(Di Susun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah
Pengantar Pendidikan)
OLEH
KELOMPOK 5
1. Nurfadilla (220407560051)
2. Andi Hikmah Magfira (220407561024)
3. Nur Amalia (220407560044)
32B
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Mujahidah,
S.Pd.I, M.Pd.I pada mata kuliah pengantar Pendidikan dengan judul makalah “Perkiraan Dan
Antisipasi Terhadap Masyarakat Masa Depan”.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami
tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ..............................................................................................................14
B. Saran .........................................................................................................................14
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan selalu bertumpu pada suatu wawasan kesejarahan, yakni pengalaman-
pengalaman masa lampau, kenyataan dan kebutuhan mendesak masa kini, dan aspirasi
serta harapan masa depan . Melalui pendidikan setiap masyarakat akan melestarikan nilai-
nilai luhur sosial-kebudayaannya yang telah terukir dengan indahnya dalm sejarah bangsa
tersebut . Serentak dengan itu, melalui pendidikan juga diharapkan dapat ditumbuhkan
kemampuan untuk menghadapi tuntutan objektif masa kini. Dan akhirnya, melalui
pendidikan akan ditetapkan langkah-langkah yang dipilih masa kini sebgai upaya
mewujudkan aspirasi harapan di masa depan.
Dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
telah ditetapkan antara lain “ Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang.” Penekanan pada bagian terakhir tersebutlah yang menyebabkan pendidikan
itu dilukiskan sebagai merumuskan masa depan. Oleh karena itu, di samping dimensi
horisotal, pendidikan haruslah memperhatikan dengan sungguh-sungguh dimensi vertikal,
terutama keterkaitan antara program pendidikan yang dilaksanakan sekarang ini dengan
kehidupan peserta didik di masa depan. Peserta didik yang sedang belajar di lembaga-
lembaga pendidikan, termasuk mahasiswa yang sedang membaca paparan ini, akan
menempati kedudukan serta memainkan peranan kelak pada awal abad ke-21 yang akan
datang. oleh karena itu, keterkaitan program pendidikan dengan Prognosis masyarakat
masa depan perlu mendapat perhatian dengan semestinya (Hameyer, 1979: 67-78; Sulo
Lipu La Sulo).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah masyarakat masa depan itu?
2. Bagaimana paparan tentang perkiraan masyarakat masa depan?
3. Bagaimana upaya pendidikan untuk mengantisipasi masyarakat masa depan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui beberapa kemungkinan keadaan masyarakat di masa depan
2. Untuk mengetahui paparan tentang perkiraan masyarakat masa depan
1
3. Untuk mengetahui berbagai upaya pendidikan untuk mengantisipasi masyarakat
masa depan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkiraan Masyarakat Masa Depan
Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu latar kemasyarakatan dan kebudayaan
tertentu. Demikian pula di Indonesia, pendidikan nasional dilaksanakan berdasarkan
latar kemasyarakatan dan kebudayaan Indonesia. Landasan sosio-kultural salah satu dasar
utama dalam menentukan arah kepada program-program pendidikan, baik program
pendidikan baik program sekolah maupun program pendidikan luar sekolah. Di dalam
penjelasan UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem pendidikan Nasional dinyatakan bahwa
“Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat penting
untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang
bersangkutan.”
John Naisbitt seperti di kutip Deliar Noer dan Iskandar Alisyahbana (1988:355)
menyebut perubahan masa depan dengan sepuluh arah, yaitu:
1. Peralihn dari masyarakat industri kepada masyarakat informasi
2. Pearalihan dari teknologi yang dipaksakan kepada teknologi tinggi dan sentuhan
tinggi
3. Peralihan dari ekonomi nasional menuju ekonomi dunia
4. Peralihan dari perencanaan jangka pendek menuju perencanaan jangka panjang
5. Dari sentralisasi menuju desentralisasi
6. Dari bantuan institusional menuju ke bantuan individual
7. Dari demokrasi perwakilan menuju ke demokrasi partisipatoris
8. Peralihan dari hierarki-hierarki menuju penjaringan (network)
9. Peralihan dari Utara menuju Selatan
10. Peralihan dari satu pilihan kepada pilihan majemuk.
Demi pemahaman dan dan karena adanya saling pengaruh antara pendidikan dan
latar sosio – kultural, maka perlu dikemukakan terlebih dahulu pengertian kebudayaan.
