Anda di halaman 1dari 17

KURIKULUM DAN PENDIDIKAN PERIODE ERA REFORMASI

Sebagai Syarat Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran
Dosen Pengampu: Dra Jamila M. Pd.

Disusun Oleh:
KELOMPOK 5

DELLA ARSITA 2102090007


WIDYA ARLA 2102090010
VIVIN ARVINA 2102090016
ANZELINA BR SINULINGGA 2102090021
SINTA WULANDARI 2102090025
BELVA ICASIA HARAHAP 2102090049

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, taufik dan hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi para pembaca dalam bidang
pendidikan terutama pada bidang pendidikan.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah ini.
Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu
rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman,
sehingga nantinya kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih
baik lagi.
Kami sadar bahwa tentunya makalah ini masih banyak kekurangan. Kami ini pun juga
tidak terlepas dari banyaknya kekurangan, baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari
bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang kami
miliki. Oleh sebab itu, kami membutuhkan masukan-masukan, kritik dan saran baik dari
Bapak/Ibu Dosen Ahli maupun dari segenap pembaca, yang bersifat membangun untuk lebih
meningkatkan kualitas dan kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,

Medan, Oktober 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I: PENDAHULUAN........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................4
1.3 Tujuan Makalah.............................................................................................................5
BAB II: PEMBAHASAN.........................................................................................................5
2.1 PROSES PENDIDIKAN PADA PERIODE ERA REFORMASI..............................5
2.2 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PADA PERIODE ERA REFORMASI..........6
2.3 KURIKULUM PADA PERIODE ERA REFORMASI..............................................7
2.3.1 Kurikulum 1994.........................................................................................................7
2.3.2 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004..........................................................8
2.3.3 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.............................................10
2.3.4 Kurikulum 2013 (K-13)...........................................................................................12
BAB III: PENUTUP...............................................................................................................15
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................15
3.2 Saran..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan sebagai suatu proses berkesinambungan yang ada sejak manusia itu ada,
memiliki suatu perkembangan yang dinamis sesuai dengan jiwa zaman (zeitgist) dalam
suatu masa tertentu. Pendidikan mengikuti pola kehidupan masyarakat dan sistem
kebudayaan yang melatarbelakanginya. Sehingga tidak jarang peralihan atau pergantian
dari suatu sistem kekuasaan akan mengakibatkan pula perubahan substansi dalam bidang
pendidikan.
Berbagai perombakan sistem pendidikan terus dikembangkan dan disosialisasikan.
Perombakan tersebut diantaranya adalah perubahan kurikulum. Hal ini mengingat bahwa
salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan adalah kurikulum. Setiap kurun
waktu tertentu kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi, dan kebutuhan pasar. Selain itu,
dalam proses pengendalian mutu, kurikulum merupakan perangkat yang sangat penting
karena menjadi dasar untuk menjamin tercapainya kompetensi yang diharapkan. Orde
Reformasi di mulai pada tahun 2004 sampai dengan sekarang, sistem pendidikan pun
mengalami perubahan yaitu dengan berubahnya penerapan kurikulum untuk perbaikan
mutu pendidikan.
Era reformasi telah memberikan ruang yang cukup besar bagi perumusan kebijakan-
kebijakan pendidikan baru yang bersifat reformatif dan revolusioner. Bentuk kurikulum
menjadi berbasis kompetensi. Begitu pula bentuk pelaksanaan pendidikan berubah dari
sentralistik (orde lama) menjadi desentralistik. Pada masa ini pemerintah menjalankan
amanat UUD 1945 dengan memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya
20% dari anggaran pendapatan belanja negara. Dengan didasarkan oleh UU No. 22 tahun
1999 tentang pemerintahan daerah, yang diperkuat dengan UU No. 25 tahun 1999
tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, maka pendidikan digiring pada
pengembangan lokalitas, di mana keberagaman sangat diperhatikan. Masyarakat dapat
berperan aktif dalam pelaksanaan satuan pendidikan. Pendidikan di era reformasi 1999
mengubah wajah sistem pendidikan Indonesia melalui UU No 22 tahun 1999, dengan ini
pendidikan menjadi sektor pembangunan yang didesentralisasikan yang dikenal dengan
model “Manajemen Berbasis Sekolah”.
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan bagian pokok yang harus ada dalam penulisan karya
ilmiah, dengan adanya perumusan masalah diharapkan proses pemecahan permasalahan
dapat terinci secara jelas, lebih terfokus, dan terarah. Berdasarkan latar belakang masalah
di atas maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pendidikan pada periode era reformasi?
2. Bagaimana perkembangan pendidikan pada periode era reformasi?
3. Apa saja kurikulum yang digunakan pada periode era reformasi dan bagaiamana
karakteristik dari masing-masing kurikulum tersebut?
1.3 Tujuan Makalah
1. Agar pembaca mengetahui proses pendidikan pada periode era reformasi.
2. Agar pembaca mengetahui perkembangan pendidikan pada periode era reformasi.
3. Agar pembaca mengetahui dan memahami kurikulum beserta karakteristik kurikulum
yang digunakan pada periode era reformasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PROSES PENDIDIKAN PADA PERIODE ERA REFORMASI


Reformasi berarti perubahan dengan melihat keperluan masa depan, menekankan
kembali pada bentuk asal, berbuat lebih baik dengan menghentikan penyimpangan-
penyimpangan dan praktik yang salah atau memperkenalkan prosedur yang lebih baik,
suatu perombakan menyeluruh dari suatu sistem kehidupan dalam aspek politik,
ekonomi, hukum, sosial dan tentu saja termasuk bidang pendidikan. Reformasi
pendidikan merupakan hukum alam yang akan mencari jejaknya sendiri, khususnya
memasuki masa milenium ketiga yang mengglobal dan sangat ketat dengan persaingan.
Agar kita tidak mengalami keterkejutan budaya dan merasa asing dengan dunia kita
sendiri, refleksi pendidikan ini setidaknya merupakan sebuah potret diri agar dikemudian
hari kita tidak lupa dengan wajah diri kita sendiri.

Perubahan yang sangat menonjol pada era reformasi adalah dilaksanakannya


otonomi daerah sebagai implementasi dari UU No. 22/1999 tentang pemerintahan
daerah. Lebih lanjut, tantangan yang berkaitan dengan regulasi adalah kondisi UU No.
2/1989 tentang sistem pendidikan nasional (UU SPN) yang menganut manajemen
pendidikan sentralististik dan masih lebih menitikberatkan penyelenggaraan pendidikan
pada pemerintah, yang tidak lagi sesuai dengan prinsip otonomi daerah.[1]

Reformasi pendidikan bisa dimulai dari pembaruan di bidang kurikulum, sebab


kurikulum merupakan semacam satelit yang melacak dan memberi identitas edukatif
bagi setiap siklus pendidikan. Secara pedagogis dan didaktis, tujuan kurikulum adalah
untuk mempercantik busana kultural maupun formatif, entah itu melalui pengayaan
berkesinambungan atas identitas intelektual anak didik mulai TK sampai perguruan
tinggi, atau melalui penguatan otonomi pendidikan yang sifatnya subsidiaris, jauh dari
sentralisasi edukatif, secara didaktis memberi otonomi pada anak didik sebagai agen
yang belajar sesuai kapasitas dan kemampuannya.[2]
2.2 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PADA PERIODE ERA REFORMASI
Pemerintahan telah mencanangkan wajib belajar 9 tahun bagi anak Indonesia,
Kemudian diteruskan menjadi 12 tahun (dibeberapa daerah), akan lebih baik jika di masa
yang akan datang pemerintah mewajibkan anak Indonesia wajib belajar selama 16 tahun
yaitu sampai ke Perguruan Tinggi.
Langkah-langkah dalam pengelolaan pendidikan, yaitu :
1) Menganalisis fungsi dan peran lembaga Pendidikan.
2) Menetapkan visi dan misi.
3) Mencari kesenjangan yang muncul antara apa yang telah dihasilkan dengan
kebutuhan dan harapan masyarakat.
4) Mengevaluasi respon masyarakat terhadap layanan pendidikan yang diberikan.
5) Mencermati dan menganalisa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6) Menyikapi problem yang dihadapi masyarakat untuk mencarikan solusi lewat
kegiatan akademis.
7) Menganalisis kebutuhan kompetensi sumber daya manusia masa depan.
8) Mengatur strategi dan kegiatan preventif dalam menghadapi persoalan masa depan
9) Menganalisis dan memberdayagunakan pihak-pihak terkait dalam perencanaan,
proses, dan hasil.
10) Menentukan strategi pencapaian tujuan.[1]

2.3 KURIKULUM PADA PERIODE ERA REFORMASI


2.3.1 Kurikulum 1994

Pada era pemerintahan BJ. Habibie masih menggunakan Kurikulum 1994 yang
disempurnakan sampai pada masa pemerintahan Abdurahman Wahid (Gus Dur).
Kurikulum ini merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya dengan dasar
kurikulum 1984 pada kurikulum 1994 muncul istilah CBSA (Cara Belajar Siswa
Aktif). Kegiatan belajar cenderung didalam kelas, mengejar target berupa materi
yang harus dikuasai, berorientasi kognitif. Yang dilaksanakan sesuai dengan
Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jika
ditelaah dengan cermat, dapat dipahami bahwa kurikulum 1994 yang menekankan
aspek kebermaknaan merupakan perbaikan atau penyempurnaan dari kurikulum
sebelumnya yang menggunakan model pembelajaran CBSA. Karakteristik
kurikulum 1994 yang disebut juga kurikulum cara belajar siswa aktif (CBSA)
adalah sebagai berikut :
a) Keterlibatan intelektual, emosional siswa dalam proses belajar mengajar
b) Terjadi asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan,
perbuatan serta pengalaman langsung terhadap balikan (feedback) dalam
pembentukan keterampilan.
c) Penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam bentuk sikap.
Kurikulum 1994 memiliki tujuan umum yaitu mempersiapkan siswa agar
sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan di dunia yang
selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis,
rasional, kritis, jujur, cermat, efektif dan efisien. Salah satu kegiatan yang
memungkinkan agar tujuan tersebut bisa tercapai adalah siswa diharapkan mau
mengikuti ajang kompetisi dalam bidang matematika, baik di dalam kota maupun
di luar kota, bahkan memungkinkan siswa diikutsertakan dalam ajang kompetisi di
luar negeri.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol pada kurikulum 1994, di antaranya sebagai
berikut:
1) Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan system caturwulan.
2) Pembelajaran disekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat.
3) Bersifat populis, yaitu memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua
siswa diseluruh Indonesia.
4) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik dan sosial.
5) Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa.
6) Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke
hal yang sulit, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
7) Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan pemahaman siswa.[3]

2.3.2 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004

Secara umum, pada era reformasi ini prinsip implementasi kurikulum 2004
adalah lahirnya KBK, yang meliputi antara lain: kegiatan belajar mengajar (KBM),
penilaian berbasis kelas, dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Kurikulum
ini, mulai diterapkan sejak tahun 2004 Secara materi, kurikulum 2004 tidak jauh
berbeda dari Kurikulum 1994. Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan
perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus
dicapai siswa, penilaian, kegiatan pembelajaran dan pemberdayaan sumber daya
pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.

Dalam hubungannya dengan KBM, proses belajar tidak hanya berlangsung di


lingkungan sekolah, tetapi di lingkungan keluarga dan masyarakat. Kurikulum
2004 merupakan kurikulum eksperimen yang diterapkan secara terbatas di
sejumlah sekolah/madrasah untuk eksperimen kurikulum berbasis kompetensi
(KBK). Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) memiliki karakteristik utama
yakni:
a. Menekankan pencapaian kompetensi siswa, yang harus dicapai siswa.
b. Kurikulum dapat diperluas, diperdalam, dan disesuaikan dengan potensi siswa
(normal, sedang, dan tinggi).
c. Berpusat pada siswa.
d. Orientasi pada proses dan hasil.
e. Pendekatan dan metode yang digunakan beragam dan bersifat kontekstual.
f. Guru bukan satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, tetapi hanya fasilitator.
g. Buku pelajaran bukan satu-satunya sumber belajar.

Adapun tujuan dari kurikulum berbasis kompetensi ini adalah mengembangkan


potensi peserta didik untuk menghadapi perannya di masa datang dengan
mengembangkan sejumlah kecakapan hidup. Kecakapan hidup merupakan
kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema
hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif
dan kreatif mencari dan menemukan solusi sehingga akhirnya mampu
mengatasinya. Di dalam kurikulum berbasis kompetensi juga memiliki ciri-ciri
yakni:
1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individu
maupun klasikal.
2) Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar yang lainnya
yang memenuhi unsur eduktif.
5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.[4]

2.3.3 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006

Sejak tahun ajaran 2006/2007, diberlakukan kurikulum baru yang bernama


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang merupakan penyempurnaan
Kurikulum 2004. Kurikulum 2006 adalah sebuah kurikulum operasional
pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan di Indonesia. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran
2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang
diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing
Nomor 22 Tahun 2006, dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan
Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP)[5]. Di dalam Pengembangan KTSP, ada konsep dasar yang
harus diketahui. Konsep dasar KTSP meliputi tiga aspek yang saling terkait
yaitu, Kegiatan pembelajaran, Penilaian dan Pengelolaan kurikulum berbasis
sekolah. KTSP sebagai sebuah kurikulum memiliki karakteristik utama yaitu:
a) Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan
KTSP memberikan otonomi luas kepada sekolah dan satuan
pendidikan, disertai seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan
kurikulum sesuai dengan kondisi setempat. Sekolah dan satuan pendidikan
juga diberi kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan
pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik serta
tuntutan masyarakat.
b) Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi
Orang tua peseta didik dan mayarakat tidak hanya mendukung sekolah
melalui bantuan keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan
pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-program yang
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Masyrakat dan orang tua
menjalin kerja sama unntuk membantu sekolah sebagai nara sumber pada
berbagai kegiatan sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

c) Kepemipinan yang Demokratis dan Profesional


Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana kurikulum,
kepala sekolah adalah manajer pendidikan profesional yang direkrut
komite sekolah untuk mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan
kebijakan yang ditetapkan. Guru-guru yang direkrut sekolah adalah
pendidik profesional dalam bidangnya masing-masing. Dalam proses
pengambilan keputusan, kepala sekolah mengimplementasikan proses
“bottom-up” secara demokratis, sehingga semua pihak memiliki tanggung
jawab terhadap keputusan yang diambil beserta pelakanaanya.
d) Tim-Kerja yang Kompak dan Transparan
Dalam dewan pendidikan dan komite sekolah misalnya, pihak-pihak
yang terlibat bekerja sama secara harmonis sesuai dengan posisinya
masing-masing untuk mewujudkan suatu sekolah yang dapat dibanggakan.
Tetapi masing-masing berkontribusi terhadap upaya peningkatan mutu dan
kinerja sekolah secara keseluruhan.
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk mendirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberikan kewenangan
(otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah tnuk
melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan
kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkanya KTSP adalah untuk:
 Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan
sumber daya yang tersedia
 Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan Bersama
 Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai.
Beberapa ciri terpenting dari KTSP adalah sebagai berikut :
1) KTSP memberi kebebasan kepada tiap-tiap sekolah untuk
menyelenggarakan program pendidikan sesuai dengan kondisi lingkungan
sekolah, kemampuan peserta didik, sumber daya yang tersedia dan
kekhasan daerah.
2) Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran.
3) Guru harus mandiri dan kreatif.
4) Guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode
pembelajaran.
5) KTSP menganut prinsip Fleksibilitas.
6) KTSP membutuhkan pemahaman dan keinginan sekolah untuk mengubah
kebiasaan lama yakni pada kebergantungan pada birokrat.
7) Guru kreatif dan siswa aktif.
8) KTSP dikembangkan dengan prinsip diversifikasi.
9) KTSP sejalan dengan konsep desentralisasi dan MBS (Manajemen
Berbasis Sekolah)
10) KTSP tanggap terhadap perkembangan iptek dan seni.
11) KTSP beragam dan terpadu.

2.3.4 Kurikulum 2013 (K-13)

Kurikulum 2013 (K-13) merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh


pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa
percobaanya pada tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi
sekolah percobaan. Penerapan pada tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah
diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII
dan SMA Kelas X dan XI[5]. Sebelum kita mengembangkan suatu kurikulum
pastilah harus ada landasan terlebih dahulu. Di dalam pengembangan kurikulum
2013 dilandasi secara filosofi, yuridis dan konseptual.

Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan,


aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013,
terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan
materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi
Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang ditambahkan adalah
materi Matematika. Inti dari K 2013 terletak pada upaya penyederhanaan dan
sifatnya yang tematik-integratif. Dalam kurikulum 2013 lebih mengutamakan
kepada akhlak peserta didik dan peran peserta didik lebih banyak dibandingkan
guru. Guru hanya sebagai fasilitator dan motivator.

Keberhasilan kurikulum diartikan sebagai pencapaian kompetensi yang


dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh peserta didik. Kompetensi
untuk kurikulum 2013 dirancang sebagai berikut :
a) Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk
kompetensi inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar
(KD) mata pelajaran.
b) Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif
dan psikomotor) yang harus dipelajari pesertadidik untuk suatu jenjang
sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi inti adalah kualitas yang
harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran
KD yang diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.
c) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta
didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran dikelas
tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
d) Kompetensi inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah
diutamakan pada ranah sikap sedangkan jenjang pendidikan menengah pada
kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
e) Kompetensi inti menjadi unsure organisatoris (organizing elements)
kompetensi dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan
untuk mencapai kompetensi dalam kompetensi inti.
f) Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced} dan memperkaya (enriched) antar mata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisai horizontal dan vertical).
g) Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI)
atau satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA,
SMK/MAK). Dlam silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata
pelajaran dikelas tersebut.
h) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang
untuk mata pelajaran dan kelas tersebut.

Kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan


Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara
yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu
berkonstribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan
peradaban dunia. Kurikulum adalah instrumen pendidikan untuk dapat
membawa insan Indonesia memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi dan warga negara yang produktif,
kreatif, inovatif dan afektif.

Kurikulum 2013 mempunyai ciri tertentu. ciri-ciri tersebut adalah


sebagai berikut.

1) Mewujudkan pendidikan berkarakter


Pendidikan berkarakter sebenarnya merupakan karakter dan ciri pokok
kurikulum pendidikan sebelumnya. Dimana dalam kurikulum tersebut dituntut
bagaimana mencetak peserta didik yang memiliki karakter yang baik,
bermoral dan mmemiliki budi pekerti yang baik. Namun pada implementasi
kkurikulum ini masih terdapat berbagai kekuragan sehingga menuai berbagai
kritik. sehingga kurikulum berbasis kompetensi ini direvisi guna menciptakan
sistem pendidikan yang berkelanjutan dan dapat mencerdaskan kehidupan
bangsa.

2) Menciptakan Pendidikan Berwawasan Lokal


Wawasan lokal merupakan satu hal yang sangat penting. Namun pada
kenyataan yang terjadi selama ini, potensi dan budaya lokal seaan terabaikan
dan tergerus oleh tingginya pengaruh buudaya modern. Budaya yang
cenderung membawa masyarakat untuk melupakan cita-cita luhur nenek
moyang dan potensi yang dimilikinya dari dalam jiwa. Hal itulah yang
mendorong bagaimana penanaman budaya lokal dalam pendidikan dapat
diterapkan. Sistem ini akan diterapkan dalam konsep sintem pendidikan
kurikulum 2013. Sistem yang dapat lebih mengentalkan budaya lokal yang
selamaa ini dilupakan dan seakan diacuhkan. Olehnya itu dengan sistem
pendidikan kurikulum 2013 diharapkan pilar budaya lokal dapat kembali
menjadi inspirasi dan implementasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Dihrapkan budaya lokal dapat menjadi ciri penting dan menjadi raja di negeri
sendiri dan tidak punah ditelan zaman.

3) Menciptakan Pendidikan yang ceria dan Bersahabat


Pendidikan tidak hanya sebagai media pembelajaran. Tetapi pada
dasarnya pendidikan merupakan tempat untuk menggali seluruh potensi dalam
diri. Olehnya itu, dengan sistem pendidikan yang diterapkan pada kurikulum
2013 nantinya akan diharapkan dapat menggali seluruh potensi diri peserta
didik, baik restasi akademik maupun non akademik. Maka dengan begitu pada
kurikulum 2013 nantinya akan diterapkan pendidikan yang lebih
menyenangkan, bersahabat, menarik dan berkompeten. Sehingga dengan cara
tersebut diharapkan seluruh potensi dan kreativitas serta inovasi peserta didik
dapat tereksploitasi secara cepat dan tepat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan pada zaman reformasi mengalami suatu perkembangan yang pada
dasarnya lebih maju daripada pendidikan pada zaman orde baru. Era Reformasi merupakan
suatu masa di mana rakyat Indonesia melengserkan kekuasaan presiden Soekarno untuk
mendapatkan keadilan entah itu dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dan lainnya.
Kemudian keadaan pendidikan pada masa itu juga mulai berkembang walaupun masih
terdapat banyak kesalahan-kesalahan dalam penerapannya, namun demikian pendidikan
pada era ini dapatlah dikatakana lebih baik dari pada kurikulumkurikulum sebelumnya. Hal
ini dapat dilihat dari perubahan kurikulum dimulai dari kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) pada tahun 2004, kemudian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada
tahun 2006, dan kurikulum yang masih bertahan sampai saat ini yakni Kurikulum 2013,
dimana perubahan kurikulum ini tentu sesuai dengan tujuan pendidikan.

3.2 Saran
Kami berharap kedepannya makalah yang kami buat dapat lebih baik lagi, dalam segi
tampilan maupun isi. Lebih banyak mencantumkan sumber-sumber yang lengkap dan
terpercaya. Juga dalam segi pemakaian kata serta tata bahasa. Dari makalah sederhana yang
telah kami selesaikan ini, kami berharap semoga dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman penulisan karya ilmiah yang baik dan benar, sehingga nantinya hasil tulisan
karya ilmiah kami dapat berkembang menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

[1] R. R. Dewi, “LANDASAN PENDIDIKAN ORDE REFORMASI,”


http://rinitarosalinda.blogspot.com/, 2019.
http://rinitarosalinda.blogspot.com/2019/06/landasan-pendidikan-orde-reformasi.html
(diakses Okt 26, 2022).

[2] R. Uchihah, “REFORMASI KURIKULUM PENDIDIKAN,”


https://www.academia.edu/, 2022.
https://www.academia.edu/5001977/REFORMASI_KURIKULUM_PENDIDIKAN_
Oleh_Herdi_Saputra (diakses Okt 26, 2022).

[3] Chintia dan A. Adila, “Makalah Pengembangan Kurikulum tentang Sejarah


Perkembangan Kurikulum di Indonesia,” https://www.imamrambe.eu.org/, 2018.
https://www.imamrambe.eu.org/2018/12/makalah-pengembangan-kurikulum-
tentang.html (diakses Okt 26, 2022).

[4] A. Wardana, “Makalah Sistem Pendidikan Jaman Reformasi Di Indonesia,”


https://www.scribd.com/, 2014. https://www.scribd.com/doc/246262131/Makalah-
Sistem-Pendidikan-Jaman-Reformasi-Di-Indonesia (diakses Okt 26, 2022).

[5] I. M. Djainaik, “Kurikulum Orde Reformasi,” http://sekedaraberbagi.blogspot.com/,


2016. http://sekedaraberbagi.blogspot.com/2015/05/kurikulum-orde-reformasi.html
(diakses Okt 26, 2022).

Anda mungkin juga menyukai