Bila
visi pendidikan tidak jelas, yang dipertaruhkan adalah kesejahteraan dan
kemajuan bangsa. Visi pendidikan harus diterjemahkan ke dalam sistem
pendidikan yang memiliki sasaran jelas, dan tanggap terhadap masalah-
masalah bangsa. Karena itu, perubahan dalam subsistem pendidikan
merupakan suatu hal yang sangat wajar, karena kepedulian untuk
menyesuaikan perkembangan yang disesuaikan dengan perkembangan
zaman. Sudah seyogyanya sistem pendidikan tidak boleh jalan di tempat,
namun setiap perubahan juga harus disertai dan dilandasi visi yang mantap
dalam menjawab tantangan zaman.
Setelah Rezim orde baru mengalami keruntuhan pada tahun 1998 maka
dimulaialah suatu zaman perubahan (Reformasi) yang tentu saja ikut merubah
tatanan sistem pendidikan di Indonesia. Ketidakteraturan politik, ekonomi,
sosial dan budaya Indonesia pada saat itu hingga sekarang mengalami
perubahan – perubahan secara signifikan. Seiring dengan hal tersebut,
pendidikan juga tidak terlepas dari dampak perubahan politik. Untuk
mengkaji dan mengidentifikasi permasalahan tersebut, maka penulis akan
membahas mengenai perkembangan pendidikan pada jaman reformasi hingga

1
sekarang. Baik dari segi perubahan kurikum maupun dari sudut pandang
perkembangannya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah Situasi dan Kondisi Pendidikan Indonesian Menjelang Era
Reformasi?
b. Apakah bentuk Kurikulum yang dipakai pada Pendidikan masa Era
Reformasi?
c. Bagaimanakah Perkembangan Kurikulum Pendidikan di Indonesia pada
Era Reformasi?

1.3 Tujuan
a. Bertujuan untuk menjelaskan Situasi dan kondisi pendidikan Indonesia
menjelang era Reformasi
b. Bertujuan untuk menjelaskan kurikulum-kurikulum yang digunakan pada
masa Reformasi
c. Bertujuan untuk menjelaskan perkembangan kurikulum pendidikan di
Indonesia masa Reformasi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Situasi Pada Masa Reformasi


Begitu orde baru jatuh 1998, tampak masyarakat seolah-olah meledak
kegirangan karena merasa belenggu yang mengikat mereka sudah hilang.
Mereka merasa bebas. Mereka menyerukan reformasi untuk mengubah
keadaan menjadi lebih baik. Pada awal reformasi lebih banyak tampak
tindakan menuntut kebebasan dibandingkan dengan program reformasi itu
sendiri. Partai-partai politik muncul tanpa dapat dibendung sampai puluhan
jumlahnya. Kebebasan untuk menikmati kebudayaan dan kesenian asing juga
semakin menjadi-jadi. Pemerintah merasa kewalahan untuk membendung
budaya yang tidak sejalan dengan budaya bangsa ini.
Sementara itu ekonomi semakin terpuruk, pengangguran bertambah
banyak, penduduk miskin semakin luas, korupsi semakin hebat, sebab hukum
yang bertugas memberantas juga dalam keadaan yang terinjak-injak.
Namun lambat laun, keadaan bisa berubah secara perlahan-lahan. Sistem
pendidikan mulai berubah, yang didahului perubahan Undang-Undang
Pendidikan yang baru menginginkan sistem pendidikan sentralisasi berubah
menjadi desentralisasi.
Sistem desentralisasi pendidikan belum berada pada tingkat lembaga,
kecuali perguruan tinggi, melainkan baru pada tingkat kabupaten atau kota.
Hal ini disebabkan oleh kemampuan personalia pendidikan belum memadai.
Belum cukup waktu untuk membina personalia agar cakap mengoperasikan
sistem yang baru ini. Hal ini diperparah lagi dengan adanya pemindahan
pergawai pendidikan secara besar-besaran dari pemerintah pusat ke daerah
dan dari provinsi ke kabupaten atau kota.
Pemerintah menciptakan kelompok-kelompok masyarakat yang
independen atau bebas untuk membantu pendidikan agar mampu mandiri. Di
samping itu pemerintah juga mengubah istilah pendidikan sekolah dan

