Anda di halaman 1dari 13

Dengan mempelajari perkembangan peserta didik kita akan memperoleh beberapa

keuntungan: Pertama, kita akan mempunyai ekspektasi yang nyata tentang peserta
didik, misalnya akan diketahui pada umur berapa peserta didik mulai berbicara dan
mulai mampu berpikiran abstrak atau akan diketahui pula pada umur berapa
peserta didik tertentu akan memperoleh keterampilan perilaku dan emosi khusus.
Kedua, pengetahuan tentang perkembangan peserta didik akan membantu kita
untuk merespons sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu dari peserta didik.
Bila seorang peserta didik dari Taman Kanak-Kanak tidak mau sekolah lagi karena
diganggu temannya, apa yang harus dilakukan oleh guru dan orangtuanya? Bila
peserta didik selalu ingin merebut mainan temannya apakah dibiarkan saja?
Pemahaman kita tentang perkembangan peserta didik akan membantu menjawab
pertanyaan-pertanyaan itu dan menunjukkan sumber-sumber jawaban serta polapola peserta didik mengenai pikiran, perasaan dan perilakunya. Ketiga, pemahaman
tentang perkembangan peserta didik akan membantu mengenali berbagai
penyimpangan dari perkembangan yang normal. Bila peserta didik umur dua tahun
belum berceloteh (banyak bicara) apakah dokter dan guru harus
mengkhawatirkannya? Bagaimana bila hal itu terjadi pada peserta didik umur tiga
atau empat tahun? Apa yang pertu dilakukan bila remaja umur lima betas tahun
tidak mau lagi sekolah karena keinginannya yang berlebihan yaitu ingin melakukan
sesuatu yang menunjukkan sikap "jagoan" ? Jawaban akan lebih mudah diperoleh
apabila kita mengetahui apa yang biasanya terjadi pada peserta didik atau remaja.
Keempat, dengan mempelajari perkembangan peserta didik akan membantu
memahami diri sendiri. Dengan kata lain pengetahuan ini akan membantu kita
memahami apa yang kita alami sendiri, misalnya mengapa masa puber kita lebih
awal atau lebih lambat dibandingkan dengan teman-teman lain. Berikut ini adalah
beberapa hal yang mendasari pentingnya mempelajari perkembangan peserta
didik. 1. Masa Perkembangan Yang Cepat Pada peserta didik terjadi pertumbuhan
yang cepat dibandingkan dengan perubahan-perubahan yang dialami makhluk lain.
Perubahan fisik, misalnya pada tahun pertama lebih cepat dari pada tahun-tahun
berikutnya. Hal yang sama terjadi juga pada perubahan yang menyangkut interaksi
sosial, perolehan dan penggunaan bahasa, kemampuan mengingat serta berbagai
fungsi lainnya. 2. PengaruhPengalamanSebelumnya Alasan lainnya mengapa
mempelajari peserta didik ialah bahwa peristiwa-peristiwa dan pengalamanpengalaman pada tahun-tahun awal menunjukkan pengaruh yang lama dan kuat
terhadap perkembangan individu pada masa-masa berikutnya. Kebanyakan ahli
teori psikologi berpendapat bahwa apa yang terjadi hari ini sangat banyak
ditentukan oleh perkembangan kita sebagai peserta didik. 3. Proses yang kompleks
Sebagai peneliti yang mencoba memahami perilaku orang dewasa yang kompleks,
berpendapat bahwa mengkaji tentang bagaimana perilaku itu pada saat masih
sederhana akan sangat berguna. Misalnya ialah bahwa kebanyakan orang dapat
membuat kalimat yang panjang dan dapat mengerti oleh orang lain. Manusia
mampu berkomunikasi dari cara yang sederhana sampai yang kompleks karena

bahasa yang dipergunkana mengikuti aturan-aturan tertentu. Tetapi menentukan


apa aturan itu dan bagaimana menggunakan adalah sulit. Suatu pendekatan
terhadap masalah ini adalah dengan mempelajari proses kemampuan berbahasa.
Peserta didik membentuk kalimat yang hanya terdiri atas satu atau dua kata,
kalimat itu muncul dengan mengikuti aturan yang diajarkan orang dewasa. Dengan
mengkaji kalimat pertama tersebut parapeneliti bahasa bertambah wawasannya
tentang mekanisme cara berbicara orang dewasa yang lebih kompleks. 4. Nilai yang
ditempatkan Kebanyakan ahli psikologi perkembangan melakukan penelitiannya
untuk mengkaji pertanyaan-pertanyaan atau fenomena yang mengemuka
dimasyarakat. Misalnya penelitian tentang tahap awal perkembangan sosial yang
secara relevan berkaitan dengan orangtua tentang peranannya dalam
kehidupannya sehari hari, penelitian tentang strategi pemecahan masalah pada
peserta didik akan memberikan informasi berharga mengenai metode mengajar
yang baik. Hasil dari penelitian atau pengkajian teoritis dapat secara langsung atau
tidak dapat mempengaruhi pola pendidikan atau pembelajaran. 5.
Masalahyangmenarik Peserta didik merupakan makhluk yang mengagumkan dan
penuh teka-teki serta menarik untuk dikaji. Kemudahan peserta didik umur dua
taknik untuk mempelajari bahasa ibunya dan kreativitas peserta didik untuk
bermain dengan temannya merupakan dua hal dari karakteraktik yang sedang
berkembang. Misalnya banyak lagi hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan
peserta didik yang merupakan misteri dan menarik. Dalam hal ini ilmu pengetahuan
lebih banyak menjumpai pertanyaan-pertanyaan dari pada jawabannya.
KARAKTERISTIK DAN PERBEDAAN INDIVIDU Karakteristik individu terdiri dari
karakteristik bawaan dan karakteristik yang dipengaruhi lingkungan. Karakterisitk
bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang
menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis. Sementara karakteristik
yang dipengaruhi lingkungan adalah karakteristik yang banyak dipengaruhi dengan
keadaan masyarakat sekitar atau faktor-faktor eksternal dirinya. Garry 1963 dalam
buku Perkembangan Peserta Didik karya Sunarto dan B. Agung Hartono
mengategorikan perbedaan individual ke dalam bidang-bidang berikut: 1.
Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan,
dan kemampuan bertindak. 2. Perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama,
hubungan keluarga, dan suku. 3. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif,
minat, dan sikap. 4. Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar. 5. Perbedaan
kecakapan atau kepandaian di sekolah. Jenis perbedaan lainnya meliputi: a.
Perbedaan kognitif; kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan
dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. b. Perbedaan individual
dalam kecakapan bahasa; kemampuan berbahasa merupakan kemampuan
seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan
kalimat yang penuh makna, logis, dan sistematis. c. Perbedaan dalam kecakapan
motorik; kemampuan motorik atau kemampuan psikomotorik merupakan
kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik yang dilakukan oleh
saraf pusat untuk melakukan kegiatan. d. Perbedaan dalam latar belakang; yang
dimaksud latar belakang di sini berupa minat dan sikap individu terhadap sekolah

dan mata pelajaran tertentu, kebiasaan-kebiasaan kerja sama, kecakapan atau


kemauan untuk berkonsentrasi pada bahan-bahan pelajaran, dan kebiasaankebiasaan belajar. e. Perbedaan dalam bakat; bakat merupakan kemampuan khusus
yang dibawa sejak lahir. f. Perbedaan dalam kesiapan belajar; kejadian di
masyarakat menunjukkan bahwa anak-anak pada umur yang sama tidak selalu
berada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang
lebih luas, dalam hal ini pelajaran di sekolah. Setiap individu pada hakikatnya akan
mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan nonfisik yang meliputi aspekaspek intelek, emosi, sosial, bahasa, bakat khusus, nilai dan moral, serta sikap.
Pertumbuhan fisik meliputi: pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah
lahir. Pertumbuhan intelek (daya pikir) meliputi: masa sensori motor (0.0 2.5
tahun), masa pra-operasional (2.0 7.0 tahun), masa konkreto prerasional (7.0
11.0 tahun), masa operasional (11.0 dewasa). Pertumbuhan emosi meliputi.
Pertumbuhan lainnya meliptui: sosial, bahasa, bakat khusus, sikap, nilai dan moral.
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA Pertumbuhan adalah perubahan
secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan waktu
tertentu. Pertumbuhan ini berkaitan dengan keadaan tubuh atau keadaan
jasmaniah yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.
Libert, Paulus, dan Strauss menyatakan bahwa perkembangan adalah proses
perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan
interaksi dengan lingkungan. Istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifatsifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak. Hukum-hukum
perkembangan meliputi: 1. Hukum Cephalocoudal, yakni berlaku pada pertumbuhan
fisik yang menyatakan bahwa pertumbuhan fisik dimulai dari kepala ke arah kaki. 2.
Hukum proximodistal, yaitu hukum yang berlaku pada pertumbuhan fisik, dan
menurut hukum ini pertumbuhan fisik berpusat pada sumbu dan mengarah ke tepi.
3. Perkembangan terjadi dari umum ke khusus, misal: anak lebih dahulu mampu
menggerakkan lengan atas, lengan bawah, tepuk tangan daripada menggerakan
jari-jari tangannya. 4. Perkembangan berlangsung dalam tahapan-tahapan
perkembangan, contoh: masa pra-lahir, masa jabang bayi (0-2 minggu), masa bayi
(2 minggu-1 tahun), masa anak pra-sekolah (1-5 tahun), masa sekolah (6-12 tahun),
masa remaja (13-21 tahun), masa dewasa (21-65 tahun) dan masa tua (65 tahun ke
atas) 5. Hukum tempo dan ritme perkembangan, yakni tahapan perkembangan
berlangsung secara berurutan, terus menerus dan dalam tempo perkembangan
yang relatif tetap serta bisa berlaku umum. PERTUMBUHAN FISIK Pertumbuhan fisik
adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam
pertumbuhan remaja. Perubahan-perubahan ini meliputi: perubahan ukuran tubuh,
perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin yang utama (primer) dan ciri
kelamin kedua (sekunder). Penyebab perubahan pada masa remaja adalah adanya
dua kelenjar yang menjadi aktif bekerja dalam sistem endokrin. Endokrin adalah
kelenjar yang tidak mempunyai saluran untuk mengalirkan hasil sekresi
(pengeluaran hasil kelenjar atau sel secara aktif)-nya. Perkembangan fisik peserta
didik meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan. Perubahan proporsi atau

perbandingan antar bagian tubuh yang membentuk postur tubuh, pertumbuhan


tulang, gigi, otot, dan lemak. Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak
menentukan ketrampilan anak bergerak. Pertumbuhan dan perkembangan
mempengaruhi cara memandang dirinya sendiri dan orang lain, yang berdampak
dalam melakukan penyesuaian dengan dirinya dan orang lain. Pertumbuhan tinggi
badan setiap anak berbeda-beda, tapi mengikuti pola yang sama. 1. Anak usia 5
tahun : tinggi tubuh 2x dari tinggi/panjang tubuh saat lahir. Setelah itu melambat 7
cm setiap tahun. 2. Anak usia 12/13 thn : tinggi anak 150 cm, masih bertambah
sampai usia 18 tahun ketika mengakhiri masa remaja. Pada akhir usia SD dan anak
masuk masa puber, pertumbuhan anak laki-laki lebih lambat dari anak perempuan.
Namun setelah itu, pertumbuhan laki-laki lebih cepat. Perkembangan Berat Tubuh
Peserta Didik 1. Anak usia 5 tahun: berat 5x setelah dilahirkan. 2. Anak masa anak:
berat 35-40 kg. 3. Anak usia 10-12 tahun (permulaan masa remaja): Anak
mengalami periode lemak, mengalami pematangan kelamin yang berasal dari
hormon, nafsu makan anak semakin besar, pertumbuhan tubuh yang cepat,
penumpukan lemak pada perut, pinggul, pangkal paha, dada, sekitar rahang, leher
dan pipi. Pertumbuhan Tulang, Gigi, Otot dan Lemak 1. Pertumbuhan tulang (jumlah
dan komposis) pada peserta didik usia SD/MI cenderung lambat dibandingkan anak
awal dan remaja. 2. Pengerasan tulang dan tulang rawan menjadi tulang keras
berlangsung terus sampai akhir masa remaja. 3. Pertumbuhan tulang terjadi tidak
serempak dan kecepatannya berbeda, tergantung pada hormone, gizi dan zat
mineral yang dikonsumsi. 4. Pada dua tahun terakhir masa anak akhir dimana
terjadi periode lemak, terjadi pembengkokkan tulang karena tulang belum/tidak
cukup keras menompang berat badan. 5. Pergantian gigi susu menjadi gigi tetap
terjadi pada peserta didik usia SD/MI

ng melekat pada pengertian perkembangan E.B Hurlock (Istiwidayanti dan Soejarwo, 1991)
mengemukakan bahwa perkembangan atau development merupakan serangkaian perubahan
progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Hal ini termasuk
perubahan Kuantitatif dan Kualitatif. Perubahan kuantitatif disebut juga pertumbuhan
merupakan buah dari perubahan aspek fisik seperti penambahan berat, tinggi dan proporsi badan
seseorang. Perubahan Kualitatif meliputi perubahan aspek psikofisik seperti peningkatan
kemampuan berpikir, berbahasa, perubahan emosi dan sikap. Terjadinya dinamika dalam
perkembangan disebabkan adanya kematangan dan pengalaman yang mendorong seseorang
untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi/realisasi diri. Kematangan merupakan faktor internal
yang dibawa individu sejak lahir seperti ciri khas, sifat, potensi dan bakat. Pengalaman
merupakan intervensi Faktor eksternal terutama lingkungan sosial budaya di sekitar individu.
Kedua faktor tersebut yaitu Kematangan dan Pengalaman ini secara simultan mepengaruhi
perkembangan seseorang. Sebagai contoh seorang anak yang memiliki bakat musik dan di
dukung oleh pengalaman dari lingkungan keluarga yang mendukung perkembangan bakatnya
seperti menyediakan alat musik dan menberi les musik akan berkembang menjadi pemusik yang
handal. Perubahan progresif yang berlangsung terus menerus sepanjang hayat memungkinkan
manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana manusia hidup. 2. Kematangan
Kematangan merupakan faktor internal (dari dalam) yang dibawa setiap individu sejak lahir,
seperti ciri khas, sifat, potensi dan bakat. Pengalaman merupakan intervensi faktor eksternal (dari
luar) terutama lingkungan sosial budaya di sekitar individu. Kedua faktor (kematangan dan
pengalaman) ini secara simultan mempengaruhi perkembangan seseorang. Seorang anak yang
memiliki bakat musik dan didukung oleh pengalaman dalam lingkungan keluarga yang
mendukung pengembanganbakatnya seperti menyediakan dan memberi les musik, akan
berkembang menjadi seorang pemusik yang handal. Perubahan progresif yang berlangsung terus
menerus sepanjang hayat memungkinkan manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan di
mana manusia hidup. Sikap manusia terhadap perubahan berbeda-beda tergantung beberapa
faktor, diantaranya pengalaman pribadi, streotipe dan nilai-nilai budaya, perubahan peran, serta
penampilan dan perilaku seseorang.
B. Pengertian Belajar Slameto (1995) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil
dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Winkel (1989) mendefinisikan
belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam
interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasil-kan perubahan yang relatif
menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jadi, belajar pada
hakikatnya merupakan salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
perubahan perilaku yang relatif dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang
diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil
belajar terjadi secara sadar, bersifat terus-menerus, relatif menetap, dan mempunyai tujuan
terarah pada kemajuan yang progresif. Belajar pada abad 21, seperti yang dikemukakan Delors
(Unesco, 1996), didasar-kan pada konsep belajar sepanjang hayat (life long learning) dan belajar

bagaimana belajar (learning how to learn). Konsep ini bertumpu pada empat pilar pembelajaran
yaitu: 1. learning to know (belajar mengetahui) Dengan memadukan pengetahuan umum yang
cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja melalui kemampuan belajar bagaimana caranya
belajar sehingga diperoleh keuntungan dari peluang-peluang pendidikan sepanjang hayat yang
tersedia. 2. learning to do (belajar berbuat) Bukan hanya untuk memperoleh suatu keterampilan
kerja tetapi juga untuk mendapatkan kompetensi berkenaan dengan bekerja dalam kelompok dan
berbagai kondisi sosial yang informal 3. learning to be (belajar menjadi dirinya) Dengan lebih
menyadari kekuatan dan keterbatasan dirinya, dan terus menerus mengembangkan
kepribadiannya menjadi lebih baik dan mampu bertindak mandiri, dan membuat pertimbangan
berdasarkan tanggung jawab pribadi 4. learning to live together (belajar hidup bersama) Dengan
cara mengembangkan pengertian dan kemampuan untuk dapat hidup bersama dan bekerjasama
dengan orang lain dalam masyarakat global yang semakin pluralistik atau majemuk secara
damai.
C. Peserta Didik Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses
pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar di
sekolah (Sinolungan, 1997). Departemen Pendidikan Nasional (2003) menegaskan bahwa,
peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan. Peserta didik usia SD/MI adalah semua anak yang berada pada
rentang usia 6-12/13 tahun. Peserta didik merupakan subjek yang menjadi fokus utama dalam
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Yang perlu Anda pahami sebagai guru kelas SD
adalah pemahaman dan perlakuan terhadap peserta didik sebagai suatu totalitas atau kesatuan.
Menurut Semiawan (1999), konsep peserta didik sebagai suatu totalitas sekurangnya
mengandung tiga pengertian. Pertama, peserta didik adalah mahluk hidup (organisme) yang
merupakan suatu kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat dalam dirinya. Aspek fisik dan
psikis tersebut terdapat dalam diri peserta didik sebagai individu yang berarti tidak dapat
dipisahkan antara suatu bagian dengan bagian lainnya. Kedua, keseluruhan aspek fisik dan psikis
tersebut memiliki hubungan yang saling terjalin satu sama lain, jika salah satu aspek mengalami
gangguan misalnya sakit gigi (aspek fisik), maka emosinya juga terganggu (rewel, cepat marah,
dll.). Ketiga, peserta didik usia SD/MI berbeda dari orang dewasa bukan sekedar secara fisik,
tetapi juga secara keseluruhan. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, tetapi anak adalah
manusia yang dalam keseluruhan aspek dirinya berbeda dengan manusia dewasa. Sinolungan
(1997) mengemukakan bahwa manusia termasuk mahluk totalitas " homo trieka " Ini berarti
manusia termasuk peserta didik yg merupakan: 1. Makhluk religius yang menerima dan
mengakui kekuasaan Tuhan atas dirinya dan alam lingkungan sekitarnya 2. Makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain dalam berinteraksi dan saling mempengaruhi agar berkembang sebagai
manusia 3. Makhluk individual yang memiliki keunikan (ciri khas, kelebihan, kekurangan, sifat
dan kepribadian, dll), yang membedakannya dari individu lain. Jadi, dalam mempelajari dan
memperlakukan peserta didik, termasuk peserta didik usia SD/MI hendaknya dilakukan secara
utuh, tidak terpisah-pisah. Kita harus melihat mereka sebagai suatu kesatuan yang unik, yang
terkait satu dengan lainnya.

D. Anak sebagai Suatu Totalitas Sebagai subjek studi psikologi perkembangan, konsep anak
sebagai totalitas mempunyai arti bahwa terdapat keterkaitan antara aspek fisik dan psikis yang
terdapat dalam dirinya dan secara terintegrasi saling terjalin dan memberi dukungan fungsional
satu sama lain. Sebagai contoh, anak yang sedang sakit bisa tidak berselera makan; anak yang
sedang ketakutan bisa kesulitan untuk tidur; anak yang sedang semangat dan aktif melakukan
sesuatu akan menjadi aktif pula mentalnya. Segala aktivitas yang melibatkan fisik anak selalu
mempengaruhi psikis anak, begitu juga sebaliknya. Perbedaan antara anak dan orang dewasa
tidaklah terbatas pada fisiknya, melainkan secara keseluruhan. Sebagai contoh, pertumbuhan
anak lebih pesat dibandingkan orang dewasa. Anak cenderung lebih bersifat egosentrik ( sifat
yang berpusat / berstandar pada diri sendiri), sedangkan orang dewasa lebih bersikap sosial dan
empatik (menempatkan dirinya pada posisi orang lain dan ikut merasakan apa yang dirasakan
oleh orang lain). Daya pikir anak juga masih terbatas pada hal-hal yang konkrit, sedangkan orang
dewasa sudah mampu berfikir secara abstrak dan universal.
E. Ciri-ciri Perkembangan Perkembangan adalah perubahan yang progesif dan kontinyu
(berkesimnambungan) dalam diri individu mulai lahir sampai mati. Pengertian lainnya yaitu:
perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya
yang berlangsung secara sistematis, progesif, dan berkesinambungan baik menyangkut fisik
maupun psikis. 1. Sistematis adalah perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling
ketergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organisme (fisik dan psikis) dan
merupakan satu kesatuan yang harmonis. 2. Progesif : perubahan yang terjadi bersifat maju,
meningkat, dan mendalam baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis). 3.
Berkesinambungan: perubahan pada bagian atau fungsi organisme berlangsung secara beraturan.
Secara umum, ciri-ciri perkembangan dapat dirincikan yaitu sebagai berikut ini. 1. Terjadinya
perubahan dalam aspek fisik (perubahan berat badan dan organ-organ tubuh) dan aspek psikis
(matangnya kemampuan berpikir, mengingat, dan berkreasi). 2. Terjadinya perubahan dalam
proporsi; aspek fisik (proporsi tubuh anak beubah sesuai dengan fase perkembangannya) dan
aspek psikis (perubahan imajinasi dari fantasi ke realitas). 3. Lenyapnya tanda-tanda yang lam;
tanda-tanda fisik (lenyapnya kelenjar thymus (kelenjar anak-anak) seiring bertambahnya usia)
aspek psikis (lenyapnya gerak-gerik kanak-kanak dan perilaku impulsif). 4. Diperolehnya tandatanda yang baru; tanda-tanda fisik (pergantian gigi dan karakter seks pada usia remaja) tandatanda psikis (berkembangnya rasa ingin tahu tentang pengetahuan, moral, interaksi dengan lawan
jenis). BAB III PENUTUP
A. Simpulan 1. Perkembangan merupakan perubahan individu baik fisik maupun psikisnya dan
berlangsung sepanjang hayat, perubahan-perubahannya tidak hanya bersifat evolusi, tetapi juga
bersifat involusi (penurunan dan perusakan menuju kematian) 2. Anak sebagai suatu totalitas,
maksudnya bahwa anak sebagai suatu kesatuan dari seluruh aspek yang ada dalam dirinya.
Keseluruhan aspek yang ada dalam diri anak saling berkaitan. Secara keseluruhan anak berbeda
dengan orang dewasa.

B. Saran Karena belum sempurnanya makalah ini, penulis menyarankan agar para pembaca
mencari sumber-sumber lain untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR ISI
http://bettymarlina.blogspot.com/2011/03/konsep-dasar-perkembangan-belajar.html
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.html
http://www.7generasi.co.cc/2010/04/konsep-dasar-perkembangan-peserta-didik.html Yusuf LN,
H. Syamsu, Dr., M.pd. 2006. Psikoogi perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Artikel Terkait: Kumpulan Makalah
Makalah Ejaan Yang Disempurnakan Bahasa Terancam Punah: Fakta, Sebab-Musabab, Gejala,
dan Strategi Perawatannya Pemahaman terhadap Pembangunan dan Prinsip Dasar Ekonomi
Pembangunan Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Sejarah Perkembangan Teori
Ekonomi Pengaruh Manajemen Berbasis Sekolah terhadap Wewenang Pemerintah Pusat
Hakikat,Ciri, dan Jenis Kewirausahaan Aktualisasi Ekonomi dalam Pendidikan Makalah
Pendidikan Kewarganegaraan
Label: Kumpulan Makalah Share on facebook Share on twitter Share on email Share on print
More Sharing Services 1 0 komentar:
Poskan Komentar
Tambahkan Komentar Anda
Langganan: Poskan Komentar (Atom) Label
Catatan Kecilku (1) Dunia Keluarga (5) Dunia Remaja (2) Karya Ilmiah (5) Kebahasaan (26)
Kesastraan (10) Kumpulan Makalah (10) Manajemen Qalbu (13) Materi Pramuka (18)
Pembelajaran (6) Riyadhus Shalihin (3)
Subscribe Via Email
catatan "Kang Hasan"
Grab this Headline Animator
Enter your email address:
Delivered by FeedBurner

About Me Foto Saya


Hasanudin Ketidaksempurnaan adalah hakiki insan Tuhan. Menjadikan lebih sempurna adalah
kewajiban Insan terhadap Tuhan, dengan iman dan takwa kepada-Nya. Sebagai seorang insan
kita wajib menghargai ketidaksempurnaan sesama.
Lihat profil lengkapku Followers Blog Archive
2011 (100) Mei (16) April (28) Maret (32) Pernyataan Cinta Contoh Proposal
Penelitian Skripsi Aplikasi Retorika Alat Sukses Bernama Belajar Pidato Seorang Maha Siswa di
Makam Pahlawan April Menangis Munafik Bahasa Terancam Punah: Fakta, Sebab-Musabab,
Gejal... Definisi, Macam-macam Drama Pembagian Tugas dalam Pementasan (Drama) Tanya
Jawab seputar Kurikulum Kode Kehormatan dalam Pramua Pandangan Sosiolinguistik terhadap
Bahasa Contoh Proposal Penelitian Skripsi Contoh Proposal Penelitian Skripsi Metode
Kepramukaan sebagai Suatu Sistem Prinsip Dasar Kepramukaan Pemahaman terhadap
Pembangunan dan Prinsip Dasar E... Pendidikan Dalam Kepramukaan Hakikat Kepramukaan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan P... Bagaimana menjadi Anggota
Pramuka? Perkembangan dan Ciri-ciri Perkembangan Peserta Di... Penerapan Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) Sejarah Perkembangan Teori Ekonomi Kode Kehormatan Pramuka
Pengaruh Manajemen Berbasis Sekolah terhadap Wewen... Hakikat,Ciri, dan Jenis
Kewirausahaan Aktualisasi Ekonomi dalam Pendidikan Jenis-jenis Kosa kata Jenis-jenis
Penguasaan Kosa kata Pegertian Kosakata Februari (4) Januari (20)
2010 (1)
Sponsored by Ekstra Link Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net Msn bot last visit
powered by MyPagerank.Net Add to Google Reader or Homepage Text Back Links Exchanges
[SEO Monitor by MyPagerank.Net] Blog Tutorial Wordpress Blogger Blogspot Cara Membuat
Blog Submit Your Site To The Web's Top 50 Search Engines for Free! Google PageRank
Checker Powered by MyPagerank.Net

h gambaran filosofis tujuan pendidikan di Indonesia saat ini? C. Tujuan dan Manfaat
Penulisan Tujuan dan manfaat penulisan makalah ini yaitu: 1. Mengetahui gambaran
filosofis tujuan pendidikan di Indonesia. 2. Membuka pikiran kita seberapa besar
konstribusi kita dalam membangun pendidikan di Indonesia ini. BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan merupakan gambaran dari
falsafah atau pandangan hidup manusia, baik secara perseorangan maupun
kelompok. Membicarakan tujuan pendidikan akan menyangkut sistem nilai dan
norma-norma dalam suatu konteks kebudayaan, baik dalam mitos, kepercayaan dan
religi, filsafat, ideologi, dan sebagainya. Tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah
mencerdaskan potensi-potensi spiritual, intelektual, dan emosional setiap individu
yang pada gilirannya berpengaruh terhadap masyarakat luas. Tujuan pendidikan itu
bersifat dinamis, yaitu setiap zaman tujuannya bisa berubah-ubah sesuai kebutuhan
pada zaman tersebut. Selain itu tujuan pendidikan juga dipengaruhi oleh
kebudayaan, sehingga tujuan pendidikan akan berbeda-beda sesuai dengan
kebudayaan daerah setempat. Tujuan pendidikan menurut para ahli filsafat yaitu: 1)
Plato, mengatakan bahwa tujuan pendidikan sesungguhnya adalah penyadaran
terhadap self knowing dan self realization kemudian inquiry dan reasoning and
logic. Jadi disini tujuan pendidikan adalah memberikan penyadaran terhadap apa
yang diketahuinya, kemudian pengetahuan tersebut harus direalisasikan sendiri dan
selanjutnya mengadakan penelitian serta mengetahui kausal, yaitu alasan dan alur
pikirannya. 2) Aristoteles, mengatakan tujuan pendidikan adalah penyadaran
terhadap self realization yaitu kekuatan efektif (virtue) kekuatan untuk
menghasilkan (efficacy) dan potensi untuk mencapai kebahagiaan hidup melalui
kebiasaan dan kemampuan berfikir rasional. 3) Menurut John Dewey, tujuan
pendidikan adalah mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik
sehingga dapat berfungsi secara individual dan berfungsi sebagai anggota
masyarakat melalui penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang bersifat
aktif, ilmiah, dan masyarakat serta berdasarkan kehidupan nyata yang dapat
mengembangkan jiwa, pengetahuan, rasa tanggung jawab, keterampilan, kemauan,
dan kehalusan budi pekerti. Seluruh pendidikan Dewey itu didasarkan atas filsafat
pragmatisme, artinya sesuatu pengetahuan berdasarkan atas berguna atau tidak
berguna dalam kehidupan manusia. Apa yang tidak berguna tidak perlu diajarkan
disekolah. Sebaliknya apa yang menguntungkan bagi hidupnyalah yang diajarkan.
Pendidikan di Indonesia terproyeksikan pada ideologi Pancasila dan konstitusi
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai falsafahnya. Oleh karena itu, tujuan
pendidikan secara umum ditujukan untuk menghasilkan manusia seutuhnya, yaitu
manusia yang sikap dan perilakunya senantiasa dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.
Telah dikatakan bahwa rumusan tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan
sesuai dengan tuntunan perkembangan kehidupan masyarakat dan negara yang
bersangkutan. Berikut ini beberapa contoh rumusan tujuan pendidikan yang telah
dikemukakan di dalam Ketetapan MPRS dan MPR, UUSPN No. 2 Tahun 1989, UU
SISDIKNAS No. 2 Tahun 2003. a) Di dalam Tap MPRS No. XXVII/MPRS/1966 Bab 2
Pasal 3 dicantumkan: Tujuan Pendidikan membentuk manusia Pancasila sejati
berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki Pembukaan dan Isi

Undang-Undang Dasar 1945. b) Tap MPR No.IV/MPR/1978 menyebutkan:


Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan bertujuan meningkatkan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan,
mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat
kebangsaan, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang
dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa. c) Di dalam Tap MPR No. II/MPR/1988 dikatakan:
Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung
jawab, mandiri, cerdas, dan terampil, serta sehat jasmani dan rohani. d) Yang
terakhir, di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, dijelaskan, Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
e) Menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.20 Tahun 2003 pasal 3, Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Pengertian tujuan pendidikan jika dilihat dari
mazhab-mazhab filsafat pendidikan sebagai berikut: a) Filsafat pendidikan
idealisme: Pendidikan formal dan informal bertujuan membentuk karakter, dan
mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial. b) Filsafat
pendidikan realisme: tujuan pendidikan adalah penyesuaian hidup dan tanggung
jawab sosial. c) Filsafat pendidikan materialisme: tujuan pendidikan adalah
perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan kapasitasnya, untuk
tanggung jawab sosial dan pribadi yang kompleks. d) Filsafat pendidikan
pragmatisme: tujuan pendidikan adalah memberi pengalaman untuk penemuan halhal baru dalam hidup sosial dan pribadi. e) Filsafat pendidikan eksistensialisme:
tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu
mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri. f) Filsafat pendidikan
progresivisme: tujuan pendidikan adalah memberikan keterampilan dan alat-alat
yang bermanfaat untuk berinteraksi dengan lingkungan yang berada dalam proses
perubahan secara terus menerus. g) Filsafat pendidikan perenialisme : tujuan
pendidikan adalah memastikan bahwa para siswa memperoleh pengetahuan
tentang prinsip-prinsip atau gagasan-gagasan besar yang tidak berubah. h) Filsafat
pendidikan esensialisme : Tujuan pendidikan adalah untuk meneruskan warisan
budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang terakumulasi dan telah
bertahan dalam kurun waku yang lama, serta merupakan suatu kehidupan yang
telah teruji oleh waktu dan dikenal oleh semua orang. i) Filsafat pendidikan

rekonstruksionisme : Pendidikan bertanggung jawab dalam menciptakan aturan


sosial yang ideal. Transmisi budaya adalah esensial dalam masyarakat yang
majemuk. Transmisi budaya harus mengenal fakta budaya tersebut. B. Gambaran
Filosofi Tujuan Pendidikan di Indonesia Tujuan pendidikan nasional Indonesia pun
tidak terlepas dari pengaruh madzhab-madzhab filsafat pendidikan tersebut. Tujuan
pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik, ini berkaitan
dengan filsafat pendidikan idealisme yang berusaha pula mengembangkan bakat
atau kemampuan dasar dalam tujuan pendidikannya. Potensi peserta didik dalam
tujuan pendidikan Indonesia harus membentuk manusia yang cakap, kreatif dan
mandiri. Hal ini pula berkaitan dengan filsafat pendidikan progresivisme yang
menekankan pemberian keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk
berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Yang dimaksud dengan alat-alat disini
adalah keterampilan pemecahan masalah (problem solving) yang dapat digunakan
oleh individu untuk menentukan, menganalisis, dan memecahkan masalah. Dilihat
dari karakteristik pendidikan Indonesia secara umum pendidikan Indonesia
cenderung kepada filsafat progresivisme. Hal ini dapat dilihat bahwa dalam
pendidikan Indonesia saat ini bahwa : 1. Pendidikan harus terpusat pada anak
(child-centered), bukan memfokuskan pada guru atau bidang muatan. 2.
Pembekalan terhadap keterampilan pemecahan masalah, proses belajar
terpusatkan pada perilaku cooperative. 3. Kurikulum menggunakan pendekatan
interdisipliner, muatan kurikulum diperoleh dari minat-minat siswa. 4. Pengajaran
dikatakan efektif jika mempertimbangkan anak secara menyeluruh dan minat-minat
serta kebutuhan-kebutuhannya dalam hubungannya dengan bidang-bidang kognitif,
afektif, dan psikomotor. 5. Bertujuan mengajar siswa berfikir rasional sehingga
mereka menjadi cerdas, yang memberi kontribusi pada masyarakat. Jadi menurut
progresivisme, pendidikan di Indonesia sebaiknya selalu dalam proses
pengembangan, penekanannya adalah perkembangan individu, masyarakat, dan
kebudayaan. Pendidikan harus siap memperbarui metode, kebijaksanaannya
berhubungan dengan perkembangan sains dan teknologi, serta perubahan
lingkungan. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Tujuan pendidikan pada hakekatnya
adalah mencerdaskan potensi-potensi spiritual, intelektual, dan emosional setiap
individu yang pada gilirannya berpengaruh terhadap masyarakat luas. Dan tujuan
pendidikan itu bersifat dinamis, yaitu setiap zaman tujuannya bisa berubah-ubah
sesuai kebutuhan pada zaman tersebut. Selain itu tujuan pendidikan juga
dipengaruhi oleh kebudayaan, sehingga tujuan pendidikan akan berbeda-beda
sesuai dengan kebudayaan daerah setempat. Tujuan pendidikan di Indonesia adalah
mengembangkan potensi peserta didik, hal ini berkaitan dengan filsafat pendidikan
idealisme yang berusaha mengembangkan bakat atau kemampuan dasar dalam
tujuan pendidikannya. Potensi peserta didik dalam tujuan pendidikan Indonesia
harus membentuk manusia yang cakap, kreatif dan mandiri. Hal ini pula berkaitan
dengan filsafat pendidikan progresivisme yang menekankan pemberian
keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk berinteraksi dengan lingkungan
sekitar. B. Saran Tujuan pendidikan nasional dipandang perlu untuk diumuskan
kembali, sehingga memuat secara implisit filosofi pendidikan yang mampu

membimbing, menuntun, memimpin. Filosofi pendidikan yang seperti ini lebih


mengutamakan proses pendidikan yang tidak terjebak pada banyaknya materi yang
dipaksaka kepada peserta didik dan harus dikuasai. Proses pendidikan seperti ini
lebih merupakan aktivitas hidup untuk menyertai, mengantar, mendampingi,
membimbing, memampukan peserta didik sehingga tumbuh berkembang sampai
pada tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Di sini atmosfer pendidikan mendapat
tekanan dan peserta didik diberi keleluasaan untuk mengeksplorasi diri dan
dunianya sehingga berkembang kreativitas, ide, dan keterampilan diri sebagai
bagian dari masyarakatnya. Minat dan bakat peserta didik diperlakukan sebagai
sentra dan hal yang amat berharga. Peran pendidik lebih sebagai narasumber,
pendorong, pemberi motivasi, dan fasilitator bagi peserta didik. Filosofi pendidikan
yang demikian ini belum terakomodasi oleh Tujuan Pendidikan Nasional dalam RUU
Sisdiknas, padahal filosofi pendidikan seperti ini akan mengantarkan pada
tumbuhnya kepercayaan diri, kemandirian, kedewasaan dan kecerdasan peserta
didik.

Anda mungkin juga menyukai