Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Polemik Kurikulum di Indonesia

Dosen Pengampu:

Muhjam Kamza, S.Pd., M.Pd.

Penyusun:

Vathin Asyura Putri (1906101020038)

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH, 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segla limpahan Rahmat dab karunianya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Polemik Kurikulum di
Indonesia”.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh karena itu, saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak


“Muhjam Kamza, S.Pd., M.Pd.” selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Kajian Kurikulum
SMP/SMA serta keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dorongan dan bantuan
kepada penulis.

Demikian semoga Makalah ini bermanfaat bagi kita khususnya dan pembaca pada
umumnya, dan semoga hasil makalah ini dapat turut serta dalam membangun peningkatan
mutu mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan.

Banda Aceh, 25 Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 2
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3
2.1 Pengertian Kurikulum ................................................................. 3
2.2 Sejarah Perkembangan Kurikulum ............................................. 5
2.3 Dampak Perubahan Kurikulum Terhadap Pendidikan Indonesia 8
2.4 Poleik Kurikulum di Indonesia ................................................... 9

BAB III PENUTUP .................................................................................. 11


3.1 Kesimpulan .................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Membahas tentang kurikulum di Indoenesia juga tidak terlepas dari sistem
pendidikan di Indonesia sendiri yang tentu saja tidak luput dari berbagai macam
problematika. Pandangan diskriminatif terhadap sitem pendidikan di Indonesia dapat
dilihat dalam kesenjangan fasilitas penunjang sekolah yang disediakan di desa-desa
dengan di kota-kota jelas sangat berbeda. Dalam hal ini pemerintah dinilai gagal dalam
melakukan pemerataan pendidikan terhadap seluruh masyarakat Indonesia.
Terlepas dari sarana dan prasarana pendidikan, perubahan kurikulum dari yang
satu ke lainnya juga menjadi polemik di tengah masyarakat dalam hal pengembangan
pendidikan. Ada begitu banyak tudingan terhadap pergantian kurikulum di Indonesia.
Dimana yang baru-baru ini kita dengar adalah polemik terhadap kurikulum 2013 yang
menuding bahwa adanya usaha oknum tertetu untuk menuju suatu konsep kapitalisasi
pendidikan.
Namun tidak hanya mendengarkan, ada beberapa hal yang perlu dipahami
dalam menyikapi berbagai problematika kurikulum tersebut. Yang tentunya harus
dimulai dari hal yang mendasar dari kurikulum itu sendiri. Adapun dalam makalah ini,
saya akan mencoba mengupas beberapa hal mengenai polemik kurikulum di Indonesia,
meliputi pemahaman, faktor, proses, beserta dampaknya.

1.2. Rumusan Masalah


Untuk lebih mudah memahami isi dari makalah ini, saya akan membatasi pokok
pembahasan saya dalam beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apa pengertian dari kurikulum?
2. Bagaimana sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia?
3. Bagaimana polemik dari perkembangan kurikulum di Indonesia?

1.3. Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah yang ada, terdapat beberapa tujuan dari penulisan
makalah ini, yaitu:
1. Memahami pengertian dari kurikulum
2. Dapat menggeneralisasi perkembangan kurikulum di Indonesia
3. Dapat mengidentifikasi polemik perkembangan kurikulum di Indonesia
1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kurikulum

Terdapat berbagai konsepsi mengenai kurikulum, yang mana hal tersebut disebabkan
oleh keberagaman pendekatan, sudut pandang dan landasan berpikir yang dipakai sebagai
pijakan. Secara etimologis kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu curir yang artinya pelari
dan curere yang berarti berpacu. Jadi istilah kurikulum pada awalnya berhubungan dengan
kegiatan olahraga pada jaman Romawi kuno di Yunani dengan mengandung pengertian suatu
jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Secara terminologi istilah kurikulum digunakan dalam
dunia pendidikan dengan pengertian sebagai sejumlah pengetahuan yang harus ditempuh atau
diselesaikan siswa guna mendapatkan suatu tingkatan atau ijazah (Sudarman :2019:1).

Istilah kurikulum mempunyai pengertian yang cukup beragam mulai dari pengertian
yang sempit hingga yang sangat luas. Pengertian kurikulum secara sempit seperti yang
dikemukakan oleh William B. Ragan yang dikutip oleh Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto:
”Traditionally, the curriculum has meant the Subject taugth in school, or course of
study”.4Senada dengan definisi ini, Carter V. Good menyatakan: ”Curriculum as a systematic
group of courses or sequences of subject required for graduation or certification in a major field
of sudy, for example, social studies curriculum, physical education curriculum...”.5Ronald C.
Doll mendefinisikan: “The curriculum of the school is the formal and informal content and
process by which learner gain knowledgeunderstanding develop skiils and alter attitude
appreciations and values under the auspice of that school”.6 Beberapa pengertian kurikulum
ini merupakan pengertian yang sempit dan tradisional. Di sini, kurikulum sekedar memuat dan
dibatasi pada sejumlah mata pelajaran yang diberikan guru atau sekolah kepada peserta didik
guna mendapatkan ijazah atau sertifikat (Machali : 2014:73)

Namun sebenarnya kurikulum memiliki pengertian yang sangat luas dan beragam,
artinya kurikulum itu tidak terbatas hanya pada sejumlah mata pelajaran saja, tetapi mencakup
semua pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami siswa dan mempengaruhi
perkembangan pribadinya yang diperoleh bukan dilingkungan sekolah saja akan tetapi
lingkungan keluarga dan masyarakat. Dengan demikian kurikulum itu tidak dibatasi pada
kegiatan di dalam kelas saja, tetapi mencakup juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
siswa di luar kegiatan pembelajaran. Saylor, Alexander, dan Lewis (1974) yang menganggap
kurikulum sebagai segala upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa supaya belajar, baik dalam

2
ruangan kelas, di halaman sekolah, maupun di luar sekolah (The curriculum is the sum total of
school's efforts to influence learning, whether in the classroom, on the playground, or out of
school) (Masykur : 2019:15).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kurikulum merupakan sebuah pengalaman


pembelajaran yang direncanakan terhadap, diarahkan dan dipertanggungjawabkan oleh pihak
penyelenggara pendidikan. Oleh karena itu, yang merancang, menjalankan serta
mempertanggung jawabkan kurikulum tersebut adalah sekolah atau guru sebagai ujung tombak
di lapangan yang lebih megetahui dan memahami kondisi peserta didik berdasarkan laar
belakangnya.

2.2. Sejarah perkembangan Kurikulum

Sejak Indonesia merdeka, kurikulum telah banyak mengalami perubahan dalam


perancangan dan kebijakan dalam menjalankan kurikulum. Tentu saja hal tersebut disebabkan
oleh situasi atau kondisi negara yang terus menerus berubah. Namun perubahan tersebut tidak
dibentuk dengan sembarangan, namun diandasi oleh hasil analisis, evaluasi seta prediksi
terhadap berbagai tantangan yang dihadapi baik dari dalam maupun dari luar. Perubahan dalam
konteks ini disebut dinamis karena cenderung menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Kemudian disebut juga relative karena kebijakan yang dibuat terhadap kurikulum dipandang
sempurna pada zamannya dan bisa saja menjadi tidak relevan pada zaman berikutnya sehingga
perlu diadakannya revisi atau perubahan semacamnya mengenai kebijakan dan
perancangannya. Dengan demikian, dalam kebijakan kurikulum menggunakan kebijakan
change and continuity yang maksudnya adalah perubahan yang dilakukan terus menerus.

Secara umum kebijakan kurikulum di Indonesia dapat dikalsifikasikan menjadi tiga


masa, yaitu pra kemerdekaan, masa kemerdekaan, dan masa reformasi. Berikut akan dijelaskan
secara singkat proses Panjang perubahan kurikulum di Indonesia dalam berbagai masadan
situasi.

1. Kebijakan Kurikulim Pendidikan Masa Pra Kemerdekaan.


Pada masa pra kemerdekaan, kebijakan dalam pendidikan sangat dipengaruhi ole
kolonialisme dimana saat itu para penjajah lah yan mengendalikan serta mengelola
kebijakan dan praktik pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan tersebut hanya

3
dilakukan smata-mata untuk memeperoleh tenaga keja yang mampu membaca dan
menulis sehingga mereka mebuat batasan dalam kesempatan pendidikan.
Terdapat dua bentuk kebijakan pendidikan pada masa kolonialdi indoensia.
Pertama, pada masa colonial Belanda dimana kebijakan Sekolah Kelas Dua
diperntukkan bagi anak pribumi dengan lama pendidikan tiga tahun dan
pelajarannya meliputi berhitung menulis dan membaca. Kedua, Kebijakan Sekolah
Kelas Satu yang diperuntukkan bagi anak pegawai pemerintah Hindia Belanda yang
lamanya 4 tahun, 5 tahun dan 7 tahun. Pelajaran yang diajarkan meliputi ilmu bumi,
sejarah, dan ilmu hayat.
Untuk pendidikan menengah didirikannya Gymnasium yang siswanya hanya
golongan ningrat dan berlangsung selama tiga tahun. Pelajaran yang diajarkan
meliputi Bahasa Belanda, Bahasa Inggris, ilmu Hitung, Aljabar, Ilmu Ukur, Ilmu
Alam atau Kimia, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah dan Tata Buku.
Sedankan untuk jenjang tingktan atas, Belanda mendirikan AMS (Algemene
Midelbare School) yang berlangsung selama tiga tahun dan terbagi atas A yang
merupakan ilmu kebudayaan yaitu kesusastraan timur dan kesusastraan klasik barat.
Kemudian ada bagian B yang terdiri dari ilmu pengetahuan kealaman yang meliputi
ilmu pasti dan ilmu alam ( Machali : 2014:75)

2. Kebijakan Kurkulum Pendidikan Pasca kemerdekaan


Kebijakan Kurikulum pada masa ini terbatas sampai pada masa terjadinya reformasi
yang tepatnya pada tahun 1998. Kebijakan kurikulum pada masa pasca
kemerdekaan berawal pada taub 1947,1952, 1964, 1968, 1975, 1984, dan 1994.
a. Kurikulum 1947
Indonesia telah merdeka pada tahun 1945, khususnya pada awal tahun 1947
telah dibentuk sebuah kurikulum dan diberi nama Rentjana Peladjaran 1947.
Rentjana Peladjaran 1947 pada saat itu masih berada dalam kondidi semangat
juang merebut kemerdekaan, maka pendidikan sebagai konformis
pembangunan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia
Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka
bumi ini. Sehingga pelaksanaan Rentjana Peladjaran 1947 baru terlaksanakan
pada tahun 1950. Dalam pengembangannya Rentjana Peladjaran 1947 tidak
terlalu fokus pada pendidikan ranah kognitif melainkan lebih dalam
pengembangan watak dan pemikiran melputi kesadaran dalam berbangsa dan
4
bernegara, materi pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, lebih
mendorong pada memberi perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani
(Zainuri : 2018:27-28).

b. Kurikulum 1952
Kebijakankurikulum ini juga lebih dikenal dengan Rencana Pelajaran Terurai
1952. Rencana pelajaran terurai merupakan respond dan hasil penyesuaian
dengan UU Nomor 4 Tahun 1950 tentang Pendidikan dan Pelajaran. Kurikulum
ini memiliki ciri dengan setiap rencana pembelajaran harus memperhatikan isi
pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Guru menentuan
apa saja yang akan diperoleh siswa di kelas, dan guru pula yang menentukan
standar-standar keberhasilan siswa dalam proses pendidikan. (Machali :
2014:77)

c. Kurikulum Rencana Pendidikan 1964


Pada akhir era kekuasaan Soekarno, kurikulum pendidikan yang sebelumnya
diubah menjadi Rencana Pendidikan 1964. Pada masa Rencana Pendidikan
1964 merupakan konsep pemelajaran yang bersifat aktif, kreatif, dan produktif.
Dimana konsep pembelajaran ini mewajibkan sekolah membimbing anak agar
mampu memikirkan sendiri pemecahan persoalan (problem solving).
Kurikulum ini menitikberatkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa,
karya, dan moral yang kemudian dikenal dengan istilah Pancawardhana.

d. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 ditandai dengan pengorganisasian atau pengelompokkan
materi berdasarkan perbedaan pelajaran yang dilakukan secara korelasional
dimana suatu mata pelajaran dikolerasi dengan mata pelajaran lain walaupun
batas antara satu pelajaran dengan lainnya terlihat sangat jelas. Muatan materi
masing-masing masih terlihat teoritis dan dan belum terkait dengan kehidupan
nyata dalam alam sekitar. (Abdullah : 2007: 345)

e. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 merupakan kurikulum yang bersifat sentralistik atau dibuat
oleh pemerintah pusat dan sekolah-sekolah tinggal melaksanakan. Orientasi
5
yang digunakan dalam kurikulum ini adalah orientasi tujuan. Maksudnya bahwa
setiap diupayakan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Mata pelajaran yang disajikan terdiri dari Bidang studi. Jumlah mata
pelajaran untuk SD ada 9 sedangkan untuk SMP dan SMA ada 11 bidang.
Proses pembelajaran bersifat integrative yang artinya setiap pembelajaran yang
diberikan ke semuanya harus secara bersama-sama menukung tercapainya
tujuan akhir. Pendekatan yang dipakai dalam kurikulum ini adalah pendekatan
sistem yang disebut PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional).
Evaluasi formatif pada setiap akhir sub bab dan evaluasi sumatif pada akhir bab
sehingga evaluasinya terdiri dari evaluasi antara dan evaluasi akhir. ( Nurhalim
: 2011:341)

f. Kurikulum 1984
Etelah kurikulum 1975 dirasa sudah tidak sesuai dengan kehidupan masyarakat
masa itu, maka dibentuklah kurikulum 1984 dengan salah satu cirinya
pendekatan pengajarannya berpusat pada adak didik melalui cara belajar siswa
aktif atau sering kita sebut dengan CBSA. Adapun kebijakan yang diambil oleh
pemerintah dalam pembentukan kurikulum ini adalah penambahan mata
pelajaran inti yang awalnya hanya berjumlah 8 menjadi 16 mata pelajaran inti
dan ditambah lagi dengan mata pelajaran pilihan yang diambil sesuai dengan
jurusan masing-masing. (Asri : 2017: 197)

g. Kurikulum 1994
Ciri-ciri umum dari kurikulum 1994 adalah bersifat objektif, nama SMP dan
SLTP Kejuruan diganti menjadi SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama),
Mata pelajaran PSPB dan keterampilan ditiadakan, program pembelajaran SD
dan SLTP disusun atas 13 mata pelajaran , nama SMA diganti menjadi SMU
dan disusun dalam 10 mata pelajaran dan masih banyak ciri-ciri spesifik
lainnya. Namun demikian aspek yang paling dikedepankan dalam kurikulum
1994 adalah terlalu padat sehingga membuat siswa merasa terbebani yang
mempengaruhi merosotnya semangat belajar siswa sehingga mutu
pendidikannya pun semain terpuruk. (Abdullah :2007:348)

6
3. Kebijakan Kurikulum Masa reformasi
Reformasi yang terjadi di Indonesia tidak hanya berdampak terhadap pemerintahan
Indonesia saja, melainkan juga berdampak besar bagi pendidikan di Indoenesia.
Yaitu dengan Dengan UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 menjadi babak baru bagi
sistem pendidikan nasional. Berbagai kebijakan tentang pendidikan dikeluarkan
sebagai amanat undang-undang. Dalam pengkategoriannya, kurikulum masa
Reformasi dipetakan menjadi tiga bagian. Yaitu kurikulum 2004 berupa Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK), kurikulum 2006 yang dikenal dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan Kurikulum 2013. Berbagai perubahan
tersebut tentu saja tidak terlepas dari perubahan yang dihadapi negara juga baik
dalam sistem social, politik, budaya, ekonomi dan ilmu pengetahuan serta
teknologi. (Machali :2014:79)
a. Kurikulum 2004 (KBK)
Kurikulum 2004 merupakan suatu program pendidikan berbasis kompetensi
harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu pemilihan kompetensi yang sesuai,
spesifikasi indicator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan
pencapaian kompetensi, dan pengembangan pembelajaran. Struktur kempetensi
dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester.
Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi
menurut aspek dari mata pelajaran tersebut. (Zainuri :2018:37)
b. Kurikulum 2006
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam
mangacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan
pendidikan nasional yang terdiri atas standar isi, proses, kompetensi, lulusan,
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan
penilaian pendidikan. Dua diantaranya merupakan acuan utama meliputi
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003)
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional
Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar
dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan
SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar
7
Nasional Pendidikan (BSNP). Selain itu, penyusunan KTSP juga harus
mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan
PP 19/2005. (Sudarman :2019:86).
c. Kebijakan Kurikulum 2013
Kurikulum KTSP yang dianggap belum sempurna dan masih banyak
kekurangan, apalagi di era digital yang serba teknologi maka KTSP harus segera
diubah menjadi kurikulum 2013. Berkaitan dengan pengembangan kurikulum,
kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendidikan karakter , dengan harapan
melahirkan insan yang positif, kreatif, inovati dan berkarakter. Kurikulum 2013
menekankan pengembagan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap
anak didik secara holostik. (Insani: 2019:58)

2.3. Dampak Perubahan Kurikulum Terhadap Pendidikan di Indonesia

Kuriklum dapat dikatakan sebagai inti darinproses pendidikan di sekolah. Pelaksanaan


kurikulum berpengaruh secara langsung terhadap hasil pendidikan. Kurikulum dapat
menentukan proses dan hasil suatu sistem pendidikan dan berfungsi sebagai media dalam
mencapai tujuan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis
dan semua tangkat pendidikan.

Perubahan kurikulum yang diatur sedemikian oleh pemerintah selalu dipengaruhi oleh
keadaan zaman berkembangnya kurikulum. Dimana kurikulum yang beberapa waktu lalu
mengalami perubahan adalah berlatarbelakang perkembangan zaman yang semakin maju dan
berkembangnya berbagainmacam teknologi canggih sehingga perlu dilakukannnya perbaikan
terhadap kurikulum yang sejalan dengan perkembangan zaman.

Namun demikian, setiap perubahan tentu saja menimbulkan dampak terhadap


objeknya. Dalam hal ini perubahan kurikulum tentu saja berdampak pada pihak yang terlibat
dalam proses pendidikan itu sendiri baik pelajar maupun pengajar. Berbicara tentang dampak
tentu saja ada positif dan negatifnya. Adapun salah satu dampak positifnya adalah pelajar bisa
mengembangkan pengetahuannya dengan mengikuti perkembangan zaman yang maju namun
tetap diikuti dengan faktor-faktor lainnya meliputi kepala sekolah, guru, tenaga pengajar, siswa
didik, bahkan Lembaga pendidikan itu sendiri.

Terlepas dari itu terdapat pula dampak negative dari perubahan kurikulum tersebut.
Salah satunya adalah penurunan mutu pendidikan yang disebabkan oleh tidak mampunya

8
pelajar dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan kurikulum yang terjadi secara terus
menerus sehingga dapat berpengaruh terhadap prestasi yang di peroleh.

2.4. Polemik Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Perkembangan kurikulum yang setiap zamannya selalu berubah dan pengaruh terhadap
pendidikan di Indonesia. Hal tersebut juga tentu saja berhubungan dengan peningkatan mutu
guru dalam mendidik generasi penerus. Belakangan ini perubahan dan pengembangan
kurikulum cukup menari perhatian maupun pemerintah dalam pembahasannya. Bagi sebagian
pihak mungkin perubahan kurikulum sering dimaknai sebagai kunci bagi kemajuan pendidikan
sehingga kadang dimensi lainnya terlupakan seperti guru yang lebih subtansial.

Pengembangan kurikulum memang merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan


secara terus menerus dengan berkelanjutan. Namun, menurut Muhaimin (2009: 151), biasanya
pengembangan kurikulum yang dilakukan lebih banyak disibukkan dan berhenti pada aspek
curriculum plan (kurikulum sebagai dokumen). Sedangkan aspek actual curriculum (kegiatan
nyata) biasanya terlupakan. Masalah proses pembelajaran dimana guru berperan penting di
dalamnya sering diabaikan. Contohnya Kurikulum 2004, KBK, sampai KTSP berlaku dan
berubah begitu cepat tanpa memberi ruang yang cukup bagi para guru untuk memahami
kurikulum-kurikulum tersebut melalui workshop atau diklat. Yang terjadi adalah pencetakan
buku-buku berdasarkan (pada-hal sering tidak sesuai) kurikulum yang berlaku. Akibatnya, para
guru menyelenggarakan pembelajaran di kelas hanya mengikuti urutan-urutan bahan yang
tertera dalam buku tanpa berusaha mengembangkan bahan ajar sendiri sesuai situasi kondisi
peserta didik yang dihadapi. Akibat lain adalah para orangtua peserta didik merasa terbebani
dalam memenuhi kebutuhan buku anak-anaknya yang memang tersedia banyak dan lebih
mudah diperoleh dibanding jika guru harus mengembangkan sendiri bahan ajarnya. (Mahmud
: 2013: 114)

Dalam perancangan kurikulum baru yang sering dicetuskan oleh pemerintah adalah
pnerbitan buku-buku kurikulum terbaru dengan banyak menghabiskan biaya. Namun tidak
adanya usaha untuk membarikan pemahaman terhadap guru bisa berupa workshop atau diklat
agar bisa mengimplementasikan kurikulum secara benar. Padahal mutu guru untuk
berkonstribusi dalam peningkatan prestasi belajar peserta didik.

Pada pasal 34 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 ditegaskan bahwa: a) pemerintah


dan pemerintah daerah wajib membina dan mengembangkan kualifika-si akademik dan
kompetensi guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah

9
daerah, dan/atau masyarakat; b) satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat
wajib membina dan mengembangkan kualifikasi aka-demik dan kompetensi guru; c)
pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan anggaran untuk meningkatkan
profesionalitas dan pengabdian guru pada satuan pen-didikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyara-kat. Jika merujuk pada aturan ini maka tidak
ada alasan untuk tidak memberikan kesempatan pertama dan dukungan dana kepada para guru
Indonesia untuk mengem-bangkan kualifikasi akademik dan kompetensinya seiring
pengembangan kurikulum itu sendiri.

Oleh sebab itu, karakteristik perencanaan kurikulum perlu diperhatikan oleh para
perencana kurikulum, baik dalam kerangka penyusunan kurikulum yang benar-benar baru,
maupun dalam rangka pengembangan kurikulum agar sasaran perencanaan kurikulum
memenuhi harapan pendidikan dan perkembangan anak didik. Mengacu pada hal ini, sangat
penting untuk memperhatikan prinsip-prinsi dalam manajemen kurikulum. Menururut Barret
dan Rata terdapat beberapa prinsip manajemen kurikulum, meliputi:

1. Produktivitas, hasil yang akan didapat dalam sebuah kegiatan kurikulum


merupakan bagian penting yang harus dipertimbangkan dengan sebaik baiknya
dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar siswa dapat mencapai
hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam
manajemen kurikulum.
2. Demokratisasi, kegiatan manajemen kurikulum wajib berdasarkan demokrasi yang
meletakkan pengelola, pelaksana serta subjek didik pada kedudukan yang
seharusnya dalam melaksanakan kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab
dalam pencapaian tujuan kurikulum.
3. Kooperatif, untuk mendapatkan hasil yang diharapkan pada kegiatan manajemen
kurikulum diharapkan adanya kerja sama yang baik dari berbagai pihak yang
terlibat.
4. Efektivitas dan efisiensi, urutan kegiatan manajemen kurikulum wajib
mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi guna tercapainya tujuan kurikulum
sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut menghasilkan yang maksimal
dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relatif singkat.
5. Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang sudah tertuang dalam kurikulum, proses
manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan
tujuan kurikulum. (Juleha :2019:162)

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kurikulum memiliki pengertian yang sangat luas dan beragam, artinya
kurikulum itu tidak terbatas hanya pada sejumlah mata pelajaran saja, tetapi
mencakup semua pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami siswa
dan mempengaruhi perkembangan pribadinya yang diperoleh bukan dilingkungan
sekolah saja akan tetapi lingkungan keluarga dan masyarakat. Dengan demikian
kurikulum itu tidak dibatasi pada kegiatan di dalam kelas saja, tetapi mencakup juga
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa di luar kegiatan pembelajaran.
Sejarah mencatat bahwa kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali
pengembangan. Dalam Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia
dikemukakan bahwa kurikulum yang pertama kali digunakan di sekolah Indonesia
adalah Kurikulum 1947 dan 1950, kemudian selanjutnya kurikulum terus
mengalami pengembangan, yaitu Kurikulum 1958 berlaku 1964, Kurikulum 1968,
1975, 1984, dan 1994. Seiring ditetapkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka kurikulum pun diubah menjadi
Kurikulum 2004, kemudian dikembangkan menjadi Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) se-lanjutnya menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), dan sekarang Kurikulum 2013.
Perubahan terhadap kurikulum pun tidak terlepas dari berbagai polemik dan
permasalahan dalam pembentukan dan penerapannya. Salah satunya adalah
ketidaksiapan tenaga pendidik dalam menerapkan kurikulum yang bertujuan
disejajarkan dengan perkembangan zaman yang semakin canggih. Namun demikian
tidak hanya dalam dokumen, penerapan dan implementasinya harus setara dan tidak
memberatkan salah satu penyelenggara pendidikan. Setiap perancangan harus
memperhatikan prinsip-prinsip manajemen kurikulum.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sudarman. 2019. Buku Ajar Pengembangan Kurikulum Kajian teori dan Paktik.
Samarinda : Mulawarman University Press.
Machali, Imam. 2014. Kebijakan Perubahan Kurikulum 2013 dalam
Menyongsong Indonesia Emas Tahun 2045. Jurnal Pendidikan Islam Volume 4
nomor 1. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga.
Masykur. 2019. Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum. Lampung : Aura
CV. Anugrah Utama Raharja.
Zainuri, Ahmad. 2018. Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan. Palembang: CV.
Amanah.
Abdullah, Anzar. 2007. Kurikulum Pendidikan di Indonesia Sepanjang Sejarah
(suatu tinjauan kritis filosofis). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No 066.
Nurhalim, Muhammad. 2011. Analisis Perkembangan Kurikulum Indonesia.
Jurnal INSANIA Volum 16 Nomor 3. Purwekerto: Tarbiyah STAIN.
Asri, M. 2017. Dinamika Kurikulum di Indonesia. MODELING: Jurnal
Program Studi PGMI Volum 4 Nomor 2. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga.
Insani, Farah Dina. 2019. Sejarah Perkembangan Kurikulum Di Indonesia Sejak
Awal Kemerdekaan Hingga Saat Ini. As-Salam I Journal Volume 8 Nomor 1.
Yogyakarta: Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga.
Mahmud, Hilal. 2013. Guru Di Tengah Peubahan Kurikulum. Jurnal Al-
Khawarizmi, Volume 2. Palopo: Tarbiyah STAIN.
Juleha, Siti. 2019. Problematika Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan
Karakter. Jurnal Penelitian Pendidikan Islam Vol. 7, No. 2. Banjar: Sekolah Tinggi
Agama Islam (STAI) Miftahul Huda Al-Azhar.

12
1

Anda mungkin juga menyukai