Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATA KULIAH

PENGANTAR PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU : MERIYANTI, M.Pd.

PERKIRAAN DAN ANTISPASI


MASYARAKAT MASA DEPAN
disusun oleh :
Ayu Wandira
Kelas : F3

INSTITUT AGAMA ISLAM


SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN
SAMBAS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

2022
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
perkenan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas Pengantar Pendidikan, tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam makalah ini, akan dibahas tentang Perkiraan dan Antisipasi Terhadap
Masyarakat Masa Depan. Kami berharap makalah ini dapat memberikan pengetahuan
yang nantinya insya Allah akan bermanfaat untuk kita.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Kalimantan, 29 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1


1.2. Tujuan Penulisan 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Perkiraan Masyarakat Masa Depan 2

2.2. Upaya Pendidikan dalam Mengantisipasi Masa Depan 7

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan selalu bertumpu pada suatu wawasan kesejarahan, yakni pengalaman-
pengalaman masa lampau, kenyataan dan kebutuhan mendesak masa kini, dan aspirasi serta
harapan masa depan . Melalui pendidikan setiap masyarakat akan melestarikan nilai-nilai
luhur sosial-kebudayaannya yang telah terukir dengan indahnya dalm sejarah bangsa
tersebut . Serentak dengan itu, melalui pendidikan juga diharapkan dapat ditumbuhkan
kemampuan untuk menghadapi tuntutan objektif masa kini. Dan akhirnya, melalui
pendidikan akan ditetapkan langkah-langkah yang dipilih masa kini sebgai upaya
mewujudkan aspirasi harapan di masa depan.
Dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 telah
ditetapkan antara lain “ Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan
datang.” Penekanan pada bagian terakhir tersebutlah yang menyebabkan pendidikan itu
dilukiskan sebagai merumuskan masa depan. Oleh karena itu, di samping dimensi horisotal,
pendidikan haruslah memperhatikan dengan sungguh-sungguh dimensi vertikal, terutama
keterkaitan antara program pendidikan yang dilaksanakan sekarang ini dengan kehidupan
peserta didik di masa depan. Peserta didik yang sedang belajar di lembaga-lembaga
pendidikan, termasuk mahasiswa yang sedang membaca paparan ini, akan menempati
kedudukan serta memainkan peranan kelak pada awal abad ke-21 yang akan datang. oleh
karena itu, keterkaitan program pendidikan dengan Prognosis masyarakat masa depan perlu
mendapat perhatian dengan semestinya (Hameyer, 1979: 67-78; Sulo Lipu La Sulo).

1.1. Tujuan
1. Memahami beberapa kemungkinan keadaan masyarakat di masa depan, serta peranan
faktor-faktor globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
2. Memahami berbagai upaya pendidikan untuk mengantisipasi masa depan, baik yang
berkenaan dengan penyiapan manusia maupun yang berkenaan dengan perubahan
sosiokultural, serta pengembangan sarana pendidikan untuk mendukung upaya-upaya
yang sedang atau yang akan dilaksanakan.

iii
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perkiraan Masyarakat Masa Depan
Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu latar kemasyarakatan dan kebudayaan
tertentu. Demikian pula di Indonesia, pendidikan nasional dilaksanakan berdasarkan latar
kemasyarakatan dan kebudayaan Indonesia. Landasan sosio-kultural salah satu dasar utama
dalam menentukan arah kepada program-program pendidikan, baik program pendidikan baik
program sekolah maupun program pendidikan luar sekolah. Di dalam penjelasan UU No. 2
Tahun 1989 tentang Sistem pendidikan Nasional dinyatakan bahwa “Dalam kehidupan suatu
bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan
dan kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan.”
John Naisbitt seperti di kutip Deliar Noer dan Iskandar Alisyahbana (1988:355)
menyebut perubahan masa depan dengan sepuluh arah, yaitu:
1. Peralihn dari masyarakat industri kepada masyarakat informasi
2. Pearalihan dari teknologi yang dipaksakan kepada teknologi tinggi dan sentuhan
tinggi
3. Peralihan dari ekonomi nasional menuju ekonomi dunia
4. Peralihan dari perencanaan jangka pendek menuju perencanaan jangka panjang
5. Dari sentralisasi menuju desentralisasi
6. Dari bantuan institusional menuju ke bantuan individual
7. Dari demokrasi perwakilan menuju ke demokrasi partisipatoris
8. Peralihan dari hierarki-hierarki menuju penjaringan (network)
9. Peralihan dari Utara menuju Selatan
10. Peralihan dari satu pilihan kepada pilihan majemuk.

