Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

MANAJEMEN PENGEMBANGAN KURIKULUM SMP NEGERI 2 DEPOK,


SLEMAN, YOGYAKARTA

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sekolah

Dosen Pengampu : Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Maria Estrella F. A (161434061)


2. Rian Hidayat (161434040)
3. Vina Rahmawati (161434079)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


PENDAHULUAN

Pendidikan adalah kunci keberhasilan bagi suatu negara dalam membangun generasi
bangsa yang berkualitas. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan tidak hanya
bagi perkembangan dan pertumbuhan individu, tetapi juga bagi pembangunan suatu bangsa.
Salah satu peran yang berpengaruh dalam keberhasilan pendidikan nasional adalah kurikulum.
Boleh dikatakan bahwasannya kurikulum memegang peran strategis dalam sistem pendidikan.
Melalui kurikulum pemerintah mengajak seluruh pelaksana pendidikan (baik pendidik maupun
peserta didik) untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Pelaksanaan kurikulum
disekolah memiliki pengaruh yang besar bagi pemerintah, guru, maupun siswa.

Dalam hal ini pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (kementrian pendidikan)
memiliki tanggung jawab untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa yang sadar akan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum perlu dilakukan untuk
menjawab tantangan-tantangan di era global sekarang ini. Menurut Peraturan pemerintah No
17 tahun 2010 pasal 1 ayat (27) menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran untuk serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Oleh karena itu, dalam mencapai pendidikan yang berkualias harus memiliki pedoman dalam
penyelenggaraan pembelajaran disekolah yang senantiasa dikembangkan agar pendidikan di
Indonesia terus berkembang.

Peran dan fungsi kurikulum memang sudah sangat disadari dalam sistem pendidikan
nasional. Ini dikarenakan kurikulum merupakan alat yang krusial dalam merealisasikan
program pendidikan baik formal maupun non formal, sehingga gambaran sistim pendidikan
dapat terlihat dengan jelas dalam suatu kurikulum.
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan
organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian orang-orang dan sumber daya organisasi lainnya.
B. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Depdiknas (2004) menyatakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat
rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan. Kurikulum dilaksanakan dalam rangka
membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang
meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial-emosional, kognitif, bahasa, fisik /motorik,
kemandirian, dan seni.
Menurut Sukmadinata (2001: 4) kurikulum merupakan suatu rencana
pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi,
serta proses pendidikan. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh
proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi
tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Hernawan dan R. Cynthia (2011) menyatakan bahwa kurikulum berperan dalam
pencapaian tujuan pendidikan, yaitu memiliki peran konservatif, kreatif, kritis, dan
evaluatif. Triwiyanto (2013) memperlihatkan hasil penelitiannya, bahwa kurikulum dan
pembelajaran berpusat pada potensi perkembangan kebutuhan peserta didik dan
lingkungan secara nasional dan internasional, beragam dan terpadu, tanggap terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan seni, relevan dengan kebutuhan hidup,
menyeluruh dan berkeseimbangan, belajar sepanjang hayat, seimbang antara
kepentingan nasional dan kepentingan daerah, berkelanjutan dan mampu bersaing di
dunia internasional, serta eksistensi pendidikan yang sesuai dengan perkembangan
zaman.
Kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
memberikan makna bahwa di dalam kurikulum terdapat panduan interaksi antara
pendidik dengan peserta didik. Dengan demikian, kurikulum berfungsi sebagai
“jantung” dari proses pendidikan di sekolah untuk memberdayakan potensi peserta
didik. Keberadaan kurikulum ini menjadi sangat vital di antara komponen-komponen
pendidikan lainnya karena kurikulum merupakan jantung pendidikan. Kurikulum juga
berperan sebagai energi untuk komponen pendidikan lainnya, energi yang mendukung
untuk keberhasilan tujuan pendidikan.
C. Pengertian Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk
memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha
meningkatkan kualitas interaksi belajar-mengajar (Wahyudin, 2014: 42).
Menurut Rusman (2009) manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem
pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam
rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya,
manajemen kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan konteks Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Manajemen Kurikulum merupakan substansi manajemen yang utama di
sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh
siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan
strategi pembelajaran.
Manajemen kurikulum berkenaan dengan bagaimana kurikulum di rancang,
diimplementasikan (dilaksanakan), dan dikendalikan (dievaluasi dan disempurnakan),
oleh siapa, kapan, dan dalam lingkup mana. Manajemen kurikulum juga berkaitan
dengan kebijakan siapa yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab dalam
merancang, melaksanakan, dan mengendalikan kurikulum.
a. Tahapan Manajemen Kurikulum
Tahapan manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap :
1. Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan meliputi langkah-langkah sebagai berikut : analisis
kebutuhan, merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis, menentukan
desain kurikulum, membuat rencana induk, pengembangan, pelaksanaan dan
penilaian.
2. Tahap Pengembangan
Tahap pengembangan meliputi langkah-langkah : perumusan rasional atau dasar
pemikiran, perumusan visi, misi, dan tujuan, penentuan struktur dan isi
program, pemilihan dan pengorganisasian materi, pengeorganisasian kegiatan
pembelajaran, pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar, penentuan cara
mengukur hasil belajar.
3. Tahap Implementasi atau Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi langkah-langkah : penyusunan rencana dan
program pembelajaran (silabus dan RPP), penjabaran materi (kedalaman dan
keluasan), penentuan strategidan metode pembelajaran, penyediaan sumber,
alat, dan sarana pembelajaran, penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil
belajar, setting lingkungan pembelajaran.
4. Tahap Penilaian
Dilakukan untuk melihat sejauh mana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum
yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Penilaian
kurikulum dapat mencakup konteks, input, proses, produk (CIPP). Penilaian
konteks memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi actual,
masalah-masalah, dan peluang. Penilaian input memfokuskan pada kemampuan
sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari
rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi
untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian produk
berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identic
dengan evaluasi sumatif).
b. Landasan Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pada pasal 36 menyebutkan bahwa “Kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah, dan siswa.”
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Pasal 17 ayat 1 dinyatakan bahwa “Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah
atau karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempatdan siswa.”
Selanjutnya pada ayat 2 ditegaskan bahwa “sekolah dan komite sekolah, atau
madrasah dan komite madrasah, mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan SKL,
dibawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
di bawah pendidikan SD, SMP, SMA, dan SMK, serta department yang
menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTS, MA, dan
MAK.
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi untuk Satuan pendidikan dasar dan menengah.
4. Peraturan Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk pendidikan dasar dan menengah.
c. Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang
terhadap suatu proses tertentu. Dilihat dari cakupan pengembangannya, ada dua
pendekatan yang dapat diterapkan dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
1. Pendekatan Top Down
Dikatan pendekatan Top Down karena pengembangan kurikulum muncul atas
inisiatif para pejabat pendidikan atau para administrator atau dari para
pemegang kebijakan (pejabat) pendidikan, seperti dirjen atau para kepala kantor
wilayah. Selanjutnya, dengan menggunakan garis komando, pengembangan
kurikulum diteruskan ke bawah. Pendekatan Top Down dapat dilakukan untuk
menyusun kurikulum baru ataupun untuk penyempurnaan kurikulum yang
sudah ada.
Langkah-langkah pengembangan kurikulum model Top Down :
- Pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan.
- Menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebijakan yang telah
disusun oleh tim pengarah.
- Kurikulum yang telah disusun oleh kelompok kerja, kemudian diserahkan
kepada tim perumus untuk dievaluasi.
- Yang terkahir adalah implementasi kurikulum yang telah disusun kepada
sekolah-sekolah.
2. Pendekatan Grass Roots
Pemegang kebijakan kemudian turun ke stafnya atau dari atas ke bawah. Dalam
model grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan
atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada
lingkungan yang lebih luas. Pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam
penyempurnaan kurikulum.
Langkah penyempurnaan kurikulum berdasarkan pendekatan grass roots :
- Menyadari adanya masalah.
- Mengadakan refleksi.
- Mengajukan hipotesis.
- Menentukan hipotesis yang dapat dilakukan sesuai dengan situasi
dilapangan.
- Mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus
menerus sehingga terpecahkan masalah yang dihadapi.
- Membuat dan menyusun laporan hasil pelaksanaan pengembangan melalui
grass roots.
d. Jenis Manajemen Pengembangan Kurikulum
1. Manajemen Pengembangan Kurikulum Sentralistik
Manajemen pengembangan kurikulum sentralistik berarti terpusat, yaitu
pengembangan kurikulum berasal dari pusat (pemerintah). Dalam manajemen
pengembangan sentralistik, tugas, wewenang, dan tanggung jawab
pengembangan kurikulum, serta inisiatif, gagasan, bahkan model kurikulum
yang akan dikembangkan dipegang oleh pejabat pusat. Manajemen sentralistik
menghasilkan kurikulum nasional, satu kurikulum yang berlaku di seluruh
wilayah Negara.
Kelebihan :
- Kurikulum seragam untuk seluruh daerah dan sekolah, dapat dikembangkan
standar kemampuan dan tingkat pencapaian yang bersifat nasional.
- Lebih mudah dalam pengendalian atau pengawasan dan evaluasinya.
- Pembinaan para pelaksana kurikulum lebih mudah karena pengetahuan dan
keterampilan yang dituntut untuk melaksanakannya hampir sama.
- Penyediaan media dan sumber belajar lebih mudah karena jenisnya sama
untuk setiap daerah dan satuan pendidikan.
- Memungkinkan diadakan penilaian hasil belajar yang bersifat nasional
karena desain atau rancangan kurikulum dan sasaran belajarnya sama untuk
seluruh daerah dan satuan pendidikan.

Kekurangan :
- Wilayah yang cukup luas memiliki keragaman dalam kondisi, kebutuhan,
dan tingkat kemajuannya, kurikulum yang bersifat nasional tidak dapat
mengakomodasi keragaman kondisi tersebut.
- Pemahaman dan penguasaan kurikulum nasional oleh para pelaksana di
seluruh wilayah tanah air membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.
- Penerapa satu jenis kurikulum untuk wilayah yang cukup luas dapat
menghadapi banyak hambatan dan kemungkinan penyimpangan.
2. Manajemen Pengembangan Kurikulum Desentralistik
Dalam manajemen kurikulum desentralistik, penyusunan desain, pelaksanaan,
dan pengendalian (evaluasi dan penyempurnaan), dilakukan secara lokal oleh
satuan pendidikanpenyususnan desain kurikulum dilakukan oleh guru-guru,
melibatkan ahli, komite sekolah/madrasa, dan pihak-pihak lain di masyarakat
yang memiliki perhatian dan kepedulian terhadap kurikulum. Pengembangan
kurikulum demikian disebut SBCD (School Based Curiculum Development).
Dalam pengembangan SBCD, desai kurikulum yang meliputi sasaran atau
tujuan kurikulum, materi atau isi kurikulum, model pembelajaran dan penilaian
hasil belajar disesuaikan dengan kebutuhan, tantangan, karakteristik, dan tahap
perkembangan sekolah dan masyarakat tempat sekolah berada.
Kelebihan :
- Kurikulum sesuai dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, dan
perkembangan satuan pendidikan dan masyarakat setempat sehingga satuan
pendidikan secara langsung atau tidak langsung dapat membantu
perkembangan masyarakat.
- Lebih mudah dilaksanakan karena desain kurikulum disusun oleh guru-guru
sendiri dengan mempertimbangkan faktor-faktor pendukung pelaksanaan
yang ada disekolah dan masyarakat sekitar.
Kekurangan :
- Tidak semua guru memiliki keahlian atau kecakapan dalam pengembangan
kurikulum, atau tidak semua satuan pendidikan/daerah memiliki guru atau
orang yang ahli dalam pengembangan kurikulum.
- Kurikulum dapat bersifat lokal, lulusannya kurang memiliki kemampuan
atau daya saing secara nasional.
- Desain kurikulum sangat beragam, dapat menimbulokan kesulitan dalam
pengawasan dan evaluasi hasil belajar secara nasional.
e. Prinsip Manajemen Kurikulum
1. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan
aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum.
2. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berdasarkan
demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana, dan subjek didik pada
posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggung
jawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
3. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan
manajemen kurikulum perlu adanya kerja sama yang positif dari berbagai pihak
yang terlibat.
4. Efektivitas dan efisiensi, rangkaiang kegiatan manajemen kurikulum harus
memeprtimbangkan efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum
sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang
berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relative singkat.
5. Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses
manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi,
dan tujuan kurikulum.
f. Fungsi Manajemen Kurikulum
1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan
sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan
yang terencana dan efektif.
2. Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai
hasil yang maksimal.
3. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
peserta didik mapun lingkungan sekitar peserta didik.
4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
5. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar.
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan
kurikulum.
TOPIK

1. Seberapa penting kurikulum bagi SMP Negeri 2 Depok, Sleman sebagai sebuah instansi
pendidikan?
 Kurikulum merupakan “roh” atau “jiwa” bagi SMP Negeri 2 Depok, Sleman karena
kurikulum menjadi penentu berjalannya suatu proses pendidikan di sekolah.

2. Kurikulum apa saja yang pernah digunakan oleh SMP Negeri 2 Depok, Sleman?
 Kurikulum yang pertama kali digunakan oleh SMP Negeri 2 Depok, Sleman adalah
Kurikulum 1994. Lalu, berganti menggunakan kurikulum 2004 yang disebut Kurikulum
Berbasis Kompetensi atau yang disingkat dengan KBK. Setelah itu, KBK mengalami revisi
menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP 2006. Seiring berjalannya
waktu, pada tahun 2015, SMP Negeri 2 Depok, Sleman melakukan uji coba Kurikulum
2013 kepada kelas VIII, namun hanya berlaku selama satu semester karena masih terdapat
banyak kendala akibat belum matangnya persiapan dari Badan Standar Nasional.
Kemudian sekolah kembali menggunakan KTSP 2006. Akhirnya, pada tahun ajaran
2016/2017 hingga tahun ajaran 2017/2018 ini, SMP Negeri 2 Depok, Sleman menggunakan
dua jenis kurikulum, yaitu Kurikulum 2013 untuk kelas VII dan VIII, serta KTSP 2006
untuk kelas IX.
 Di dalam kurikulum itu, ada yang disebut dengan Struktur Program Kurikulum. Untuk
KTSP 2006, terdapat 36 jam/minggu yang mana sekolah diberi jumlah jam KBM minimal
sebanyak 34 jam/minggu dan dapat melakukan penambahan jam KBM sebanyak maksimal
2 jam. Adapun untuk KTSP, SMP Negeri 2 Depok Sleman memiliki 12 jam mata pelajaran
dengan masing-masing mata pelajaran sebanyak 2 jam, kecuali beberapa mata pelajaran
seperti:
a. IPS : 4 jam
b. IPA: 4 jam
c. Bahasa Indonesia: 4 jam
d. Bahasa Inggris: 6 jam
e. Bahasa Jawa: 2
f. Penjaskes: 2 jam

Namun, di tahun sebelumnya, sekolah pernah melakukan penambahan jam di beberapa


mata pelajaran seperti IPA menjadi 5 jam mata pelajaran dengan melihat kondisi apa yang
sedang diperlukan oleh sekolah.
 Sedangkan untuk Kurikulum 2013 memiliki Struktur Program Kurikulum wajib sebanyak
40 jam/minggu dengan penambahan jam di:
a. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan: 2 jam  3 jam.
b. Seni Budaya: 2 jam  3 jam
c. Bahasa Indonesia: 4 jam  6 jam
d. Bahasa Inggris: 4 jam
e. Matematika: 5 jam
f. IPA: 5 jam
g. Agama: 2 jam  3 jam

Teknologi Informatika dan Komunikasi yang pada awalnya terdapat di kurikulum 2006,
kini pada Kurikulum 2013 menjadi tidak ada. Kemudian TIK masuk sebagai BK-TIK.
Walaupun BK-TIK tidak masuk ke dalam Struktur Program Kurikulum, tetapi SMP Negeri
2 Depok, Sleman membuat kebijakan yaitu tetap menjadwalkan siswa untuk masuk kelas
BK-TIK sebanyak 2 jam/minggu. Jika siswa tidak diberi waktu untuk masuk kelas, siswa
secara umum akan acuh tak acuh terhadap mata pelajaran terkait.

3. Bagaimana mekanisme dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi


sebagai ruang lingkup dari suatu kurikulum?
A. Perencanaan
 Dari kurikulum tersebut, sekolah menjabarkannya menjadi Program Sekolah.
Maka, di awal tahun pelajaran, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum menyusun
Program Sekolah, baik program internal maupun eksternal dan disahkan melalui
rapat dewan guru.
 Kemudian, langkah berikutnya ketika program sekolah telah tersusun, dalam rapat
dewan guru dilakukan pembagian tugas. Setelah itu, keluarlah Surat Keputusan
(SK) Pembagian Tugas di awal bulan Juli.
B. Pengembangan
 Di dalam SK Pembagian Tugas, sudah terdapat keterangan pembagian tugas dan
tanggung jawab masing-masing guru. Misalnya guru A mengajar bidang studi apa dan
bertanggung jawab di bidang kegiatan apa. Begitu pula telah terlampir kegiatan
ekstrakurikuler apa saja yang akan diselenggarakan di tahun ajaran ini.
 Dari Struktur Program, terdapat program sekolah yang disusun oleh dewan guru ke
dalam Kalender Pendidikan sejak bulan Juli. Kalender Pendidikan memiliki lampiran
yang berisi deskripsi kegiatan, penanggung jawab, dan panitia dari setiap program yang
akan diselenggarakan sepanjang 1 tahun ajaran. Misalnya program Try Out bagi siswa-
siswi kelas IX sebanyak 8 kali
C. Pelaksanaan
Dalam tahap ini, guru melaksanakan proses kegiatan belajar-mengajar sesuai dengan
RPP yang telah dirancang dalam tahap pengembangan. Selain itu, guru juga
menyiapkan strategi, alat, dan bahan pelajaran yang telah disusun dalam rencana
pembelajaran.
D. Evaluasi
 Melakukan kunjungan ke kelas-kelas untuk melihat proses pembelajaran yang
sedang berlangsung oleh kepala sekolah.
 Melakukan supervisi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) oleh pihak internal dan
eksternal. Pihak internal oleh dewan guru, sedangkan pihak eksternal oleh Dinas
Pendidikan kabupaten Sleman.
 Kepala sekolah menugaskan guru untuk membantu jalannya kegiatan supervisi.
 Pada akhir setiap semester, dilakukan 3 tahap, yaitu:
- Perencanaan; untuk menganalisis RPP yang akan diterapkan di semester
selanjutnya yang dilakukan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum.
- Kunjungan kelas
- Penilaian guru terhadap siswa yang didasarkan pada penilaian pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.

4. Siapa yang berwenang mengembangkan kurikulum di sekolah SMP Negeri 2 Depok,


Sleman ini?
 Di SMP Negeri 2 Depok, Sleman terdapat tim pengembang kurikulum. Ada 8 standar
dalam kurikulum, yang pertama adalah isi, proses, sarana dan pra sarana, pembiayaan,
pengelolaan, penilaian. Mulai dari standar isi, proses, penilaian, sarana dan pra sarana,
penilaian, tenaga pendidik, kelulusan. Tim pengembang kurikulum bertanggung jawab
pada masing-masing standar kurikulum sesuai dengan standarnya masing-masing.

5. Pada saat apa saja dilakukan pengembangan kurikulum di sekolah ini?


 Ada 3 jenis waktu yang digunakan oleh SMP Negeri 2 Depok dalam mengembangkan
kurikulum, yakni dalam kurun waktu jangka pendek (1 tahun), jangka menengah (5 tahun
tahun), dan jangka panjang (setiap waktu). Setiap tahun, wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan mengisi, sedangkan jangka panjang adalah apa yang sebenarnya yang ingin
dicapai oleh sekolah. Jangka menengah adalah pencapaian apa saja yang ingin dicapai oleh
sekolah dalam 5 tahun ke depan. Jangka pendek adalah 1 tahun sekolah dalam menyusun
program. Dalam menyusunnya juga mendapat pengesahan dari dinas pendidikan. Sekolah
melibatkan komite, guru, stakeholder yang ada di SMP Negeri 2 Depok, Sleman.