3
pendidikan luar sekolah menjadi pendidikan jalur formal, nonformal dan
informal. Maksudnya agar macam-macam pendidikan dapat ditangani secara
lebih intensif.
Secara konsep sistem desentralisasi pendidikan memang lebih baik
daripada sentralisasi pendidikan, karena sistem yang baru ini jika
dilaksanakan dengan baik akan dapat memajukan daerah masing-masing
sesuai dengan kondisi geografis, budaya, kebutuhan, dan kemungkinan
perkembangan di masa depan. Namun sayang, realisasi cita-cita sistem
desentralisasi ini belum tampak secara nyata. Dia baru tampak secara konsep.
Di samping itu faktor dana pendidikan yang masih kecil, ikut memicu
keterlambatan keberhasilan sistem ini.
Instrumen-instrumen untuk mewujudkan desentralisasi pendidikan juga
sudah diusahakan, seperti MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), life skills
(lima keterampilan hidup), dan TQM (total quality management). Tetapi
hanya sebatas konsep saja. Hal ini disebabkan karena kekurang mampuan
personalia dan kekurangan dana.
Namun bangsa Indonesia masih beruntung karena kesadaran untuk
beragama masih tinggi. Dalam pendidikan agama juga sudah tampak ada
perkembangan yang menggembirakan. Jika dahulu penekanan dan penilaian
pada penguasaan materi, maka kini bersama-sama dengan pendidikan afeksi
yang lain seperti PPKN, Pancasila dan sebagainya menekankan pada perilaku
anak-anak setiap hari. Pendidikan afeksi ini tidak hanya dilakukan oleh semua
guru agama, guru PPKN termasuk Pancasila, tetapi juga oleh semua guru
pada setiap kali mereka mengajar. Pada setiap kesempatan yang tepat
pendidikan afeksi ini ditanamkan kepada anak-anak.
Kelemahan-kelemahan masa reformasi:
1. Ekonomi bertambah terpuruk, walaupun pemerintah tetap
memprioritaskan pembangunan ini. Hal ini dipicu oleh kenaikan harga
BBM.
2. Korupsi masih banyak terjadi walaupun pemerintah berusaha keras
untuk memberantasnya.

4
3. Hukum belum benar-benar dapat ditegakkan.
4. Kekacauan tampak meluas, terutama di kota-kota besar, berbagai
macam demonstrasi terjadi.
5. Terorisme dan narkoba juga belum bisa dibersihkan, walaupun
pemerintah berusaha keras membasminya.
Kelebihan-kelebihan dari masa reformasi:
1. Sistem desentralisasi pemerintahan dan pendidikan mulai dibangun.
2. Nilai-nilai keagamaan tetap dijunjung tinggi.
3. Demokrasi pada banyak sektor mulai menampakkan diri.
4. Pemberontakan-pemberontakan di daerah berangsur-angsur dapat
diatasi.
5. Pemilihan langsung oleh rakyat mulai dan dapat terlaksana.
2.2 Kurikulum Pendidikan Era Reformasi
2.2.1. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK)/2004
Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang pada tahap
perencanaan, terutama dalam tahap pengembangan ide akan dipengaruhi oleh
kemungkinan-kemungkinan pendekatan, kompetensi dapat menjawab
tantangan yang muncul. Artinya, pada waktu mengembangkan atau
mengadopsi pemikiran kurikulum berbasis kompetensi maka pengembang
kurikulum harus mengenal benar landasan filosofi, kekuatan dan kelemahan
pendekatan kompetensi dalam menjawab tantangan, serta jangkauan validitas
pendekatan tersebut ke masa depan. Harus diingat bahwa kompetensi bersifat
terus berkembang sesuai dengan tuntutan dunia kerja atau dunia profesi
maupun dunia ilmu (Suyanto, 2005). Ciri-ciri Kurikulum Berbasis
Kompetensi :
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara
individual maupun klasikal
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi

5
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar yang lain
yang memenuhi unsur edukasi.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.

2.2.2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan. KTSP terdiri atas: Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,
struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan Silabus. Prinsip
Pengembangan KTSP Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya Beragam dan terpadu, tanggap
perkembangan IPTEK, relevan dengan kebutuhan kehidupan, menyeluruh
dan berkesinambungan, belajar sepanjang hayat (life long learning), dan
seimbang antara kepentingan nasional dan daerah.