Dalam hal ini adalah kebudayaan dalam arti luas yakni “ keseluruhan gagasan dan karya
manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan
karyanya itu.”( koentjaraningrat, 1974: 19 ). Kebudayaan itu dapat :
3
1. Berwujud ideal yakni ide, gagasan, nilai – nilai, norma – norma, peraturan dan
sebagainya.
2. Berwujud kelakuan yakni kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Berwujud fisik yakni benda – benda hasil karya manusia. ( koentjaraningrat,
1974: 15-22 ).
4
iptek, ekonomi, lingkungan hidup, dan pendidikan. Beberapa kecendrungan
globalisasi dari keempat bidang tersebut sabagai berikut :
1) Bidang iptek yang mengalami perkembangan yang semakin di percepat, utama
nya dengan penggunaan berbagai teknologi canggih seperti computer dan setelit.
2) Bidang ekonomi yang mengarah ke ekonomi regional dan atau ekonomi glebal
tanpa mengenal batas batas Negara. Peristiwa ekonomi suatu tempat pada Negara
tertentu akan memberi dampak kepada hampir seluruh dunia. Globalisasi ekonomi
tersebut menyebabkan kenichi ohmac member judul “The borderless world”
(dunia tanpa tapal batas) pada buku nya (1990, dari Dedi supriadi, 1990: 60).
3) Bidang lingkungan hidup telah menjadi bahan pembicaraan dalam berbagai
pertemuan internasional, yang mencapai puncak nya pada konferensi tingkat
tinggi (KTT) bumi, atau nama resmi nya: konferesi PBB mengenai lingkungan
hidup dan pembangunan (UNCED), pada awal juni 1992 di Rio de Jeneiro Brasil.
Kerusakan lingkungan hidup di suatu tempat akan memberi dampak negative
keberbagai Negara di sekitar nya, bahkan mengancap keselamatan planet bumi
oleh karena itu di perlukan wawasan dan kebijakan yang tepat dalam bidang
pembangunan yang menjamin kelestarian dan keselamatan lingkungan hidup ,
atau pembangunan yang berwawasan lingkungan.
4) Bidang pendidikan dalam kaitan nya dengan identitas bangsa, termasuk budaya
nasional dan budaya budaya nusantara. Disamping terpaan tentang gagasan
gagasan dalam pendidikan, globalisasi terjadi pula secara langsung menerpa
setiap individu manusia melalui buku, radio, televisi, dan media lain nya. Hal itu
akan mempengaruhi wawasan, pikiran, dan bahkan mungkin tercipta suatu
“budaya dunia” (Refleksi, 1990: 3).
Nasbitt dan Patricia (1990 : 38-39, 244-245) merinci beberapa
konsekuensi logis adanya globalisasi di bidang pendidikan, diantaranya :
Pertama, globalisasi , sistem nilai dan filsafat merupakan posisi kunci dalam
garapan pendidikan nasional. Semua Negara menempatkan system dan etika sebagai
landasan utama dalam merancang kurikulum nasionalnya.
5
Kedua, globalisasi menuntut adanya angkatan kerja yang berkulifikasi dan
berpendidikan (skilled and educated employees). Dalam masyarakat informasi, lapangan
kerja terutama dialamatkan pada mereka yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang berlatar pendidikan yang memadai.
6
3) Pengembangan teknologi (technological development)
4) Penerapan teknologi.
1. Sumber pesan seperti harapan, gagasan, perasaan, atau perilaku yang diinginkan
oleh pengirim pesan.
2. Penyandian (encoding), yakni pengubahan /penerjemahan isi pesan ke dalam
bentuk yang serasi dengan alat pengiriman pesan.
3. Tranmisi (pengiriman) pesan.
4. Saluran.
5. Pembuka sandian (decoding), yakni penerjemahan kembali apa yang diterima
ke dalam isi pesan oleh penerima.
6. Reaksi internal penerima sesuai pemahaman pesan yang diterima.
7. Gangguan/hambatan (noise) yang dapat terjadi pada semua unsure dasar
lainnya.
7
d. Peningkatan Layanan Profesional
8
Profesionalisasi merupakan proses pemantapan profesi sehingga memperoleh
status yang melembaga sebagai professional.
1. Penetapan dan pemantapan layanan unik yang diberikan oleh suatu profesi sehingga
memperoleh pengakuan masyarakat dan pemerintah.
2. Penyepakatan antara kelompok profesi dan lembaga pendidikan pra jabatan tentang
standar kompetensi profesi minimal yang harus dimiliki oleh setiap calon profesi
tersebut.
3. Akreditas, yakni pengakuan resmi tentang kelayyakan suatu program pendidikan pra
jabatan yang di tugasi menghasilkan calon tenaga profesi yang bersangkutan.
4. Mekanisme sertifikat dan pemberian izin praktek
5. Baik secara perseorangan maupun secara kelompok, pemangku profesi bertanggung
jawab penuh terhadap segala aspek pelaksanaan tugasnya yakni kebebasan
mengambil keputusan secara professional.
6. Kelompok professional memiliki kode etik, yang berfungsi ganda ,yakni:
a. Perlindungan terhadap masyarakat agar memperoleh layanan yang bermutu.
b. Perlindungan dan pedoman peningkatan kualitas anggota.
9
Penggarapan pada lapis institusional berkaitan dengan aspek kelembagaan, seperti
kurikulum, struktur dan mekanisme pengelolaan, sarana prasarana, dan lain-lain.
Akhirnya pada lapis individual, penggarapan upaya pembaruan terkait pada semua
personal yang terlibat dalam pendidikan, utamanya guru dan siswa, meliputi baik
pengetahuan dan keterampilan maupun wawasan serta sikapnya. Keberhasilan antisipasi
terhadap masa depan pada akhirnya ditentukan oleh kualitas manusia yang dihasilkan
oleh pendidikan.
1. Tuntutan bagi Manusia Masa Depan (Manusia modern)
Tantangan yang akan dihadapi manusia masa depan, seperti: kemampuan
menyesuaikan diri dan memanfaatkan peluang globalisasi dalam berbagai bidang
wawasan dan pengetahuan yang memadai tentang iptek, kemampuan menyaring dan
memanfaatkan arus informasi yang semakin padat dan cepat, dan kemampuan bekerja
efisien sebagai cikal bakal kemampuan professional.
Salah satu ketentuan penting dalam perundang-undangan tersebut adalah
ketetapan pendidikan dasar sembilan tahun, yakni: 6 tahun di SD dan 3 tahun di
SMP.
2. Upaya Mengantisipasi Masa Depan
Dalam penjelasan UU RI No 2 Tahun 1989 dikemukakan sebagai berikut: “dalam
rangka pelaksanaan pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila di bidang
pendidikan, maka pendidikan nasional mengusahakan: pertama, pembentukan
manusia pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan
mandiri, dan kedua, pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa,
dan Negara Indonesia yang terwujud dalam ketahanan nasional yang tangguh…”
(UU,1992:24).
Gagasan dalam menyiapkan garapan pendidikan nasional, seperti yang disarankan
Deliar Noer dan Iskandar Ali Syahbana (1988:376-389):
1. Pendidikan bukan hanya berurusan dengan transmisi dan keterampilan, tetapi
juga berhubungan dengan nilai-nilai.
2. Negara kita adalah Negara kepulauan. Kita bertanggung jawab untuk
melindungi sumber alam tersebut serta memanfaatkannya sebaik-baiknya
untuk kemaslahatan bangsa.
10
3. Di masa depan mungkin sekali ada perubahan dan fluktuasi yang berarti
dalam penyebaran penduduk. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan system
pendidikan yang cukup luwes yang mampu secara cepat menyesuaikan diri
dengan perubahan tersebut.
4. Di masa depan perlu member peranan yang seluas-luasnya kepada kaum
wanita untuk mendapat kesempatan dalam pendidikan.
5. Tuntutan belajar seumur hidup (life long education) tampaknya harus
mendapat perhatian yang lebih memadai di masa mendatang.
6. Pentingnya media elektronik dalam penyebarluasan pendidikan.
7. Publikasi dan penelitian serta pengembangan sertapengembangan pendidikan.
Kajian tentang upaya mengantisipasi masa depan melalui pendidikan akan
diarahkan pada :
a. Perubahan Nilai dan Sikap
Nilai merupakan norma, acuan yang seharusnya, dan atau kaidah yang
akan menjadi rujukan perilaku. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari
berbagai hal, seprti agama, hukum, adat istiadat, moral dan sebagainya baik
yang tertulis maupun yang tidak.
Salah satu pengaruh nilai-nilai tersebut dalam sikap (attitude) seseorang.
Kalau nilai masih bersifat “umum”, maka sikap selalu terkait dengan objek
tertentu dan disertai dengan kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan
sikpap terhadap objek tersebut (dapat positif ataupun negatif). Dalam sikap
dapat dibedakan menjadi 3 aspek, yakni :
1. Aspek kognitif
2. Aspek afektif
3. Aspek konatif
11
b. Pengemabangan Kebudayaan
Salah satu upaya penting dalam mengantisipasi masa depan adalah upaya
yang berkaitan dengan pengembangan kebudayaan dalam arti luas, termasuk
hal-hal yang berkaitan dengan sarana kehidupan manusia.
Saling pengaruh dalam pengembangan kebudayaan di dunia ini adalah
merupakan hal yang lumrah. Dalam sejarah tercatat bagaimana puncak
kebudayaan pada suatu wilayah tertentu akan mempengaruhi kebudayaan lain
di dunia ini.
c. Pengembangan Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi masa
depan, karena pendidikan selalu diorientasikan pada penyiapan peserta didik
untuk berperan di masa yang akan datang.
Menjelang pelaksanaan PJP II , sektor pendidikan telah meletakkan kerangka
dasar pengembangannya melalui seperangkat perundang-undangan (UU RI
No 2 Tahun 1989 beserta peraturan pelaksanaannya). Dengan penetapan
kerangaka dasar tersebut maka pendidikan mempunyai suatu acuan dalam
penyesuaian dengan keadaan yang selalu berubah, utamanya perkembangan
masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia di masa yang akan datang (UU
1992:27).
Santoso S. Hamijoyo (1990: 33) mengemukakan 5 strategi dasar dalam era
globalisasi tersebut, yakni:
1. Pendidikan untuk Pengembangan Iptek, dipilih terutama dalam bidang-
bidang yang vital.
2. Pendidikan untuk pengembangan keterampilan manajemen, termasuk
bahasa-bahasa asing yang relevan utuk hubungan perdagangan dan politik.
3. Pendidikan untuk pengelolaaan kependudukan, lingkungan, keluarga
berencana, dan kesehatan.
4. Pendidikan untuk pengembangan sistem nilai, termasuk filsafat, agama,
dan ideologi.
12
5. Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kerja kependidikan dan
kepelatihan, termasuk pengelola system pendidikan formal dan non
formal.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan akan menyiapkan peserta didik masyarakat di masa depan. Oleh karena
itu karna keputusan dan tindakan dalam bidang pendidikan seharusnya berorientasi ke
masyarakat masa depan tersebut.
Ciri masyarakat masa depan itu antara lain adalah:
1. Globalisasi, utama nya dalam iptek, ekonomi, lingkungan hidup, pendidikan, dan
sebagai nya.
2. Perkebangan iptek yang makin cepat.
3. Arus komunikasi yang semakin padat dan cepat , yang mengubah masyarakat
menjadi masyarakat informasi.
4. Peningkatan layanan propesional dalam berbagai segi kehidupan manusia. Usus yang
terakhir tersebut, perlu lebih di mantap kan propesionalisasi tenaga pendidikan.
Berdasarkan perkiraan masyarakat di masa depan tersebut, pendidikan telah atau sedang
mengambil langkah langkah mengantisipasinya, baik pada lapis system maupun
institusional dan individual. Dengan demikian, pendidikan diharapkan mampu
menghasilkan manusia yang dapat menyesuaikan diri serta mampu mengembangkan
masyarakat masa depan nya itu. Secara khusus dapat di kemukakan beberapa upaya
antisipasi masa depan itu antara lain: perubahan nilai dan sikap, pengembangan
kebudayaan, dan pengembangan sarana pendidikan.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kekhilafan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
14
DAFTAR PUSTAKA
15