Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

HAKEKAT DAN PRINSIP KURIKULUM


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SEKOLAH DASAR
DOSEN PENGAMPU
Dr. Hj. MAHRITA, M.Pd.

DISUSUSN OLEH :
KELOMPOK 2
DINIDA CAMILA 1710125320042

EKA OKTAVIANI 1710125320044

FATMA MAUDY SAPUTRI 1710125320060

HOGLA FEBRINNOLA 1710125220023

HUSNUL HUMAIRAH 1710125320077

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU PRA-SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat serta Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pada
mata kuliah PENGEMBANGAN KURIKULUM yang berjudul “HAKEKAT
DAN PRINSIP KURIKULUM” ini dengan tepat waktu.
Kami menyadari masih banyaknya kekurangan yang terdapat di dalam
makalah ini, oleh karena itu kami membutuhkan banyak kritik dan saran dari Ibu
dan semua pihak yang bersifat memotivasi kami demi membuat sebuah makalah
yang lebih baik dimasa depan.
Akhir kata, kepada semua pihak yang telah berperan serta membantu
menyusun makalah ini dari awal sampai akhir kami mengucapkan terimakasih.
Semoga kedepannya kami dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Banjarmasin, 7 Februari 2019


Penulis,

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2

D. Manfaat Penulisan.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Hakikat Kurikulum.......................................................................................3

B. Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan....................................................4

C. Fungsi Kurikulum.........................................................................................5

D. Pengertian Pengembangan Kurikulum..........................................................8

E. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurukulum................................................11

BAB III PENUTUP...............................................................................................28

A. Kesimpulan.................................................................................................28

B. Saran............................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu
Curir yang berarti berlari dan curere yang artinya tempat berpacu. Dengan
demikian, istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman
Romawi Kuno di Yunani, yang mengandungpengertian jarak yang harus
ditempuh pelh pelari dari garis start sampai garis finish. Selanjutnya,
istilah kurikulum ini digunakan dalam dunia pendidikan dan mengalami
perubahan makan sesuai dengan perkembangan dan dinamika yang ada
pada dunia pendidikan. Secara garis besar, kurikulum dapat diartikan
sebagai perangkat materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan
kepada murid sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai.

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran


penting dalam sistem pendidikan. Di dalamnya tidak hanya mengandung
rumusan tujuan yang harus dicapai, tetapi juga pemahaman tentang
pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap anak didik. Begitu
pentingnya fungsi dan peran kurikulum dalam menentukan keberhasilan
pendidikan, karena itu kurikulum harus dikembangkan dengan fondasi
yang kuat.

Pengembangan kurikulum pada hakekatnya adalah proses


penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari
serta bagaimana cara mempelajarinya.

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif,


didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan
kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pembuat
kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk
menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta
didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi

1
kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam
tindakan operasional.Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari
pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil
pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah
direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan
kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan
dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang,
seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur
masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu hakikat pengembangan kurikulum?
2. Apa prinsip-prinsip pengembangan kurikulum?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hakikat pengembangan kurikulum.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang didapatkan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :

1. Dapat memberi pengetahuan kepada pembaca dan penulis


mengenai hakikat dan pengembangan kurikulum di Sekolah Dasar.
2. Dapat menambah pengetahuan kepada pembaca dan penulis
mengenai hakikat dan pengembangan kurikulum di Sekolah Dasar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Kurikulum
Terdapat banyak pengertian tentang kurikulum, yang berkembang
sejalan dengan perkembangan teori dan praktik pendidikan. Selain itu,
tujuannya juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang
dianutnya. Pengertian kurikulum mulai dari yang sangat sederhana, yakni
kurikulum merupakan kumpulan sejumlah mata pelajaran sampai dengan
kurikulum sebagai kegiatan sosial. Pengertian kurikulum akan
memengaruhi praktik-praktik pengembangan kurikulum.

Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata


pelajaran yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh peserta
didik, seperti dikemukakan oleh Zais (1976), yaitu kurikulum sebagai:....a
racecourse of subject matters to be mastered. Dalam situasi dan kondisi
tertentu pandangan ini masih dipakai sampai sekarang. Pandangan yang
muncul selanjutnya, beralih dari menekankan pada isi menjadi lebih
menekankan pada pengalaman belajar, sekaligus perubahan ruang lingkup,
yakni dari konsep yang sempit menjadi lebih luas, seperti dikemukan oleh
Doll (1974) berikut: The commonly accepted definition of the curriculum
has changed from content of courses of study and list of subjects and
course to all the experiences which are offered to learners under the
auspices or directionand the school.

Pengalaman peserta didik yang diarahkan atau menjadi tanggung


jawab sekolah mengandung makna yang cukup luas. Pengalaman tersebut
dapat berlangsung disekolah, dirumah, atau di masyarakat, bersama guru
atau tanpa guru, berkenaan langsung dengan pelajaran ataupun tidak.
Difinisi tersebut, juga mencakup berbagai upaya guru dalam mendorong
terjadinya pengalaman tersebut, serta sebagai fasilitas yang
mendukungnya. Kurikulum tidak hanya terdiri atas mata pelajaran (course
of study), atau uraian isi mata pelajaran (course content) atau persiapan

3
mengajar (teaching preparation) dalam bentuk silabus dan satuan
pelajaran (syllabus and lesson unit), tetapi mencakup semua dokumen
tertulis yang berkaitan dengan rencana pembelajaran. Kurikulum tertulis
selain mencakup hal-hal diatas, juga meliputi landasan dan azas -azas
pengembangan kurikulum struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis
besar program pembelajaran pedoman-pedoman pelaksanaan seperti
pedoman: pengelolaan, bimbingan dan evaluasi: media dan sumber
pembelajaran, seperti media elektronik dan nonelektronik;, buku, modul
dan handout; program program pembelajaran, seperti pembelajaran
melalui komputer, film, video, audio.

Implementasi kurikulum atau kurikulum sebagai aktivitas atau


kurikulum sebagai pengalaman, mencakup peroaes belajar mengajar yang
berlangsung dikelas, laboratorium, workshop studio, perpustakaan dan di
lapangan (kegiatan kurikuler) maupun kegiatan kokurikuler dan
ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah dan luar sekolah. Memang
beberapa waktu yang lalu, banyak yang mengartikan kurikulum secara
sempit, yaitu hanya mencakup kegiatan kurikuler, atau dokumen tertulis,
atau malahan hanya kumpulan dari mata pelajaran. Dewasa iní kurikulum
diartikan lebih luas, yaitu sebagai semua rancangan yang berfungsi
mengoptimalkan perkembangan peserta didik, dan semua pengalaman
belajar yang diperoleh peserta didik berkat arahan, bimbingan, dan
dipertanggungjawabkan oleh sekolah. Pemerintah kemudian
mendefinisikan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang. digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu (Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU No. 20 Tahun 2003), Pasal 1
angka (19).

B. Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan


Setiap praktik pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan
tertentu, apakah berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, keterampilan,

4
dan sikap tertentu, ataupun kemampuan bekerja. Untuk menyampaikan
bahan pelajaran, ataupun mengembangkan kemampuan kemampuan
tersebut diperlukan metode penyampaian, serta alat-alat bantu tertentu.
Untuk menilai hasil dan proses pendidikan, juga di perlukan cara-cara dan
alat-alat penilaian tertentu. Hal-hal tersebut, yaitu tujuan, bahan ajar,
metode-alat, dan penilaian merupakan komponen-komponen utama
kurikulum. Dengan berpedoman pada kurikulum, intraksi pendidikan
antara guru dan peserta didik berlangsung lebih terarah.

Kurikulum merupakan inti pendidikan, selain berisi rumusan


tentang tujuan yang menentukan ke mana peserta didik akan dibawa dan
diarahkan, juga berisi rumusan tentang isi dan kegiatan belajar, yang akan
membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
serta nilai-nilai yang mereka perlukan dalam kehidupan dan pelaksanaan
tugas pekerjaan di masa yang akan datang. Kurikulum memberikan dasar-
dasar bagi pengembangan kepribadian kemampuan profesional, yang akan
menentukan kualitas insan dan sumber daya manusia suatu bangsa.

Kedudukan kurikulum dalam pendidikan adalah (1) sebagai


construct yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah terjadi di masa
lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan, diteruskan, atau
dikembangkan: (2) jawaban untuk menyelesaikan berbagai masalah sosial
yang berkenaan dengarn pendidikan; dan (3) untuk membangun kehidupan
masa depan di mana kehidupan masa lalu, masa sekarang, dan berbagai
rencana pengembangan dan pembangunan bangsa dijadikan dasar untuk
mengembangkan kehidupan masa depan (Sutarto, dkk., 2013); serta (4)
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu (UU No. 20 Tahun 2003).

C. Fungsi Kurikulum
Kurikulum memiliki berbagai fungsi. Bagi guru, kepala sekolab,
pengawas orang dan peserta didik fungsi kurikulum sebagai berikut
(Sanjaya, 2011)

5
1. Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak
berpedoman pada kurikulum tidak akan berjalan dengan sistematis
dan efektif, sebab pembelajaran adalah proses yang bertujuan
sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan peserta didik
diarahkan untuk mencapai tujuan. Tanpa kurikulum, dapat
dipastikan pembelajaran tanpa arah dan tujuan.

2. Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun


perencanaan dan program sekolah. Penyusunan kalender sekolah,
pengajuan saran- prasarana sekolah kepada Komite Sekolah,
penyusunan berbagai kegiatan sekolah, baik intrakurikuler,
kokurikuler, ekstrakurikuler, dan kegiatan- kegiatan lainnya
didasarkan pada kurikulum yang digunakan.

3. Bagi pengawas, kurkulum berfungsi sebagai panduan dalam


melakukan supervisi ke sekolah. Dengan berpedoman pada
kurikulum, pengawas dapat melihat apakah program sekolah,
termasuk pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum, bagian-bagian mana yang
sudah dilaksanakan, bagian-bagian mana yang sedang
dilaksanakan, dan bagian-bagian mana yang belum dilaksanakan.
Dengan demikian, pengawas bisa memberikan masukan saran
perbaikan.

4. Bagi orang tua peserta didik, kurikulum sebagai pedoman untuk


memberikan bantuan bagi penyelenggaraan program sekolah dan
membantu putra-putrinya belajar di rumah sesuai dengan program
sekolah. Melalui kurikulum, orang tua dapat mengetahui tujuan
yang harus dicapai peserta didik serta ruang lingkup materi
pelajarannya.

5. Bagi peserta didik, kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar.


Melalui kurikulum, peserta didik dapat memahami kompetensi apa

6
yang harus dicapai, baik itu pengetahuan, keterampilan, maupun
sikap Ketika memulai pembelajaran guru memberitahu peserta
didik tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah
mengikuti pembelajaran, maka peserta didik bisa self-evaluation,
melakukan penilaian diri ketika pembelajaran sudah selesai. Apa
yang harus dilakukannya setelah menguasai kompetensi tertentu,
dan apa yang harus dilakukannya apabila dirinya belum
menguasainya.

Fungsi penyesuaian berarti kurikulum harus dapat mengantar


peserta didik agar mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial
masyarakat Fungsi integrasi berarti harus dapat mengembangkan pribadi
peserta didik secara utuh, meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Fungsi diferensiasi berarti kurikulum harus mampu melayani perbedaan
kemampuan dan karakteristik setiap peserta didik, antara lain meliputi
perbedaan bakat minat, kemampuan, dan kecepatan belajarnya. Fungsi
persiapan berarti bahwa kurikulum harus dapat memberikan pengalaman
belajar peserta didik untuk selanjutkan studi ke satuan atau jenjang
pendidikan berikutnya, maupun untuk terjun ke kehidupan di masyarakat.

