D
I
S
U
S
U
N
KELOMPOK 7:
1. Ahmad Fauzan Patawari
2. Etik Krisnawati
3. Putri Claudia Hazhari
4. Rizka Indah Primawati
5. Sari Ramadhani
6. Shelby Salsabila Fauzi
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
Kami menyadari bahwa laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa ada
dukungan dari berbagai pihak, terutama dari Ibu dosen dan teman-teman kelas 1A.
laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan para
pembaca.
Tentunya dalam penulisan laporan ini tidak terlepas dari segala kekurangan.
Atas segala kekurangan tersebut kami mohon maaf. Kritik dan saran yang
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan....................................................................... 13
3.2 Saran................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 14
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
sekarang. Baik dari segi perubahan kurikum maupun dari sudut pandang
perkembangannya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah Situasi dan Kondisi Pendidikan Indonesian Menjelang Era
Reformasi?
b. Apakah bentuk Kurikulum yang dipakai pada Pendidikan masa Era
Reformasi?
c. Bagaimanakah Perkembangan Kurikulum Pendidikan di Indonesia pada
Era Reformasi?
1.3 Tujuan
a. Bertujuan untuk menjelaskan Situasi dan kondisi pendidikan Indonesia
menjelang era Reformasi
b. Bertujuan untuk menjelaskan kurikulum-kurikulum yang digunakan pada
masa Reformasi
c. Bertujuan untuk menjelaskan perkembangan kurikulum pendidikan di
Indonesia masa Reformasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pendidikan luar sekolah menjadi pendidikan jalur formal, nonformal dan
informal. Maksudnya agar macam-macam pendidikan dapat ditangani secara
lebih intensif.
Secara konsep sistem desentralisasi pendidikan memang lebih baik
daripada sentralisasi pendidikan, karena sistem yang baru ini jika
dilaksanakan dengan baik akan dapat memajukan daerah masing-masing
sesuai dengan kondisi geografis, budaya, kebutuhan, dan kemungkinan
perkembangan di masa depan. Namun sayang, realisasi cita-cita sistem
desentralisasi ini belum tampak secara nyata. Dia baru tampak secara konsep.
Di samping itu faktor dana pendidikan yang masih kecil, ikut memicu
keterlambatan keberhasilan sistem ini.
Instrumen-instrumen untuk mewujudkan desentralisasi pendidikan juga
sudah diusahakan, seperti MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), life skills
(lima keterampilan hidup), dan TQM (total quality management). Tetapi
hanya sebatas konsep saja. Hal ini disebabkan karena kekurang mampuan
personalia dan kekurangan dana.
Namun bangsa Indonesia masih beruntung karena kesadaran untuk
beragama masih tinggi. Dalam pendidikan agama juga sudah tampak ada
perkembangan yang menggembirakan. Jika dahulu penekanan dan penilaian
pada penguasaan materi, maka kini bersama-sama dengan pendidikan afeksi
yang lain seperti PPKN, Pancasila dan sebagainya menekankan pada perilaku
anak-anak setiap hari. Pendidikan afeksi ini tidak hanya dilakukan oleh semua
guru agama, guru PPKN termasuk Pancasila, tetapi juga oleh semua guru
pada setiap kali mereka mengajar. Pada setiap kesempatan yang tepat
pendidikan afeksi ini ditanamkan kepada anak-anak.
Kelemahan-kelemahan masa reformasi:
1. Ekonomi bertambah terpuruk, walaupun pemerintah tetap
memprioritaskan pembangunan ini. Hal ini dipicu oleh kenaikan harga
BBM.
2. Korupsi masih banyak terjadi walaupun pemerintah berusaha keras
untuk memberantasnya.
4
3. Hukum belum benar-benar dapat ditegakkan.
4. Kekacauan tampak meluas, terutama di kota-kota besar, berbagai
macam demonstrasi terjadi.
5. Terorisme dan narkoba juga belum bisa dibersihkan, walaupun
pemerintah berusaha keras membasminya.
Kelebihan-kelebihan dari masa reformasi:
1. Sistem desentralisasi pemerintahan dan pendidikan mulai dibangun.
2. Nilai-nilai keagamaan tetap dijunjung tinggi.
3. Demokrasi pada banyak sektor mulai menampakkan diri.
4. Pemberontakan-pemberontakan di daerah berangsur-angsur dapat
diatasi.
5. Pemilihan langsung oleh rakyat mulai dan dapat terlaksana.
2.2 Kurikulum Pendidikan Era Reformasi
2.2.1. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK)/2004
Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang pada tahap
perencanaan, terutama dalam tahap pengembangan ide akan dipengaruhi oleh
kemungkinan-kemungkinan pendekatan, kompetensi dapat menjawab
tantangan yang muncul. Artinya, pada waktu mengembangkan atau
mengadopsi pemikiran kurikulum berbasis kompetensi maka pengembang
kurikulum harus mengenal benar landasan filosofi, kekuatan dan kelemahan
pendekatan kompetensi dalam menjawab tantangan, serta jangkauan validitas
pendekatan tersebut ke masa depan. Harus diingat bahwa kompetensi bersifat
terus berkembang sesuai dengan tuntutan dunia kerja atau dunia profesi
maupun dunia ilmu (Suyanto, 2005). Ciri-ciri Kurikulum Berbasis
Kompetensi :
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara
individual maupun klasikal
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi
5
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar yang lain
yang memenuhi unsur edukasi.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
6
prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjunjung Hak
Asasi Manusia.
7
2.4 Pendidikan Masa Depan Menghadapi Abad 21
2.4.1. Tantangan-Tantangan Dalam Abad 21
Jacques Delors selaku Ketua Komisi Internasional tentang pendidikan
untuk abad 21 dan persekutuan bangsa-bangsa, dalam laporannya:
“Learning: The Treasure Within” (1996), mengemukakan 7 macam
ketegangan yang akan terjadi serta menjadi ciri dan tantangan pendidikan
abad 21 sebagai berikut:
1. Ketegangan antara global dengan lokal: Orang secara berangsur-
angsur perlu menjadi warga negara dunia tanpa tercabutnya akar-akar
mereka dan karenanya turut serta berperan aktif sebagai bagian dalam
kehidupan mereka berbangsa dan bermasyarakat di tempat mereka
tinggal.
2. Ketegangan antara universal dengan individual: Kebudayaan pasti
menjadi bersifat global, tetapi hanya bersifat sebagian-sebagian.
3. Ketegangan antara tradisi dengan komederenan: Yang merupakan
bagian dari masalah yang sama: bagaimana tradisi dapat
menyesuaikan diri pada perubahan tanpa harus kembali ke masa
lampau, bagaimana otonomi atau kemandirian dapat dicapai seiring
dengan perkembangan kebebasan orang lain, dan bagaimana
kemajuan ilmiah dapat diterima dalam masyarakat? Hal ini
merupakan semangat yang diperlukan untuk menghindari tantangan-
tantangan yang datang dari teknologi-teknologi informasi baru.
4. Ketegangan antara pertumbuhan-pertumbuhan jangka panjang dengan
jangka pendek: hal ini selalu ada, tetapi dewasa ini hal tersebut
didukung oleh keperkasaan dari kesementaraan dan kesesaatan, dalam
sebuah dunia yang sangat dilimpahi oleh informasi yang singgah
sebentar dan emosi-emosi terus-menerus tertuju dalam masalah-
masalah yang memerlukan pemecahan segera.
5. Ketegangan antara perlunya kompetisi dengan kesamaan kesempatan:
hal ini merupakan masalah klasik, yang telah dihadapi baik para
8
pengambil keputusan dalam bidang ekonomi dan sosial maupun para
pengambil keputusan dalam bidang pendidikan sejak awal abad 20.
6. Ketegangan antara perluasan pengetahuan yang berlimpah ruah
dengan kemampuan manusia untuk mencernakannya: komisi tidak
dapat menentang terhadap godaan yang berkeinginan untuk
menambah mata pelajaran baru, seperti pengetahuan tentang diri
sendiri, cara-cara mencapai keseimbangan fisik dan psikologis atau
cara-cara memahami perbaikan lingkungan alam dan melestarikannya
lebih baik.
7. Akhirnya, faktor abadi lainnya adalah ketegangan antara spiritual
dengan material: sering tanpa menyadari, dunia mempunyai suatu
keinginan yang sering tidak terungkapkan yang berupa suatu cita-cita
dan nilai nilai yang akan kita sebut “Moral”.
