Disusun Oleh
Ananda Syahputra
Kainora Maysaroh
Yusril Nasution
Universitas Alwashliyah
Medan
2022
1
Kata Pengantar
Anwar,M.Pd. Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan hidayah-Nya, pemateri bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “
Pemateri menyadari ada kekurangan pada karya ilmiah ini. Oleh sebab itu,
saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya pemateri. Pemateri juga
berharap semoga karya ilmiah ini mampu memberikan pengetahuan tentang Proses
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................................
Daftar Pustaka................................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tujuan dan pola kehidupan suatu negara banyak ditentukan oleh sistem
kurikulum yang digunakannya, mulai dari kurikulum Taman kanak-kanak sampai
dengan kurikulum perguruan tinggi. Jika terjadi perubahan sistem ketatanegaraan,
maka dapat berakibat pada perubahan sistem pemerintahan dan sistem pendidikan,
bahkan terhadap sistem kurikulum yang berlaku.
B. RUMUSAN MASALAH
4
4. Bagaimanakah peranan guru dalam pengembangan kurikulum ?
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam bahasa Arab, istilah “kurikulum” diartikan dengan Manhaj, yakni jalan
yang terang, atau jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada bidang
kehidupannya.2 Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui
oleh pendidik/guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap serta nilai-nilai.3 Al-Khauly (1981) menjelaskan bahwa al-
Manhaj sebagai seperangkat rencana dan media untuk mengantarkan lembaga
pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.
Berdasarkan study yang telah dilakukan oleh banyak ahli, dapat disimpulkan
bahwa pengertian kurikulum dapat ditinjau dari dua sisi yang berbeda, yakni menurut
pandangan lama dan pandangan baru.
1
M. Ahmad, Dkk, Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT. Pustaka Setia,1998), hal, 9
2
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Kalam Mulia, 2004), hal. 128
3
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam; di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi,hal,
1
4
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 46
5
Pandangan lama, atau sering juga disebut pandangan tradisional, merumuskan
bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk
memperolah ijazah.5
1. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran sendiri pada
hakikatnya adalah pengalaman nenek moyang di masa lampau. Berbagai
pengalaman tersebut dipilih, dianalisis, serta disusun secara sistematis dan
logis, sehingga muncul mata pelajaran seperti sejarah, ilmu bumi, ilmu hayat,
dan sebagainya.
2. Mata pelajaran adalah sejumlah informasi atau pengetahuan, sehingga
penyampaian mata pelajaran pada siswa akan membentuk mereka menjadi
manusia yang mempunyai kecerdasan berfikir.
3. Mata pelajaran menggambarkan kebudayaan masa lampau. Adapun
pengajaran berarti penyampaian kebudayaan kepada generasi muda.
4. Tujuan mempelajari mata pelajaran adalah untuk memperoleh ijazah. Ijazah
diposisikan sebagai tujuan, sehingga menguasai mata pelajaran berarti telah
mencapai tujuan belajar.
5. Adanya aspek keharusan bagi setiap siswa untuk mempelajari mata pelajaran
yang sama. Akibatnya, faktor minat dan kebutuhan siswa tidak
dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum.
6. Sistem penyampaian yang digunakan oleh guru adalah sistem penuangan
(imposisi). Akibatnya, dalam kegiatan belajar gurulah yang lebih banyak
bersikap aktif, sedangkan siswa hanya bersifat pasif belaka.6
Sebagai perbandingan, ada baiknya kita kutip pula pendapat lain seperti yang
dikemukakan oleh Romine (1954). Pandangan ini dapat digolongkan sebagai
pendapat yang baru (modern), yang dirumuskan sebagai berikut :
5
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 3
6
Ibid, hal. 4.
6
yang terorganisir yang dimiliki siswa di bawah arahan sekolah, baik di dalam kelas
maupun tidak”)
Dari dua sudut pandangan kurikulum di atas bahwa pengertian yang lama
tentang kurikulum lebih menekankan pada isi pelajaran atau mata kuliah, dalam arti
sejumlah mata pelajaran atau kuliah di sekolah atau perguruan tinggi, yang harus
ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat, juga keseluruhan pelajaran yang
disajikan oleh suatu lembaga pendidikan. Demikian pula definisi yang tercantum
dalam UU Sisdiknas Nomor 2/1989.
7
Ibid, hal. 5.
7
pelajaran, serta cara pembelajaran, baik yang berupa strategi pembelajaran maupun
evaluasinya.8
1. Visi yang direncanakan. Visi (vision) adalah the statement of ideas or hopes,
yakni pernyataan tentang cita-cita atau harapan-harapan yang ingin dicapai
oleh suatu lembaga pendidikan dalam jangka panjang.
2. Kebutuhan stakeholders (siswa, masyarakat, pengguna lulusan), dan
kebutuhan untuk studi lanjut.
3. Hasil evaluasi kurikulum sebelumnya dan tuntutan perkembangan ipteks dan
zaman.
8
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam; di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, Op-
Cit, hal. 2
9
Dedy Pradibto,. Belajar Sejati Versus Kurikulum Nasional. Yogyakarta: Kanisius, 2007, hal. 210
10
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum,; Teori dan Praktek, Op-Cit, hal. 155.
8
4. Pandangan-pandangan para pakar dengan berbagai latar belakangnya.
5. Kecenderungan era globalisasi yang menuntut seseorang untuk memiliki etos
belajar sepanjang hayat, melek sosial, ekonomi, politik, budaya dan
teknologi.11
Secara lebih jauh, tujuan berfungsi sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-
tujuan spesifik (objectives), kegiatan belajar, implementasi kurikulum, dan evaluasi
untuk mendapatkan balikan (feedback).
11
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam; di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi,
hal. 12-13.
12
Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005, (Bandung : PT. Fokus Media, 2005), hal. 98.
13
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, hal. 187.
9
D. Kurikulum dan Tujuan Pendidikan
Oleh karena itu sesuai dengan kepentingan setiap Negara, berdasarkan bangsa
itu, maka ke situ pulalah pendidikan itu diarahkan. Selanjutnya untuk mencapai
pendidikan (sekolah) menyusun kurikulum falsafahtertentu sebagai pedoman dalam
proses pembelajaran.14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
14
Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Diadit Media, 2010), hal. 73.
10
Pentingnya peran dan fungsi kurikulum memang sudah sangat disadari dalam
sistem pendidikan nasional. Ini dikarenakan kurikulum merupakan alat yang krusial
dalam merealisasikan program pendidikan, baik formal maupun nonformal, sehingga
gambaran sistem pendidikan dapat terlihat jelas dalam kurikulum tersebut. Dengan
kata lain sistem kurikulum pada hakikatnya adalah sistem pendidikan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
11
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Kalam Mulia, 2004
Dedy Pradibto,. Belajar Sejati Versus Kurikulum Nasional. Yogyakarta: Kanisius, 2007.
Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Diadit Media, 2010),
12