Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


UUD 1945 mengamanatkan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa serta
agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pengajaran nasional yang diatur oleh Undang-Undang. Dari perwujudan
amanat tersebut maka diberlakukannya Undang Undang no 20 tahun 2003,
bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pedidikan, peningkatan serta revelansi dan efisiensi manajemen
pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional, global sehingga perlu dilakukan pembaharuan
pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

Oleh maka dari itu pengelolan pendidikan harus berorientasi kepada


bagaimana menciptakan perubahan yang lebih baik dalam menghadapi
Pendidikan Nasional masa depan. Salah satunya adalah dengan menerapkan
kurikulum 2013 yang disusun dengan pemikiran tantangan masa depan yaitu
abad ke 21 yang ditandai dengan abad ilmu pengetahuan.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah memahami Pendidikan


Nasional masa depan,serat peranan faktor faktor globalisasi dan mengetahui
tantangan dan permasalahan dalam penerapan kurikulum 2013.

1.2 RUMUSAN MASALAH


A. Bagaimana pendidikan masa depan ?
B. Bagaimana tantangan dan permasalahan dalam penerapan kurikulum 2013?

1.3 TUJUAN MASALAH


A. Untuk mengetahui pendidikan masa depan.
B.Untuk mengetahui tantangan dan permasalahan dalam penerapan kurikulum
2013.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENDIDIKAN MASA DEPAN


1. Pengertian Pendidikan Masa Depan
Menurut Undang undang no 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 2 yang dimaksud
pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan
Undang Undang Dasar negara Republik indonesia tahun 1945 yang berakar
pada nilai- nilai agama, kebudayaan nasional indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman. Karena di setiap zaman atau masa, masyarakat
akan mulai dinamis dan mulai menerima budaya dan pengaruh dari negara
lain atau pengaruh eksternal.

Pendidikan dalam arti luas adalah proses yang berkaitan dengan upaya
untuk mengembangkan pada diri seseorang tiga aspek dalam kehidupannya,
yakni, pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup. Upaya untuk
mengembangkan ketiga aspek tersebut bisa dilaksanakan di sekolah, luar
sekolah dan keluarga. Kegiatan di sekolah direncanakan dan dilaksanakan
secara ketat dengan prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan di luar
sekolah, meski memiliki rencana dan program yang jelas tetapi
pelaksanaannya relatif longgar dengan berbagai pedoman yang relatif fleksibel
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Pelaksanaan pendidikan
dalam keluarga dilaksanakan secara informal tanpa tujuan yang dirumuskan
secara baku dan Tertulis.

Dengan mendasarkan pada konsep pendidikan tersebut di atas, maka


sesungguhnya pendidikan merupakan pembudayaan atau "enculturation",
suatu proses untuk mentasbihkan seseorang mampu hidup dalam suatu budaya
tertentu. Konsekuensi dari pernyataan ini, maka praktek pendidikan harus
sesuai dengan budaya masyarakat akan menimbulkan penyimpangan yang
dapat muncul dalam berbagai bentuk goncangan-goncangan kehidupan
individu dan masyarakat.
Di Indonesia pendidikan nasional dilaksanakan berdasarkan latar
kemasyarakatan dan kebudayaan Indonesia. Dewasa ini perkembangan
kebudayaan sangat cepat serta meliputi seluruh aspek kehidupan. Percepatan
itu terjadi karena pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Perubahan yang cepat itu mempunyai beberapa karakteristik umum yang


dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan. Perubahan
tersebut antara lain
(1). Adanya Kecendrungan globalisasi,
(2). Perkembangan IPTEK yang semakin cepat,
(3). Perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat,
(4). Tuntutan pelayanan yang lebih profesional dalam segala kehidupan
manusia.

Menurut Prof Dr Yahya Muhaimin, sedikitnya ada tiga hal yang


merupakan tantangan bagi pendidikan Indonesia di masa depan. Pertama, arus
globalisasi yang berlangsung sejak awal tahun 1990an dan hingga kini masih
terasa pengaruhnya. Kedua, sistem pendidikan yang masih mencari
kemantapan dan kestabilan. Ketiga, nilai-nilai budaya masyarakat indonesia
yang belum bisa mendudukan proses pembaharuan, seperti : ”jalan pintas”,
tidak disiplin, egosentris, patrimonialisme.