2.3 Perkembangan Kurikulum Pendidikan di Indonesia pada Era Reformasi


Perkembangan Kurikulum juga berkaitan dengan periode Pemerintahan.
Pada era pemerintahan Habibie masih menggunakan kurikulum 1994 yang
disempurnakan sampai pada masa pemerintahan Gus Dur. Pada masa
pemerintahan Megawati terjadi beberapa perubahan tatanan di bidang
pendidikan, antara lain :
1. Dirubahnya kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2000 dan akhirnya
disempurnakan menjadi kurikulum 2002 (KBK). KBK atau Kurikulum
Berbasis Kompetensi merupakan kurikulum yang pada dasarnya
berorientasi pada pengembangan tiga aspek utama, antara lain aspek
afektif (sikap), kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik (ketrampilan).
2. Pada tanggal 8 juli 2003 disahkannya Undang – undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang memberikan dasar
hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan

6
prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjunjung Hak
Asasi Manusia.

Menurut Lembaran Negara Nomor 4301 Pendidikan dalam UU Republik


Indonesia No. 20/2003, pembaharuan sistem pendidikan nasional dilakukan
untuk memperbaharui visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan
nasional. Visi dari pendidikan nasional adalah terwujudnya sistem pendidikan
sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan
semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang
berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah. Adapun misi dari pendidikan nasional adalah sebagai berikut:
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperleh
pendidikan dan bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
2.  Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa
secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka
mewujudkan masyarakat belajar.
3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan
untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.
4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan
sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, ketrampilan,
pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar nasional dan global.
5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

7
2.4 Pendidikan Masa Depan Menghadapi Abad 21
2.4.1. Tantangan-Tantangan Dalam Abad 21
Jacques Delors selaku Ketua Komisi Internasional tentang pendidikan
untuk abad 21 dan persekutuan bangsa-bangsa, dalam laporannya:
“Learning: The Treasure Within” (1996), mengemukakan 7 macam
ketegangan yang akan terjadi serta menjadi ciri dan tantangan pendidikan
abad 21 sebagai berikut:
1. Ketegangan antara global dengan lokal: Orang secara berangsur-
angsur perlu menjadi warga negara dunia tanpa tercabutnya akar-akar
mereka dan karenanya turut serta berperan aktif sebagai bagian dalam
kehidupan mereka berbangsa dan bermasyarakat di tempat mereka
tinggal.
2. Ketegangan antara universal dengan individual: Kebudayaan pasti
menjadi bersifat global, tetapi hanya bersifat sebagian-sebagian.
3. Ketegangan antara tradisi dengan komederenan: Yang merupakan
bagian dari masalah yang sama: bagaimana tradisi dapat
menyesuaikan diri pada perubahan tanpa harus kembali ke masa
lampau, bagaimana otonomi atau kemandirian dapat dicapai seiring
dengan perkembangan kebebasan orang lain, dan bagaimana
kemajuan ilmiah dapat diterima dalam masyarakat? Hal ini
merupakan semangat yang diperlukan untuk menghindari tantangan-
tantangan yang datang dari teknologi-teknologi informasi baru.
4. Ketegangan antara pertumbuhan-pertumbuhan jangka panjang dengan
jangka pendek: hal ini selalu ada, tetapi dewasa ini hal tersebut
didukung oleh keperkasaan dari kesementaraan dan kesesaatan, dalam
sebuah dunia yang sangat dilimpahi oleh informasi yang singgah
sebentar dan emosi-emosi terus-menerus tertuju dalam masalah-
masalah yang memerlukan pemecahan segera.
5. Ketegangan antara perlunya kompetisi dengan kesamaan kesempatan:
hal ini merupakan masalah klasik, yang telah dihadapi baik para

8
pengambil keputusan dalam bidang ekonomi dan sosial maupun para
pengambil keputusan dalam bidang pendidikan sejak awal abad 20.
6. Ketegangan antara perluasan pengetahuan yang berlimpah ruah
dengan kemampuan manusia untuk mencernakannya: komisi tidak
dapat menentang terhadap godaan yang berkeinginan untuk
menambah mata pelajaran baru, seperti pengetahuan tentang diri
sendiri, cara-cara mencapai keseimbangan fisik dan psikologis atau
cara-cara memahami perbaikan lingkungan alam dan melestarikannya
lebih baik.
7. Akhirnya, faktor abadi lainnya adalah ketegangan antara spiritual
dengan material: sering tanpa menyadari, dunia mempunyai suatu
keinginan yang sering tidak terungkapkan yang berupa suatu cita-cita
dan nilai nilai yang akan kita sebut “Moral”.
2.4.2. Visi Dalam Menghadapi Abad 21
Tantangan-tantangan yang diperkirakan terkandung dalam abad 21
tersebut hendaknya disambut dengan visi yang jelas untuk menghadapinya.
Adapun visi tersebut menurut komisi internasional tentang pendidikan untuk
abad 21 UNESCO adalah sebagai berikut:
A. Dari masyarakat lokal menuju kepada sebuah masyarakat dunia:
1. Saling ketergantungan di dunia dan globalisasi merupakan
kekuatan-kekuatan dalam kehidupan dewasa ini.
2. Bahaya utama adalah bahwa sebuah jurang terbuka timbul antara
sekelompok minoritas orang yang dapat menemukan cara yang
berhasil tentang dunia baru yang akan datang dengan mayoritas
orang yang merasa bahwa mereka berada di dalam kekuasaan
peristiwa-peristiwa yang terjadi sekarang, tidak berbicara tentang
masa depan masyarakat, yang berkenaan dengan bahaya-bahaya
yang menyebabkan suatu kemunduran demokrasi dan
pemberontakan yang tersebar luas.
3. Kita harus terbimbing oleh tujuan yang bercita-cita mengendalikan
dunia yang terarah pada saling pengertian yang lebih besar, suatu

9
rasa tanggung yang lebih besar dan solidaritas yang lebih besar,
melalui penerimaan perbedaan-perbedaan spiritual dan kultural
kita.
B. Dari kohesi sosial menuju partisipasi demokrasi.
1. Kebijakan pendidikan harus cukup beraneka ragam dan harus
dirancang bukan untuk mendorong eklusi sosial dan pengasingan
sosial.
2. Sosialisasi individu-individu haruslah tidak bertentangan dengan
perkembangan pribadi.
3. Pendidikan tidak dapat dengan sendirinya memecahkan masalah-
masalah yang timbul karena pemutusan (apabila terjadi) hubungan-
hubungan sosial.
4. Sekolah tidak dapat berhasil dalam tugas tersebut apabila tidak
berusaha memberikan sumbangan untuk kemajuan dan persatuan
kelompok-kelompok minoritas, dengan jalan menggunakan
kepentingan soaial mereka yang memperhatikan juga sifat-sifat
kepribadain individu-individu mereka.
5. Demokrasi muncul secara progresif, menunjukkan bentuk-bentuk
dan perkembangan melalui tahap-tahap yang sesuai dengan situasi
dari setiap negara.
6. Partisipasi demokrasi merupakan suatu yang berkenaan dengan
kewarganegaraan yang baik, tetapi hal tersebut dapat diperkuat atau
didorong melalui pengajaran dan praktek-praktek yang disesuaikan
dengan suatu media dan informasi masyarakat.
7. Peranan pendidikan menyediakan latar belakang kultur bagi anak-
anak dan orang-orang dewasa, yang akan memungkinkan mereka
sejauh mungkin mempunyai pengertian tentang perubahan-
perubahan yang terjadi.
C. Dari pertumbuhan ekonomi menuju perkembangan manusia.
1. Penerimaan lebih lanjut terhadap tema suatu model baru tentang
perkembangan, mengandung arti lebih memberikan penghargaan

10
pada karakteristik dan penstrukturan hidup manusia dari
pertumbuhan ekonomi.
2. Sebuah studi yang berorientasi pada masa depan tentang
kedudukan kerja dalam masyarakat, memperlihatkan adanya
pengaruh-pengaruh kemajuan dan perubahan teknis terhadap
kehidupan pribadi dan masyarakat.
3. Suatu penilaian yang lebih lengkap tentang perkembangan yang
melibatkan semua aspeknya, telah dilakukan oleh UNDP (program
pembangunan perserikatan bangsa-bangsa).

2.4.3 Prinsip Pendidikan


Pendidikan seumur hidup didasarkan pada 4 pilar yaitu:
a. Belajar untuk mengetahui.
b. Belajar untuk berbuat.
c. Belajar untuk hidup bersama.
d. Belajar untuk menjadi dirinya sendiri.
Belajar untuk mengetahui, dilakukan dengan cara memadukan
penguasaan terhadap suatu penegetahuan umum yang cukup luas dengan
kesempatan untuk bekerja secara mendalam pada sejumlah hal kecil mata
pelajaran. Hal ini berarti belajar memperooleh keuntungan dari kesempatan-
kesempatan pendidikan yang bersedia dalam hidup.
Belajar untuk berbuat, tidak hanya tertuju pada penguasaan suatu
keterampilan bekerja, tetapi juga secara lebih luas berkenaan dengan
kompetisi atau kemampuan yang berhubungan dengan banyak situasi dan
bekerja tim.
Belajar untuk hidup bersama, dilakukan melalui perkembangan suatu
pemahaman tentang orang lain dan suatu penghargaan terhadap saling
ketergantungan dalam semangat menghargai nilai kejamakan, pemahaman
bersama dan perdamaian.
Belajar untuk menjadi dirinya sendiri, yaitu mengembangkan kepriadian
dirinya sendiri dan mampu berbuat dengan kemandirian yang lebih besar,

11
perkemangan dan tanggung jawab pribadi. Dalam hubungan ini, pendidikan
harus berhubungan dengan setiap aspek dari potensi pribadi yang berupa
mengingat, menalar, rasa estetis, kemampuan fisik, dan keterampilan
berkomunikasi.

2.4.4 Guru-guru dalam Upaya Mencari Cakrawala-Cakrawala Baru


a. Karena situasi psikologis dan material guru sangat berbeda beda anatar
negara negara yang satu dengan yang lainnya, suatu upgrading tentang
status mereka adalah esensial, apabila ingin belajar seumur hidup
hendak menjadi fungsi sentral yang dirancang untu kemajuan
masyarakat kita dan penguatan saling pengertian diantara kita.
b. Konsep belajar seumur hidup mengarahkan pada suatu masyarakat yang
belajar, suatu masyarakat yang memperoleh banyak dan beaneka ragam
kesempatan belajar, baik disekolah mupun di dalam kehidupan
ekonomi, sosial, dan budaya dengan demikian keutuhan untuk lebih
berkolaborasi dan bekerja sama.
c. Guru-guru adalah berkenaan pula dengan persyaratan yang mewajibkan
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Kehidupan
professional mereka hendaknya tersusun sedemikian rupa sehingga
mengakomodasi kesempatan atau ahkan kewajian, bagi mereka untuk
lebih ahli dalam seni mereka dan memberi manfaat dari tahap-tahap
pengalaman.
d. Meskipun mengajar pada dasarnya adalah suatau kegiatan
perseorangan, dalam arti bahwa setiap guru diharapkan dengan
tanggung jawab dan profesionalitas, kerja tim adalah penting, terutama
pada tingkat pendidikan menengah, agar meningkatkan kualitas
pendidikan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan pada zaman reformasi mengalami suatu perkembangan yang


pada dasarnya lebih maju daripada pendidikan pada zaman orde baru.
Pendidikan pada zaman reformasi mengutamakan pada perkembangan peserta
didik yang lebih terfokus pada pengelolaan masing – masing daerah (otonomi
pendidikan). Dalam hal tenaga kependidikan diberlakukan suatu kualifikasi
profesional untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.
Sedangkan sarana dan prasarana juga sudah mengalami suatu
peningkatan yang baik. Namun daripada hal tersebut pendidikan yang ada di
Indonesia masih belum mengalami suatu pemerataan. Ini terlihat dari adanya
beberapa sekolah –sekolah terutama di daerah pedalaman masih terdapat
keterbatasan dalam berbagai aspekm penyelenggaraannya. Dinamika sosial
politik Indonesia yang juga berdampak pada perubahan kurikulum merupakan
suatu bentuk penyempurnaan dalam bidang pendidikan untuk meningkatan
mutu pendidikan di Indonesia.
Konsep belajar seumur hidup adalah kunci yang memberikan jalan bagi
abad 21. Konsep tersebut berjalan dari perbedaan tradisional antara
pendidikan awal dengan pendidikan berkelanjutan.

3.2 Saran

Kami menyadari bawa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
sehingga kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk mengembangkan makalah ini kedepannya.  

13
DAFTAR PUSTAKA

Mudyahardjo, Redjo. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.
Pidarta, Made. 2013. Landasan Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Diakses pada tanggal 21 Oktober 2018:

http://adisanjaya24.blogspot.com/2010/09/pendidikan-era-reformasi-suatu.html

http://azzahrafamily.blogspot.com/2014/12/sistem-pendidikan-di-indonesia-
pada.html

14

Anda mungkin juga menyukai