Anda di halaman 1dari 19

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum dan


Pengajaran yang diampu oleh Bapak Dr. Amiruddin, M.Pd.

Disusun oleh :
KELOMPOK 6 Reg C Kelas 2A
Abdul Basarul Mukmin
Agung Supriyadi
Ana Fitriana
Anwari
Budi Nurhambali
Dasril koto
Devi Hartati

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATRA UTARA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang
telah melimpahkan banyak Rahmat dan Nikmat sehingga makalah dengan judul
Desain Pengembangan Kurikulum dapat penulis selesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.Sholawat dan salam juga penulis sampaikan ke Baginda
Rasulullah Muhammad Sallallahu Alaihi Wassalam yang penulis harapkan
syafaatnya kelak.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Amiruddin,
M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Kurikulum dan
Pengajaran yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini serta
seluruh pihak yang telah berkontribusi.
Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
saran dan masukan yang bersifat membangun dari para pembaca sangat
diharapkan oleh kelompok ini demi penyempurnaan penulisan makalah ini.Akhir
kata kami sampaikan ,semoga tulisan ini juga dapat memberi manfaat dan
menambah pengetahuan bagi para pembaca terkhusus juga bagi kelompok 6.

Aceh Singkil , November 2022

Penulis

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3

2.1 Pengertian Kurikulum .............................................................................. 3


2.2 Pengertian Desain Kurikulum .................................................................. 4
2.3 Standar Desain Kurikulum....................................................................... 5
2.4 Prinsip-prinsip dalam Mendesain Kurikulum .......................................... 6
2.5 Model-Model Desain Kurikulum............................................................. 7
BAB III PENUTUP................................................................................................... 15
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 15
3. 2 Saran ................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah ranah yang paling baik untuk mengadakan perubahan –
perubahan.Karena hanya melalui pendidikan kualitas baik sumber daya manusia
dapat ditentukan.Akan tetapi pendidikan sebagai sebuah sistem tentu saja harus
didukung oleh banyak komponen yang terdapat dalam pendidikan.Mulai dari visi
misi,tujuan, kurikulum,tenaga pendidik,pengelolaan strategi dan pendekatan
pembelajaran,metode,hingga pada evaluasi.Semua persoalan tersebut tentu saja
akan sangat berkaitan dengan dengan desain kurikulum yang dipersiapkan oleh
suatu organisasi seperti sekolah atau perguruan tinggi.
Desain kurikulum menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau
komponen kurikulum . Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua
dimensi, yaitu dimensi horisontal dan vertikal. Dimensi horisontal berkenaan
dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Susunan lingkup ini sering
diintegrasikan dengan proses belajar dan mengajarnya. Dimensi vertikal
menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasrkan urutan tingkat kesukaran.
Bahan tersusun mulai dari yang mudah, kemudian menuju pada yang lebih sulit,
atau mulai dengan yang dasar diteruskan dengan yang lanjutan.
Desain Kurikulum ini mendeskripsikan secara terperinci tentang
komponen yang harus ada pada setiap kurikulum serta desain kurikulum yang
dapat digunankan untuk proses pembelajaran. Wacana tersebut menyebutkan
bahwa dalam kurikulum itu terdapat beberapa komponen, diantaranya adalah
tujuan kurikulum, bahan ajar atau materi atau isi dari kurikulum tersebut, strategi
mengajar atau metode mengajar, media mengajar dan evaluasi pengajaran serta
penyempurnaan pengajaran. Komponen-komponen tersebut saling berhubungan
satu dengan yang lainnya. Setiap komponen mempunyai isi yang sangat penting
sekali bagi kelangsungan kurikulum.

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka penulis membuat
beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian kurikulum?
2. Apakah pengertian Desain Kurikulum ?
3. Apa saja prinsip-prinsip dalam mendesain kurikulum ?
4. Apa saja model – model desain kurikulum ?

1.3. Tujuan Masalah


Adapun tujuan dari masalah yang bisa penulis buat adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum
2. Untuk mengetahui Pengertian Desain Kurikulum
3. Mengetahui Prinsip-Prinsip dalam mendesain Kurikulum
4. Mengetahui Model – Model Desain Kurikulum

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kurikulum


Istilah “ Kurikulum “ memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh
pakar – pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa
ini. Tafsiran – tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai
dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Istilah
kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “ Curriculae “,artinya jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelajar. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka
waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk
memperoleh ijazah.Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh
ijazah.Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa
telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya
seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat lainnya
dan akhirnya mencapai finish.Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai
jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan
ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu ( Hamalik, 2007 : 16 ). Ada pakar
kurikulum seperti Robertson ( 1971 ) dan Shaw (1977 ) yang mengutarakan
bahwa “ Kurikulum mengandung maksud, tujuan, isi, proses, sumber daya dan
sarana – sarana evaluasi bagi semua pengalaman belajar yang direncanakan bagi
para pembelajar baik di dalam maupun di luar sekolah dan masyarakat melalui
pengajaran kelas dan program – program terkait.”
Di Indonesia istilah kurikulum ( Curriculum ) boleh dikatakan baru
menjadi populer sejak tahun 1950-an, yang dipopulerkan oleh mereka yang
memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Kini istilah itu telah dikenal orang
diluar pendidikan. Sebelumnya yang lazim digunakan adalah “ rencana pelajaran “
pada hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran.
Selanjutnya pasal 36 ayat ( 3 ) Undang – Undang No.20 tahun 2003 berisi tentang
kurikulum yang diatur berdasarkan jenis dan jenjang pendidikan dalam kerangka
Negara kesatuan Republik Indonesia yang berfokus pada :
1. Meningkatkan iman dan takwa

3
2. Meningkatkan akhlak mulia
3. Meningkatkan minat dan potensi kecerdasan siswa
4. Berbagai macam potensi lingkungan dan daerah
5. Tuntutan dalam membangun nasional dan daerah
6. Tuntutan dalam dunia kerja
7. teknologi, ilmu pengetahuan, dan seni yang mengalami perkembangan
8. Perkembangan global yang penuh dinamika, dan
9. Persatuan berbagai nilai kebangsaan dan nasional.
Beberapa tafsiran lainnya kurikulum dapat dikatakan sebagai rencana
pembelajaran, kurikulum memuat isi dan materi pelajaran, kurikulum sebagai
pengalaman belajar. Berdasarkan pengertian dari kurikulum yang telah diuraikan
menunjukkan bahwa kegiatan – kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang
kelas saja, melainkan mencakup kegiatan di luar kelas.

2.2. Pengertian Desain Kurikulum


Kurikulum merupakan hasil dari kegiatan menyusun rancangan model
kurikulum dengan cara mengimplementasikan prinsip pembelajaran ke dalam suatu
rancangan atau susunan pembelajaran yang terdiri dari:
1. Materi pembelajaran
2. Kegiatan dan sumber belajar
3. Evaluasi pembelajaran secara sistemik dan reflektif sesuai dengan visi dan
misi suatu lembaga pendidikan.
Setiap desain kurikulum memiliki cara yang efektif untuk digunakan dalam
proses pembelajaran, namun bukan berarti semua bisa digunakan sebagai pedoman
dalam pembelajaran karena desain kurikulum memiliki kelebihan dan kelemahannya.
Desain kurikulum diperoleh melalui beberapa metode antara lain Memodifikasi atau
menyalin sebuah kurikulum yang sudah tersedia sebelumnya, Menggolongkan desain
kurikulum berdasarkan kelas atau mata pelajaran guna mengembangkan desain yang
dapat dikelola, serta dilakukan pengujian aspek dalam desain yang baru dan
Mengkombinasi dari kedua strategi tersebut. Prinsip yang perlu dipegang teguh dalam
perumusan desain kurikulum adalah orientasi terhadap disiplin ilmu yang telah
disetujui, peserta didik dan masyarakat.

4
Ada beberapa Pengertian Desain Kurikulum menurut para ahli,
diantaranya adalah :
1) Menurut Oemar Hamalik (1993) pengertian Desain adalah suatu petunjuk
yang memberi dasar, arah, tujuan dan teknik yang ditempuh dalam memulai
dan melaksanakan kegiatan. Fred Percival dan Henry Ellington (1984)
2) Menurut Nana S. Sukmadinata (2007:113) desain kurikulum adalah
menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum.
Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi
horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkenaan dengan penyusunan dari
lingkup isi kurikulum. Sedangkan dimensi vertikal menyangkut penyusunan
sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran.
3) Menurut Longstrteet (1993) Desain kurikulum ini merupakan desain
kurikulum yang berpusat pada pengetahuan (the knowledge centered design)
yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena itu model
desain ini dinamakan juga model kurikulum subjek akademis yang
penekanannya diarahkan untuk pengembangan intelektual siswa.

2.3. Standar Desain Kurikulum


Menurut (Amirullah, 2020) terdapat beberapa karakteristik dalam
menyusun desain kurikulum, antara lain adalah:
1. Subject Matter (kognitif).
Sumber tujuan dari subject matter mencakup mata pelajaran yang harus
dipelajari lalu digabungkan dengan disiplin ilmu. Contoh dari subject matter
adalah pelajaran kimia. Menurut Nurhalim (2011:341) pada karakteristik ini,
kegiatan pembelajaran lebih berorientasi pada pemahaman materi
pembelajaran sehingga peran peserta didik dalam kegiatan belajar bersifat
pasif.
2. Kompetensi.
Sumber tujuan dari karakteristik kompetensi ini adalah kemampuan yang
digunakan pada bidang pekerjaan, cara mengorganisir pembelajaran
dilakukan dengan merumuskan kompetensi dan menjabarkan kompetensi
dalam bentuk sub-sub kompetensi atau blok pembelajaran.

5
3. Humanistic.
Sumber tujuan dari desain kurikulum ini adalah sifat yang dipelajari dan
ingin dibentuk oleh kurikulum itu sendiri kepada para peserta didik. Cara
mengorganisir pembelajaran pada desain kurikulum ini dilakukan melalui
metode yang dapat menghasilkan kecerdasan intelektual sehingga para
peserta didik dapat menciptakan keputusan moral atau berperilaku dengan
baik dan menumbuhkan rasa tanggung jawab penuh dalam diri setiap peserta
didik.
4. Rekonstruksi Sosial.
Sumber tujuan pada desain kurikulum ini yaitu berdasarkan kebutuhan
sosial atau masyarakat.Mengorganisir pembelajaran dalam desain kurikulum
ini dilakukan dengan melihat aktivitas masyarakat.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa. Desain kurikulum
merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar yang akan
diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan pendidikan. Dalam desain
kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum, hubungan antara satu
unsur dengan unsur lainnya, prinsip-prinsip pengorganisasian, serta hal-hal yang
diperlukan dalam pelaksanaannya.

2.4. Prinsip-prinsip dalam Mendesain Kurikulum


Saylor (Hamalik:2007) mengajukan delapan prinsip ketika akan
mendesain kurikulum, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1) Desain kurikulum harus memudahkan dan mendorong seleksi serta
pengembangan semua jenis pengalaman belajar yang esensial bagi pencapaian
prestasi belajar, sesuai dengan hasil yang diharapkan.
2) Desain memuat berbagai pengalaman belajar yang bermakna dalam rangka
merealisasikan tujuan–tujuan pendidikan, khususnya bagi kelompok siswa
yang belajar dengan bimbingan guru;
3) Desain harus memungkinkan dan menyediakan peluang bagi guru untuk
menggunakan prinsip-prinsip belajar dalam memilih, membimbing, dan
mengembangkan berbagai kegiatan belajar di sekolah;

6
4) Desain harus memungkinkan guru untuk menyesuaikan pengalaman dengan
kebutuhan, kapasitas, dan tingkat kematangan siswa
5) Desain harus mendorong guru mempertimbangkan berbagai pengalaman
belajar anak yang diperoleh diluar sekolah dan mengaitkannya dengan
kegiatan belajar di sekolah.
6) Desain harus menyediakan pengalaman belajar yang berkesinambungan, agar
kegiatan belajar siswa berkembang sejalan dengan pengalaman terdahulu dan
terus berlanjut pada pengalaman berikutnya.
7) Kurikulum harus di desain agar dapat membantu siswa mengembangkan
watak, kepribadian, pengalaman, dan nilai-nilai demokrasi yang menjiwai
kultur.
8) Desain kurikulum harus realistis, layak, dan dapat diterima.

2.5. Model-Model Desain Kurikulum


Longstreet mendefinisikan desain kurikulum merupakan desain kurikulum
yang berpusat kepada pengetahuan (the knowledge centered desain) yang
dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu, oleh karena itu model desain ini juga
dinamakan model kurikulum subjek akademis yang penekanannya diarahkan
untuk pengembangan kemampuan intelektual siswa.
Ada tiga bentuk organisisi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu,
yaitu: subject centered desain, learned centered desain, problem centered desain.
Setiap desain kurikulum memberikan teknik atau cara yang efektif dalam proses
pembelajaran agar berjalan dengan efektif dan efisien. Tetapi tidak setiap desain
kurikulum dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakn proses pembelajaran,
karena setiap desain kurikulum memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
pelaksanannya.
1. Subject Centered Design
Subject centered design curiculum merupakan bentuk desain yang paling
populer, paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam subject centered
design, kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan.
Kurikulum tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan mata-mata pelajaran

7
tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah-pisahnya itu maka
kurikulum ini disebut juga separated subject curiculum.
Subject centered design berkembang dari konsep pendidikan klasik yang
menenkankan pengetahuan, nilai-nilai dan warisan budaya masa lalu, dan
berupaya untuk mewariskannya kepada generasi berikutnya. Karena
mengutamakan isi atau bahan ajar atau subject matter tersebut, maka desain
kurikulum ini disebut juga subject academic curriculum.
Model design curriculum ini mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan. Beberapa kelebihan dari model ini adalah:
1. mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi, dan disempurnakan
2. para pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu atau
bahan yang akan diajarkan sering dipandang sudah dapat menyampaikannya.
Beberapa kritik yang juga merupakan kekurangan model desain ini adalah
1. karena pengetahuan diberikan secara terpisah-pisah, hal itu bertentangan
dengan kenyataan, sebab adalam kenyataan pengetahuan itumerupakan suatu
kesatuan,
2. karena mengutamakan bahan ajar maka peran peserta didik sangat pasif
3. pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu, dengan
demikian pengajaran lebih bersifat verbalitas dan kurang praktis.
Atas dasar tersebut, para pengkririk menyarankan perbaikan ke arah yang
lebih terintegrasi, praktis, dan bermakna serta memberikan peran yang lebih aktif
kepada siswa.
1) The Subject Design
The Subject Curiculum merupakan bentuk desain yang paling murni dari
subject centered design. Materi pelajaran disajikan secara terpisah-pisah dalam
bentuk mata-mata pelajaran. Model desain ini telah ada sejak lama. Orang-orang
Yunani kemudian Romaaw imengembangkan Trivium dan Quadrivium. Trivium
meliputi gramatika, logika, dan retorika, sedangkan Quadrivium meliputi
matematiks, geometri, astonomi, dan musik. Paada saat itu pendidikan tidak
diarahkan pada mencari nafkah, tapi oada pembentuakan pribadi dan status sosial
(Liberal Art). Pendidikan hanya di peruntukan bagi anak-anak golongan
bangsawan yang tidak usah bekerja mencari nafkah.

8
Adapun kelemahan-kelemahan bentuk kurikulum ini adalah :
1. kurikulum memberikan pengetahuan terpisah-pisah, satu terlepas dari yang
lainnya. isi kurikulum diambil dari masa lalu, terlepas dari kejadian-kejadian
yang hangat, yang sedang berlangsung saat sekarang.
2. Kurikulum ini kurang memperhatiakan minat, kebuutuhan dan pengalaman
peserta didik. isi kurikulum disusun berdasarkan sistematika ilmu sering
menimbulkan kesukaran di dalam mempelajari dan menggunakannya
3. kurikulum lebih mengutamakan isi dan kurang memperhatiakn cara
penyampaian. Cara penyampaian utama adalah ekspositori yang menyebabkan
peran siswa pasif.
Meskipun ada kelemahan-kelemahan di atas, bentuk desain kurikulum ini
mempunyai beberapa kelebihan karena kelebihan-kelebihan tersebut bentuk
kurikulum ini lebih banyak dipakai.
Adapun kelebihan dari bentuk kurikulum ini adalah :
1. materi pelajaran diambil dari ilmu yang sudah tersusun secara sitematis logis,
maka penyusunnya cukup mudah.
2. bentuk kurikulum ini sudah di kenal sejak lama, baik oleh guru-guru maupun
orang tua, sehingga lebih mudah untuk dilaksanakan.
3. Bentuk ini memudahkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan di
perguruan tinggi, sebab pada perguruan tinggi umumnya menggunakan bentuk
ini
4. Bentuk ini dapat dilaksanakan secara efisien, karena metode utamanya adalah
metode ekspositori yang dikenal tingkat efisiennya cukup tinggi
5. Bentuk ini sagat ampuh sebagai alat untuk melestarikan dan mewariskan
warisan budaya masa lalu.
Dengan adanya kelemahan-kelemahan dan kelebihan di atas pengembang
kurikulum subject design tidak tinggal diam, mereka berusaha untuk
memperbaikinya. Dalam rumpun subject centered, the broad field
designmerupakan pengembangan dari bentuk ini. Begitu juga pengembangan
bentuk-bentuk lain di luar subject centered, the broad field design, areas of living
design dan core design.

9
2) The Disciplines Design
Bentuk ini merupakan pengembangan dari subject design keduanya masih
menekankan kepada isi materi kurikulum. Walaupun bertolak belakang dari hal
yang sama tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Pada subject design belum
ada kriteria yang tegas tentang apa yang disebut subject (ilmu). Belum ada
perbedaan antara matematika, psikologi dengan teknik atau cara mengemudi,
semuanya disebut subject. Pada disciplines design kriteria tersebut telah tegas,
yang membedakan apakah suatu pengetahuan itu ilmu atau subject dan bukan
adalah batang tubuh ke ilmuannya. Batang tubuh keilmuan menentukan apakah
suatu bahan pelajaran itu disiplin ilmu atau bukan, Untuk menegaskan hal itu
mereka menggunakan istilah disiplin.
Isi kurikulum yang diberikan di sekolah adalah dusiplin-disiplin ilmu.
Menurut pandangan ini sekolah adalah mikrokosmos dari dunia intelek, batu
pertama dari hal itu adalah isi dari kurikulum. Para pengembang kurikulum dari
aliran ini berpegang teguh pada disiplin-disiplin ilmu seperti : fisika, biologi,
psikologi, sosiologi dan sebagainya.
Perbedaan lain adalah dalam tingkat penguasaan, disciplines design tidak
seperti subject design yang menekankan penguasaab fakta-fakta dan informasi
tetapi pada pemahaman (understing). Para peserta didik didorong untuk
memahami logika atau struktur dasar suatu disiplin, memahami konsep-konsep,
ide-ide dan prinsip-prinsip penting juga didorong untuk memahami cara mencari
dan menemukannya (modes of inquiry and discovery). Hanya dengan meguasai
hal-hal itu, kata mereka, peserta didik akan memahami masalah dan mampu
melihat hubungan berbagai fenomena baru.
Proses belajarnya tidak lagi menggunakan pendekatan ekspositori yang
menyebabkan peserta didik lebih banyak pasif, tetapi menggunakan pendekatan
inkuiri dan diskaveri. Disciplines design sudah menintegrasikan unsur-unsur
progersifisme dari Dewey. Bentuk ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan subject design. Pertama, kurikulum ini bukan hanya memiliki organisasi
yang sistematik dan efektif tetapi juga dapat memelihara integritas intelektual
pengetahuan manusia. Kedua, peserta didik tidak hanya menguasai serentetan

10
fakta, prinsip hasil hafalan tetapi menguasai konsep, hubungan dan proses-proses
intelektual yang berkembang pada siswa.
Meskipun telah menunjukan beberapa kelebihan bentuk, desain ini maasih
memiliki beberapa kelemahan. Pertama, belum dapat memberikan pengetahuan
yang berintegrasi. Kedua, belum mampu mengintegrasikan sekolah dengan
masyarakat atau kehidupan. Ketiga, belum bertolak dari minat dan kebutuhan atau
pengalaman peserta didik. Keempat, susunan kurikulum belum efisien baik untuk
kegiatan belajar maupun untuk penggunaannya. Kelima, meskipun sudah lebih
luas dibandingkan dengan subject design tetapi secara akademis dan intelektual
masih cukup sempit.
3) The Broad Fields Design
Baik subject design maupun disciplines design masih menunjukan adanya
pemisahan antar mata pelajaran. Salah satu usaha untuk menghilangkan
pemisahan tersebut adalah mengembangkan The broad field design. Dalam model
ini mereka menyatukan beberapa mata pelajaran yang berdekatan atau
berhubungan menjadi satu bidang studi seperti sejarah, Geografi, dan Ekonomi
digabung menjadi ilmu Pengetahuan sosial, Aljabar, Ilmu ukur, dan Berhitung
menjadi matematika, dan sebagainya.
Tujuan pengembangan kurikulum broad field adalah menyiapakan para
siswa yang dewasa ini hidup dalam dunia informasi yang sifatnya spesialistis,
dengan pemahaman yang bersifat menyeluruh. Bentuk kurikulum ini banyak
digunakan di sekolah menengah pertama, di sekolah menengah atas
penggunaannya agak terbatas apalagi di perguruan tinggi sedikit sekali.
Ada dua kelebihan penggunaan kurikulum ini. Pertama, karena dasarnya
bahan yang terpisah-pisah, walaupun sudah terjadi penyatuan beberapa mata
kuliah masih memungkinkan penyusunan warisan-warisan budaya secara
sistematis dan teratur. Kedua, karena mengintegrasikan beberapa mata kuliah
memungkinkan peserta didik melihat hubungan antara beberapa hal.
Di samping kelebihan tersebut, ada beberapa kelemahan model kurikulum
ini. Pertama, kemampuan guru, untuk tingkat sekolah dasar guru mampu
menguasai bidang yang luas, tetapi untuk tingkat yang lebih tinggi, apalagi di
perguruan tinggi sukar sekali. Kedua, karena bidang yang dipelajari itu luas, maka

11
tidak dapat diberikan secara mendetail, yang diajarkan hanya permukaannya saja.
Ketiga, pengintegrasian bahan ajar terbatas sekali, tidak menggambarkan
kenyataan, tidak memberikan pengalaman yang sesungguhnya bagi siswa, dengan
demikian kurang membangkitkan minat belajar. Keempat, meskipun kadarnya
lebih rendah di bandingkan dengan subject design, tetapi model ini tetap
menekankan proses pencapaian tujuan yang sifatnya afektif dan kognitif tingkat
tinggi.

2. Learner-Centered Design
Sebagai reaksi sekaligus penyempurnaan terhadap beberapa kelemahan
subject centered design berkembang learner centered design. Desai ini berbeda
dengan subject centered, yang bertolak dari cita-cita untuk melestarikan dan
mewariskan budaya, dan karena itu mereka mengutamakan peranan isi dari
kurikulum.
Learner centered, memberi tempat utama kepada peserta didik. Di dalam
pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang adalah peserta didik
sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan menciptakan situasi belajar-mengajar,
mendorong dan memberikan bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
1) The Activity atau Experience Design
Model desain berawal pada abad ke 18, atas hasil karya dari rousseau dan
Pestalozzi, yang berkembang pesat pada tahun 1920/1930an pada masa kejayaan
pendidikan progresif.
Beberapa ciri utama activity atau experience design:
1. struktur kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam
implementasinya guru hendaknya:Menemukan minat dan kebutuhan peserta
didik, Membantu para siswa memilih mana yang paling penting dan urgen .
2. karena struktur kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan peserta didik,
maka kurikulum tidak dapat di susun jadi sebelumnya, tetapi disusun bersama
oleh siswa.
3. desain kurikulum menekankan prosedur pemecahan masalah, maksudnya
dalam pembelajaran tentu akan di dapatkan masalah dan dalam activity design
perlu mempunyai cara memecahkan masalah tersebut,.

12
Beberapa kelebihan dari design kurikulum :
1. karena program pendidikan berasal dari peserta didik, maka tidak banyak
mengalami kesulitan merangsang peserta didik dalam motivasi belajar.
2. pengajaran memperhatikan individual, meskipun di bentuk kelompok
sekalipun karena mereka juga harus berperan aktif dalam kelompok.
3. kegiatan-kegiatan pemecahan masalah memberikan bekal kecakapan dan
pengetahuan untuk menghadapi kehidupan di luar sekolah.
Kelemahan dari kurikulum ini:
1. perbedaan pada minat dan kebutuhan peserta didik yang kerap terjadi.
2. kurikulum tidak mempunyai pola karena sumber pemikiran berasal dari
peserta didik.
3. activity design curriculum sangat lemah dalam kontinuitas dan sekuens. Dasar
minat peserta didik tidak memberikan landasan yang kuat.
4. kurikulum ini tidak dapat dilakukan oleh guru biasa karena membutuhkan ahli
general education plus ahli psikologi perkembangan fan human relation.

3. Problem Centered Design


Problem centered design berpangkal pada filsafat yang mengutamakan
peranan manusia (man centered). Problem centered desain menekankan manusia
dalam kesatuan kelompok yaitu kesejahteraan masyarakat. Problem cebtered
design menekankan pada isi maupun perkembangan peserta didik. Minimal ada
dua variasi model desain kurikulum ini, yaitu the areas of living design, dan The
core design.
1) The Area of Living Design
Dalam prosedur belajar ini tujuan yang bersifat proses (process objectives)
dan yang bersifat isi (content objectivies) diintegrasikan. Penguasaan informasi-
unformasi yang bersifat pasiftetap dirangsang. Cirri lai yaiti menggunakan
pengalaman dan situasi – situasi dari peserta didik sebagai pembuka jalan dalam
mempelajari bidang-bidang kehidupan.
Dalam the areas of living hubungannya dengan bidang-bidang kehidupan
sehingga dapat dikatakan suatu desain bidang-bidang kehidupan yang dirumuskan
dengan baikakan merangkumkan pengalaman-pengalaman peserta didik.

13
Desain ini mempunyai beberapa kelebihan diantanya:
1. the areas of living desaign merupakan the subject matter design tetapi dalam
bentuk yang terintegrasi. Pemisahan antara subject dihilangkan oleh problema-
problema kehidupan sosial.
2. kurikulum diorganisasikan di sekitar problema- problema peserta didik maka
kurikulum ini menggunakan prosedur pemecahan masalah.
3. menyajikan bahan ajar yang relevan, untuk memecahkan masalah-masalah
dalam kehidupan.
4. menyajikan bahan ajar dalam bentuk yyang professional.
5. motivasi berasal dari peserta didik.
Beberapa kekurangan tentang desain ini:
1. penentuan lingkup dan sekuens dari bidang-bidang kehidupan yang sngat
esensial sangat sukar.
2. lemahnya integrasi kurikulum
3. desain ini megabaikan warisan budaya.
4. para peserta didik memandang masalah untuk sekarng dan masa depan dan
mengabaikan masa lalu.
2).The Core Design
The cores design timbul sebagai reaksi utama kepada separate subject
design, yang sifatnya terpisah-pisah. Dalam mengintegrasikan bahan ajar , mereka
memilih mta mata pelajaran tertentu sebagai inti (core). Pelajaran lainnya
dikembangkan kan disekitar core tersebut. Menurut konsep ini inti-inti bahan ajar
dipusatkan pada kebutuhan individual dan sosial. The core design biasa juga
disebut the core curriculum.

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Makalah Desain Kurikulum ini mendeskripsikan secara terperinci tentang
komponen yang harus ada pada setiap kurikulum serta desain kurikulum yang
dapat digunankan untuk proses pembelajaran. Wacana tersebut menyebutkan
bahwa dalam kurikulum itu terdapat beberapa komponen, diantaranya adalah
tujuan kurikulum, bahan ajar atau materi atau isi dari kurikulum tersebut, strategi
mengajar atau metode mengajar, media mengajar dan evaluasi pengajaran serta
penyempurnaan pengajaran. Komponen-komponen tersebut saling berhubungan
satu dengan yang lainnya. Setiap komponen mempunyai isi yang sangat penting
sekali bagi kelangsungan kurikulum.
Desain kurikulum merupakan rencana pembelajran yang harus
dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Desain kurikulum
yang dapat digunakan diantaranya adalah subject centered design, learned
centered design, problem centered design. Setiap design kurikukum memberikan
teknik atau cara yang efektif dalam proses pembelajaran agar berjalan dengan
efektif dan efisien. Tetapi tidak setian design kurikulum dapat dijadikan sebagai
salah satu pedoman dalam melakukan proses pembelajaran. Jadi setiap design
kurikulum memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanannya
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak
kekurangan. Oleh karena itu masukan dan saran yang membangun sangat kami
butuhkan demi perbaikan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://dhyrahcahayacinta.wordpress.com/2013/04/20/makalah-desain-
kurikulum/comment-page-1/ (26 November 2022)
Tarihoran,Naf’an,2017. Pengembangan Kurikulum. Serang Banten : Loquen
Press
Sudarman, 2019. Pengembangan Kurikulum Kajian Teori dan Praktik.
Samarinda : Mulawarman Univerity Press
Fauzan,2017. Kurikulum dan Pembelajaran. Tangerang Selatan : GP Press
Masykur,2019.Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum.Bandar Lampung
: Anugrah Utama Raharja

16

Anda mungkin juga menyukai