Perkembangan pendidikan secara nasional di era reformasi, yang sering


disebut-sebut oleh para pakar pendidikan maupun oleh para birokrasi di
bidang pendidikan sebagai sebuah harapan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di negeri ini dengan berbagai strategi inovasi, ternyata sampai saat
ini masih berwujud impian. Bahkan hampir bisa dikatakan bahwa yang kita
peroleh saat ini bukanlah kemajuan, melainkan “sebuah kemunduran yang tak
pernah terjadi selama bangsa ini berdiri”.
Kalimat tersebut mungkin sangat radikal untuk diungkapkan, tapi inilah
kenyataan yang terjadi di lapangan, sebagai sebuah ungkapan dari seorang
guru yang mengkhawatirkan perkembangan pendidikan dewasa ini.

Tidak dapat dipungkiri, berbagai strategi dalam perubahan kurikulum, mulai


dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sampai pada penyempurnaannya
melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), merupakan sebuah
inovasi kurikulum pendidikan yang sangat luar biasa, bahkan sangat berkaitan
dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yakni yang menyatakan bahwa pengelolaan satuan pendidikan usia
dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, dilaksanakan berdasarkan
standar pelayanan minimal dengan prinsip MBS.

Dalam penerapan KTSP, pelaksanaan inovasi kurikulum adalah sebuah


keniscayaan. Inovasi secara sosiologis adalah menciptakan sesuatu yang baru
untuk menjawab tantangan yang muncul. Ini dikenal dengan istilah discovery.
Ada yang benar-benar baru sebagai ujicoba, seperti memanfaatkan HP sebagai
media belajar umapamanya, yang hingga kini belum ada yang mencobanya,
ini bisa disebut sebagai invation.

Tantangan Pendidikan Masa depan


Membangun sektor pendidikan tidak akan pernah selesai dan tuntas. Karena
jika suatu bangsa selesai menangani satu masalah pendidikan, akan tumbuh
lagi masalah lain yang baru dalam peradaban itu. Hal ini terjadi karena
tuntutan jaman selalu berubah, sebagaimana juga pernah digambarkan oleh
John F Kennedy dalam sebuah metafora. Change is a way of life. Those who
look only to the past or present will miss the future.

Proses pendidikan tidak hanya sekadar mempersiapkan anak didik untuk


mampu hidup dalam masyarakat kini, tetapi mereka juga harus disiapkan
untuk hidup di masyarakat yang akan datang yang semakin lama semakin sulit
diprediksi karakteristiknya.
Kesulitan memprediksi karakteristik masyarakat yang akan datang
disebabkan oleh kenyataan bahwa di era global ini perkembangan masyarakat
tidak linier lagi. Perkembangan masyarakat penuh dengan diskontinuitas. Oleh
karena itu, keberhasilan kita di masa lalu belum tentu memiliki validitas untuk
menangani dan menyelesaikan persoalan pendidikan masa kini dan masa yang
akan datang.

Lebih lanjut Prof Dr Yahya Muhaimin menjelaskan Ada beberapa


tantangan yang terbentang di hadapan kita dalam melangkah ke depan, yakni
tantangan internal dan eksternal. Tantangan tersebut harus di antisipasi oleh
lembaga dalam hal ini adalah sekolah. Pertama, pada era globalisasi, era abad
ke-21, di samping dunia mengalami perkembangan teknologi yang dahsyat,
termasuk teknologi informasi, dunia juga mengalami keterbukaan yang amat
sangat, sehingga umat manusia mengalami mobilitas yang bukan main
cepatnya. Karena itu kita juga mengalami perubahan masyarakat yang tidak
putus-putusnya, yang menyebabkan umat juga mengalami ketidakseimbangan.
Konstagnasi ini bisa dilihat dari buah pikiran para pemikir dunia, seperti John
Naisbitt, Samuel Huntington, Kenichi Ohmae, Francis Fukuyama, dan lain-
lain. Pada dimensi yang lain, globalisasi akan memudahkan masuknya nilai-
nilai baru. Begitu deras nilai-nilai baru itu membanjiri masyarakat sehingga
amat sering tidak lagi dapat di kontrol secara memadai. Akhirnya anggota
masyarakat menjadi mengalami kebingungan dan ketidak-seimbangan hidup,
bahkan shizophrenia. Dalam kondisi seperti itulah maka tidak pernah akan
mudah orang memiliki daya kreatifitas dan kompetitif.
Kedua, guna menciptakan dan memelihara anggota masyarakat menjadi
”kuat” maka lembaga dan sistem pendidikan harus menopangnya. Yakni agar
lembaga dan sistem pendidikan kita benar-benar berfungsi secara optimal.
Sistem ini pada satu segi menyediakan sarana dan prasarana yang memadai,
dan pada segi lain juga membina serta memelihara para guru menjadi kuat,
menjadi memiliki kompetensi yang memadai antara dengan menjaga harga
diri dan wibawa serta kesejahteraan ekonomi para guru sehingga bisa
berfungsi secara optimal.
Hal yang penting di dalam proses pendidikan tersebut, karena itu, adalah
terpeliharanya ”rasa ingin tahu” (curiosity), sebab tanpa adanya curiosity
maka sulit bagi kita untuk mempunyai kreativitas dan inovasi.
Ketiga, walaupun kontroversi terhadap dimensi struktural dan kultural hingga
kini belum berakhir, namun faktor budaya merupakan faktor yang penting.
Nilai-nilai budaya dapat menjadi faktor penunjang yang utama namun juga
dapat menjadi tantangan yang serius. Pola budaya yang amat dominan dalam
kehidupan orang indonesia adalah patrimonialisme, kolektivisme dan
paternalisme.
Paternalisme selama ini telah menjadi faktor stabilisator, demikian juga
kolektivisme (sharing atau kebersamaan) telah mendorong terpeliharanya
harmoni di dalam masyarakat. Pada masa-masa era zaman klasik,
patrimonialisme juga telah mendorong berlangsungnya kestabilan. Namun
dalam era keterbukaan dan reformasi, maka pola-pola budaya seperti di atas
harus mengalami transformasi sebagaimana Jepang mengalami transformasi
dari nilai samurai menjadi nilai entrepreneurial yang begitu inovatif dan
kompetitif.

Inovasi pendidikan merupakan upaya dasar dalam memperbaiki aspek-


aspek pendidikan dalam praktiknya. Dan lebih detail bahwa inovasi
pendidikan adalah ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati
sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat)
yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan atau
memecahkan masalah-masalah pendidikan. Inovasi pendidikan menurut
Tilaar harus didukung oleh kesadaran masyarakat untuk berubah. Apabila
suatu masyarakat belum menghendaki suatu sistem pendidikanyang
diinginkan maka tidak akan mungkin suatu perubahan atau inovasi
pendidikan terjadi.

Inovasi pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari empat aspek,


yaitu tujuan pendidikan, struktur pendidikan dan pengajaran, metode
kurikulum dan pengajaran serta perubahan terhadap aspek-aspek
pendidikan dan proses. Aspek ketiga adalah inovasi pendidikan meliputi
pembaruan dalam materi dan isi kurikulum dam pengajaran. Inovasi
materi atau isi kurikulum, yaitu meliputi inovasi pendidikan yang
disajikan. Contohnya, bagaimana meningkatkan mutu proses belajar dan
mengajar dan bagaimana menerapkan muatan lokal dari kurikulum
nasional. Aspek keempat dalam inovasi pendidikan adalah perubahan
terhadap aspek-aspek pendidikan dan proses yang meliputi penggunaan
multimode dan multimedia dalam kegiatan belajar. Penggunaan kombinasi
metode atau media dilakukan oleh guru pada saat proses berlangsung, dan
diharapkan dapat memberikan hasil yang efektif.

Perkembangan suatu inovasi didorong oleh motivasi untuk


melakukan inovasi pendidikan itu sendiri. Motivasi itu bersumber pada
dua hal, yaitu kemauan sekolah atau lembaga utuk mengadakan respons
terhadap tantangan perubahan masyarakt dan adanya usaha untuk
mneggunakan sekolah dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Beberapa Contoh Inovasi Pendidikan di beberapa sekolah telah


dikembangkan berbagai model pembelajaran yang beraneka ragam serta
inovatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Perkembangan
inovasi pendidikan pada tingkat pendidikan dasar khususnya sekolah dasar
sudah banyak dilakukan oleh para guru. Misalnya, pelaksanaan kegiatan
pembelajaran melalui pembelajaran terpadu, penulisan tujuan
pembelajaran dengan perumusan yang benar yaitu mengandung unsur
Audience, Behavior, Condition, dan Degree, pendekatan pembelajaran
melalui cara belajar siswa aktif dan lain-lain,

Di dalam metode belajar terdapat inovasi yang dikenal dengan


Accelerated Learning, yaitu belajar dengan menggunakan relaksasi dan
perasaan atau emosi yang positif (mengaktifkan kekuatan pikiran bawah
sadar untuk mencapai tujuan). Metode ini akan menyempurnakan cara
belajar siswa aktif yang telah dikenal selama ini. Selain itu,penggunaan
Internet sudah menjadi keharusan untuk melakukan terobosan dan bahkan
beberapa sekolah sudah menerapkan penggunakan media Internet sebagai
basis pembelajaran (pembelajaran berbasisi IT) dengan area hot spot di
sekolah semakin memudahkan guru untuk dapat mengakses materi-materi
pelajaran aktual melalui internet.

Salah satu contoh penggunaan internet dalam bidang pendidikan


adalah WEB-CT. WEB-CT adalah software untuk pembelajaran melalui
internet yang dikembangkan oleh WEB-CT.com di Kanada. Dengan
mengunakan WEB-CT ini siswa cukup duduk di depan komputer, dan
siswa dapat langsung mengikuti perkuliahan atau pelajaran dari guru.
Siswa juga dapat bertanya atau berdiskusi dengan guru atau dengan
temannya. Selain WEB-CT masih banyak website lain yang menawarkan
pembelajran melalui internet, seperti safeKids.com, Letsfindout.com.

Tentu masih banyak lagi inovasi pendidikan di berbagai negara


yang barang kali tidak semua serupa. Dan perlu di sadari pula sudah
menjadi keniscayaan bahwa jika kita tidak melakukan inovasi
pembelajaran dan secara umum pendidikan maka kita akan semakin
ketinggalan dan akan di tinggalkan oleh konsumen. Inovasi harus menjadi
prioritas penting dalam pengembangan sektor pendidikan. Tanpa ada
inovasi yang signifikan, pendidikan kita hanya akan menghasilkan lulusan
yang tidak mandiri, selalu tergantung pada pihak lain.

Dalam perspektif global, hasil pendidikan yang demikian itu justru akan
menjadi beban bagi bangsa dan negara republik ini. Dengan demikian,
pendidikan harus digunakan sebagai inovasi nasional bagi pencapaian dan
peningkatan kualitas outcome secara berkelanjutan dan tersistem agar
unggulan kompetitif selalu dapat dipertahankan

Gejala itu sudah terlihat beberapa tahun belakangan ini dan akan terus
meningkat di masa yang akan datang. Pemahaman kita terhadap karakteristik
masyarakat masa depan ini sangatlah penting artinya sebagai dasar dalam
penentuan kebijaksanaan dan upaya pendidikan yang akan dilaksanakan
Globalisasi berarti keseluruhan atau secara umum, sehingga bumi ini
seakan-akan sebagai satu kesatuan tanpa batas administrasi negara, dunia
menjadi amat transparan, serta saling ketergantungan antar bangsa di dunia.
Gelombang globalisasi sedang menerpa seluruh aspek kehidupan dan
penghidupan manusia, menyusup ke dalam seluruh unsur kebudayaan dengan
dampak yang berbeda- beda. Pengertian globalisasi bagi ilmuan sosial
diartikan sebagai proses penyebaran rasa cipta dan karya suatu kebudayaan
sehingga diterima dan diadopsi oleh kebudayaan lain di seluruh dunia.

Dalam proses globalisasi itu maka budaya yang kuat dan agresif akan
mempengaruhi budaya yang lemah dan pasif.
Budaya yang kuat dan agresif adalah budaya yang bersifat progresif yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
· Mempunyai cara berpikir yang rasional dan realistis
· Mempunyai kebiasaan membaca yang tinggi
· Mempunyai kemampuan menyerap dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dengan cepat dan banyak.
· Terbuka terhadap inovasi,bahkan selalu berusaha mencari hal-hal baru
· Mempunyai pandangan hidup yang berdimensi local, nasional dan universal.
· Mampu memprediksikan dan merencanakan masa depan.
· Memanfaatkan teknologi yang senantiasa berkembang.

Menurut Emil Salim (dalam Tirtahardja, 2005) terdapat empat kekuatan


gelombang globalisasi yang paling kuat dan menonjol. Bidang tersebut
meliputi iptek, ekonomi, lingkungan hidup dan pendidikan.

2. Faktor Pendukung Pengembangan Pendidikan Masa Depan


Pendidikian merupakan penggerak utama (before to move) bagi
pembangunan. Negara-negara sedang berkembang memandang pembangunan
yang telah terjadi di dunia barat seakan-akan merupakan cermin bagi diri
mereka. Pendidikan modern yang telah berhasil mengantarkan negara-negara
maju (developped countries) dari kemiskinan dan keterbelakangan pada masa
lampau sehingga mencapai tingkat seperti yang bisa disaksikan dewasa ini,
sudah barang tentu akan berhasil pula mengantarkan negara-negara yang
sedang berkembang mencapai tingkat pembangunan sebagaimana yang telah
dicapai negara-negara maju.

A. Empat pilar pendidikan :


1. learning to know (belajar untuk mengetahui)
Guru seyogyanya berfungsi sebagai fasilitator. Di samping itu guru
dituntut untuk dapat berperan sebagai teman sejawat dalam berdialog
dengan siswa dalam mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun
ilmu tertentu.

2. Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu)


Akan bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa untuk
mengaktualisasikan keterampilan yang dimilikinya, serta bakat dan
minatnya. Walaupun bakat dan minat anak banyak dipengaruhi unsur
keturunan namun tumbuh berkembangnya bakat dan minat tergantung
pada lingkungannya. Keterampilan dapat digunakan untuk menopang
kehidupan seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada
penguasaan pengetahuan dalam mendukung keberhasilan kehidupan
seseorang.

3. Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang)


Erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan fisik
dan kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi
anak yang agresif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi
kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya bagi anak yang pasif,
peran guru dan guru sebagai pengarah sekaligus fasilitator sangat
dibutuhkan untuk pengembangan diri siswa secara maksimal.
4. Learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi
dan menerima (take and give), perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi
seperti ini memungkinkan terjadinya proses

3. Ciri-ciri Pendidikan Masa Depan


a) Berfokus pada pemupukan potensi unggul setiap peserta didik.
b) Keseimbangan beragam kecerdasan (intelektual, emosional, sosial, spritual,
kinestetis, dst.)
c) Mengajarkan life skills.
d) Sistem penilaiannya berbasis portofolio dari hasil karya siswa.
e) Pembelajaran berbasis kehidupan nyata dan praktik di lapangan.

f) Guru lebih berperan sebagai motivator dan fasilitator agar peserta didik
mengembangkan minatnya masing-masing.
g) Pembelajaran didasarkan pada kemampuan, cara/gaya belajar, dan
perkembangan psikologis anak masing-masing.

Untuk bisa mengikuti perkembangan zaman dengan baik, maka dari itu
pendidikan masa depan setidaknya memiliki ciri, sebagai berikut.
1) Peserta didik secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
yang dipelajarinya.
2) Peserta didik secara aktif terlibat di dalam mengelola pengetahuannya.
3) Penguasaan materi dan juga mengembangkan karakter peserta didik (life-
long learning).
4) Penggunaan multimedia.
5) Guru sebagai fasilitator, evaluasi dilakukan bersama dengan peserta didik.
6) Terpadu dan berkesinambungan.
7) Menekankan pada pengembangan pengethuan. Kesalahan menunjukkan
proses belajar dan dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar.
8) Iklim yang tercipta lebih bersifat kolaboratif, suportif, dan kooperatif.
9) Peserta didik dan guru belajar bersama dalam mengembangkan, konsep,
dan keterampilan.
10) Penekanan pada pencapaian target kompetensi dan keterampilan.
11) Pemanfaatan berbagai sumber belajar yang ada di sekitar.

Untuk memantapkan ciri pendidikan masa depan yang diuraikan


sebelumnya, maka dengan demikian pendidikan masa depan harus
mengarahkan pembelajarannya terfokus pada beberapa keterampilan yang
harus ditanamkan pada pelajar. Keterampilan tersebut, antara lain :
1. Keterampilan Penelitian
2. Keterampilan Komunikasi
3. Keterampilan Berpikir
4. Keterampilan Sosial
5. Keterampilan Mengatur diri sendiri
6. Keterampilan Hidup

4. Strategi Pengembangan Pendidikan Masa Depan


Untuk membekali terjadinya pergeseran orientasi pendidikan di era global
dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang unggul, diperlukan
strategi pengembangan pendidikan, antara lain:
a. Mengedepankan model perencanaan pendidikan (partisipatif) yang
berdasarkan pada need assessment dan karakteristik masyarakat.
Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pendidikan merupakan tuntutan
yang harus dipenuhi.
b. Peran pemerintah bukan sebagai penggerak, penentu dan penguasa dalam
pendidikan, namun pemerintah hendaknya berperan sebagai katalisator,
fasilitator dan pemberdaya masyarakat.
c. Penguatan fokus pendidikan, yaitu fokus pendidikan diarahkan pada
pemenuhan kebutuhan masyarakat, kebutuhan stakeholders, kebutuhan
pasar dan tuntutan teman saing.
d. Pemanfaatan sumber luar (out sourcing), memanfaatkan berbagai potensi
sumber daya (belajar) yang ada, lembaga-lembaga pendidikan yang ada,
pranata-pranata kemasyarakatan, perusahaan/industri, dan lembaga lain
yang sangat peduli pada pendidikan.
e. Memperkuat kolaborasi dan jaringan kemitraan dengan berbagai pihak, baik
dari instansi pemerintah mapun non pemerintah, bahkan baik dari lembaga
di dalam negeri maupun dari luar negeri.
f. Menciptakan soft image pada masyarakat sebagai masyarakat yang gemar
belajar, sebagai masyarakat belajar seumur hidup.
g. Pemanfaatan teknologi informasi, yaitu: lembaga-lembaga pendidikan baik
jalur pendidikan formal, informal maupun jalur non formal dapat
memanfaatkan teknologi informasi dalam mengakses informasi dalam
mengembangkan potensi diri dan lingkungannya (misal; penggunaan
internet, multi media pembelajaran, sistem informasi terpadu, dsb)
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Yandi Yulio; 2009 : Landasan Pendidikan:


Tersedia di : https://yandiyulio.wordpress.com/2009/05/25/landasan-pendidikan/
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995:560
Hamzah B. Uno, Nina Lamatenggo, 2016. Landasan Pendidikan. Bumi
Aksara;Jakarta;280

Redja Mudyahardjo, 2001: Tantangan Pendidikan

Tersedia di : https://sulipan.wordpress.com/2009/10/02/pengertian-pendidikan-
berdasarkan-lingkupnya-dan-berdasarkan-pendekatan-monodisipliner/

Odang Muchtar, 1976


Suwarma AM, Anna Poedjiadi, 2014. Filsafat Ilmu. Universitas Terbuka:
Jakarta;222
Moh. Suhardi; 2016 : Pengantar Pendidikan. Bumi Aksara:Jakarta;254

Anda mungkin juga menyukai