Anda di halaman 1dari 16

Makalah Hakikat Kurikulum

Dosen Pengampu Mata Kuliah Dra.Rusmin Husain s.pd,M.pd

Disusun oleh :

MOHAMAD ERAL PAKA

(151420151)

Kelas 3E

PROGRAMSTUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTASILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-Nya, saya
dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah pengembangan kurikulum dengan tepat
waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan
kelak.

Penulisan makalah berjudul “HAKIKAT KURIKULUM” ini dapat diselesaikan. Saya berharap makalah ini
dapat menjadi referensi bagi pihak yang membaca. Selain itu, saya juga berharap agar pembaca
mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi. saya
menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini, saya memohon maaf. Demikian yang dapat saya sampaikan. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Gorontalo,November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................


DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB I PENDUHULUAN .......................................................................................
1.1 Latar Belakang .......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................
1.3 Tujuan Masalah .....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................
2.1 Konsep Kurikulum................................................................................

2.2 Prinsip Kurikulum……………………………………...

2.3 Komponen Kurikulum…………………………………………………………

2.4 Sejarah Pengembangan Kurikulum…………………………………………………………………..

2.5 Permendikbud Tahun 2016 no 21,22,23,24…………………………………………………

BAB III PENUTUP ...............................................................................................


3.1 Kesimpulan...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembahasan mengenai kurikulum tidak mungkin dilepaskan dari pengertian kurikulum,
posisi kurikulum dalam pendidikan, dan proses pengembangan suatu kurikulum. Pembahasan
mengenai ketiga hal ini dalamurutan seperti itu sangat penting karena pengertian seseorang
terhadap artikurikulum menentukan posisi kurikulum dalam dunia pendidikan dan
padagilirannya posisi tersebut menentukan proses pengembangan kurikulum.Pembahasan
mengenai pengertian ini penting karena ada dua alasanutama. Pertama, seringkali kurikulum
diartikan dalam pengertian yang sempit danteknis. Dalam kotak pengertian ini maka definisi
yang dikemukakan mengenai pengertian kurikulum kebanyakan adalah mengenai komponen
yang harus adadalam suatu kurikulum. Alasan kedua adalah karena definisi yang digunakan
akansangat berpengaruh terhadap apa yang akan dilakukan oleh para pengembangan
kurikulum
1.2 Rumusan Masalah
A. Apakah Pengertian Konsep Kurikulum
B. Sebutkan Prinsip Prinsip Kurikulum
C. Sebutkan Komponen Komponen Kurikulum
D. Jelaskan Sejarah Pengembangan Kurikulum
E. Sebutkan Pemendikbud Tahun 2016 no 20,21,22,23,24

1.3 Tujuan

A. Menjelaskan Pengertian Konsep Kurikulum

B. Menjelaskan Prinsip Prinsip Kurikulum

C. Komponen Komponen Kurikulum

D. Menjelaskan Sejarah Pengembangan Kurikulum

E. Pemendikbud Tahun 2016 no 20,21,22,23,24


BAB II

PEMBAHASAN

HAKIKAT KURIKULUM
  2.2.1 Konsep Kurikulum

Kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani curir = pelari dan curere= lintasan lari atau lintasan
pacu. Jadi menurut asal katanya kurikulum adalah lintasan lari atau lintasan pacu tempat
berlarinya para peserta dalam lomba berlari. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang
harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh
medali/penghargaan. Pada zaman Romawi kuno kurilulum kata yang digunakan untuk lintasan
pacu kereta. “Julius Caesar” sebagai kaisar Romawi pada saat itu, tidak akan menyangka jika
istilah kurikulum akan berkembang menjadi istilah rumit dan khas yang ada dalam bidang
pendidikan seperti dewasa ini. Simaklah Video berikut:

Beberapa pengertian kurikulum menurut para ahli, sebagai berikut :

Harold B. Alberty (1965) memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada
siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of the activities that are provided for the students by
the school). Kurikulum tidak dibatasi pada kegiatan di dalam kelas saja, tetapi mencakup juga
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa di luar kelas.

Saylor, Alexander, dan Lewis (1974) yang menganggap kurikulum sebagai segala upaya yang
dilakukan sekolah untuk mestimuli siswa agar belajar, baik dalam ruangan kelas, di halaman
sekolah, maupun di luar sekolah.

Henry C. Morris (1940), “….the content of instruction without reference to instructional ways or
means”

Peter F. Oliva (1997:12), “…curriculum it self is a construct or concept, a verbalization of an


extremely complex idea or set of ideas”.

Hilda Taba (1962), “…..A curriculum is a plan for learning; therefore, what is known about the
learning process and the development of the individual has bearing on the shaping of
curriculum”

Dimensi kurikulum sebagai mata pelajaran sangat erat kaitannya dengan usaha untuk
mendapatkan ijazah. Ijazah sendiri pada dasarnya menggambarkan kemampuan. Artinya, apabila
seorang siswa telah mendapatkan ijazah berarti siswa tersebut dapat dikatakan telah menguasai
mata pelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Dimensi kurikulum sebagai pengalaman belajar merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh
siswa baik di dalam maupun di luar sekolah asalkan kegiatan tersebut berada di bawah tanggung
jawab guru (sekolah). Kegiatan- kegiatan tersebut tidak hanya terbatas pada kegiatan intra maupun
kegiatan ekstrakurikuler.tetapi kegiatan apa saja yang dilakukan oleh siswa selama berada di bawah
tanggung jawab guru (sekolah) adalah kurikulum.

Dimensi kurikulum sebagai program harus mencakup : (1). Sejumlah mata pelajaran atau
organisasi pengetahuan; (2) pengalaman belajar atau kegiatan belajar; (3) program belajar ( plan
for learning ) untuk siswa ; (4) hasil belajar yang diharapkan.

2.2.2 Prinsip Kurikulum


PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Kurikulum di Indonesia mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam masyarakat. Penerapan prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum salah satunya dijelaskan oleh Dr. Wina Sanjaya dalam kurikulum berbasis kompetensi
dimana dalam prinsip pengembangan ini juga memperhatikan beberapa aspek mendasar tentang
karakteristik bangsa. Dalam makalah ini juga disebutkan prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum yang harus dijadikan acuan oleh pendidik dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan
yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), serta prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum pada pendidikan anak usia dini.

1) Prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum menurut Prof. Dr. Nana Syaodih


Sukmadinata terdiri dari dua hal yaitu prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus.
Prinsip-prinsip umum meliputi :
2) Relevansi
3) Dalam hal ini dapat dibedakan relevansi keluar yang berarti bahwa tujuan, isi, dan proses
belajar harus relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan
relevansi ke dalam berarti bahwa terdapat kesesuaian atau konsistensi antara komponen-
komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian yang
menunjukkan keterpaduan kurikulum.
4) Fleksibilitas
5) Kurikulum harus dapat mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan
datang, di sini dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan
yang berbeda. Hal ini berarti bahwa kurikulum harus berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam
pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi
daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak.
6) Kontinuitas
7) Terkait dengan perkembangan dan proses belajar anak yang berlangsung secara
berkesinambungan, maka pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya
berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang
pendidikan dengan jenjang lainnya, serta antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.
8) Praktis/efisiensi
9) Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan
biayanya murah. Dalam hal ini, kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam
keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia.
10) Efektifitas
11) Efektifitas berkenaan dengan keberhasilan pelaksanaan kurikulum baik secara kuantitas
maupun kualitasnya. Kurikulum merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan dari
kebijakan-kebijakan pemerintah. Dalam pengembangannya, harus diperhatikan kaitan antara
aspek utama kurikulum yaitu tujuan, isi, pengalaman belajar, serta penilaian dengan
kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

2.2.3 Komponen Kurikulum

. Komponen kurikulum

Soemanto, Wasty, dan Soetopo dalam buku berjudul Kepemimpinan dalam Pendidikan (1982)
menyebutkan bahwa kurikulum terdiri dari empat komponen yaitu:

Obyective (tujuan)

Komponen pertama dalam kurikulum adalah tujuan. Tujuan yang dimaksud adalah tujuan
pendidikan yang tertulis dalam konstitusi yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yaitu:

"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta


peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

Knowledges (materi)

Materi kurikulum adalah bahan pengajaran yang terkandung dalam kurikulum. Penyusunan
kurikulum sendiri tidak boleh asal melainkan harus memerhatikan jenjang pendidikan juga
beberapa aspek.

Seperti peningkatan agama, akhlak mulia, potensi, kecerdasan, minat peserta didik, tuntutan
dunia kerja, dinamika perkembangan global, persatuan nasional, nilai-nilai kebangsaan, serta
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

School learning experiences (interaksi belajar mengajar di sekolah)


Interaksi belajar dan mengajar di sekolah antara siswa juga guru menunjang keberhasilan
kurikulum. Sistem pengajaran, penyampaian materi, keberadaan praktikum, bimbingan, serta
penyuluhan dibutuhkan untuk membentu siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Evaluation (penilaian)

Komponen terakhir dari kurikulum adalah penilaian. Penilaian dibutuhkan sebagai gambaran
ketercapaian tujuan juga keefektifan penerapan suatu kurikulum ke lingkungan pendidikan.
Dengan adanya penilaian, kurikulum bisa dikembangkan untuk mendapat sistem pengajaran
yang lebih baik.

2.2. 4. Sejarah Pengembangan Kurikulum

Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia


Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri
Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu
yang jelas dan mantap. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya
perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan
secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua
kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945,
perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya.
1. Rencana Pelajaran 1947
Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama Rencana Pembelajaran 1947.
Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah digunakan oleh Belanda karena
pada saat itu masih dalam proses perjuangan merebut kemerdekaan. Yang menjadi ciri utam
kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan
sejajar dengan bangsa lain.Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai
istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang
curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi
pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan
menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat
dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran.
Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan pendidikan watak,
kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-
hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani. Setelah rencana pembelajaran 1947,
pada tahun 1952 kurikulum Indonesia mengalami penyempurnaan. Dengan berganti nama
menjadi Rentjana Pelajaran Terurai 1952.Yang menjadi ciri dalam kurikulum ini adalah setiap
pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
2. Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952.
“Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata
Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16
tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964.
Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata
pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan,
emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional prak tis.Usai tahun 1952, menjelang
tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum pendidikan di indonesia.
Kali ini diberi nama dengan Rentjana Pendidikan 1964. Yang menjadi ciri dari kurikulum ini
pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana yaitu pengembangan moral, kecerdasan,
emosional, kerigelan dan jasmani.
3. Kurikulum 1968
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran
kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah: bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD,
sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan
struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari
perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada
upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi
pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan
sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum
1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran
pokok-pokok saja,” katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan
permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan
kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
4. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menekankan pada tujuan,Kurikulum 1975
menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi
adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang
terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap
satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus
(TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975
banyak dikritik. Guru sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran.
5. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses,
tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang
disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,
Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta —
sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara
teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan
reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan
CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini
ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan
CBSA bermunculan.
6. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya.
“Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara
pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan.
Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar
siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan
dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan
daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan
agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil,menjelma menjadi kurikulum super
padat.Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998,diikuti kehadiran suplemen Kurikulum 1999.Tapi
perubahannya lebih pada menambah sejumlah materi. Kurikulum 1994 dibuat sebagai
penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan undang-undang no. 2 tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
7. Kurikulum 2004
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar
kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan
dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih
berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih
banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan
kompetensi siswa.
Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar
Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul
apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.

8. KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi
pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004.
Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan
pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini
disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan
kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan
oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti
silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah
koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. (TIAR)
Kurikulum yang terbaru adalah kurikulum 2006 KTSP yang merupakan perkembangan dari
kurikulum 2004 KBK. Kurikulum 2006 yang digunakan pada saat ini merupakan kurikulum
yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk menyelenggarakan pendidikan yang puncaknya
tugas itu akan diemban oleh masing masing pengampu mata pelajaran yaitu guru. Sehingga
seorang guru disini menurut Okvina (2009) benar-benar digerakkan menjadi manusia yang
professional yang menuntuk kereatifitasan seorang guru. Kurikulum yang kita pakai sekarang ini
masih banyak kekurangan di samping kelebihan yang ada. Kekurangannya tidak lain adalah (1)
kurangnya sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KTSP dengan kata lin masih
rendahnya kualitas seorang guru, karena dalam KTSP seorang guru dituntut untuk lebihh kreatif
dalam menjalankan pendidikan. (2) kurangnya sarana dan prasarana yang dimillki oleh sekolah.

2.2.5 Pemendikmud Tahun 2016 no 20,21,22,23,24

Permendikbud No. 20 Tahun 2016 adalah tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan Menengah sebagai acuan utama dalam mengembangkan standar isi, standar proses,
standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan dan standar pembiayaan. Apabila ingin mengetahui peratran
standarnya silahkan download tautan dibawah ini.
Permendikbud No. 21 Tahun 2016 adalah tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
mengatur Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan
tertentu. Adapun Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan
ketrampilan. Ruang lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata pelajaran dirumuskan
berdasarkan Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti untuk mencapai kompetensi lulusan
minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Apabila ingin mengetahui peratran
standarnya silahkan download tautan dibawah ini.
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 adalah tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah yang merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan
dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk mencapai kompetensi lulusan. Apabila ingin
mengetahui peratran standarnya silahkan download tautan dibawah ini.
Permendikbud No. 23 Tahun 2016 adalah tentang Standar Penilaian Pendidikan yang merupakan
kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen
penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar
peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Apabila ingin mengetahui
peratran standarnya silahkan download tautan dibawah ini.
Permendikbud No. 24 Tahun 2016
Permendikbud No. 24 Tahun 2016 adalah mengatur tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar (KI dan KD) Pelajaran pada Kurikulum 2013. Apabila ingin mengetahui peratran
standarnya silahkan download tautan dibawah ini.

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Dari berbagai macam pengertian kurikulum yang telah dipaparkandalam


pembahasan diatas saya dapat menarik garis besar pengertiankurikulum
yaitu:Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenaitujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompas.com/tag/komponen-kurikulum

https://gledysapricilia.wordpress.com/study/sejarah-perkembangan-kurikulum-di-indonesia/

https://gheroy.com/sejarah-kurikulum-di-indonesia/

https://www.pendidikanalmun.com/2018/12/permendikbud-no-20-21-22-23-dan-24.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai