Anda di halaman 1dari 11

LANDASAN FILOSOFI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SD

DISUSUN OLEH :

NAMA : JENNI SITUMORANG

NPM : 2005030268

UNIVERSITAS QUALITY

MEDAN

2021

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ada beberapa tujuan pendidikan diantaranya yaitu bersifat mendatar artinya bahwa adanya
pendidikan yaitu untuk mempersiapkan manusia untuk menghadapi masa depan agar hidup lebih
sejahtera, baik sebagai individu maupun secar kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa
maupun antar bangsa. Tujuan dan fungsi pendidikan lainnya adalah peradaban, artinya
pendidikan bermanfaat untuk mencapai suatu tingkat peradaban. Peradaban adalah hasil karya
manusia yang semula dimaksudkan untuk mendukung kesejahteraan manusia.

MBS atau manajement berbasis sekolah adalah suatu proses kerja komunitas sekolah dengan
menerapkan kaidah-kaidah otonomi akuntabilitas. Partisipasi untuk mencapai tujuan pendidikan
dan pembelajaran secara terpadu. Tujuan penerapan MBS itu sendiri adalah untuk
memaksimalkan dan efesiensi pengelolaan bermutu serta relafansi pendidikan. Manajemen
berbasis sekolah pada intinya adalah memberikan kewenangan terhadap sekolah untuk
melakukan pengelolaan dan perbaikan kualitas secara terus menerus.

MBS merupakan salah satu pendekatan yang dapat diterapkan untuk mengakomodasi pendidikan
nilai. Pendidikan kewarganegaraan dan agama sangat penting untuk menumbuhkembangkan
tanggungjawab bersama didalam kehidupan suatu masyarakat(baik secara local, nasional,
regional, global). Nilai-nilai spiritual diperlukan untuk menyempurnakan kesejahteraan manusia
di dunia dan alam sesudahnya sehingga kehidupan lebih bermakna. Nilai-nilai lokal tercermin
dalam nilai social budaya setempat yang diwujudkan dalam bentuk tata krama pergaulan, model
pakaian, seni. Nilai-nilai nasional berkaitan erat dengan penerapan kaidah-kaidah sebagai warga
Negara yang baik yang menjunjung tinggi kebangsaan. Kedua nilai tersebut membentuk budi
pekerti dan keperibadian yang kuat, hanya dapat dikembangkan melalui manajemen yang
berbasis sekolah dengan dukungan masyarakat. Manajemen berbasis sekolah dengan dukungan
masyarakat berupaya memperkuat jati diri peserta didik dengan nilai social budaya setempat,
mensinergikannya dengan nilai-nilai kebangsaan serta nilai-nilai agama yang dianut.

Landasan filosofis MBS secara umum adalah cara hidup masyarakat. Landasan munculnya MBS
yang berasal dari kehidupan masyarakat diantaranya:

a.    Pendidikan nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat yaitu nilai – nilai kebersamaan yang
bersumber dari nilai sosial budaya yang terdapat di lingkungan keluarga dan masyarakat serta
pada pendidikan agama.

b.     Kesepakatan-kesepakatan yang diberlakukan dalam kehidupan masyarakat .

B.  Rumusan Masalah

Di dalam makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah, diantaranya :

1.     Apa hal-hal yang menjadikan landasan MBS ?

2.    Apa definisi landasan  filosofis MBS ?

3.    Apa saja landasan yang bersifat filosofis ?

C.  Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari pembuatan makalah ini adalah :

-      Menyebutkan hal-hal yang menjadikan landasan MBS.

-      Mendefinisikan landasan filosofis MBS.


-      Menyebutkan landasan yang bersifat filosofis.

-      Menambah pengetahuan tentang landasan filosofis MBS.

D.  Kajian pustaka

Bahan-bahan makalah ini kami ambil dari referensi buku dan situs-situs internet yang berbeda-
beda  supaya data yang kami kumpulkan tentang landasan filosofis MBS . Untuk lebih jelasnya
kami akan lampirkan pada daftar pustaka sumber-sumber yang kami ambil.

BAB II

PEMBAHASAN

A.   Landasan Manajemen Berbasis Sekolah

MBS sebagai bentuk upaya alternatif dalam pendidikan akan berjalan dengan baik jika
lingkungan mendukung untuk diadakannya reformasi. Akar reformasi merupakan landasan
filosofis yang tak lain bersumber dari cara hidup(way of life) masyarakatnya. Oleh karena itu,
untuk suksesnya reformasi pendidikan harus berakar pada cara dan kebiasaan hidup warganya.
Tanpa mempedulikan cara dan kebiasaan hidup warganya maka reformasi pendidikan tidak akan
mendapat sambutan apalagi dukungan dari segenap lapisan masyarakat. Maksudnya jika ingin
reformasi pendidikan itu sukses maka reformasi tersebut harus berakar pada cara dan kebiasaan
hidup warganya. Seandainya reformasi itu peduli terhadap cara dan kebiasaan warganya maka
reformasi tersebut akan mendapat dukungan dari segenap lapisan masyarakat.

Unsur lain dari reformasi pendidikan adalah keterlibatan orang tua siswa dan keterlibatan
masyarakat untuk menentukan misi sekolah yang dapat diterima dan bernilai bagi masyarakat
setempat. Segala keputusan yang diambil oleh pihak sekolah harus melibatkan atau
memusyawarahkan keputusan tersebut kepada orang tua siswa atau masyarakat. Hal ini
dikarenakan agar siswa dapat mencapai kompetensi yang ditetapkan dan dapat merespon dengan
tepat dan cepat keinginan masyarakat, baik yang menyangkut pengembangan dan pengayaan
kognitif siswa, keterampilan maupun sikap sesuai dengan aspirasi yang berkembang
dilingkungannya. Dalam mewujudkan hal itu maka sekolah harus diberi kewenangan yang lebih
luas untuk mengambil keputusan yang didukung oleh masyarakat(diantaranya orang tua murid).
Pemberian kewenangan kepada sekolah didalam pengambilan keputusan itulah yang merupakan
hakikat MBS.

Oleh karena itu, pelaksanaan MBS seyogyanya benar-benar melibatkan masyarakat dan
memberdayakan peranserta masyarakat sekitar.

Dr. E. Mulyasa, M.Pd dalam bukunya Manajemen Berbasis Sekolah menyatakan hal-hal yang
menjadi landasan MBS sebagai berikut:
1.       Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) pemerintah mengupayakan keunggulan
masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Hal ini diharapkan dapat dijadikan
landasan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan, baik
secara makro, meso maupun mikro.

Aspek makro erat kaitannya dengan desentralisasi kewenangan dari pemerintah pusat ke daerah,
aspek meso berkaitan dengan kebijakan daerah provinsi sampai tingkat kabupaten sedangkan
aspek mikro melibatkan sekolah yaitu seluruh sektor dan lembaga pendidikan yang paling bawah
serta terdepan dalam pelaksanaannya.

2. Undang-undang Pasal 51 UU no 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional yang


mengatur secara murni dan konsekuen.

Landasan MBS dalam buku Depdiknas 2007 :

1.     UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 51 ayat 1 ” pengelolaan
satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan
berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/ madrasah.”

2.    UU no 25 tahun 2000 tentang program pembangunan nasional tahun 2000-2004 pada bab
VII tentang bagian program pembangunan bidang pendidikan khususnya sasaran terwujudnya
manajemen pendidikan yang berbasis pada sekolah dan masyarakat.

3.    Keputusan Mendiknas nomor 044 tahun 2002 tentang pembentukan dewan pendidikan dan
komite sekolah.

4.    Kepmendiknas nomor 087 tahun 2004 tentang standar akreditasi sekolah, khususnya tentang
manajemen berbasis sekolah.

5.    Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, khususnya
standar pengelolaan sekolah yaitu manajemen berbasis sekolah.

B.  Landasan Filosofis MBS

Landasan MBS Menurut Drs. Nurkolis, MM dalam bukunya yang berjudul Manajemen Berbasis
Sekolah:

1.      Landasan filosofis

Landasan filosofis MBS adalah cara hidup masyarakat. Maksudnya jika ingin reformasi
pendidikan itu sukses maka reformasi tersebut harus berakar pada cara dan kebiasaan hidup
warganya. Seandainya reformasi itu peduli terhadap cara dan kebiasaan warganya maka
reformasi tersebut akan mendapat dukungan dari segenap lapisan masyarakat. Penyelenggaraan
pendidikan melalui proses mencerdaskan kehidupan bangsa dalam konteks idiil negara kita
merupakan tanggung jawab pemerintah, sedangkan menurut praktisnya merupakan
tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Tanggungjawab tersebut,
dilandasi oleh peran secara profesional.

Artinya, pelayanan pendidakan tidak dapat dihindarkan dari batas-batas tanggungjawab


mengingat masing-masing mempunyai posisi dan keterbatasan. Keluarga dalam arti biologis
merupakan orang tua langsung (ibu dan bapak),mempunyai tugas dan wewenang untuk
melakukan pendidikan kepada anak –anaknya dirumah tangga, dari mulai hal yang bersifat
sederhana dan pribadi sampai pada hal yang komplek dan bermasyarakat. Tugas dan wewenang
ini, bersifat alamiah dan mendasar untuk membangun individu yang bertanggung jawab. Akan
tetapi sebagai orang tua, terdapat berbagai keterbatasan dalam pelayanan pendidikan yang
bersifat normatif dan terukur, baik yang bersifat keilmuan maupun keterampilan tertentu. Oleh
sebab orang tua tidak dapat melayani kebutuhan pendidikan anak nya, maka orang tua memperca
yakan kepada sekolah baik yang diselenggarakan oleh masyarakat (yayasan pendidikan) maupun
pemerintah.

 Konsekkuensinya orang tua wajib memberikan dukungan kepada sekolah sesuai dengan batas
kemampuan dan kesepakatan. Oleh sebab itu tujuan penyelanggaraan pelayanan pendidikan
hanya bisa dicapai apabila terjadinya sinerjik dan integrasi dukungan dari berbagai sumber daya,
untuk terjadinya sinerjik dan integrasi dukungan dari berbagai sumber daya pendidikan, perlu
adanya suatu badan yang bersifat independen dengan asas keadilan dan kemanusiaan.

1.             Landasan yang Bersifat Filosofis

a. Nilai - nilai kebersamaan yang bersumber dari nilai sosial budaya yang terdapat di lingkungan
keluarga dan masyarakat serta pada pendidikan agama

b. Kesepakatan atas pranata sosial yang berlaku dalam masyarakat. Dengan kata lain maka
segala bentuk perubahan harus melibatkan masyarakat setempat agar semuanya lancar sesuai
harapan.

2.            Landasan yang Berdasarkan Hukum atau Peraturan Perundangan

a. UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas

b. UU Sisdiknas No 2 tahun 1989 Pasal 25 ayat 1 butir 1 bahwa pendidikan adalah tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah:

Kepmendiknas No 044/U/2002

a.             PP No 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi


Sebagai Daerah Otonom. Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
landasan MBS adalah sebagai berikut:

1. Landasan Filosofis
Melibatkan semua pihak secara optimal yaitu keluarga, masyarakat, dan pemerintah dalam
penyelenggaraan pendidikan.

2. Landasan Yuridis atau Undang- Undang

a. UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 51 ayat 1 “pengelolaan


satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan
berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/ madrasah”

b. UU no 25 tahun 2000 tentang program pembangunan nasional tahun 2000-2004 pada bab VII
tentang bagian program pembangunan bidang pendidikan khususnya sasaran terwujudnya
manajemen pendidikan yang berbasis pada sekolah dan masyarakat

c. Keputusan Mendiknas nomor 044 tahun 2002 tentang pembentukan dewan pendidikan dan
komite sekolah.

d. Kepmendiknas nomor 087 tahun 2004 tentang standar akreditasi sekolah, khususnya tentang
manajemen berbasis sekolah.

e. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, khususnya
standar pengelolaan sekolah yaitu manajemen berbasis sekolah.

f. UU Sisdiknas No 2 tahun 1989 Pasal 25 ayat 1 butir 1 bahwa pendidikan adalah tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

Sejak diberlakukannya otonomi daerah, tampaknya sangat berpengaruh terhadap


penyelanggaraan tatanan pemerintahan termasuk dalam pelayanan pendidikan yang dikenal
dengan pendekatan ke arah desentralisasi. Secar, politis, kebijakan desentralisasi ini dimulai pada
januari 2001, diawali dengan pelimpahan sebagian besar kewenangan pemerintah kepada
pemerintah daerah kebupaten dan kota yang membawa konsekuensi adanya restruktur-isasi
kelembagaan pemerintahan, termasuk di bidang pendidikan.

Desentralisasi pendidikan diharaokan akan mendorong meningkatkan pelayanan dibidang


pendidikan kepada masyarakat, yang bermuara pada upaya peningkatan kualitas pengelolaan
pendidikan dalam tataran yang paling bawah (at the bottom) yaitu sekolah melalui penerapan
manajemen berbasis sekolah.

 MBS sebagai suatu model implementasi kebijakan desentralisasi pendidikan merupakan suatu
konsep inovatif, yang bukan hanya dikaji sebagai wacana baru dalam pengelolaan pendidikan
tetapi sebaiknya juga dipertimbangkan sebagai langkah inovatif dan strategi ke arah peningkatan
pendidikan melalui pendekatan manajemen yang bercirikan “akar rumput”.

Salah satu wujud konkrit dari konteks ini adalah adanya keterlibatan stakeholders dalam
membantu peningkatan pemerataan, relavansi, kualitas efektifitas dan efesiensi penyelenggaraan
pendidikan.
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan khususnya jalur sekolah, diatur
dengan UU No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional: PP. No. 39 tahun 1992
tentang peran serta masyrakat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah dan UU No. 22
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

Pertimbangan yang dikemukakan diatas, dapat dijadikan rambu-rambu dalam memposisikan


Dewan Pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah. Dengan demikian posisi dewan
pendidikan dan dinas pendidikan mengacu pada wewenang (otonomi), yang mengarah kepada
landasan hukum yang berlaku pada setiap daerah.

UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 bagian ketiga, pasal 56, mengisyaratkan bahwa :

1.     Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi


perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan
komite sekolah.

2.    Dewan pendidikan sebagai lembaga mendiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan
mutu, dukungan, dan pengawasan pendidikan di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten atau
kota yang tidak mempunyai hubungan hieraksis.

3.    Komite sekolah sebagai lembaga mandiri, dibentuk untuk memberikan arahan, dukungan
dan pengawasan pada tingkat satuan pendidikan.

4.    Ketentuan mengenai pembentukan dewan pendidikan dan komite sekolah sebagaimana


dimaksud ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Sebelum ada peraturan pemerintah lebih lanjut, yang dapat dijadikan landasan hukum
pembentukan dewan pendidikan dapat ditetapkan berdasarkan:

a.    Peraturan daerah (perda).

b.    SK wali kota atau bupati.

c.    Akta notaris.

BAB III

PENUTUP

I.        Kesimpulan

Menurut pendapat kami bahwa kesimpulan dari Landasan filosofis MBS adalah cara hidup
masyarakat. Maksudnya jika ingin reformasi pendidikan itu sukses maka reformasi tersebut
harus berakar pada cara dan kebiasaan hidup warganya. Seandainya reformasi itu peduli terhadap
cara dan kebiasaan warganya maka reformasi tersebut akan mendapat dukungan dari segenap
lapisan masyarakat.

Penyelenggaraan pendidikan melalui proses mencerdaskan kehidupan bangsa dalam konteks idiil
negara kita merupakan tanggung jawab pemerintah, sedangkan menurut praktisnya merupakan
tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Tanggungjawab tersebut,
dilandasi oleh peran secara profesional. Kemudian Nilai - nilai kebersamaan yang bersumber
dari nilai sosial budaya yang terdapat di lingkungan keluarga dan masyarakat serta pada
pendidikan agama. Kesepakatan atas pranata sosial yang berlaku dalam masyarakat. Dengan kata
lain maka segala bentuk perubahan harus melibatkan masyarakat setempat agar semuanya lancar
sesuai harapan

PILIHAN BERGANDA

1. Dalam menerapkan MBS, setiap sekolah wajib melakukan evaluasi diri yang tujuannya
untuk ...
a. Mengetahui sejaumana sekolah telah menerapkaan MBS dan bagaimana hasilnya
b. Mengetahui kemajuan yang telah dicapai dan masalah-masalah yang dialami serta
harus diatasi
c. Meningkatkan kualitas sekolah di berbagai komponen berdasarkan potensi yang
dimuliki
d. Menentukan status sekolah diantara sekolah yang lain dan melakukan tindak lanju
2. Hambatan yang sangat dirasakan sekolah dalam melaksanakan dan menerapkan MBS
adalah...
a. Belum adanya kesiapan personal sekolah dalam melaksanakan MBS
b. Tingginya dana yang dibutuhkan sekolah untuk pengelolaan MBS
c. Belum ada kesiapan pemerintah pusat untuk melaksanakan MBS
d. MBS dianggap tidak sesuai dengan sistem persekolahan di Indonesia
3. Pelatihan yang harus diikuti kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuannya dalam
mengambil keputusan adalah....
a. Training kemampuan profesional tenaga pendidikan
b. Training kelompok kerja pengembangan dan pendampingan MBS
c. Workshop manajemen MBS
d. Workshop tentang standar pendidikan Nasional
4. Menurut para birokrat salah satu alasan mengapa Manajemen Berbasis Sekolah perlu
diterapkan di Indonesia adalah....
a. Untuk meningkatkan fleksibilitas dalam hal pengelolaan
b. Perlunya reformasi dalam dunia pendidikan di Indonesia
c. Adanya pengelolaan melalui satu pintu yaitu sekolah
d. Efesiensi manajemen pendidikan dan upaya peningkatan mutu
5. Prinsip penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan menurut pasal 4 (ayat1) UU
Sisdiknas 2003 secara lengkap berbunyi ...
a. Berkeadilan,menjaga hak azasi manusia, nilai agama, menjaga kemajemukan
bangsa dan tidak bersikap
b. Berkeadilan, menjaga hak azasi manusia, nilai agama, kultur dan kemajemukan
bangsa
c. Demokrasi, berkeadilan, menjaga kemajemukan bangsa, tidak diskriminatif dan
memberi kesempatan yang sama bagi warga negara
d. Demokrasi berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjujung hak azasi
manusia, nilai agama, kultur dan kemajemukan bangsa
6. Peningkatan ilmu dan teknologi dapat dilakukan melalui pengembangan berbagai
program pendidikan, hal ini sesuai dengan fungsi pendidikan sebagai upaya untuk... 
a. Memasyarakatkan kemajuan bidang teknologi
b. Meningkatkan solideritas bangsa
c. Mempertinggi peradaban manusia
d. Menggali budaya bangsa
7. Salah satu Model Pendidikan yang dapat mengakomodasi berbagai kepentingan dan
aspirasi masyarakat adalah model...
a. Kurikulum Berbasis Kompetensi
b. Multiple Inteligence
c. Manajemen Berbasis Sekolah
d. Ki Hajar Dewantoro
8. Manajemen Berbasis Sekolah perlu diterapkan di sekolah karena...
a. Memberi arahan pada sekolah untuk mengembangkan keunggulannya
b. Mempunyai standar kompetensi guru yang lebih jelas
c. Memerlukan standar pelayanan minimal
d. Menjadi model pendidikan yang mudah diterapkan
9. Dalam UU No. 20 Thn 2003 tentang standar Pendidikan Nasaional dikatakan bahwa
pemerintah pusat dan daerah bertanggungjawab menyediakan anggaran pendidikan
sebagaimana diatur dalam pasal 31 ayat 4 UUD 45 dibahas pada pasal ....
a. 46 ayat 1 dan 2
b. 47 ayat 1 dan 2
c. 48 ayat 1
d. 49 ayat 1,2,3 dan 4
10. Landasan hukum pendirian MBS sebagai suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem
pendidikan di Indonesia adalah ....
a. UU Dasar Tahun 1945
b. UU No. 19 Tahun 2005
c. UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
d. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

KUNCI JAWAABAN:

1. B. Mengetahui kemajuan yang telah dicapai dan masalah-masalah yang dialami serta
harus diatasi
2. A. Belum adanya kesiapan personal sekolah dalam melaksanakan MBS
3. C. Workshop manajemen MBS
4. D. Efesiensi manajemen pendidikan dan upaya peningkatan mutu
5. D. Demokrasi berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjujung hak azasi manusia,
nilai agama, kultur dan kemajemukan bangsa
6. D. Demokrasi berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjujung hak azasi manusia,
nilai agama, kultur dan kemajemukan bangsa
7. B. Multiple Inteligence
8. A. Memberi arahan pada sekolah untuk mengembangkan keunggulannya
9. A. 46 ayat 1 dan 2
10. D. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

ESSAY :

1.        Berdasarkan konsep MBS, berilah penjelasan pentingnya MBS dalam upaya peningkatan
mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan.?

2.       Mengapa reformasi pendidikan di Indonesia mengarah kepada penerapan MBS apabila di


kaitkan dengan otonomi daerah.?
3.      Salah satu alasan di terapkannya MBS adalah pemberian otonomi yang lebih besar kepada
sekolah akan lebih inisiatif/kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah bagaimanakah cara
sekolah memanfaatkan otonomi yang di berikan ini untuk mengembangkan mutu pend.?
4.      Apakah tujuan penerapan MBS apabila di kaitkan dengan konsep efisiensi mutu dan
pemerataan bidang pendidikan.?
5. Fakta apa yang melandasi timbulnya MBS di Indonesia.?

JAWABAN

1.       Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan kepada pemerintah, orangtua
peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan berusaha semaksimal mungkin
untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah di rencanakan

2.       Reformasi pendidikan di Indonesia mengarah pada penerapan MBS apabila dikaitkan dengan
otonomi daerah karena dalam penerapan MBS pihak sekolah diberi keleluasaan untuk mengelola
dan sekaligus meningkatkan mutu penyelenggraan pendidikan sekolah. Hal ini sesuai dengan
prinsip otonomi daerah yang memeberikan keleluasaan pada masing-masing daerah dalam
mengelola daerahnya masing-masing untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi
daerah yang bersangkutan. Jadi dalam MBS pihak sekolah diberikan hak untuk mengelola
sekolahnya masing-masing agar mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan dapat meningkat
karena yang paling mengerti kekurangan mutu pendidikan di sekolah adalah pihak sekolah itu
sendiri.
3.       Sekolah lebih mengetahui kebutuhanya khususnya input pendidikan yang akan di
kembangakan dan di dayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat kebutuhan
peserta didik.
4.      MBS dalam upaya peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan adalah
Manajemen Berbasis Sekolah memberikan keleluasaan kepada pihak sekolah untuk mengelola
dan sekaligus meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan sekolah. Jadi pihak sekolah bisa
menggunakan haknya untuk mengelola sendiri sekolahnya karena yang paling paham
kekurangan dan kelebihan sekolah adalah pihak sekolah itu sendiri jadi dengan MBS diharapkan
mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan dapat meningkat dan pada akhirnya bila tiap
sekolah bisa menerapkan MBS dengan baik maka pada akhirnya kita bisa mencapai tujuan
pendidikan nasional yaitu terwujudnya system pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memeberdayakan semua warga Indonesia berkembang menjadi manusia yang
berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan jaman yang selalu berubah.
5.  1. Landasan filosofis, yaitu landasan munculnya MBS yang berasal dari kehidupan masyarakat
dan kesepakatan-kesepakatan yang di berlakukan dalam kehidupan masyarakat.

2. landasan yuridid yaitu landasan yang barasal dari pemerintah baik yang berwujud UU,PP,
keputusan menteri, dan sebagainya,dengan demikian munculnya MBS benar-benar landasan
yang kuat baik itu yang berasal dari masyarakat maupun pemerintah.
4.   MBS adalah suatu pemberian otonomi kepada sekolah untuk memberi kebebasan dan keleluasan
untuk mengambil suatu keputusan bersama untuk mencapai tujuan yang di inginkan.

Anda mungkin juga menyukai