Perkembangan masyarakat beserta kebudayaanya sekarang ini makin mengalami


percepatan serta meliputi seluruh aspek kehidupan dan penghidupan manusia. Perubahan
yang cepat tersebut mempunyai beberapa karakteristik umum yang dapat dijadikan petunjuk
sebagai ciri masyarakat di masa depan. Diantaranya:
1. Kecenderungan Globasasi
Istilah globalisasi (asal kata: global yang berarti secara umumnya, utuhnya,
kebulatannya) bermakna bumi sebagai satu keutuhan seakan akan tanpa tapal batas
administrasi Negara, dunia menjadi amat transparan, serta saling ketergantungan antarbangsa

iv
di dunia semakin besar; dengan kata lain: menjadikan dunia sebagai satu keutuhan , satu
keutuhan.
Menurut Emil Salim(1990; 8-9) terhadap empat bidang kehutanan gelombang
globalisasi yang paling kuat dan menonjol daya dobraknya, yakni bidang bidang iptek,
ekonomi, lingkungan hidup, dan pendidikan. Beberapa kecendrungan globalisasi dari
keempat bidang tersebut sabagai berikut :
a. Bidang iptek yang mengalami perkembangan yang semakin di percepat, utama nya
dengan penggunaan berbagai teknologi canggih seperti computer dan setelit.
b. Bidang ekonomi yang mengarah ke ekonomi regional dan atau ekonomi glebal tanpa
mengenal batas batas Negara. Peristiwa ekonomi suatu tempat pada Negara tertentu akan
memberi dampak kepada hampir seluruh dunia. Globalisasi ekonomi tersebut
menyebabkan kenichi ohmac member judul “The borderless world” (dunia tanpa tapal
batas) pada buku nya (1990, dari Dedi supriadi, 1990: 60).
c. Bidang lingkungan hidup telah menjadi bahan pembicaraan dalam berbagai pertemuan
internasional, yang mencapai puncak nya pada konferensi tingkat tinggi (KTT) bumi,
atau nama resmi nya: konferesi PBB mengenai lingkungan hidup dan pembangunan
(UNCED), pada awal juni 1992 di Rio de Jeneiro Brasil. Kerusakan lingkungan hidup di
suatu tempat akan memberi dampak negative keberbagai Negara di sekitar nya, bahkan
mengancap keselamatan planet bumi oleh karena itu di perlukan wawasan dan kebijakan
yang tepat dalam bidang pembangunan yang menjamin kelestarian dan keselamatan
lingkungan hidup , atau pembangunan yang berwawasan lingkungan.
d. Bidang pendidikan dalam kaitan nya dengan identitas bangsa, termasuk budaya nasional
dan budaya budaya nusantara. Disamping terpaan tentang gagasan gagasan dalam
pendidikan, globalisasi terjadi pula secara langsung menerpa setiap individu manusia
melalui buku, radio, televisi, dan media lain nya. Hal itu akan mempengaruhi wawasan,
pikiran, dan bahkan mungkin tercipta suatu “budaya dunia” (Refleksi, 1990: 3).
Nasbitt dan Patricia (1990 : 38-39, 244-245) merinci beberapa konsekuensi logis adanya
globalisasi di bidang pendidikan, diantaranya :

Pertama, globalisasi , sistem nilai dan filsafat merupakan posisi kunci dalam garapan
pendidikan nasional. Semua Negara menempatkan system dan etika sebagai landasan
utama dalam merancang kurikulum nasionalnya.

Kedua, globalisasi menuntut adanya angkatan kerja yang berkulifikasi dan


berpendidikan (skilled and educated employees). Dalam masyarakat informasi, lapangan

v
kerja terutama dialamatkan pada mereka yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang berlatar pendidikan yang memadai.

Ketiga, kerja sama pendidikan mutlak diperlukan. Kerja sama internasional di bidang
pendidikan adalah sisi lain daripada konsekuensi globalisasi.

2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Perkembangan iptek yang makin cepat dalam era globalisasi merupakan salah satu ciri
utama dari masyarakat masa depan. Perkembangan iptek pada akhir abad ke-20 ini sangat
mengesankan, utamanya dalam bidang-bidang transportasi, telekomunikasi dan informatika,
genetika,biologi molekul serta bioteknologi, dan sebagainya. Globalisasi perkembangan iptek
tersebut dapat berdampak positif maupun negative, tergantung pada kesiapan bangsa beserta
kondisi social-budayanya untuk menerima limpahan informasi/ teknologi itu. Segi positifnya
antara lain memudahkan untuk mengikuti perkembangan iptek yang terjadi di dunia,
menguasai dan menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Sedangkan segi
negative akan timbul apabila kondisi social-budaya belum siap menerima limpahan itu.
(Pratiwi Sudarsono, 1990 : 14-15)
Percepatan perkembagan iptek tersebut berkaitan dengan landasan ontologism,
epistemologis, dan aksiologis (Filsafat Ilmu, 1981 : 9-15). Segi landasan ontologis, objek
telaahan ialah berupa pengalaman atau segenap ujud yang dijangkau lewat alat indra telah
mengalami perkembangan yang pesat karena didapatkannya peranti (device) yang membantu
alat indra tersebut.
Dari segi epistemologis, cara yang dipakai untuk memperoleh ilmu pengetahuan
tersebut telah mengalami perkembangan yang pesat.

Landasan aksiologis, yang mempersoalkan tentang penggunaan iptek tersebut secara


moral tertuju pada kemaslahatan manusia. Terdapat serangkaian kegiatan pengembangan dan
pemanfaatan iptek, yaitu:

1) Penelitian dasar (basic research)


2) Penelitian terapan (applied research)
3) Pengembangan teknologi (technological development)
4) Penerapan teknologi.

vi
3. Perkembangan Arus Komunikasi yang Semakin Padat dan Cepat
Salah satu perkembangan iptek yang luar biasa adalah yang berkaitan dengan
informasi dan komunikasi, utamanya satelit komunikasi. Pada umumnya, bentuk komunikasi
langsung (verbal ataupun non verbal) dikenal sebagai komunikasi antar pribadi (interpersonal
comunication), baik komunikasi antar dua orang (dyadic communication), maupun
komunikasi dalam kelompok kecil (small group communication) dengan cirri pokok adanya
dialog diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Sedangkan bentuk komunikasi yang
bercirikan monolog adalah komunikasi public, yang dibedakan atas komunikasi pembicara-
pendengar (speaker-audience communication) dan sebagainya yang menyangkut penerima
yang sangat luas (Komunikasi Pendidikan,1982/1983:12-14).
Proses komunikasi meliputi beberapa unsur dasar, yakni:
1. Sumber pesan seperti harapan, gagasan, perasaan, atau perilaku yang diinginkan
oleh pengirim pesan.
2. Penyandian (encoding), yakni pengubahan /penerjemahan isi pesan ke dalam
bentuk yang serasi dengan alat pengiriman pesan.
3. Tranmisi (pengiriman) pesan.
4. Saluran.
5. Pembuka sandian (decoding), yakni penerjemahan kembali apa yang diterima ke
dalam isi pesan oleh penerima.
6. Reaksi internal penerima sesuai pemahaman pesan yang diterima.
7. Gangguan/hambatan (noise) yang dapat terjadi pada semua unsure dasar lainnya.

Sumber pesan mencakup aspek kehidupan manusia yakni keseluruhan unsure-unsur


kebudayaan, mulai dari sistem dan upacara keagamaan, bahkan terutamasistem teknologi
dan peralatan (Koentjaraningrat,1974:12).

4. Peningkatan Layanan Profesional

Salah satu ciri penting masyarakat masa depan adalah meningkatnya kebutuhan
layanan professional dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Karena perkembangan iptek
yang makin cepat serta perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat, maka
anggota masyarakat masa depan semakin luas wawasan dan pengetahuannya serta daya kritis
yang semakin tinggi.

vii
Profesi adalah suatu lapangan pekerjaan dengan persyaratan tertentu, “suatu vokasi
khusus yang mempunyai ciri-ciri : expertise (keahlian), responsibility (tanggung jawab),
corporateness (kesejawatan)” (huntingtun,1964,dari Nugroho Notosusanto, 1984:16).

Menurut Robert W. Richey dan D. Westby-Gipson ciri-ciri profesi yaitu:

1. Lebih mengutamakan pelayanan kemanusiaan yang ideal, dan layanan itu


memperoleh pengakuan masyarakat.
2. Terdapat sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan dari sejumlah teknik
dan prosedur yang unik serta diperlukan waktu yang relative panjang untuk
mempelajarinya sebagai periode persiapan yang sengaja dan sistematis agar
mampu melaksakan layanan itu.
3. Terdapat suatu mekanisme saringan berdasarkan kualifikasi tertentu sehingga
hanya yang kompeten yang diperbolehkan melaksanakan layanan profesi itu.
4. Terdapat suatu kode etik profesi yang mengatur keanggotaan, serta tingkah laku,
sikap dan cara kerja dari anggotannya.
5. Terdapat organisasi profesi yang mengatur yang akan berfungsi
menjaga/meningkatkan layanan profesi, dan melindungi kepentingan serta
kesejahteraan anggotanya.
6. Pemangku profesi memandang profesinya sebagai suatu karier hidup dan menjadi
seorang anggota yang relative permanen, serta mempunyai kemandirian dalam
melaksanakan profesinya dan untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya.

Profesionalisasi merupakan proses pemantapan profesi sehingga memperoleh status


yang melembaga sebagai professional.

Mc Cully, mengemukakan 6 tahap dalam proses profesionalisasi, yakni:

1. Penetapan dan pemantapan layanan unik yang diberikan oleh suatu profesi
sehingga memperoleh pengakuan masyarakat dan pemerintah.
2. Penyepakatan antara kelompok profesi dan lembaga pendidikan pra jabatan
tentang standar kompetensi profesi minimal yang harus dimiliki oleh setiap calon
profesi tersebut.
3. Akreditas, yakni pengakuan resmi tentang kelayyakan suatu program pendidikan
pra jabatan yang di tugasi menghasilkan calon tenaga profesi yang bersangkutan.
4. Mekanisme sertifikat dan pemberian izin praktek

viii
5. Baik secara perseorangan maupun secara kelompok, pemangku profesi
bertanggung jawab penuh terhadap segala aspek pelaksanaan tugasnya yakni
kebebasan mengambil keputusan secara professional.
6. Kelompok professional memiliki kode etik, yang berfungsi ganda ,yakni:
a. Perlindungan terhadap masyarakat agar memperoleh layanan yang bermutu.
b. Perlindungan dan pedoman peningkatan kualitas anggota.
2.1. Upaya Pendidikan dalam Mengantisipasi Masa Depan
Masyarakat masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan iptek, dan
kesempatan menerima arus informasi yang padat dan cepat, dan sebagainya, tentulah
memerlukan warga yang mau dan mampu menghadapi tersebut.
Pengembangan pendidikan yang dalam masyarakat yang sedang berubah
dengan cepat haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan sistematis
dan sistematik. Penggarapan pembaruan pendidikan tersebut harus menyeluruh mulai
pada lapis system / nasional, lapis institusional, samapai pada lapis individual. Pada
lapis system secara nasional telah ditetapkan serangkaian kebijakan yang dituangkan
ke dalam sejumlah perundang-undangan, utamanya UU-RI No. 2 tahun1989 tentang
Sisdiknas beserta serangkaian perturan pelaksanaannya.
Penggarapan pada lapis institusional berkaitan dengan aspek kelembagaan,
seperti kurikulum, struktur dan mekanisme pengelolaan, sarana prasarana, dan lain-
lain. Akhirnya pada lapis individual, penggarapan upaya pembaruan terkait pada
semua personal yang terlibat dalam pendidikan, utamanya guru dan siswa, meliputi
baik pengetahuan dan keterampilan maupun wawasan serta sikapnya. Keberhasilan
antisipasi terhadap masa depan pada akhirnya ditentukan oleh kualitas manusia yang
dihasilkan oleh pendidikan.
1. Tuntutan bagi Manusia Masa Depan (Manusia modern)
Tantangan yang akan dihadapi manusia masa depan, seperti: kemampuan
menyesuaikan diri dan memanfaatkan peluang globalisasi dalam berbagai bidang
wawasan dan pengetahuan yang memadai tentang iptek, kemampuan menyaring dan
memanfaatkan arus informasi yang semakin padat dan cepat, dan kemampuan bekerja
efisien sebagai cikal bakal kemampuan professional.
Salah satu ketentuan penting dalam perundang-undangan tersebut adalah
ketetapan pendidikan dasar sembilan tahun, yakni: 6 tahun di SD dan 3 tahun di
SMP.

ix
2. Upaya Mengantisipasi Masa Depan
Dalam penjelasan UU RI No 2 Tahun 1989 dikemukakan sebagai berikut:
“dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila di
bidang pendidikan, maka pendidikan nasional mengusahakan: pertama, pembentukan
manusia pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan
mandiri, dan kedua, pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa,
dan Negara Indonesia yang terwujud dalam ketahanan nasional yang tangguh…”
(UU,1992:24).
Gagasan dalam menyiapkan garapan pendidikan nasional, seperti yang
disarankan Deliar Noer dan Iskandar Ali Syahbana (1988:376-389):
1. Pendidikan bukan hanya berurusan dengan transmisi dan keterampilan,
tetapi juga berhubungan dengan nilai-nilai.
2. Negara kita adalah Negara kepulauan. Kita bertanggung jawab untuk
melindungi sumber alam tersebut serta memanfaatkannya sebaik-baiknya
untuk kemaslahatan bangsa.
3. Di masa depan mungkin sekali ada perubahan dan fluktuasi yang berarti
dalam penyebaran penduduk. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan system
pendidikan yang cukup luwes yang mampu secara cepat menyesuaikan diri
dengan perubahan tersebut.
4. Di masa depan perlu member peranan yang seluas-luasnya kepada kaum
wanita untuk mendapat kesempatan dalam pendidikan.
5. Tuntutan belajar seumur hidup (life long education) tampaknya harus
mendapat perhatian yang lebih memadai di masa mendatang.
6. Pentingnya media elektronik dalam penyebarluasan pendidikan.
7. Publikasi dan penelitian serta pengembangan sertapengembangan
pendidikan.
Kajian tentang upaya mengantisipasi masa depan melalui pendidikan akan
diarahkan pada :
a. Perubahan Nilai dan Sikap
Nilai merupakan norma, acuan yang seharusnya, dan atau kaidah yang
akan menjadi rujukan perilaku. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari
berbagai hal, seprti agama, hukum, adat istiadat, moral dan sebagainya
baik yang tertulis maupun yang tidak.

x
Salah satu pengaruh nilai-nilai tersebut dalam sikap (attitude)
seseorang. Kalau nilai masih bersifat “umum”, maka sikap selalu terkait
dengan objek tertentu dan disertai dengan kecendrungan untuk bertindak
sesuai dengan sikpap terhadap objek tersebut (dapat positif ataupun
negatif). Dalam sikap dapat dibedakan menjadi 3 aspek, yakni :
1. Aspek kognitif
2. Aspek afektif
3. Aspek konatif

Pembentukan/pengubahan nilai dan sikap dalam diri seseorang dapat


dilakukan dengan berbagai cara, seperti pembiasaan , internalisasi nilai
melalui ganjaran-hukuman, keteladanan (modeling), teknik klarifikasi nilai
dan sebagainya.

b. Pengemabangan Kebudayaan
Salah satu upaya penting dalam mengantisipasi masa depan adalah
upaya yang berkaitan dengan pengembangan kebudayaan dalam arti luas,
termasuk hal-hal yang berkaitan dengan sarana kehidupan manusia.
Saling pengaruh dalam pengembangan kebudayaan di dunia ini adalah
merupakan hal yang lumrah. Dalam sejarah tercatat bagaimana puncak
kebudayaan pada suatu wilayah tertentu akan mempengaruhi kebudayaan
lain di dunia ini.
c. Pengembangan Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi
masa depan, karena pendidikan selalu diorientasikan pada penyiapan
peserta didik untuk berperan di masa yang akan datang.
Menjelang pelaksanaan PJP II , sektor pendidikan telah meletakkan
kerangka dasar pengembangannya melalui seperangkat perundang-
undangan (UU RI No 2 Tahun 1989 beserta peraturan pelaksanaannya).
Dengan penetapan kerangaka dasar tersebut maka pendidikan mempunyai
suatu acuan dalam penyesuaian dengan keadaan yang selalu berubah,
utamanya perkembangan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia di
masa yang akan datang (UU 1992:27).
Santoso S. Hamijoyo (1990: 33) mengemukakan 5 strategi dasar dalam era
globalisasi tersebut, yakni:

xi
1. Pendidikan untuk Pengembangan Iptek, dipilih terutama dalam bidang-
bidang yang vital.
2. Pendidikan untuk pengembangan keterampilan manajemen, termasuk
bahasa-bahasa asing yang relevan utuk hubungan perdagangan dan politik.
3. Pendidikan untuk pengelolaaan kependudukan, lingkungan, keluarga
berencana, dan kesehatan.
4. Pendidikan untuk pengembangan sistem nilai, termasuk filsafat, agama, dan
ideologi.
5. Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kerja kependidikan dan
kepelatihan, termasuk pengelola system pendidikan formal dan non formal.

xii
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pendidikan akan menyiapkan peserta didik masyarakat di masa depan. Oleh karena itu
karna keputusan dan tindakan dalam bidang pendidikan seharusnya berorientasi ke
masyarakat masa depan tersebut.
Ciri masyarakat masa depan itu antara lain adalah:
1. Globalisasi, utama nya dalam iptek, ekonomi, lingkungan hidup, pendidikan, dan
sebagai nya.
2. Perkebangan iptek yang makin cepat.
3. Arus komunikasi yang semakin padat dan cepat , yang mengubah masyarakat
menjadi masyarakat informasi.
4. Peningkatan layanan propesional dalam berbagai segi kehidupan manusia. Usus
yang terakhir tersebut, perlu lebih di mantap kan propesionalisasi tenaga
pendidikan.
Berdasarkan perkiraan masyarakat di masa depan tersebut, pendidikan telah atau sedang
mengambil langkah langkah mengantisipasinya, baik pada lapis system maupun
institusional dan individual. Dengan demikian, pendidikan diharapkan mampu
menghasilkan manusia yang dapat menyesuaikan diri serta mampu
mengembangkan masyarakat masa depan nya itu. Secara khusus dapat di
kemukakan beberapa upaya antisipasi masa depan itu antara lain: perubahan nilai
dan sikap, pengembangan kebudayaan, dan pengembangan sarana pendidikan.

xiii
DAFTAR PUSTAKA
1. Dinn, Wahyudin dkk. 2007. Pengantar Pendidikan. Jakarta.
2. Tirtahardja, Umar. 2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta. PT RINEKA.
3. Redja Mudyahardjo. 2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Radjagrafindo
Persada

xiv

Anda mungkin juga menyukai