2.4.2. Visi Dalam Menghadapi Abad 21
Tantangan-tantangan yang diperkirakan terkandung dalam abad 21
tersebut hendaknya disambut dengan visi yang jelas untuk menghadapinya.
Adapun visi tersebut menurut komisi internasional tentang pendidikan untuk
abad 21 UNESCO adalah sebagai berikut:
A. Dari masyarakat lokal menuju kepada sebuah masyarakat dunia:
1. Saling ketergantungan di dunia dan globalisasi merupakan
kekuatan-kekuatan dalam kehidupan dewasa ini.
2. Bahaya utama adalah bahwa sebuah jurang terbuka timbul antara
sekelompok minoritas orang yang dapat menemukan cara yang
berhasil tentang dunia baru yang akan datang dengan mayoritas
orang yang merasa bahwa mereka berada di dalam kekuasaan
peristiwa-peristiwa yang terjadi sekarang, tidak berbicara tentang
masa depan masyarakat, yang berkenaan dengan bahaya-bahaya
yang menyebabkan suatu kemunduran demokrasi dan
pemberontakan yang tersebar luas.
3. Kita harus terbimbing oleh tujuan yang bercita-cita mengendalikan
dunia yang terarah pada saling pengertian yang lebih besar, suatu
9
rasa tanggung yang lebih besar dan solidaritas yang lebih besar,
melalui penerimaan perbedaan-perbedaan spiritual dan kultural
kita.
B. Dari kohesi sosial menuju partisipasi demokrasi.
1. Kebijakan pendidikan harus cukup beraneka ragam dan harus
dirancang bukan untuk mendorong eklusi sosial dan pengasingan
sosial.
2. Sosialisasi individu-individu haruslah tidak bertentangan dengan
perkembangan pribadi.
3. Pendidikan tidak dapat dengan sendirinya memecahkan masalah-
masalah yang timbul karena pemutusan (apabila terjadi) hubungan-
hubungan sosial.
4. Sekolah tidak dapat berhasil dalam tugas tersebut apabila tidak
berusaha memberikan sumbangan untuk kemajuan dan persatuan
kelompok-kelompok minoritas, dengan jalan menggunakan
kepentingan soaial mereka yang memperhatikan juga sifat-sifat
kepribadain individu-individu mereka.
5. Demokrasi muncul secara progresif, menunjukkan bentuk-bentuk
dan perkembangan melalui tahap-tahap yang sesuai dengan situasi
dari setiap negara.
6. Partisipasi demokrasi merupakan suatu yang berkenaan dengan
kewarganegaraan yang baik, tetapi hal tersebut dapat diperkuat atau
didorong melalui pengajaran dan praktek-praktek yang disesuaikan
dengan suatu media dan informasi masyarakat.
7. Peranan pendidikan menyediakan latar belakang kultur bagi anak-
anak dan orang-orang dewasa, yang akan memungkinkan mereka
sejauh mungkin mempunyai pengertian tentang perubahan-
perubahan yang terjadi.
C. Dari pertumbuhan ekonomi menuju perkembangan manusia.
1. Penerimaan lebih lanjut terhadap tema suatu model baru tentang
perkembangan, mengandung arti lebih memberikan penghargaan
10
pada karakteristik dan penstrukturan hidup manusia dari
pertumbuhan ekonomi.
2. Sebuah studi yang berorientasi pada masa depan tentang
kedudukan kerja dalam masyarakat, memperlihatkan adanya
pengaruh-pengaruh kemajuan dan perubahan teknis terhadap
kehidupan pribadi dan masyarakat.
3. Suatu penilaian yang lebih lengkap tentang perkembangan yang
melibatkan semua aspeknya, telah dilakukan oleh UNDP (program
pembangunan perserikatan bangsa-bangsa).
11
perkemangan dan tanggung jawab pribadi. Dalam hubungan ini, pendidikan
harus berhubungan dengan setiap aspek dari potensi pribadi yang berupa
mengingat, menalar, rasa estetis, kemampuan fisik, dan keterampilan
berkomunikasi.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kami menyadari bawa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
sehingga kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk mengembangkan makalah ini kedepannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://adisanjaya24.blogspot.com/2010/09/pendidikan-era-reformasi-suatu.html
http://azzahrafamily.blogspot.com/2014/12/sistem-pendidikan-di-indonesia-
pada.html
14