Fungsi pemilihan berarti bahwa kurikulum dapat memberikan


kesempatan pada setiap peserta didik untuk memilih program-program
pendidikan, terkait dengan jumlah beban belajar yang diambil maupun
mata pelajaran yang dikutinya, sesuai dengan bakat, minat, kemampuan,
dan kecepatan belajarnya. Fungsi diagnostik berarti bahwa kurikulum
mampu mengeksplorasi berbagai kekuatan dan kelemahan peserta didik.
Apabila kekuatan dan kelemahan peserta didik sudah dikenalinya, dapat
disusun program-program pendidikan khusus dan layanan khusus yang
sesuai.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum


merupakan seperangkat rencana pengetahuan mengenai, tujuan, isi, dan
bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang berfungsi untuk

7
mengoptimalkan perkembangan peserta didik dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Fungsi kurikulum dalam pendidikan yaitu
mengerahkan guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, dan peserta didik
sesuai dengan peran dan tugasnya masing- masing.

D. Pengertian Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan
penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum
developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan
dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai pendidikan yang
dinamis. Hal ini berarti bahwa kurikulum harus senantiasa dikembangkan
dan disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pengertian kurikulum yang semakin luas
membuat para pelaksana kurikulum memberikan batasan sendiri terhadap
kurikulum. Namun perbedaan pengertian tersebut tidak menjadi masalah
yang besar terhadap pencapaian tujuan pendidikan, apabila pengembangan
kurikulum didasarkan pada landasan dan prinsip-prinsip yang
mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pengembangan kurikulum yang
dilaksanakan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari pendidikan
nasional. Perwujudan prinsip, aspek dan konsep kurikulum terletak pada
guru. Sehingga guru memiliki tanggung jawab terhadap tercapainya tujuan
kurikulum itu sendiri.
Oleh sebab itu, seorang pelaksana kurikulum perlu mengetahui dan
melaksanakan beberapa landasan dan prinsip-prinsip menjadi pedoman
dalam pengembangan kurikulum. Namum hal ini sering diabaikan oleh
para pelaksana kurikulum, sehingga pencapaian tujuan pendidikan tidak
optimal. Hal ini yang mendasari penulis untuk menyusun makalah ini.
Makalah ini memaparkan apa yang menjadi landasan- landasan dan
prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses pengembangan kurikulum.

8
1. Landasan Pengembangan Kurikulum
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai
kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan
pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam
pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam
penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan
landasan yang kokoh dan kuat.

Dengan landasan yang kokoh kurikulum yang dihasilkan akan


kuat, yaitu program pendidikan yang dihasilkan akan dapat
menghasilkan manusia terdidik sesuai dengan hakikat kemanusiannya,
baik untuk kehidupan masa kini maupun menyongsong kehidupan jauh
ke masa yang akan datang. Penggunaan landasan yang tepat dan kuat
dalam mengembangkan kurikulum tidak hanya diperlukan oleh para
penyusun kurikulum ditingkat pusat (makro), akan tetapi terutama
harus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para
pengembang kurikulum ditingkat operasional (satuan pendidikan),
yaitu para guru, kepala sekolah, pengawas pendidikan (supervisor)
dewan sekolah atau komite pendidikan dan para guru serta pihak-pihak
lain yang terkait (stacke holder).

Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang memiliki


kedudukan cukup sentral dalam perkembangan pendidikan, oleh sebab
itu dibutuhkan landasan yang kuat dalam pengembangan kurikulum
agar pendidikan dapat menghasilkan manusia-manusia yang
berkualitas. Adapun yang menjadi landasan dalam pengembangan
kurikulum yaitu:

a. Landasan Filosofis
Landasan Filosofis dalam pengembangan kurikulum,
yaitu akan membahas dan mengidentifikasi landasan filsafat
dan ilmplikasinya dalam mengembangkan kurikulum. Filsafat

9
membahas segala permasalahan manusia, termasuk pendidikan,
yang disebut filsafat pendidikan. Filsafatmemberikan arah dan
metodologi terhadap praktik-praktik pendidikan, sedangkan
praktik- praktik pendidikan memberikan bahan-bahan bagi
pertimbangan filosofis. Keduanya sangat berkaitan erat. Hal
inilah yang menyebabkan landasan filosofis menjadi landasan
penting dalam pengembangan kurikulum. Dalam penyusunan
kurikulum di Indonesia yang harus diacu adalah Filsafat
pendidikan pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan
arah sedangkan pelaksanaanya melalui pendidikan.

b. Landasan Psikologis

Landasan Psikologis dalam pengembangan kurikulum,


yaitu akan membahas dan mengidentifikasi landasan psikologis
dan ilmplikasinya dalam mengembangkan kurikulum. Dalam
proses pendidikan yang tejadi adalah proses interaksi antar
individu. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya karena
kondisi psikologisnya. Kondisi psikologis sebenarnya
merupakan karakter psiko- fisik seseorang sebagai individu
yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku interaksi
dengan lingkungannya. Dalam pengembangan kurikulum,
minimal ada dua landasan psikologi yang mempengaruhinya,
yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Terdapat
Sembilan aspek psikologi yang kompleks tetapi satu yang
dikembangkan dengan perantara berbagai mata pelajaran yang
tercantum dalam kurikulum.

1) Aspek Ketakwaan
2) Aspek Cipta
3) Aspek Rasa
4) Aspek Karsa
5) Aspek Karya (Kreatif)
6) Aspek Karya (Keprigelan)

10
7) Aspek Kesehatan
8) Aspek Sosial
9) Aspek Individu
10) Landasan Sosial Budaya
Kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil
pendidikan. Dengan pendidikan diharapkan muncul
masyarakat-masyarakat yang tidak asing dengan masyarakat.
Dengan pendidikan diharapkan lahir manusia- manusia
yangbermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakat.
Oleh sebab itu tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus
disesuaikan dengan kondisi, karakteristik, kekayaan dan
perkembangan masyarakat.

c. Landasan Yuridis
Kurikulum pada dasaranya adalah produk yuridis yang
ditetapkan melalui keputusan menteri Pendidikan Nasional RI.
Sebagai pengejawantahan dari kebijakan pendidikan yang
ditetapkan oleh lembaga legislatif yang mestinya mendasarkan
pada konstitusi/UUD. Dengan demikian landasan yuridis
pengembangan kurikulum di NKRI ini adalah UUD 1945
(pembukaan alinia IV dan pasal 31), peraturan-peraturan
perundangan seperti: UU tentang pendidikan (UU No.20 Tahun
2003), UU Otonomi Daerah, Surat Keputusan dari Menteri
Pendidikan, Surat Keputusan dari Dirjen Dikti, peraturan-
peraturan daerah dan sebagainya.

E. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurukulum


1. Pengertian Prinsip Pengembangan Kurikulum.
Secara gramatikal, prinsip berarti asas, dasar, keyakinan, dan
pendirian. Dari pengertian ini tersirat makna bahwa kata prinsip
menunjuk pada suatu hal yang sangat penting, mendasar, harus
diperhatikan, memili mengatur dan mengarahkan, serta sesuatu yang

11
biasanya sclalu ada atau terjadi pada situasi dan kondisi yang serupa.
Pengertian dan makna prinsip ini menunjukkan bahwa prinsip itu
memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitannya dengan
keberadaan sesuatu. Melalui pemahaman suatu prinsip, orang bisa
menjadikan sesuatu itu lebih efektif dan efisien. Prinsip juga
mencerminkan hakikat yang dikandung oleh sesuatu, baik dalam
dimensi proses maupun dimensi hasil, dan bersifat memberikan
rambu-rambu atau aturan main yang harus diikuti untuk mencapai
tujuan secara benar.
Pengertiian dan fungsi prinsip di atas bisa dijadikan dasal uituk
menjelaskan arti dan fungsi prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum menunjukkan pada suatu
pengertian tentang berbagai hal yang harus dijadikan patokan dalam
menentukan berbagai hal yang terkait dengan pengembangan
kurikulum, terutama dalam fase perencanaan kurikulum (curriculum
planning). Prinsip-prinsip tersebut menpgambarkan ciri dari hakikat
kurikulum itu sendiri.
Esensi dari pengembangan kurikulum adalah proses identifikasi,
sintesis, evaluasi, pengambilan keputusan, dan kreasi elemen-elemen
kurikulum. Jika proses pengembangan kurikulum ingin berjalan secara
efektif dan efisien, maka para pengembang kurikulum harus
memerhatikan prinsip- prinsip pengembangan kurikulum, baik yang
bersifat umum maupun khusus. Di samping itu, para pengembang
kurikulum akan bisa bekerja secara mantap, terarah dan hasilnya bisa
dipertanggungjawabkan. Produk dari aktivitas pengembangan
kurikulum tersebut diharapkan akan sesuai dengan harapan masyarakat
yang bersifat dinamis dan zaman yang akan selalu berubah. Selain
daripada itu, adanya berbagai prinsip pengembangan kurikulum
merupakan suatu ciri bahwa kurikulum merupakan suatu area atau
suatu lapangan studi (Field of study) tersendiri.

2. Macam-macam Sumber Prinsip Pengembangan Kurikulum


Sumber prinsip menunjukkan dari mana asal muasal lahirnya
suatu prinsip. Dari berbagai literatur tentang kurikulum dapat

12
dikemukakan setidaknya ada empat sumber prinsip pengembangan
kurikulum, yaitu: data empiris (empirical data), data eksperimen
(experiment data), cerita/legenda yang hidup di masyarakat (folklore
of curricuculum), dan akal sehat (common sense) (Oliva, 1992: 28).
Data empiris merujuk pada pengalaman yang terdokumentasi dan
terbukti efektif, data eksperimen menunjuk pada temuan-temuan hasil
penelitian, Data hasil temuan penelitian merupakan data yang
dipandang valid dan reliabel, sehingga tingkat kebenarannya lebih
meyakinkan untuk dijadikan prinsip dalam pengembangan kurikulum.
Namun demikian, dalam fakta kehidupan, data hasil penelitian
(hard data) itu sifatnya sangat terbatas. Di samping itu, banyak data-
data lainnya yang diperoleh dari bukan hasil penelitian juga terbukti
efektif untuk memecahkar masalah-masalah kehidupan yang
kompleks, di antaranya adat kebiasaan yang hidup di masyarakat
(folklore of curricuculum). Ada juga data hasil pertimbangan
pemikiran umum atau akal sehat (common sense). Bahkan data yang
diperoleh dari hasil penelitian dapat digunakan setelah melalui proses
pertimbangan dan penilaian akal sehat terlebih dahulu.
Dengan demikian, pada prinsipnya kesemua jenis data di atas
dapat digu nakan atau dimanfaatkan bagi kegiatan pengembangan
kurikulum sebagai sumber prinsip yang akan dijadikan pegangan.

3. Tipe-tipe Prinsip Pengembangan Kurikulum


Pada dasarnya, tipe-tipe prinsip pengembangan kurikulum
merupakan tingkat ketepatan (validity) dan ketetapan (reliability)
prinsip yang digunakan. Hal ini ada kaitannya dengan sumber-sumber
dari prinsip pengembangan tif kurikulum itu sendiri. Ada data, fakta,
konsep, dan prinsip kepercayaannya tidak diragukan lagi karena sudah
dibuktikan secara empiris melalui suatu penelitian yang berulang-
ulang. Ada pula data yang sudah terbukti secara empiris, tetapi masih
terbatas dalam kasus-kasus tertentu sehingga belum bisa
digeneralisasikan. Bahkan, ada pula data yang belum dibuktikan dalam
suatu penelitian, tetapi sudah terbukti dalam kehidupan, dan menurut
pertimbangan akal sehat dipandang logis, baik, dan berguna.

13
Merujuk pada hal di atas, maka prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum bisa diklasifikasikan menjadi tiga tipe prinsip, yaitu:
anggapan kebenaran utuh atau menyeluruh (whole truth), anggapan
kebenaran parsial (partial truth), dan anggapan kebenaran yang masih
memerlukan pembuktian (hypothesis). Anggapan kebenaran utuh
adalah fakta, konsep dan prinsip yang diperoleh serta telah diuji dalam
penelitian yang ketat dan berulang, sehingga bisa dibuat generalisasi
dan bisa diberlakukan di tempat yang berbeda. Tipe prinsip kategori ini
tidak akan mendapat tantangan atau kritik karena sudah diyakini oleh
orang-orang yang terlibat dalam pengembangan kurikulum.
Anggapan kebenaran parsial, yaitu suatu fakta, konsep dan
prinsip yang sudah terbukti efektif dalam banyak kasus, tetapi sifatnya
masih belum bisa digeneralisasikan. Mengingat anggapan tersebut
dianggap baik dan bermanfaat, maka tipe prinsip ini bisa digunakan.
Namun demikian, dalam penggunaannya biasanya masih mengundang
pro dan kontra. Selajutnya, anggapan kebenaran yang masih
memerlukan pembuktian atau hipotesis yaitu prinsip kerja yang
sifatnya tentatif. Prinsip ini muncul dari hasil deliberasi, judgement
dan pemikiran akal sehat. Meskipun sangat diharapkan menggunakan
tipe prinsip whole truth, akan tetapi tipe prinsip lain pun berguna dan
bermanfaat. Sebagaimana halnya dengan prinsip tipe kebenaran parsial
prinsip tipe hipotesis juga masih memungkinkan adanya tantangan atau
sec ko co kritikan dalam penggunaannya (pro dan kontra).
Pada dasarnya kesemua jenis tipe prinsip itu bisa digunakan.
Tipe prinsip mana yang mendapat penekanan dalam penggunaannya,
sangat penggunaannya, bergantung pada perspektif para pengembang
kurikulum tentang kurikulum itu sendiri. Dalam praktik
pengembangan kurikulum, biasanya kesemua tipe prinsip itu
digunakan. Penyederhanaan peristilahan tentang berbagai tipe prinsip
sebagaimana dijelaskan di muka, Oliva (1992: 30) memakai istilah
axioms untuk menggambarkan berbagai karakteristik prinsip tersebut.
Merujuk pada kamus Webster's Ninth New Collegiate Dictionary, kata
aksioma memiliki pengertian yang meliputi sifat-sifat dari tiga prinsip

14
di atas. Istilah aksioma ini juga masih mungkin diganti dengan istilah
teorema (theorems). Aksioma dan teorema adalah dua hal yang
berbeda, tetapi senada. Keduanya akan memberikan pedoman sebagai
kerangka dan rujukan dalam melakukan aktivitas dan pemecahan
masalah, termasuk di dalamnya aktivitas pengembangan kurikulum.

4. Macam-macam Prinsip Pengembangan Kurikulum


Terdapat banyak prinsip yang mungkin digunakan dalam
pengembangan kurikulum. Macam-macam prinsip ini bisa dibedakan
dalam dua kategori, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip
umum biasanya digunakan hampir dalam setiap pengembangan
kurikulum di mana pun. Di samping itu, prinsip umum ini merujuk
pada prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum
sebagai totalitas dari gabungan komponen-komponen yang
membangunnya. Prinsip khusus artinya prinsip yang hanya berlaku di
tempat tertentu dan situasi tertentu. Prinsip ini juga merujuk pada
prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan komponen-
komponen kurikulum secara tersendiri. Misalnya, prinsip yang
digunakan untuk mengembangkan komponen tujuan, prinsip untuk
mengembangkan komponen isi kurikulum, dan prinsip-prinsip untuk
mengembangkan komponen-komponen kurikulum lainnya. Prinsip
pengembangan antara satu komponen dengan komponen lainnya akan
berbeda-beda.
Terdapat beberapa istilah lain yang menunjuk pada apa yang
dimaksud dengan prinsip, misalnya: axioms (Oliva), criteria (Mc Neil
dan Zais), basic consideration (Saylor et.al.), dan principle (Tyler).
Uraian tentang macam- macam prinsip pengembangan kurikulum
dalam tulisan ini mengacu kepada penjelasan yang dikemukakan
Sukmadinata (2000), Oliva (1992), dan Tyler (1975).
a. Prinsip Umum
Sukmadinata (2000:150-151) menjelaskan bahwa terdapat
lima prinsip umum pengembangan kurikulum, yaitu: "prinsip
relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis atau efisiensi, dan
efektivitas”.
1) Prinsip Relevansi

15
Prinsip relevansi artinya prinsip kesesuaian. Prinsip
ini ada dua jenis, yaitu relevansi eksternal (external
relevance) dan relevansi internal (internal relevance).
Relevansi eksternal artinya kurikulum harus sesuai dengan
tuntutan dan kebutuhan masyarakat, baik kebutuhan dan
tuntutan masyarakat yang ada pada masa kini maupun
kebutuhan yang diprediksi pada masa yang akan datang.
Intinya, kurikulum harus bisa menyiapkan program belajar
bagi anak untuk menyiapkan anak agar bisa beradaptasi
dengan masyarakat, memenuhi harapan dan kebutuhan
masyarakat serta situasi dan kondisi kehidupan masyarakat
tempat di mana ia berada. Kurikulum bisa memenuhi
prinsip relevansi eksternal, apabila para pengembang
kurikulum memiliki pengetahuan dan wawasan tentang
kehidupan masyarakat pada masa kini dan masa datang.
Sedangkan relevansi internal, yaitu kesesuaian
antarkomponen kuriku lum itu sendiri. Kurikulum
merupakan suatu sistem yang dibangun oleh subsistem atau
komponen, yaitu tujuan, isi, metode, dan evaluasi untuk
mencapai tujuan tertentu, belajar dan kemampuan siswa.
Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang memenuhi
syarat relevansi internal, yaitu adanya koherensi dan
konsistensi antarkomponennya. Hal ini harus diperhatikan
karena setiap tujuan tertentu akan menuntut adanya isi,
metode, dan sistem evaluasi tersendiri. Ketidaksesuaian
dalam komponen-komponen ini akan menyebabkan
kurikulum tidak akan bisa mencapai tujuannya secara
optimal. Implikasi dari prinsip ini adalah para pengembang
kurikulum harus mema- hami betul tentang jenis dan
hakikat dari tujuan kurikulum, isi kurikulum metode
pembelajaran, dan sistem evaluasi. Kriteria atau prinsip-
prinsip penentuan komponen kurikulum akan dibahas lebih
lanjut pada prinsi khusus.

16
2) Prinsip Fleksibilitas
Prinsip Fleksibilitas berarti suatu kurikulum harus
lentur (idak kaku), terutama dalam hal pelaksanaannya.
Pada dasarnya, kurikulum didesain untuk mencapai suatu
tujuan tertentu sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan
tertentu. Meskipun demikian, dalam proses pengembangan
kurikulumnya harus fleksibel. Di dalam kurikulum harus
terdapat suatu sistem tertentu yang dapat memberikan
alternatif dalam mencapai tujuannya. Pengembangan
kurikulum harus menggunakan berbagai metode atau cara-
cara tertentu yang sesuai dengan situasi dan kondisi
tertentu, tempat di mana kurikulum itu diterapkan.
3) Prinsip Kontinuitas
Pinsip kontinuitas artinya kurikulum dikembangkan
secara berkesinam- meliputi sinambung antarkelas maupun
sinambung antarjenjang pendidikan. Hal ini dimaksudkan
agar proses pendidikan atau belajar siswa bisa maju secara
berkesinambungan. Pendidikan pada kelas atau jenjang
yang lebih rendah harus menjadi dasar untuk dilanjutkan
pada kelas dan jenjang di atasnya. Dengan demikian, akan
terhindar dari tidak terpenuhinya prasyarat awal siswa
(prerequisite) untuk mengikuti pendidikan pada kelas atau
jenjang pendidikan yang lebih tinggi, juga terhindar dari
adanya program dan aktivitas belajar yang tidak perlu
(negatively over laping) yang bisa menimbulkan
pemborosan waktu, tenaga, dan dana. Untuk itu, perlu
adanya kerja sama di antara para pengemb kurikulum dari
berbagai kelas dan jenjang pendidikan.
4) Prinsip Praktis atau Efisiensi
Kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan
prinsip praktis, yaitu dapat dan mudah diterapkan di
lapangan. Kurikulum harus bisa diterapkan dalam praktik
pendidikan, sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Oleh

17
karena itu, para pengembang kurikulum harus memahami
terlebih dahulu situasi dan kondisi tempat di mana
kurikulum itu akan digunakan. Meskipun gambaran situasi
dan kondisi tentang tempat itu tidak diketahui secara rinci,
tetapi paling tidak gambaran umumnya harus diketahui.
Pengetahuan akan tempat ini akan memandu pengembang
kurikulum untuk mendesain kurikulum yang memenuhi
prinsip praktis, yaitu memungkinkan untuk diterapkan.
Salah satu kriteria praktis itu adalah efisien, artinya
tidak mahal alias murah. Hal ini mengingat sumber daya
pendidikan, personel-dana-fasilitas keberadaannya terbatas.
Meskipun harus memenuhi prinsip murah tapi tidak berarti
murahan. Murah di sini merujuk pada pengertian bahwa
kurikulum harus dikembangkan secara efisien, tidak boros
dan sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki.
Dengan demikian, akan terdapat keragaman tingkat
kemampuan di berbagai daerah dan sekolah pggara
pendidikan yang sifatnya relatif. Prinsip praktis ini ada
kaitannya dengan prinsip-prinsip kurikulum lainnya.
5) Prinsip Efektivitas
Prinsip ini menunjukkan pada suatu pengertian
bahwa kurikulum selalu berorientasi pada tun tertentu
yang ingin dicapai. Kurikulum merupakan instrumen
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, jenis dan
karakteristik tujuan apa yang ingin dicapai harus jelas.
Kejelasan tujuan akan mengarahkan dalam pemilihan dan
penentuan isi, metode dan sistem evaluasi, serta model
konsep kurikulum apa yang akan digunakan. Di samping
itu, tujuan juga akan mengarahkan dan memudahkan
dalam implementasi kurikulum itu sendiri.
Masih dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip
umum pengembangan kurikulum, Oliva (1992: 31-45)
mengajukan sepuluh prinsip. Dalam hal ini ia
menggunakan istilah axioms, untuk mewadahi keragaman

18
karakteristik tipe prinsip. Kesepuluh prinsip dari Oliva ini
memberikan gambaran lebih lanjut tentang hakikat
keberadaan kurikulum dan proses pengembangannya.
Berikut akan diuraikan bagaimana pandangan Oliva
mengenai keberadaan pendidikan/kurikulum dalam
kaitannya dengan masyarakat, serta implikasinya bagi
keberadaan kurikulum dan pekerjaan para pengembang
kurikulum, prinsip-prinsip pengembangan kurikulum bagi
para pengembang kurikulum.
Oliva menjelaskan apa yang kita sebut dengan
sistem pendidikan (ter- masuk di dalamnya kurikulum)
semestinya memberikan respons terhadap perubahan
kondisi yang terjadi pada supra sistem, yaitu masyarakat
Terjadinya perubahan kurikulum merupakan suatu hal yang
normal, bahkan perubahan kurikulum itu diperlukan
sebagai konsekuensi dari adanya perubahan lingkungan.
Berkaitan dengan hal ini, para pengembang kurikulum
memiliki tanggung jawab untuk mengupayakan perbaikan
kurikulum yang sifatnya berkelanjutan (continous
improvement in curriculum).
Tugas dan tanggung jawab para pengembang
kurikulum tersebut tidak akan sulit jika mengikuti prinsip-
prinsip pengembangan kurikulum. Adapun kesepuluh
prinsip (axioms) pengembangan kurikulum yang diajukan
Oliva, yaitu:
a) Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang tidak
dapat dihindarkan dan bahkan diperlukan.
b) Kurikulum merupakan produk dari masa yang
bersangkutan.
c) Perubahan kurikulum masa lalu sering terdapat
secara bersamaan bahkan tumpang tindih dengan
perubahan kurikulum yang terjadi masa kini.

19
d) Perubahan kurikulum akan terjadi dan berhasil
sebagai akibat (dan jika ada) perubahan pada orang-
orang atau masyarakat.
e) Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerja
sama kelompok.
f) Pengembangan kurikulum pada dasarmnya adalah
proses menentukan pilihan dari sekian alternative
yang ada.
g) Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang
tidak akan pernah berakhir.
h) Pengembangan kurikulum akan berhasil jika
dilakukan secara komprehensif, bukan ativitas
bagian per bagian yag terpisah.
i) Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika
dilakukan dengan proses yang sistematis.
j) Pengembangan kurikulum dilakukan berangkat dari
kurikulum ada.

Jika kita bandingkan antara prinsip umum


pengembangan kurikulum ) yang dari Sukmadinata dengan
Oliva tampak bahwa masing-masing memiliki perspektif
penekanan yang berbeda, tetapi tidak bertentangan. Prinsip
dari adinata, dalam pandangan penulis, lebih menekankan
pada entitas kurikulum, sedangkan prinsip dari Oliva selain
berkaitan dengan entitas kurikulum (khususnya pada
aksioma point a sampai point d) juga menyangkut prinsip
proses pengembangannya (point e hingga point j)

Manfaat yang bisa kita ambil adalah prinsip umum


pengembangan kurikulum menurut kedua ahli tersebut bisa
digunakan secara bersamaan karena akan saling melengkapi
dan saling menunjang. Semakin lengkap d komprehensif,
suatu prinsip akan semakin baik karena akan semakin mem
perjelas dalam mengarahkan prosedur kerja para

20
pengembang kurikulum dan kesempurnaan kurikulum yang
dihasilkannya.

b. Prinsip Khusus
Sebagaimana telah disebutkan di muka, prinsip
khusus berkenaan dengan prinsip yang hanya berlaku di
tempat tertentu dan situasi tertentu. Prinsip ini juga merujuk
pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan
komponen-komponen kurikulum secara khusus (tujuan, isi,
metode, dan evaluasi). Satu wilayah dengan wilayah
lainnya, satu jenis dan jenjang pendidikan dengan jenis dan
jenjang pendıdikan lainnya memiliki karakteristik yang
berbeda dalam beberapa aspek. Perbedaan ini tentu bisa
mengakibatkan adanya penggunaan prinsip-prinsip yang
khas sesuai dengan situasi dan kondisi setempat, serta
karakteristik jenis dan jenjang pendidikan tersebut.
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum khusus
lainnya, yaitu merujuk pada prinsip-prinsip pengembangan
komponen-komponen kurikulum, yang mana antara satu
komponen dengan komponen lainnya memiliki prinsip
yang tidak sama. Di bawah ini akan diuraikan beberapa
prinsip pengembangan kurikulum khusus yang
dikemukakan Sukmadinata (2000), yaitu berkaitan dengan
pengembangan komponen-komponen kurikulum dengan
sedikit modifikasi penulis dalam pola urutan penjelasan.
Adapun prinsip pengembangan kurikulum khusus yang
dimaksud adalah:
1) Prinsip yang berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat
umum atau jangka panjang, jangka menengah, dan
jangka pendek (khusus). Perumusan tujuan pendidikan
bersumber pada :
a) Ketentuan dan kebijakan pemerintah, yang dapat
ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga

21
Negara mengenai tujuan strategi pembangunan
termasuk di dalamnya pendidikan.
b) Survey mengenai persepsi orang tua dan masyarakat
lainnya tentang kebutuhan mereka yang diperoleh
melalui angket atau wawancara dengna mereka.
c) Survei tentang pandangna para ahli dalam bidang-
bidang tertentu, dihimpun melalui angket,
wawancara, observasi, dan dari berbagai media
massa.
d) Survei tentang menpower (sumber daya manusia
tenaga kerja).
e) Pengalaman Negara-negara lain dalam masalah yang
sama.
f) Penelitian.
2) Prinsip yang berkenaan dengan isi pendidikan
Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan untuk
menentukan isi pendidikan/ kurikulum, yaitu:
a) Perlu penjabaran tujuan pendidikan, kurikulum
dan pembelajaran ke dalam perbuatan hasil
belajar yang khusus dan sederhana, makin umum
suatu perbuatan hasil belajar dirumuskan semakin
sulit menciptakan pengalaman belajar.
b) Isi bahan pelajaran harus meliputi pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.
c) Unit-unit keterampilan harus disusun dalam
urutan yang logis dan sistematis. Ketiga ranah
belajar, yaitu kognitif, sikap dan keterampilan,
diberikan secara simultan dalam urutan situasi
belajar. Untuk hal tersebut diperlukan buku
pedoman guru yang memberikan penjelasan
tentang organisasi bahan dan alat pembelajaran
secara lebih mendetail.
3) Prinsip berkenaan dengan proses pembelajaran
Untuk menentukan pendekatan, strategi dan
teknik apa yang akan digunakan dalam proses

22
pembelajaran, hendaknya pengembang kurikulum
memerhatikan hal-hal berikut:
a) Apakah strategi/ metode/ teknik yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran cocok
untuk mengajarkan bahan pelajaran?
b) Apakah strategi/ metode/ teknik tersebut
menunjukan kegiatan yang bervariasi sehingga
dapat melayani perbedaan individual siswa?
c) Apakah strategi/ metode/ teknik tersebut dapat
memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-
tingkat?
d) Apakah strategi/ metode/ teknik tersebut dapat
menunjukan berbagai kegiatan siswa yang
mencapai tujuan kognitif, afektif, dan
psikomorik?
e) Apakah strategi/ metode/ teknik tersebut
berorientasi kepada siswa, atau berorientasi
kepada guru, atau keduanya?
f) Apakah strategi/ metode/ teknik tersebut dapat
mendorong berkembangnya kemampuan baru?
g) Apakah strategi/ metode/ teknik tersebut dapat
menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah
dan di rumah, juga mendorong pengetahuan
sumber belajar (learning resources) yang ada di
rumah dan masyarakat?
h) Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan
kegiatan belajar yang menekankan “learning by
doing” di samping “learning by seeing and
knowing”.
4) Prinsip berkenaan dengan media dan alat bantu
pembelajaran.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang
efektif dan efesien perlu didukung oleh penggunaan
media dan alat bantu pembelajaran yang tepat.
Beberapa prinsp yang bisa dijadikan pegangan untuk

23
memilih dan menggunakan media dan alat bantu
pembelajaran.
a) Media atau alat bantu apa yang diperlukan dalam
proses pembelajaran? Apakah semua sudah
tersedia? Bila alat tersebut tidak ada, apakah ada
penggantinya?.
b) Kalau ada yang harus dibuat, hendaknya
memerhatikan bagaimana membuatnya, siapa
yang membuatnya, pembiayaanya, serta waktu
pembuatannya?
c) Bagaimana pengorganisasian media dan alat
bantu pembelajaran, apakah dalam bentuk modul,
paket belajar atau ada bentuk lain?
d) Bagaimana pengintegrasiannya dalam
keseluruhan kegiatan pembelajaran?
e) Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan
mengunakan multimedia.

5) Prinsip yang berkenaan dengan evaluasi


Evaluasi merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari pembelajaran . untuk itu
pengemanbang kurikulum harus memerhatikan
prinsp-prinsip evaluasi. Prinsip evaluasi yaitu
objektivitas, komprehensif, kooperatif, mendidik,
akuntabilitas, dan praktis.dalam praktiknya, paling
tidak ada 5 fase yang harus diperhatikan pengembang
kurikulum dalam kegiatan evaluasi, yaitu perencanaan
evaluasi, pengembangan alat evaluasi, pegumpulamn
data, pengolahan hasil, laporan dan pemanfaatan hasil
evaluasi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
fase perencanan evaluasi yaitu:
a) Bagaimanakan karakteristik kelas, usia, tingkat
kemampuan kelompok yang akan di nilai?
b) Berapa lama waktu yang diperlukan untuk
pelaksanaan evaluasi?

24
c) Teknik evaluasi apa yang aka digunakan? Tes,
nontes atau kedua-duanya?
d) Jika teknik tes, berapa banyak butir soal yang
perlu disusun?
e) Apakah soal tersebut di administrasikan oleh guru
atau murid?
Dalam pengembangan alat evaluasi,
sebaiknya mengikuti langkah-langkah berikut:
a) Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum,
dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
b) Uraikan ke dalam bentuk tingkah laku murid
yang dapat di amati dan diukur.
c) Hubungkan dengan bahan pelajaran.
d) Tuliskanbutir-butir soal atau tugas.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
pengolahan hasil penilaian adalah:
a) Norma penilaian apa yang akan digunakan dalam
pengolahan hasil tes?
b) Apakah akan digunakan rumus atau formula
guessing?
c) Bagaimana mengubah skor mentah (raw score)
ke dalam skor masak?
d) Skor standar apa yang akan digunakan?
e) Untuk apakah hasil tes digunakan
f) Bagaimana menyusun laporan hasil evaluasi?
g) Laporan hasil evaluasi ditujukan kepada siapa
saja?
Demikian prinsip-prinsip pengembangan kurikilum
yang lazim digunakan. Prnsip-prinsip yang ada tersebut
sifatnya tidak kaku, masih bisa dimodifikasi, ditambah atau
dikurangi sesuai dengan kebutuhan.

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran
penting dalam sistem pendidikan. Di dalamnya tidak hanya mengandung
rumusan tujuan yang harus dicapai, tetapi juga pemahaman tentang
pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap anak didik.

Secara gramatikal, prinsip berarti asas, dasar, keyakinan, dan


pendirian. Dari pengertian ini tersirat makna bahwa kata prinsip menunjuk
pada suatu hal yang sangat penting, mendasar, harus diperhatikan, memili
mengatur dan mengarahkan, serta sesuatu yang biasanya sclalu ada atau
terjadi pada situasi dan kondisi yang serupa.
Pengertian dan makna prinsip ini menunjukkan bahwa prinsip itu
memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitannya dengan keberadaan
sesuatu. Melalui pemahaman suatu prinsip, orang bisa menjadikan sesuatu
itu lebih efektif dan efisien. Prinsip juga mencerminkan hakikat yang
dikandung oleh sesuatu, baik dalam dimensi proses maupun dimensi hasil,
dan bersifat memberikan rambu-rambu atau aturan main yang harus diikuti
untuk mencapai tujuan secara benar.

B. Saran
Saran kami yakni dengan adanya hakikat dan prinsip-prinsip
dalam mata kuliah, maka manfaatkanlah ilmu yang ada di mata kuliah
pengembangan kurikulum di sd ini guna menjadikan kita sebagai pendidik
dapat mejalankan kewajiban dengan baik. Sehingga tercipta pendidik yang
berkarakter dan profesional untuk bangsa. Untuk menghadapi abad ke-21
dan menciptakan generasi yang unggul dan profesional di masa
mendatang.

26
DAFTAR PUSTAKA
Dakir, H. 2004. Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum. Rineka Cipta.
Jakarta.
Ahiri, J dan Hafid A. 2011. Evaluasi Pembelajaran Dalam Konteks KTSP.
Bandung : Humaniora.
Amri, S. 2013. Pengembangan dan model pembelajaran dalam kurikulum 2013.
Jakarta : PT Prestasi Pustakarya.
Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran, prinsip, teknik, produser. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Jihad, Adan Haris, A. 2009. Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

27

Anda mungkin juga menyukai