6. Pendekatan apa saja yang digunakan oleh SMP Negeri 2 Depok, Sleman dalam hal
pengembangan kurikulum?
 Ada 2 macam pendekatan yang digunakan oleh SMP Negeri 2 Depok, Sleman dalam
mengembangkan kurikulum, yakni pendekatan administrative (administrative approach)
dan pendekatan akar-rumput (grass-roots approach). Setelah melakukan pendekatan
secara administrative dari atas (dinas pendidikan pusat), selanjutnya sekolah
menggunakan pendekatan akar-rumput yang merupakan pendekatan dari bawah yaitu
mendengarkan aspirasi siswa, guru, dan warga sekolah. Sehingga dapat dikatakan
pelaksanaan pengembangan kurikulum harus seimbang. Sekolah menerima masukan dari
siswa, orang tua, dan masyarakat, sehingga tidak boleh berjalan sendiri dalam
melaksanakan kurikulum. Oleh karena itu, di sekolah ini tetap mengadakan sosialisasi
program-program sekolah kepada orang tua (hingga saat ini sosialisasi ke masyarakat
belum ada) tiap tahunnya. Sementara itu, sosialisasi kepada komite sekolah juga dilakukan
secara rutin oleh sekolah untuk menyampaikan perkembangan pelaksanaan program
sekolah.

7. Saat ini, hampir seluruh sekolah di Indonesia menggunakan Kurikulum 2013. Apakah
sejauh ini, SMP Negeri 2 Depok, Sleman pernah mengalami masalah terhadap
pelaksanaannya? Seperti apa bentuk permasalahan dan solusinya?
 Tentu saja, ada. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan struktur program yang dimiliki oleh
SMP Negeri 2 Depok, Sleman yang telah menimbulkan masalah. Masalah tersebut adalah
kecemburuan antar tingkatan kelas akibat perbedaan jumlah jam pelajaran. Maka dari itu,
sekolah mencari cara bagaimana menyusun program yang kira-kira nantinya siswa dapat
dipulangkan secara bersamaan. Di awal uji coba kurikulum 2013 untuk siswa kelas VIII,
saat itu pernah terjadi kecemburuan dari kelas VIII terhadap siswa-siswa tingkat lain
karena pulang lebih awal. Kemudian sekolah melakukan perubahan pada jadwal dengan
memberikan program literasi untuk anak. Namun pada awal pelaksanaannya, sekolah
merasa hal tersebut tidak berjalan efektif karena tidak membawa efek yang baik. Akhirnya
pada tahun ajaran 2017/2018 ini, dilakukan evaluasi untuk melihat apa yang membuat
program literasi tidak berjalan dengan baik. Untuk kelas IX, diadakan penambahan 3 jam
tambahan pelajaran di hari Rabu dan 3 jam di hari Kamis untuk mata pelajaran yang ada
di Ujian Nasional, sehingga di jadwal hari itu, siswa dapat pulang bersamaan tetapi tetap
dalam bimbingan guru. Selain itu, dalam upaya pengembangan kurikulum juga dilakukan
penambahan jam untuk pendidikan karakter di hari Rabu dan Kamis, yaitu siswa-siswi
yang beragama muslim melakukan tadarus dan yang beragama non muslim melakukan
pendalaman kitab suci. Di samping itu, sekolah juga melakukan pembiasaan kepada siswa
dalam menerapkan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun). Akibatnya, siswa-siswi
SMP Negeri 2 Depok akhirnya memiliki kebiasaan untuk selalu menyalimi dan menyapa
guru-gurunya ketika berpapasan di jalan. Kemudian pada hari Jumat, diadakan kegiatan
sosialisasi yang tiap minggunya berbeda. Di minggu pertama, pada pagi hari siswa diajak
untuk jalan sehat sampai ke embung Tambakboyo. Lalu, pada minggu kedua siswa diajak
untuk membersihkan lingkungan. Di minggu ketiga, siswa diajak untuk melakukan senam
pagi, dan pada minggu keempat diadakan bimbingan kelas, yang mana di dalamnya
dilakukan pemberian motivasi. bimbingan konseling kepada peserta didik, ataupun
mendengar aspirasi dari siswa. Di sekolah ini juga terdapat program pendampingan dari
23 guru untuk 350 siswa tanpa sepengetahuan siswa. Tujuannya adalah mencegah adanya
hal-hal negatif yang timbul dari siswa. Di samping itu, pada hari Sabtu dilakukan kegiatan
membaca buku di kelas. Jadi, selain memiliki perpustakaan sekolah, di setiap kelas di SMP
Negeri 2 Depok, Sleman ini juga memiliki perpustakaan yang mana buku-bukunya
diperoleh dari buku milik siswa sendiri dari rumah. Sekolah pun meminta kesediaan bagi
para mahasiswa yang melakukan kegiatan di SMP Negeri 2 Depok, Sleman ini untuk
meninggalkan minimal 1 buku di sekolah untuk para siswa.

8. Bagaimana:
a. Jenis dan sumber peserta yang diperlukan
Peserta didik yang diterima dan lulus di SMP Negeri 2 Depok adalah peserta didik yang
lulus dengan nilai yang sesuai kualifikasi di dalam standar kompetensi lulusan
berdasarkan Peraturan Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006.
b. Sumber biaya
SMP Negeri 2 Depok, Sleman memiliki sumber biaya yang diperoleh dari pemerintah
(dinas pendidikan), BOS (Bantuan Operasi Sekolah), kantin sekolah, koperasi siswa,
dan penyewaan gedung/aula sekolah oleh masyarakat yang menggunakannya untuk
keperluan pernikahan ataupun pertemuan warga.
c. Tenaga pengajar
Tenaga pengajar di SMP Negeri 2 Depok, Sleman mendapatkan tambahan tanggung
jawab di luar tanggung jawab sebagai pengajar. Pembagian tugas tersebut adalah
sebagai penanggung jawab kegiatan yang menjadi program sekolah selama satu tahun
ajaran.

9. Bagaimana model pengembangan kurikulum berdasarkan kebijakan dari pusat


(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)?
 Sebagai sekolah negeri, SMP Negeri 2 Depok, Sleman tunduk kepada peraturan yang
diberlakukan oleh pemerintah berdasarkan Permendikbud yang berisi standar proses, isi,
standar penilaian. Dalam melaksanakan program di sekolah, harus sesuai dengan kebijakan
pemerintah. Namun, di dalam pengembangannya, inovasi-inovasi tetap diperlukan guna
menyesuaikan dengan kondisi sekolah.
 Kurikulum tidak dapat dimodifikasi, namun dalam pelaksanaanya masih tetap dapat
dilakukan inovasi-inovasi. Contohnya ketika guru-guru menyusun RPP. Ada standar proses
yang dalam penerapannya guru ingin menggunakan pendekatan saintifik.PBL (Problem
Based Learning). Lalu, misalnya guru ingin menggunakan media tertentu, sehingga guru
menyusun model pembelajaran yang akan diterapkan kepada siswa. Begitu pula dengan
bahan, alat, sumber, dan strategi pembelajaran yang hendak dikembangkan.

10. Bagaimana strategi yang harus dilaksanakan oleh sekolah secara umum dalam
mengembangkan kurikulum?
 Strategi yang digunakan harus melihat pada hasil evaluasi yang kemarin diperoleh.
Kemudian dewan guru memasang strategi ke depannya harus melakukan perbaikan di hal
apa saja. Contohnya dulu SMP Negeri 2 Depok , Sleman berada di peringkat 32, lalu naik
hingga ke 10 besar. Tahun lalu, turun menjadi peringkat ke 22. Dari situ, sekolah melihat
apa yang menjadi kekurangan dari sekolah, sehingga sekolah dapat menyusun strategi
untuk meningkatkan prestasi. Sebagai contoh adalah memberi variasi-variasi dalam proses
pembelajaran siswa di sekolah yaitu dengan program literasi siswa dan menciptakan
suasana belajar yang nyaman bagi siswa, misalnya menggunakan baju batik bebas di hari-
hari tertentu. Selain itu, dalam hal pengembangan diri, sekolah mewadahi siswa untuk
mengikuti lomba-lomba non akademik. Ada beberapa perlombaan yang hanya dibiayai
oleh BOS seperti OSN, selebihnya tidak. Namun hal tersebut tidak membuat siswa-siswi
patah semangat. Mereka melakukan hal-hal kreatif dan cerdas agar tetap dapat mengikuti
lomba sesuai dengan minat mereka.

11. Apa saja yang menjadi target dari Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Depok, Sleman dari upaya
pengembangan kurikulum di sekolah ini?
 Targetnya adalah kiranya prestasi SMP Negeri 2 Depok, Sleman ini semakin gemilang.
Komite sekolah selalu mengingatkan kepada para guru untuk tidak cepat puas pada posisi
peringkat sekolah. Pihak sekolah pun menyanggupi. Akan tetapi, di samping itu sekolah
juga berharap ada support dari orang tua, terutamanya dalam memerhatikan fasilitas dan
sarana-prasarana SMP Negeri 2 Depok, Sleman sebagai sekolah negeri yang notabene
memiliki fasilitas pembelajaran yang terbatas. Hal ini mengingat bahwa oleh pemerintah,
sekolah negeri dilarang untuk memungut biaya dari orang tua. Di samping itu, dana yang
mengalir dari pemerintah ke sekolah juga seringkali tersendat.

12. Apakah dalam pelaksanaan kurikulum di SMP Negeri 2 Depok, Sleman telah sesuai dengan
teori ataupun kebijakan dari Kemendikbud?
 Ya, sudah sesuai. Karena jika belum sesuai, sejak dahulu SMP Negeri 2 Depok, Sleman
pasti sudah mendapatkan beberapa teguran. Pengawas secara periodik telah mengawasi
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh sekolah. Oleh karena itu, SMP Negeri 2
Depok, Sleman telah berkomitmen untuk selalu setia kepada kebijakan dan program
pemerintah, namun tetap memberikan inovasi dalam praktiknya.

13. Bagaimana keterkaitan antara manajemen sekolah dengan manajemen kurikulum?


 Manajemen kurikulum akan dituangkan ke dalam RKAS (Rancangan Kegiatan Anggaran
Sekolah). Manajemen kurikulum dan manajemen sekolah harus saling berkaitan dan
mengisi. Program sekolah merupakan penjabaran dari kurikulum nasional yang diterapkan
oleh sekolah itu sendiri. Dari program sekolah yang dituang di RKAS, terdapat pembiayaan
dan dari mana sumber dana diperoleh. Selain dari BOS, di sekolah ini juga mendapat
sumber biaya dari kantin, koperasi siswa, gedung/aula sekolah yang biasanya disewa oleh
masyarakat yang mengadakan pertemuan, pernikahan. Di samping itu, dari pemerintah juga
tetap membantu, misalnya dalam kegiatan PPDB. Pemerintah memberikan dana sebesar
Rp 45.000,-/siswa yang masuk dalam kegiatan sosialisasi dan pengenalan lingkungan
sekolah.

14. Apa yang menjadi harapan Ibu mewakili seluruh dewan guru terhadap SMP Negeri 2
Depok, Sleman ini?
 Bagi Ibu Putri selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum, SMP Negeri 2 Depok,
Slemana telah menjadi rumah kedua bagi beliau. Di sekolah tersebut beliau-beliau
mengabdikan diri.
ANALISIS DATA

Konsep pemahaman kurikulum yang dipegang oleh SMP Negeri 2 Depok, Sleman
selaras dengan definisi kurikulum menurut Sukmadinata bahwa kurikulum dalam suatu instansi
pendidikan menjadi “roh” atau suatu rencana pendidikan yang memberikan menjadi tuntunan
untuk suatu sekolah dalam menjalankan proses pendidikan. Di samping itu, pemahaman bahwa
kurikulum sebagai “jantung” dari proses pendidikan di sekolah benar-benar diaplikasikan oleh
SMP Negeri 2 Depok, Sleman. Hal ini terlihat dari sekolah yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan talenta dan potensi peserta didik melalui kegiatan
intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Implementasi ini sejalan dengan tujuan diadakannya
kurikulum yaitu membantu siswa mengembangkan berbagai kemampuan baik secara jasmani
maupun rohani yang meliputi penerapan nilai dan norma agama, serta sosial emosional siswa.
Contohnya adalah melalui pengajaran guru kepada siswa tentang menerapkan 5S di sekolah
dan masyarakat. Pada akhirnya hal tersebut menjadi kebiasaan dan karakter yang dimiliki oleh
setiap siswa

Selain itu, kemampuan kognitif dan bahasa siswa di SMP Negeri 2 Depok, Sleman juga
didukung oleh sekolah melalui tambahan jam pelajaran di luar jam wajib belajar siswa.
Misalnya melalui tambahan jam pelajaran untuk kelas IX yang akan menghadapi ujian
nasional. Selain itu, sekolah juga menyelenggarakan pelatihan-pelatihan untuk mempersiapkan
siswa kelas IX sebanyak 8 kali yang disebut Try Out.

Manajemen kurikulum yang dilaksanakan oleh SMP Negeri 2 Depok, Sleman pun telah
sejalan dengan konsep mengenai hakikat manajemen kurikulum menurut Rusman (2009)
bahwa manajemen kurikulum sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif,
komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan
kurikulum. Sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif oleh SMP Negeri 2 Depok, Sleman
ditunjukkan melalui penyusunan program sekolah oleh musyawarah dewan guru. Musyawarah
dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan yang dapat meningkatkan dan menghasilkan
proses pembelajaran yang baik.

Adapun dalam manajemen kurikulum terdapat 4 tahap yang telah dilakukan oleh SMP
Negeri 2 Depok, Sleman, yaitu perencanaan, pengembangan, implementasi, dan evaluasi.
Tahap yang pertama adalah perencanaan. Pada tahap ini, sekolah menentukan kurikulum yang
akan menjadi acuan di sekolah, dalam hal ini SMP Negeri 2, Depok, Sleman menggunakan 2
jenis kurikulum, yaitu KTSP 2006 untuk kelas VII dan VIII, serta Kurikulum 2013 kelas IX.
Perbedaan penggunaan kurikulum tersebut terjadi karena kondisi peserta didik kelas IX yang
di tahun ajaran sebelumnya terjadi ketidaksiapan dari pemerintah, sehingga Kurikulum 2013
hanya berlaku selama satu semester saja. Hal ini menjadi bagian dari analisis kebutuhan
sekolah pada tahap perencanaan. Setelah sekolah tahu model kurikulum yang akan digunakan,
selanjutnya sekolah, yang mana dalam hal ini dewan guru dipimpin oleh wakil kepala sekolah
bidang kurikulum, menyusun rencana kegiatan yang akan menjadi program sekolah selama
satu tahun ajaran. Kegiatan tersebut menjadi bagian dari pembuatan rencana induk.

Akan tetapi, terdapat beberapa hal yang tidak sesuai antara konsep isi dari tahap-tahap
manajemen kurikulum menurut Rusman dalam bukunya yang berjudul Manajemen Kurikulum
dengan tahap-tahap pelaksanaan manajemen kurikulum oleh SMP Negeri 2 Depok, Sleman.
Beberapa hal yang tidak sesuai tersebut terdapat dalam tahap pengembangan yang meliputi
perumusan rasional atau dasar pemikiran, perumusan visi, misi, dan tujuan. Keempat hal
tersebut menurut pihak SMP Negeri 2 Depok, Sleman justru masuk ke dalam tahap persiapan.
Namun, masih ada beberapa hal yang masih sesuai dengan konsep Rusman, yakni penentuan
struktur dan isi program, pemilihan dan pengorganisasian materi, pengeorganisasian kegiatan
pembelajaran, pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar.

Di dalam hal-hal tersebut, SMP Negeri 2 Depok, Sleman melakukan pembagian tugas
dalam rapat dewan guru. Setelah itu, keluarlah Surat Keputusan (SK) Pembagian Tugas di awal
bulan Juli. Di dalam SK Pembagian Tugas, sudah terdapat keterangan pembagian tugas dan
tanggung jawab masing-masing guru. Misalnya guru A mengajar bidang studi apa dan
bertanggung jawab di bidang kegiatan apa. Begitu pula telah terlampir kegiatan ekstrakurikuler
apa saja yang akan diselenggarakan di tahun ajaran ini.

Adapun tahap yang ketiga adalah tahap implementasi. Sama seperti tahap sebelumnya,
pada tahap ini juga terjadi ketidaksesuaian dengan tahap yang dijalankan oleh SMP Negeri 2
Depok, Sleman. Tahap tersebut adalah penyusunan rencana dan program pembelajaran (silabus
dan RPP), penjabaran materi (kedalaman dan keluasan), penentuan strategi dan metode
pembelajaran yang bagi SMP Negeri 2 Depok, Sleman masuk ke dalam tahap pengembangan.
Namun tahap seperti penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran, penentuan cara dan
alat penilaian proses dan hasil belajar, setting lingkungan pembelajaran telah sesuai dengan
konsep menurut Rusman.

Selanjutnya adalah tahap penilaian atau evaluasi. Antara konsep pemahaman evaluasi
yang dilakukan oleh SMP Negeri 2 Depok, Sleman dengan konsep tahap evaluasi menurut
Rusman telah sesuai karena menganut bentuk evaluasi yang melihat bagaimana input, proses,
dan output dari proses pembelajaran di sekolah. Dalam tahap ini juga tim guru melihat apa
yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari proses pembelajaran yang telah dilewati. Misalnya
melalui hasil Ujian Nasional siswa kelas IX ataupun peringkat sekolah di daerah (kabupaten).

Dalam pengembangan KTSP 2006, SMP Negeri 2 Depok, Sleman telah


mengembangkan kurikulum tersebut berdasarkan karakteristik daerah dan sosial budaya
masyarakatnya. Karena lingkungan SMP Negeri 2 Depok, Sleman berada di dalam wilayah
budaya Jawa, maka dari itu, sekolah melakukan penambahan mata pelajaran muatan lokal yaitu
Bahasa Jawa untuk peserta didiknya. Maka, dalam hal ini SMP Negeri 2 Depok Sleman telah
melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Pasal 17 ayat 1 dinyatakan bahwa “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah atau karakteristik daerah,
sosial budaya masyarakat setempat dan siswa.”

Mengenai jenis manajemen pengembangan kurikulum, SMP Negeri 2 Depok, Sleman


menganut manajemen pengembangan kurikulum desentralistik karena penyusunan desain,
pelaksanaan, dan pengendalian (evaluasi dan penyempurnaan), dilakukan secara lokal oleh
satuan pendidikan, penyususnan desain kurikulum dilakukan oleh guru-guru, melibatkan ahli,
komite SMP Negeri 2 Depok, Sleman yang disebut dengan SBCD atau School Based
Curiculum Development. Hal ini menjadi suatu keuntungan buat SMP Negeri 2 Depok, Sleman
karena dengan begitu para guru menjadi lebih mudah melaksanakan pembelajaran.diakibatkan
desain kurikulum disusun oleh guru-guru sendiri. Namun, di samping itu, model manajemen
pengembangan kurikulum secara desentralistik ini juga menimbulkan kerugian yakni terjadi
kesulitan dalam pengawasan proses pembelajaran akibat desain kurikulum yang beragam.

Adapun pendekatan yang digunakan oleh SMP Negeri 2 Depok Sleman ini telah sesuai
dengan teori pendekatan pengembangan kurikulum menurut Wahyudin (2014), yaitu
pendekatan top down dan grass-roots approach. Bagi SMP Negeri 2 Depok, kedua pendekatan
tersebut harus diterapkan secara beriringan dan seimbang agar hasil dan tujuan dari
terselenggaranya kurikulum dapat tercapai.
PENUTUP

Kesimpulan

1. Terjadi ketidaksesuaian konsep pemahaman antara konsep tahap menajemen kurikulum


menurut Rusman (2009) dengan implementasi tahap manajemen kurikulum oleh SMP
Negeri 2 Depok, Sleman.
2. SMP Negeri 2 Depok melakukan 4 tahap manajemen kurikulum yaitu: perencanaan,
pengembangan, implementasi, dan evaluasi.
3. Secara keseluruhan bisa dilihat bahwa SMP Negeri 2 depok sudah melaksanakan
prosedur pengembangan kurikulum menurut kebijakan dan teori yang ditetapkan.

Saran

1. Untuk pemerintah : agar lebih memperhatikan sekolah-sekolah Negri karena dalam


menyelenggarakan pengembangan kurikulum sekolah memerlukan dukungan vinansial
dari pemerintah.
2. Untuk sekolah : sebagai penyelenggara pendidikan diharapkan sekolah semakin
meningkatkan kualitas pendidikan dengan tidak membatasi kreatifitas siswa.
3. Untuk siswa dan orang tua : diharapkan berpartisipasi dan mendukung dalam
pengembangan kurikulum yang ada di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan


Raudhatul Athfal. Jakarta.

Hernawan, A.H. dan R. Cynthia. 2011. Pengertian, Dimensi, Fungsi, dan Peranan Kurikulum.
Jakarta: Rajawali Pers.

Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Press.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2001. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Triwiyanto, Teguh. 2015. Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahyudin, Dinn. 2014. Manajemen Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai