Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar PKN SD.

Dosen Pengampu :

Nourma Oktavia

Disusun Oleh :

SEMESTER 3

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UBHI PGRI TULUNGAGUNG

Jln. Mayor Sujadi Timur No 7 Tulungagung Telp. (0355) 321 426 Kode Pos 66221

Tahun Ajaran

2020 / 2021

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, inayah,
taufik dan ilahinya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Makalah ini disesen
dalam rangka menyelesaikan tugas dari Ibu dosen Frita Devi Asriyanti, M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Konsep Dasar PKN SD.

Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman saya miliki
sangat kurang. Oleh karena itu, saya harapankan kepada pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempatan makalah ini.

Tulungagung, 20 Oktober 2020

Anggi Rahma Wati

DAFTAR ISI

ii
Halaman Judul.............................................................................................................................i

Kata Pengantar............................................................................................................................ii

Daftar Isi....................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1


B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3

A. Sejarah PKN....................................................................................................................3
B. Latar belakang PKN........................................................................................................5
C. Tujuan PKN....................................................................................................................6
D. Konsep kurikulum Pkn di SD.........................................................................................7
E. Prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum...........................................................8
F. Ruang lingkup PKN SD................................................................................................10

BAB III KESIMPULAN...........................................................................................................12

A. Kesimpulan...................................................................................................................12
B. Saran .............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan  kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan diseluruh


dunia, meskipun dengan berbagai macam istilah dan nama. Mata kuliah tersebut sering
disebut sebagai civic education, citizenship education dan bahkan ada yang menyebut
sebagai democracy education. Mata kuliah ini memiliki peranan yang strategis dalam
mempersiapkan warganegara yang cerdas, bertanggung jawab dan berkeadaban. Berdasarkan
rumusan “Civic Internation” pada tahun 1995, disepakati bahwa pendidikan demokrasi
penting untuk pertumbuhan civic culture, Untuk keberhasilan pengembangan dan
pemeliharaan pemerintah demokrasi.

 Kurikulum merupakan suatu program yang sistematis dan terencana yang digunakan
sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam dunia pendidikan, kurikulum merupakan
komponen penting dalam perkembangan pendidikan di Indonesia. Kurikulum sebagai suatu
sistem dimana kurikulum tersebut adalah gabungan dari komponen-komponen yang saling
berhubungan sebagai suatu kesatuan.

             Kurikulum  dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal
1 ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan definisi diatas berarti
kurikulum hendaknya dapat mengembangkan potensi peserta didik dan memperhatikan
kebutuhan individu peserta didik secara optimal sehingga potensi tersebut dapat menjadi
suatu prestasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah yang dibahas
dalam makalah ini, antara lain :

1. Bagaimana sejarah PKN ?


2. Bagaimana latar belakang PKN ?
3. Apa sajakah tujuan PKN ?
4. Bagaimana konsep kurikulum PKN di SD?
5. Bagaimana prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum ?
6. Apa sajakah ruang lingkup PKN SD ?

C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan penulisan makalah ini, agar dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya
dan tujuan khusus penulisan makalah ini, diantaranya :

1. Untuk mengetahui dan memahami sejarah PKN.


2. Untuk mengetahui latar belakan PKN.
3. Untuk mengetahui tujuan dari PKN.
4. Untuk mengetahui konsep kurikulum Pkn di SD.
5. Untuk mengetahui apa saja prindip-prindip pengembangan kurikulum.
6. Untuk mengetahui ruang lingkup dari Pkn SD.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah PKN

Pendidikan Kewarganegaraan telah mengalami perkembangan yang fluktuatif, baik


dalam kemasan maupun substansinya. Hal tersebut dapat dilihat dalam substansi kurikulum
PKn yang sering berubah dan tentu saja disesuaikan dengan kepentingan negara. Secara
historis, epistemologis dan pedagogis, pendidikan kewarganegaraan berkedudukan sebagai
program kurikuler dimulai dengan diintroduksikannya mata pelajaran Civics dalam
kurikulum SMA tahun 1962 yang berisikan materi tentang pemerintahan Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 (Dept. P&K: 1962).

Pada saat itu, mata pelajaran Civics atau kewarganegaraan, pada dasarnya berisikan


pengalaman belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah, geografi, ekonomi, dan
politik, pidato-pidato presiden, deklarasi hak asasi manusia, dan pengetahuan tentang
Perserikatan Bangsa-Bangsa (Somantri, 1969:7). Istilah Civics tersebut secara formal tidak
dijumpai dalam Kurikulum tahun 1957 maupun dalam Kurikulum tahun 1946. Namun secara
materiil dalam Kurikulum SMP dan SMA tahun 1957 terdapat mata pelajaran tata negara dan
tata hukum, dan dalam kurikulum 1946 terdapat mata pelajaran pengetahuan umum yang di
dalamnya memasukkan pengetahuan mengenai pemerintahan.

1. Dalam kurikulum tahun 1968 dan 1969

Istilah Civis dan Pendidikan Kewargaan Negara digunakan secara bertukar


pakai (interchangeably). Misalnya dalam Kurikulum SD 1968 digunakan istilah Pendidikan
Kewargaan Negara yang dipakai sebagai nama mata pelajaran, yang di dalamnya tercakup
sejarah Indonesia, geografi Indonesia, dan Civics ( diterjemahkan sebagai pengetahuan
Kewargaan Negara). Dalam Kurikulum SMP 1968 digunakan istilah Pendidikan Kewargaan
Negaraan yang berisikan sejarah Indonesia dan Konsititusi termasuk UUD 1945.

2. Dalam tahun 1973/1974

Pendidikan Kewiraan dimulai tahun 1973/1974, sebagai bagian dari kurikulum


pendidikan nasional, dengan tujuan untuk menumbuhkan kecintaan pada tanah air dalam
bentuk PPBN yang dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap awal yang diberikan
kepada  peserta didik SD sampai sekolah menengah dan pendidikan PPBN tahap lanjut
diberikan di PT dalam bentuk pendidikan kewiraan.

3. Dalam Kurikulum tahun 1975

Istilah Pendidikan Kewargaan Negara diubah menjadi Pendidikan Moral Pancasila


(PMP) yang berisikan materi Pancasila sebagaimana diuraikan dalam Pedoman Penghayatan
dan pengamalan Pancasila atau P4. Perubahan ini sejalan dengan misi pendidikan yang
diamanatkan oleh Tap. MPR II / MPR / 1973. Mata pelajaran PMP ini merupakan mata
pelajaran wajib untuk SD, SMP, SMA, SPG dan sekolah Kejuruan.

4. Kurikulum PPKn 1994

Kurikulum ini mengorganisasikan materi pembelajarannya bukan atas dasar rumusan


butir-butir nilai P4, tetapi atas dasar konsep nilai yang disaripatikan dari P4 dan sumber resmi
lainnya yang ditata dengan menggunakan pendekatan spiral meluas atau Spiral of concept
development (Taba, 1967). Pendekatan ini mengarkulasikan sila-sila Pancasila dengan
jabaran nilainnya untuk setiap jenjang pendidikan dan kelas secara catur wulan dalam setiap
kelas.

5. Dalam tahun 2004

Dengan berlakunya Undang-undang Sistem pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003,


diberlakukan kurikulum yang dikenal dengan nama Kurikulum berbasis kompetensi tahun
2004 dimana Pendidikan Kewarganegaraan berubah nama menjadi Kewarganegaraan.

6. Tahun 2006

Namanya berubah kembali menjadi Pendidikan Kewarganegaraan, dimana secara


substansi tidak terdapat perubahan yang berarti, hanya kewenangan pengembangan
kurikulum yang diserahkan pada masing-masing satuan pendidikan, maka kurikulum tahun
2006 ini dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Berbagai perubahan yang dialami dalam pengimlementasian PKn sebagaimana


diuraikan atas menunjukkan telah terjadinya ketidakajekan dalam kerangka pikir, yang
sekaligus mencerminkan telah terjadinya krisis konseptual, yang berdampak pada terjadinya
krisis operasional kurikuler secara Konseptual istilah Pendidikan Kewarganegaraan dapat
terangkum sebagai berikut :

a) Kewarganegaraan (1956)
b) Civics (1959)
c) Kewarganegaraan (1962)
d) Pendidikan Kewarganegaraan (1968)
e) Pendidikan Moral Pancasila (1975)
f) Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan (1994)
g) Pendidikan Kewarganegaraan (UU No. 20 Tahun 2003) 

B. Latar belakang PKN

Latar belakang lahirnya pendidikan Kewarganegaraan berawal dari perjalanan sejarah


panjang bangsa Indonesia yang dimulai sejak dari perebutan dan mempertahankan
kemerdekaan sampai pada pengisian kemerdekaan, bahkan terus berlangsung hingga zaman
reformasi. Kondisi perebutan dan mempertahankan kemerdekaan itu ditanggapi oleh bangsa
indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai perjuangan bangsa yang senantiasa tumbuh dan
berkembang. Kesamaan nilai-nilai tersebut dilandasi oleh jiwa, tekad dan semangat
kebangsaan. Kesemuanya itu tumbuh dan berkembang menjadi kekuatan yang mampu
mendorong proses Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pendidikan kewarganegaraan diselenggarakan untuk membekali para mahasiswa
selaku secalon pemimpian dimasa depan dengan kesadaran bela negara serta kemampuan
berpikir secara komprehensif integral dalam rangka ketahanan nasional kesadaran bela negara
ini berwujud sebagai kerelaan dan kesadaran melakukan kelangsungan hidup bangsa melalui
profesinya kesadaran bela negara dengan demikian  kesadaran bela negara mengandung arti :
a.       Kecintaan kepada tanah air,
b.      Kesadaran berbangsa dan bernegara,
c.       Keyakinan akan pancasila dan UUD 1945,\
d.      Kerelaan berkorban bagi bangsa dan negara serta\
e.       Sikap dan perilaku awal bela negara.
Negara Indonesia diproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan pada tanggal 17
Agustus 1945 kemerdekaan yang diproklamasikan itu berangkat dari perjalanan sejarah
peperangan yang panjang yang berabad-abad lamanya melawan penjajahan dalam suasana
perpecahan tidak adanya semangat persatuan dan kesatuan menyebabkan lamanya dibumi
nusantara. Penjajahan itu mengakibatkan kebodohan dan penderitaan yang pada awal abad
ke-20 mendorong timbulnya semangat kebangsaan kebangkitan nasional ini ditandai dengan
lahirnya gerakan Budi Utomo pada tahun 1908 peristiwa sumpah pemuda yang diikrarkan
pada tanggal 28 oktober 1928 merupakan tonggak sejarah yang sangat penting. Sumpah
tersebut merupakan perjuangan sikap dan tekad bangsa Indonesia untuk bersatu dalam wadah
negara bangsa dan bahasa Indonesia. “Satu tanah air menunjukkan serta kesatuan geografis
satu bangsa menunjukkan satu kesatuan politikdan  satu bahasa menujukkan satu kesatuan
sosial budaya” tekad ini mewujudkan perjuagan yang akhirnya melahirkan proklamasi
kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan
selama penjajahan kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan
kemerdekaan sampai hingga era kemerdekaan menimbulkan kondisi dan menuntut yang
berbeda sesuai dengan zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda indones ditanggapi oleh
bangsa  Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai perjuangan bangsa yang senantiasa
tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilai-nilai tersebut dilandasi oleh jiwa tekad dan
semangat kebangsaan. Kesamaan itu timbul menjadi kekuatan yang mampu mendorong
proses terwujudnya negara kesatuan Republik Indonesia dalam wadah nusantara.

C. Tujuan PKN

Terdapat 2 tujuan tentang Pendidika Kewarganegaraan, yaitu Tujuan Umum dan


Tujuan khusus dari pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri :
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada Mahasiswa mengenai
hubunga antara warga negara dengan negara serta PPBN agar menjadi warga negara yang
diandalkan oleh bangsa dan negara.
2.      Tujuan Khusus
a.       Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban
secara santun,  jujur dan demokrasi serta ikhlas sebagai Warga Negara Indonesia
terdidik dan bertanggung jawab.
b.      Agar mahasiswa mmenguasai dan memahami berbagai masalah dasar
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat mengatasinya
dengan pemikiran kritis dan bertanggung jawab yang berdasarkan Pancasila,
Wawasan Nusantara, dan ketahanan nasional.
c.       Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilku yang sesuai dengan nilai-nilai
perjuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa.
D. Konsep kurikulum PKN di SD

Pendidikan terjadi ketika ada interaksi antara pendidik dan peserta didik. Dalam
lingkungan keluarga interaksi antara ayah dan anak merupakan proses dalam pendidikan.
Interaksi ini berjalan tanpa adanya perencanaan secara tertulis. Orang tua kadang kala tidak
mempunyai perencanaan yang jelas dan terinci dalam melakukan proses pendidikan. Mulai
dari pernyataan bagaimana mendidik, bagaimana prosesnya, dan mau dijadikan apa anaknya
kelak.

             Itulah potret yang terjadi dalam pendidikan keluarga. Interaksipendidikan antara
orang tua dengan anaknya sering tidak disadari. Dalam kehidupan keluarga interaksi
pendidikan dapat terjadi setiap saat, setiap kali orang tua bertemu, berdialog dan bergaul
dengan anak-anaknya. Orang tua sebagai pendidik karena statusnya sebagai ayah dan ibu.
Pendidikan yang dilakukan bersifat informal. Sehingga pendidikan dalam keluarga lebih
dikenal dengan pendidikan informal. Karena tidak menerapkan kurikulum formal maupun
tertulis.

            Pendidikan dalam lingkungan sekolah lebih bersifat formal. Proses dalam pendidikan
sekolah melalui perencanaan yang tersusun secara sistematis. Guru sebagai pendidik
merancang sedemikian rupa kompetisi yang dihasilkan oleh siswa. Setiap praktik pendidikan
diarahkan kepada pencapaian tujuan tertentu, apakah berkaitan dengan penguasaan
pengetahuan, pengembangan pribadi, kemampuan sosial, ataupun kemampuan bekerja. Untuk
menyampaikan bahan pelajaran ataupun pengembangan kemampuan-kemampuan tersebut di
perlukan metode penyampaian serta alat-alat bantu tertentu. Untuk menilai hasil dan proses
pendidikan, juga diperlukan cara-cara dan alat-alat penilaian tertentu pula. Keempat hal yang
mempengaruhi adanya tujuaan, bahan ajar, metode-alat, dan penilaian merupakan komponen-
komponen utama dalam kurikulum. Dengan berpedoman pada kurikulum, interaki
pendidikan antara guru dan siswa berlangsung. Interaksi ini tidak berlangsung dalam ruang
hampa, tetap selalu dalam lingkungan tertentu, yang mencakup lingkungan fisik, alam, sosial
budaya, ekonomi, politik dan religi.

             Kurikulum menurut pandangan lama mempunyai makna kumpulan mata-mata


pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Pengertian ini sudah ada
sejak zaman yunani dan masih ada sebagian yang berpandangan seperti ini sampai sekarang.
Bahkan sebagian orang tua atau guru ketika di tanya tentang kurikulum, akan memberikan
jawaban seputar bidang studi atau mata pelajaran. Lebih khusus kurikulum diartikan sebagai
isi pelajaran.

           Pendapat yang muncul selanjutnya adalah kurikulum tidak hanya berdasarkan isi,
tetapi lebih menekankan pada pengalaman belajar. Menurut Ronald C. Doll (dalam Nana
Syaodin Sukmadinata, 2005:4), kurikulum tidak hanya berupa penekanan dari isi kepada
proses tetapi menunjukan adanya perubahan lingkup, dari konsep yang sangat sempit kepada
konsep yang lebih luas. Pengalaman dapat berlangsung disekolahan, rumah ataupun
masyarakat, baik bersama guru ataupun tanpa guru.

             Kurikulum juga sering dibedakan antara kurikulum sebagai rencana (curriculum
plan) dengan kurikulum yang fungsional (fungsional curriculum). menurut beaychsmp
(dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 5) kurikulum adalah suatu rencana pendidikan
suatu pengajaran. Suatu kurikulum merupakan perwujudan atau penerapan teori-teori
kurikulum. Teori-teori tersebut merupakan hasil pengkajian, penilaian, dan pengembangan
para ahli kurikulum.

             Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 27) membagi tiga konsep kurikulum, yaitu
kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi. Kurikulum sebagai
substansi yaitu dipandang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi siswa atau
sebagai perangkat tujuan yang ingin di capai. Kurikulum sebagai sistem merupakan bagian
dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Kurikulum sebagai
bidang studi yaitu bidang studi kurikulum.

E. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum di SD

Dalam mengembangkan kurikulum harus memperhatikan beberapa prinsip dasar


seperti yang dikemukakan oleh Hendyat dan Westy (Depdikbud 1989/ 1990).

a. Prinsip Relevansi
Kurikulum dan pengajaranya seharusnya disusun sesuai atau relevan dengan
tuntutan kebutuhan hidup siswa, relevan dengan perkembangan zaman sekarang
dan relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan yang ada.
Sehubungan dengan hal diatas kini pemerintah tengah mengembangkan
kurikulum yang relevan dengan hal-hal di atas yaitu kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini menitikberatkan pada standar kompetisi
dasar (SKKD).

b. Prinsip efektifita
Hal ini terkait dengan sejauh mana hasil pencapaian tujuan kurikulum atau hasil
tujuan pembelajaran itu dapat dikuasai siswa menjadi suatu kemampuan rela
yang nampak dampak perilakunya bagi yang menyangkut aspek kognitif,
afektif, dan psikimotorik dari berbagai bidang studi yang disajikan. Apabila hal
di atas dapat tercapai maka dapat dikatakan sesuai dengan prinsip efektifitas.
c. Prinsip efisiensi
Ini terkait degan persoalan tenaga, dana, sarana yang dipergunakan dalam
proses pembelajaran dengan hasil pencapaian tujuan yang ditetapkan apakah
sepadan. Pelaksanaan KTSP mensyaratkan tenaga yang berkualitas tinggi yang
profesional, dana, sarana dan prasarana yang memadahi, waktu yang cukup dsb.
Persoalannya adalah seberapa jauh pencapaian hasil pembelajaran yang
ditetapkan para lulusan dengan yang di rencanakan.
d. Prinsip kontinuitas/berkesinambungan
Menurut  prinsip ini bahwa sub-sub pokok bahasan/materi-materi pelajaran
yang tercantum dalam kurikulum antar jenjang pendidikan dari yang terendah
sampai yang tertinggi itu saling berkaitan atau saling terpadu dalam suatu mata
pelajaran maupun dengan mata pelajaran yang lain. Untuk mengambil bahan
pelajaran pada tingkat atas/tinggi harus dikuasai dulu bahan pada tingkat
bawah. Cara pendekatan pembelajaran terpadu dan belajar tuntas sesuai dengan
baka siswa.
e. Prinsip belajar dengan melakukan kegiatan
Materi pembelajaran akan lebih mudah dipahami akan tetap dikuasai apabila
setelah diterangkan secara teoritis dilanjutkan dengan aplikasi/praktek
melakukan latihan-latihan/percobaan-percobaan dalam kaitannya hidup sehari-
hari ditengah masyarakat. Keterpaduan antara segi teoritis dan penerapan
terhadap materi-materi pelajaran atau belajar sambil bekerja/melakukan
kegiatan/praktek disamping menunjang penguasaan lebih cepat siswa juga
merasa lebih percaya diri, puas dan gembira.
f. Prinsip menemukan
Pembelajaran yang sesuai dengan era informasi sekarang tidak lagi
menempatkan guru itu sebagai sumber belajar utama dan pertama. Kini sisa
dapat dengan leluasa mencari, menemukan bahkan mengembangkan berbagai
informasi/fakta dari berbagai sumber belajar seperti : buku-buku di
perpustakaan, media massa, internet, lingkngan alam dsb. Dengan demikian
sebaiknya guru berperan sebagai fasilitator, motifator, dinamisator dan siswa
akan secara aktif dan kreatif dapat menemukan berbagai informasi secara
mandiri yang dapat ditunjang dengan inkuiri atau discovery/penemuan.
g. Prinsip pemecahan masalah
Kehidupan yang terbentang dihadapan siswa tidak semakin mudah tetapi
semakin banyak masalah yang mesti dihadapi, mencari sebab-sebab timbulnya
masalah serta mencari jalan pemecahan atas masalah tersebut yang dapat
ditunjang dengan metode inkuiri dan pemecahan masalah dalam pembelajaran.
h. Prinsip latar belakan
Dalam pengembangan kuriklum seharusnya memperhatikan latar belakang
sosial budaya, keluarga, adat istiadat, penguasaan bahan pelajaran siswa,
tingkat.

F. Ruang lingkup PKN di SD

Ruang Lingkup ata pelajaran pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) meliputi aspek-


aspek sebagai berikut:

1) Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta
Lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah pemuda, Keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Partisipasi dalam pembelaan negara,
Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik indonesia, Keterbukaan dan
jaminan keadilan.
2) Norma, hukum, dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib
di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah,
Norma0norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum dan
peradilan nasional, Hukum dan peradilan nasional.
3) Hak Asasi Manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota
masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, Penghormatan
dan perlindungan HAM.
4) Kebutuhan warga negara, meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga
masyarakat, Kebebasan organisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat,
Menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.
5) Konstitusi negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama,Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar
negara dan konstitusi.
6) Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintah desa dan kecamatan, Pemerintahan
Daerah dan otonomi, Pemerintah Pusat, Demokrasi dan Sistem Politik, Budaya
politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers
dalam masyarakat demokrasi.
7) Pancasila, meliputi: Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara,
Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.
8) Globalisasi, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik Luar Negeri Indonesia di
era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi
internasional, dan mengevaluasi globalisasi. 
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pembahasan diatas, dapat disimpulkan :

1) Istilah Civics tersebut secara formal tidak dijumpai dalam Kurikulum tahun 1957 maupun
dalam Kurikulum tahun 1946. Namun secara materiil dalam Kurikulum SMP dan SMA
tahun 1957 terdapat mata pelajaran tata negara dan tata hukum, dan dalam kurikulum
1946 terdapat mata pelajaran pengetahuan umum yang di dalamnya memasukkan
pengetahuan mengenai pemerintahan.
2) Latar belakang lahirnya pendidikan Kewarganegaraan berawal dari perjalanan sejarah
panjang bangsa Indonesia yang dimulai sejak dari perebutan dan mempertahankan
kemerdekaan sampai pada pengisian kemerdekaan, bahkan terus berlangsung hingga
zaman reformasi. Kondisi perebutan dan mempertahankan kemerdekaan itu ditanggapi
oleh bangsa indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai perjuangan bangsa yang
senantiasa tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilai-nilai tersebut dilandasi oleh jiwa,
tekad dan semangat kebangsaan. Kesemuanya itu tumbuh dan berkembang menjadi
kekuatan yang mampu mendorong proses Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3) Kurikulum merupakan suatu program yang sistematis dan terencana yang digunakan
sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran.
4) Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, diantaranya:
a. Prinsip Relevans
b. Prinsip efektifitas
c. Prinsip efisiensi
d. Prinsip kontinuitas/berkesinambungan
e. Prinsip belajar dengan melakukan kegiatan
f. Prinsip menemukan
g. Prinsip pemecahan masalah
h. Prinsip latar belakang

5). Ruang Lingkup Pkn SD

a) Persatuan dan Kesatuan Bangsa


b) Norma, hukum, dan peraturan
c) Hak Asasi Manusia
d) Kebutuhan warga Negara
e) Konstitusi Negara
f) Kekuasaan dan politik
g) Pancasila,
h) Globalisasi

B. SARAN

Sebagai warga negara yang mencintai negaranya, kita harus memahami dan
mengetahui sejarah perkembangan PKn, agar dalam melaksanakan pendidikan tidak terjadi
kesalahan. Hal ini penting karena PKn adalah pelajaran yang diwajibkan di semua jenjang
pendidikan.

Demi tercapainya tujuan pendidikan nasional maka tanggung jawab dari semua pihak
yang terkait sangatlah penting, termasuk mahasiswa PGSD yang nantinya akan menjadi guru
di Sekolah Dasar untuk mengembangkan, memodifikasi kurikulum sehingga tetap selaras
dengan perkembangan iptek.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kumpulanmateripendidikan.com/2017/01/sejarah-perkembangan-pkn.html

http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/07/perkembangan-pkn-pendidikan.html

http://zhiepoo-education.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai