Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

HAKIKAT PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum

Semester 4 Kelas C

Dosen Pengampu : Dr. H. Khoirul Umam, M.Pd.I

Oleh :

1. Afifatul Ulwiyah (2193044089)

2. Azza Nurul Ainiyah (2193044084)

3. Moch. Abdullah Roghib (2193044100)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI TEBUIRENG

JOMBANG

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,karena
berkat rahmat-Nya, penulis bisa menyusun dan menyajikan Makalah yang berisi tentang
“Pengembangan Kurikulum". Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah sebagai wujud
dari pertanggungjawaban penulis atas tugas mata kuliah sebagai syarat untuk memenuhi
aspek penilaian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan informasinya.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa dalam makalah kami masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami akan menerima kritik dan saran dari pembaca
dengan tangan terbuka agar kami dapat memperbaiki kekurangan tersebut.
Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca
sebagai pengetahuan tentang Hakikat Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.

Jombang, 02 Februari 2023

Penyusun

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................2

Daftar Isi.............................................................................................................................3

Bab I Pendahuluan............................................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................4

B. Rumusan Masalah....................................................................................................5

C. Tujuan Masalah........................................................................................................5

Bab II Pembahasan............................................................................................................6

A. Ruang Lingkup Pembelajaran..................................................................................6

B. Kurikulum Pendidikan Agama Islam.......................................................................7

C. Hakikat Pengembangan Kurikulum...........................................................................8

D. Hakikat Pengembangan Kurikulum PAI..................................................................10

E. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum..............................................................11

BAB III Penutup.................................................................................................................21

A. Kesimpulan...............................................................................................................21

B. Saran.........................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................23

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem
pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan
sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat
pendidikan. Setiap pendidik harus memahami perkembangan kurikulum, karena merupakan
suatu formulasi pedagogis yang paling penting dalam konteks pendidikan, dalam kurikulum
akan tergambar bagaimana usaha yang dilakukan membantu siswa dalam mengembangkan
potensinya berupa fisik, intelektual, emosional, dan sosial keagamaan dan lain sebagainya.

Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan


untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Oleh karena itu, setiap ada perubahan
tujuan atau faktor lain yang mempengaruhi tercapainya tujuan, kurikulum pun akan
mengalami perubahan. Mengingat kondisi masyarakat yang selalu berubah, maka kurikulum
harus tepat untuk mengalami penyesuaian sesuai dengan perkembangan dan tuntutan
masyarakatnya. Perubahan yang dimaksudkan di sini diharapkan perubahan yang menuju
pada pengembangan, bukan sebaliknya.

Kurikulum sebenarnya memiliki dua kegiatan yang saling terkait, yaitu pengembangan
dan pembinaan kurikulum. Pengembangan kurikulum merupakan kegiatan untuk
menghasilkan kurikulum, sedangkan pembinaan merupakan kegiatan pelaksanaan dan
pemantauan pelaksanaannya.

Fungsi pengembangan kurikulum adalah menghasilkan kurikulum, sedangkan pembinaan


berfungsi untuk mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum yang sudah ada, supaya
hasilnya maksimal. Kalau dilihat dari sifatnya, pengembangan bersifat konseptual,
sedangkan pembinaan bersifat material.

Banyak faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, misalnya masyarakat


dimana kurikulum itu dikembangkan. Untuk keperluan ini banyak faktor yang perlu
diperhatikan di dalam pengembangan kurikulum. Di antaranya: (1) pengertian
pengembangan kurikulum, (2) prinsip pengembangan kurikulum. Berikut akan kami jelaskan
tentang Hakikat Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.

4
B. Rumusan Masalah
1. Ap aitu Ruang Lingkup Pembelajaran ?
2. Apa Pengertian dari Kurikulum Pendidikan Agama Islam ?
3. Apa yang dimaksud Hakikat Pengembangan Kurikulum ?
4. Jelaskan Hakikat Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam ?
5. Jelaskan Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum ?

C. Tujuan Masalah
Sesuai dengan Rumusan Masalah yang dikaji penulis, maka makalah ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Pembelajaran.
2. Untuk mengetahui Pengertian dari Kurikulum Pendidikan Agama Islam.
3. Untuk mengetahui Hakikat Pengembangan Kurikulum.
4. Untuk mengetahui Hakikat Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam.
5. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Pembelajaran


Ruang lingkup merupakan cakupan atau batasan kegiatan yang harus dilakukan
oleh guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan secara efektif
dan efisien.Ruang lingkup tersebut meliputi; materi, media, pendekatan-pendekatan,
alokasi waktu, metode, pola pembinaan terpadu, kompetensi dasar peserta didik dan
evaluasi. Dengan penjelasan sebagai berikut :
a) Materi yang diajarkan haruslah sesuai kurikulum yang telah ditetapkan.
b) Media pembelajaran, termasuk sarana dan prasarana merupakan bagian penting untuk
menunjang suatu kegiatan belajar dan pembelajaran. Baik itu sarana prasarana di
sekolah, maupun yang dimiliki oleh siswa itu sendiri.
c) Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan sangatlah penting dilakukanapleh
seorang guru kepada siswanya. Hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi kepada
siswa agar memiliki semangat balajar yang tinggi. Misalnya memberi saran maupun
pengarahan kepada siswa apabila siswa tersebut melakukan kesalahan dalam kegiatan
belajarnya.
d) Seorang pengajar harus bisa mengatur alokasi waktu belajar agar sesuai dengan waktu
yang diperlukan untuk menyampaikan materi yang ada. Agar sesuai dengan target
yang telah direncanakan.
e) Setiap guru memiliki metode atau cara dalam menyampaikan suatu materi kepada
siswa. Yang terpenting adalah bagaimana agar siswa tersebut merasa nyaman dan
tidak bosan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Guru sebaiknya memberi
kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dalam memecahkan suatu masalah.
f) Pola pembinaan terpadu, merupakan pola pembelajaran yang menekankan pada
pembinaan kepada siswa untuk mampu bersikap mandiri dalam memecahkan setiapa
masalah.
g) Kompetensi dasar peserta didik, merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang
peserta didik dalam menyampaikan materi maupun pembelajaran kepada siswanya.
h) Dalam menentukan hasil akhir dari kemampuan siswa seorang guru memberikan
evaluasi berupa pertanyaan, tes maupun tugas kepada siswa, lalu menganalisisnya,
untuk mengetahui bagian-bagian mana yang masih terdapaat kesalahan-kesalahan
maupun yang belum dimengerti oleh siswa.

6
B. Pengertian Kurikulum Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Kurikulum

Secara etimologis kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang berarti
pelari, atau curere yang berarti tempat berpacu atau jarak yang harus ditempuh oleh pelari.
Istilah ini pada mulanya digunakan dalam dunia olahraga yang disebut juga “a little race
course” (suatu jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan olahraga, biasanya berbentuk
melingkar). jika pengertian ini kita kaitkan dengan dunia pendidikan, maka dinamakan
“circle of instruction”, yaitu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat
didalamnya1.

Sedangkan makna kurikulum secara luas dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu;
tradisional, modern, dan masa kini:2

1) Pengertian Kurikulum Secara Tradisional : Traditionally, the curriculum has mean


the subject taught in school, or the course of study (kurikulum adalah mata pelajaran
yang diajarkan di sekolah atau bidang studi. Jadi, berdasarkan pada pengertian ini,
yang dimaksud dengan kurikulum adalah semua bidang studi yang diberikan dalam
lembaga pendidikan).
2) Pengertian Kurikulum Secara Modern : The curriculum is looked as being composed
of all the actual experience pupils have under school direction, writing a course of
study become but small part of curriculum (kurikulum adalah semua pengalaman
actual yang dimiliki peserta didik di bawah pengaruh sekolah, sementara bidang studi
adalah bagian kecil dari program kurikulum secara keseluruhan). Dalam hal ini
kurikulum diartikan sebagai semua pengalaman peserta didik di bawah tanggung
jawab sekolah.
3) Pengertian Kurikulum di Masa kini : Curriculum is the strategy with we us in
adapting this cultural geritage to purpose of the school (kurikulum adalah strategi
yang digunakan untuk mengadaptasikan kultur dalam mencapai tujuan sekolah). Para
pakar pendidikan mendefinisikan kurikulum sebagai berikut:3
 Saylor dan Alexander merumuskan kurikulum sebagai the total effort of the
school situations, artinya bahwa kurikulum merupakan keseluruhan usaha yang

1
Arifuddin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kultura, 2008). Hlm.79
2
Novan Ardy Wiyana & Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam: Rancang Bangun Konsep Pendidikan Monokomotik-
Holistik (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012). Hlm.167-168
3
Hasan Basri, Beni Ahmad Saebani, ilmu Pendidikan Islam (Jilid II), (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010). Hlm.176-
177
7
dilakukan oleh lembaga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
 Smith mengartikan kurikulum sebagai a sequence of potential experiences of
disciplining children and youth in group ways of thinking and acting. Dengan
definisi ini, kurikulum dipakai sebagai seperangkat usaha atau upaya pendidikan
yang bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan hidup bermasyarakat.
 Harold Rugg mengartikan kuriklum sebagai the entire program of the shool, it is
the essential means of education. It is everything the students and their teacher
do. Artinya kurikulum adalah program sekolah yang di dalamnya terdapat semua
anak didik dan pekerjaan guru-guru mereka.

2. Pengertian Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Pengertian kurikulum pendidikan agama Islam sebenarnya tidak jauh berbeda


dengan kurikulum secara umum, perbedaan hanya terletak pada sumber pelajarannya saja.
Sebagaimana yang diutarakan oleh Abdul Majid dalam bukunya Pembelajaran Agama Islam
Berbasis Kompetensi, mengatakan bahwa kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah
rumusan tentang tujuan, materi, metode dan evaluasi pendidikan dan evaluasi pendidikan
yang bersumber pada ajaran agama Islam.4

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mcengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran Islam,
dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya
dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.5

C. Hakikat Pengembangan Kurikulum


Kurikulum memiliki peranan penting dalam sistem pendidikan. Oleh sebab itu,
pengembangan kurikulum harus didasarkan pada landasan yang kuat dan prinsip-prinsip
yang sesuai agar tidak terjadi kesalahan dan kekeliruan dalam implementasi pendidikan.
”Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan rencana tentang isi
dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya”. (Sanjaya:
2010: 30). ”Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai
komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian
kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber, dan
alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber sumber unit,
4
Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. (Remaja Rosda Karya,
Bandung, 2004), hal. 74
5
Abdul Majid, Op., Cit. hal.130
8
dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar mengajar.”
(Hamalik: 2008: 183)
Seller dan Miller dalam Sanjaya (2010: 32) mengemukakan bahwa proses
perkembangan kurikulum adalah rangakaian kegiatan yang dilakukan secara terus menerus.
Seller berpendapat bahwa pengembangan kurikulum merupakan siklus yang dimulai dari
menentukan orientasi kurikulum yang berupa kebijakan kebijakan umum seperti arah dan
tujuan pendidikan, pandangan tentang hakikat belajar dan peserta didik, dll. Kemudian,
Berdasarkan orientasi tadi dikembangkan kurikulum yang dirancang untuk menjadi acuan
pembelajaran. Kurikulum yang telah dikembangkan ini diimplementasikan dalam
pembelajaran dan setelah itu dievaluasi. Hasil evaluasi penerapan kurikulum tadi dijadikan
masukan untuk menentukan orientasi, dan begitu seterusnya. ”Dengan demikian, maka
pengembangan kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya, sisi kurikulum sebagai
pedoman dan sisi kurikulum sebagai implementasi” (Sanjaya: 2010: 33)
Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan isi pengembangan
kurikulum, yaitu:
1. Rentangan Kegiatan (Range of Activity)
Pengembangan isi kurikulum dimulai dari kegiatan pengembangan yang paling
luas yaitu rancangan kebijakan kurikulum yang berisi tentang apa yang harus diajarkan
dan sebagai pedoman bagi para pengembang kurikulum lebih lanjut. Menetapkan
kebijakan kurikulum perlu dikaji secara hati hati dan komprehensif. Kemudian
rancangan program studi yang mencakup kegiatan kegiatan menentukan tujuan, urutan
serta kedalaman materi dalam bidang studi. Setelah itu dirancanglah program
pengajaran yang mencakup aktivitas belajar dalam setiap bidang studi untuk satu tahun,
satu semester, atau satu caturwulan. Selain merancang program, kegiatan
pengembangan kurikulum juga berkaitan dengan menghasilkan bahan bahan
pengajaran, seperti menyusun buku teks, modul, program program film, rekaman audio,
dan lain sebagainya yang menunjang kegiatan pembelajaran.
2. Tujuan Kelembagaan (Instutional Purpose)
Tujuan kelembagaan harus sejalan dengan visi dan misi sekolah. Setiap sekolah
memiliki visi dan misi yang berbeda. Misalnya visi dan misi sekolah umum adalah
mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi sedangkan visi dan misi sekolah kejuruan mempersiapkan siswa untuk memasuki
dunia kerja. Dengan demikian, isi kurikulum harus disesuaikan dengan tujuan
kelembagaan agar pengalaman belajar yang didapat siswa di sekolah dapat mencapai
tujuan lembaga yang bersangkutan.

9
D. Hakikat Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Beberapa Pakar kurikulum meyakini bahwa inti pendidikan terletak pada kurikulum.
Kualitas kinerja pendidikan tergantung pada kurikulum yang ada saat ini . Menurut Delmas
F.Miller dan J.Lloyd Trump kurikulum dilihat dalam buku Secondary School
Improvement(1973) mengungkapkan bahwa dalam proses belajar dan mengajar, evaluasi
antar peserta didik disemua program, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan adminitrasi,
dan hal-hal strukutural seperti ruangan, waktu dan jadwal pelajaran.
Sedangkan kurikulum dalam pendidikan Islam sendiri mengacu pada pemikiran
nilai-nilai Islami, filsafat hidup yang Islami, pandangan Islam tentang manusia, dan
selanjutnya tujuan akhir pendidikan Islam yang dilandasi kaidah-kaidah Islami.
Dapat dipahami bahwa hakikat pengembangan kurikulum pendidikan Islam adalah
kegiatan yang mencakup penyempurnaan rencana belajar, rencana bahan ajar, strategi
pembelajran untuk peserta didik. Bila sudah mengalami penyempurnaan dan dirasa sudah
cukup baik untuk digunakan selanjutnya, sehingga diakhirilah pengembangan kurikulum
tersebut. Kurikulum yang dikembangkan dalam Islam harus memenuhi adanya nilai-nilai,
potensi manusia sebagai khalifah Allah, keesaan, keagamaan, upgrade diri antar sesame dan
upgrade diri sebagai individu.
Penyusunan kurikulum pendidikan ada tiga landasan. Landasan psikologis,
digunakan untuk memenuhi dan menentukan kemampuan dan kebutuhan siswa (the ability
and needs of children). Landasanfilosofis, memiliki kegunaan untuk menentukan nilai yang
akan diwujudkan (the kind of universe in which we live). Landasan sosiologis, digunakan
untuk menentukan nilai sosial (the legitimate, demands of society).
Namun tak cukup jika dalam penyusunan kurikulum hanya memakaitiga dasar yang
telah disebutkan. Sebab dalam Islam ada visi dan misi mentransfer dan menanamkan nilai
ilahiah sebagai titik pusat tujuan pendidikan Islam. Lalu berikut ini kerangka dasar yang jelas
tentang kurikulum pendidikan Islam : (1) Dasar agama memiliki peran yang sangat besar dan
menentukan arah tujuan kurikulum serta pendidikan Islam yang semua itu bermuara kembali
pada Al-Quran dan As-Sunnah. (2) Dasar falsafah, memberikan arah dan tujuan pendidikan
Islam secara filosufis, ini berarti kurikulum mengandung suatu kebenaran. (3) Dasar
psikologis, dasar ini menuntut pembuat dan pengembang kurikulum untuk memperhatikan
proses dan fase-fase pertumbuhan serta perkembangan peserta didik. (4) Dasar sosial, dasar
ini menyaratkan sebuah lembaga pendidikanharus selaras dan dapat menjawab kebutuhan
peserta didik. Karena dasar sosial berkaitan erat dengan masyarakat sebagai pelaku proses
pendidikan dan kebudayaan.

10
E. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Sanjaya (2008: 39) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum,
yaitu: relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas. Prinsip tersebut juga
diajukan oleh Abdullah idi (2007: 179-182) dan Asep Herry Hernawan dkk (dalam Rahmat
2009: 22). Sementara Nana Syaodih Sukmadinata (2009: 150-155) mengetengahkan
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dengan membaginya ke dalam dua kelompok: (1)
prinsip-prinsip umum (sama dengan Herdawan dkk); dan (2) prinsip-prinsip khusus, yaitu:
prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi
pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip
berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan
pemilihan kegiatan penilaian). Berikut ini adalah uraian lebih lanjut dari prinsip-prinsip
tersebut dengan mengikuti alur klasifikasi yang di ajukan oleh Nana Syaodih.
1. Prinsip-prinsip Umum Pengembangan Kurikulum
agar kurikulum dapat berfungsi sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan,
maka ada sejumlah prinsip dalam proses pengembangannya. Di bawah ini akan diuraikan
prinsip-prinsip umum dalam pengembangan kurikulum.
1. Prinsip Relevansi
Kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat
hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam
bidang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan
masyarakat. Oleh sebab itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam
kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat. Inilah yang disebut dengan
prinsip relevansi. Prinsip relevansi adalah prinsip kesesuaian. Ada dua macam relevansi,
yaitu :
1) Relevansi internal
Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian
antara komponen-komponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang harus dicapai,
isi, materi atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metode
yang digunakan serta alat penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan. Relevansi
internal ini menunjukkan keutuhan suatu kurikulum.
2) Relevansi eksternal
Relevansi eksternal berkaitan dengan keserasian antara tujuan, isi, dan proses
belajar siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat. Ada tiga macam relevansi eksternal dalam pengembangan kurikulum:

11
a) Relevan dengan lingkungan hidup peserta didik (relevansi sosiologis).
Bisa diartikan bahwa proses pengembangan dan penetapan isi kurikulum
hendaklah disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar siswa. Contohnya
untuk siswa yang ada di perkotaan perlu diperkenalkan kehidupan di lingkungan
kota, seperti keramaian dan rambu-rambu lalu lintas; tata cara dan pelayanan jasa
bank, kantor pos, dan lain sebagainya. Demikian juga untuk sekolah yang berada
di daerah pantai, perlu diperkenalkan bagaimana kehidupan di pantai, seperti
mengenai tambak, kehidupan nelayan, koperasi, pembibitan udang, dan lainnya.
b) Relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun dengan yang akan
datang. Bisa diartikan bahwa relevansi harus sesuai dengan tuntutan ilmu
pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis). Artinya, isi kurikulum
harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang berkembang. Selain itu juga
apa yang diajarkan kepada siswa harus bermanfaat untuk kehidupan siswa pada
waktu yang akan datang. Misalkan untuk kehidupan yang akan datang,
penggunaan komputer dan Internet akan menjadi salah satu kebutuhan, maka
dengan demikian bagaimana cara memanfaatkan komputer dan bagaimana cara
mendapatkan informasi dari Internet sudah harus diperkenalkan kepada siswa.
Demikian juga dengan kemampuan berbahasa. Pada masa yang akan datang
ketika pasar bebas seperti persetujuan APEC mulai berlaku, maka masyarakat
akan dihadapkan kepada persaingan merebut pasar kerja dengan orang-orang
asing. Oleh karenanya keterampilan berbahasa asing sudah harus mulai dipupuk
sejak sekarang.
c) Relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan dan tuntutan dan potensi peserta didik
(relevansi psikologis) Artinya bahwa apa yang diajarkan di sekolah harus mampu
memenuhi dunia kerja. Untuk sekolah kejuruan contohnya, kalau dahulu di
Sekolah Kejuruan Ekonomi dilatih bagaimana agar siswa mampu menggunakan
mesin tik sebagai alat untuk keperluan surat-menyurat, maka sekarang mesin tik
sudah tidak banyak digunakan, akan tetapi yang lebih banyak digunakan
komputer. Dengan demikian, keterampilan mengoperasikan komputer harus
diajarkan.
Untuk memenuhi prinsip relevansi ini, maka dalam proses pengembangannya
sebelum ditentukan apa yang menjadi isi dan model kurikulum yang bagaimana yang
akan digunakan, perlu dilakukan studi pendahuluan dengan menggunakan berbagai
metode dan pendekatan seperti melakukan survei kebutuhan dan tuntutan masyarakat;

12
atau melakukan studi tentang jenis-jenis pekerjaan yang dibutuhkan oleh setiap lembaga
atau instansi.
2. Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus lentur dan tidak kaku,
terutama dalam hal pelaksanaannya, dalam pengembangan kurikulum mengusahakan
agar apa yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam
pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi
dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar
bekang peserta didik.
Apa yang diharapkan dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuai dengan
kondisi kenyataan yang ada. Bisa saja ketidaksesuaian itu ditunjukkan oleh kemampuan
guru yang kurang, latar belakang atau kemampuan dasar siswa yang rendah, atau
mungkin sarana dan prasarana yang ada di sekolah tidak memadai. Kurikulum harus
bersifat lentur atau fleksibel. Artinya, kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai
dengan kondisi yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan sulit diterapkan.
Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi:
1. fleksibel bagi guru, yang artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak
bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang
ada.
2. fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai
kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
3. Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas yaitu adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara
vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan
kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar
jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan
kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program
pendidikan. Dalam penyusunan materi pelajaran perlu dijaga agar apa yang diperlukan
untuk mempelajari suatu materi pelajaran pada jenjang yang lebih tinggi telah diberikan
dan dikuasai oleh siswa pada waktu mereka berada pada jenjang sebelumnya.
Prinsip ini sangat penting bukan hanya untuk menjaga agar tidak terjadi
pengulanganpengulangan materi pelajaran yang memungkinkan program pengajaran
tidak efektif dan efisien, akan tetapi juga untuk keberhasilan siswa dalam menguasai
materi pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu.

13
Untuk menjaga agar prinsip kontinuitas itu berjalan, maka perlu ada kerja sama
antara pengembang kurikulum pada setiap jenjang pendidikan, misalkan para
pengembang pendidikan pada jenjang sekolah dasar, jenjang SLTP, jenjang SLTA, dan
bahkan dengan para pengembang kurikulum di perguruan tinggi.
4. Prinsip Efektifitas
Prinsip efektivitas merujuk pada pengertian kurikulum itu selalu berorientasi pada
tujuan tertentu yang ingin dicapai. Kurikulum bias dikatakan sebagai instrument untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu, jenis dan karakteristik tujuan apa yang ingin dicapai
harus jelas. Kejelasan tujuan akan mengarahkan pada pemilihan dan penentuan isi,
metode dan system evaluasi serta model kurikulum apa yang akan digunakan juga akan
mempermudah dan mengarahkan dalam implementasi kue\rikulu itu sendiri. Prinsip
efektifitas mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa
kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas. Prinsip efektivitas
berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat dicapai
dalam kegiatan belajar mengajar.
Terdapat dua sisi efektivitas dalam suatu pengembangan kurikulum.
Pertama, efektivitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas
mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. Kedua, efektivitas kegiatan siswa
dalam melaksanakan kegiatan belajar. Efektivitas kegiatan guru berhubungan dengan
keberhasilan mengimplementasikan program sesuai dengan perencanaan yang telah
disusun. Sebagai contoh, apabila guru menetapkan dalam satu caturwulan atau satu
semester harus menyelesaikan 12 program pembelajaran sesuai dengan pedoman
kurikulum, ternyata dalam jangka waktu tersebut hanya dapat menyelesaikan 4 atau 5
program saja, berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program itu tidak efektif.
Efektivitas kegiatan siswa berhubungan dengan sejauh mana siswa dapat mencapai
tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan jangka waktu tertentu. Sebagai contoh apabila
ditetapkan dalam satu caturwulan siswa harus dapat mencapai sejumlah tujuan
pembelajaran, ternyata hanya sebagian saja dapat dicapai siswa, maka dapat dikatakan
bahwa, proses pembelajaran siswa tidak efektif.
5. Prinsip Efisiensi
Prinsip efisiensi yaitu mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat
mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat
dan tepat sehingga hasilnya memadai.
Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan
biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum dikatakan memiliki

14
tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan waktu yang
terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal. Betapa pun bagus dan idealnya suatu
kurikulum, manakala menuntut peralatan, sarana dan prasarana yang sangat khusus serta
mahal pula harganya, maka kurikulum itu tidak praktis dan sukar untuk dilaksanakan.
Kurikulum harus dirancang untuk dapat digunakan dalam segala keterbatasan..
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat
sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa
peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian
tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan
potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan.
2) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa
membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi
dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum,
muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam
keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan
isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan
secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan
dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin
relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya
kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial,
keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5) Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan
dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang

15
direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang
pendidikan.
6) Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang
hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan
formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan
lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia
seutuhnya.
7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan
daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan satu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru
tampaknya sering kali terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh
atau jiwanya kurikulum. Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang
lebih terfokus hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum .
Padahal jauh lebih penting adalah perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi prinsip-
prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum. Yaitu :
a. Berpusat Pada Potensi, Perkembangan, Kebutuhan, dan Kepentingan Peserta Didik
dan Lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta
didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut
pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
b. Beragam dan Terpadu. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis
pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status
sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib
kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun
dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

16
c. Tanggap Terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi
kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d. Relevan dengan Kebutuhan Kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,
termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh
karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan
sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan
keniscayaan.
e. Menyeluruh dan Berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian
keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
f. Belajar Sepanjang Hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan
informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g. Seimbang Antara Kepentingan Nasional dan Kepentingan Daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Masih dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip umum pengembangan kurikulum,
Olivia (1992:31-45) mengemukakan pandangannya mengenai kabaradaan pendidikan atau
kurikulum dalam kaitqannya dengan masyarakat, serta implikasinya bagi keberadaan
kurikulum dan pekerjaan para pengembang kurikulum, juga menyangkut pentingnya
prinsip-pronsip pentingnya pengembangan kurikulum bagi para pengembang kurikulum.
Olivia menjelaskan bahwa apa yang kita sebut dengan system pendidikan yang didalamnya
termasuk kurikulum semastinya memberikan respon terhadap perubahan kondisi yang

17
terjadi pada supra system yaitu masyarakat. Terjadi perubahan kurikulum merupakan hal
yang normal, bahkan perubahan kurikulum itu diperlukan sebagai konsekwensi dari adanya
perubahan lingkungan. Tugas dan tanggung jawab dari para pengembang kurikulum akan
dipermudah jika mengikuti prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Dalam hal ini Olivia
mengajukan sepuluh prinsip (axiom) pengembangan kurikulum, yaitu:
a. Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dan bahkan
diperlukan.
b. Kurikulum merupakan produk dari masa yang berkelanjutan.
c. Perubahan kurikulum masa lalu sering sering terdapat secara bersamaan bahkan
tumpang tindih dengan perubahan kurikulum masa kini.
d. Perubahan kurikulum akan terjadi dan berhasil sebagai akibat dan jika ada perubahan
pada orang-orang atau masyarakat.
e. Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerjasama kelompok.
f. Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses menentukan pilihan dari
sekian alternative yang ada.
g. Pengembangan kirikulum adalah kegiatan yang tidak akan pernah berakhir.
h. Pengembangan kurikulum akan barhasil jika dilakukan dengan komprehensif, bukan
aktivitas bagian perbagian yang terpisah.
i. Pengembangan kurikulum akan lebih nefektif jika dilakukan dengan mengikuti suatu
proses yang sistematis.
j. Pengembangan kurikulum dilakukan barangkat dari kurikulum yang ada.

2. Prinsip-prinsip Khusus Pengembangan Kurikulum


Prinsip khusus ini merujuk pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam
pengembangan komponen-komponen kurikulum secara khusus yang didalamnya terdapat
tujuan, isi, metode, dan evaluasi.
a. Prinsip yang berkenaan dengan tujuan
Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada :
 Ketentuan dan kebijakan pemerintah yang dapat ditemukam dalam dokumen-
dokumen lembaga Negara mengenai tujuan dan strategi pembangunan termasuk
didalamnya Pendidikan.
 Survai mengenai persepsi orang tua dan masyarakat tentang kebutuhan mereka
yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka.
 Survai tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidangtertentu, dihimpun
melalui angket, wawancara, observasi dan dari berbagai media massa.
18
 Survai tentang manpower (sumber daya manusia atau tenaga kerja)
 Pengalaman Negara-negara lain dalam masalah yang sama.
 Penelitian.
b. Prinsip yang berkenan dengan pemilhan isi
Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan untuk menentukan isi pendidikan atau
kurikulum, yaitu :
 Perlu penjabaran tujuan pendidikan atau pengajaran ke dalam perbuatan hasil
belajar yang khusus dan sederhana.
 Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap dan keterampilan.
 Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.
c. Prinsip yang berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
Untuk menentukan kegiatan proses belajar mengajar apa yang akan digunakan harus
memperhatikan hal-hal berikut :
 Metode atau teknik mengajar yang digunakan harus cocok untuk mengajarkan
bahan pelajaran.
 Metode atau teknik tersebut harus dapat memberikan kegiatan yang bervariasi
untuk melayani perbedaan individual siswa.
 Metode atau teknik tersebut harus dapat memberikan urutan kegiatan yang
bertingkat-tingkat.
 Metode atau teknik tersebut harus dapat menciptakan pencapaian kea rah
kognitif, afektif dan psikomotor.
 Metode atau teknik harus lebih mengaktifkan siswa maupun gurunya.
 Metode atau teknik tersebut harus mendorong berkembangnya kemampuan baru.
 Metode atau teknik harus menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan di
rumah.
d. Prinsip yang berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
Beberapa prinsip yang bias dijadikan pegangan untuk memilih dan menggunakan media
dan alat bantu pembelajaran.
 Alat atau media apa yang dibutuhkan dan apakah semuanya sudah tersedia ?
 Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran ?
 Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?
 Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.
e. Prinsip yang berkenaan dengan penilaian
Ada tiga fase yang harus diperhatikan ketika akan membuat alat tes, yaitu :

19
a. fase perencanaan penilaian
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam fase perencanaan penilaian,yaitu:
 Bagaimanakah karakteristik kelas, usia, tingkat kemampuan kelompok
yangakan di tes ?
 Berapa lama waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan tes ?
 Apakah tes tersebut berbentuk uraian atau oilihan ?
 Berapa banyak butir tes yang perlu disusun ?
 Apakah tes tersebut diaministrasikan oleh guru atau murid ?
b. Menyusun alat penilaian
Dalam penyusunann alat penilaian sebaiknya mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut :
 Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum dalam ranah kognitif,
afektif dan psikomotor.
 Uraikan ke dalam bentuk tingkah laku murid yang dapat diamati.
 Hubungkan dengan bahan pelajaran.
 Tuliskan butir-butir tes.
c. Pengelolaan hasil penilaian
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan hasil penilaian
sebagai berikut :
 Norma penilaian apa yang akan digunakan dalam pengelolaan hasil tes ?
 Apakah digunakan formula guessing ?
 Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor masak ?
 Untuk apakah hasil tes digunakan ?

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ruang lingkup merupakan cakupan atau batasan kegiatan yang harus dilakukan oleh guru
dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien.Ruang lingkup tersebut meliputi; materi, media, pendekatan-pendekatan, alokasi waktu,
metode, pola pembinaan terpadu, kompetensi dasar peserta didik dan evaluasi.

Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan


untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Sedangan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam Sebagaimana yang diutarakan oleh Abdul Majid dalam bukunya Pembelajaran Agama
Islam Berbasis Kompetensi, mengatakan bahwa kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah
rumusan tentang tujuan, materi, metode dan evaluasi pendidikan dan evaluasi pendidikan yang
bersumber pada ajaran agama Islam.

”Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan rencana tentang


isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya”. (Sanjaya:
2010: 30). ”Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen
situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan
spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber, dan alat pengukur
pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber sumber unit, dan garis pelajaran
kurikulum ganda lainnya, untuk memudahkan proses belajar mengajar.” (Hamalik: 2008: 183).

Hakikat pengembangan kurikulum pendidikan Islam adalah kegiatan yang mencakup


penyempurnaan rencana belajar, rencana bahan ajar, strategi pembelajran untuk peserta didik.
Bila sudah mengalami penyempurnaan dan dirasa sudah cukup baik untuk digunakan
selanjutnya,sehingga diakhirilah pengembangan kurikulum tersebut. Kurikulum yang
dikembangkan dalam Islam harus memenuhi adanya nilai-nilai, potensi manusia sebagai
khalifah Allah, keesaan, keagamaan, upgrade diri antar sesame dan upgrade diri sebagai
individu.
21
Sanjaya (2008: 39) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas. Prinsip tersebut juga diajukan oleh
Abdullah idi (2007: 179-182) dan Asep Herry Hernawan dkk (dalam Rahmat 2009: 22).
Sementara Nana Syaodih Sukmadinata (2009: 150-155) mengetengahkan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum dengan membaginya ke dalam dua kelompok: (1) prinsip-prinsip
umum (sama dengan Herdawan dkk); dan (2) prinsip-prinsip khusus, yaitu: prinsip berkenaan
dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan
dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat
pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian).

B. Saran

Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut penulis meminta kritik yang
membangun dari para pembaca, agar makalah inibisa mencapai kesempurnaan pada penyusunan
selanjutnya. Sebelum dan sesudahnya penulis mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini
berguna bagi kita semua.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, dkk, 1998. Pengembangan Kurikulum, Pustaka Setia, Bandung.


Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. 2004 (Remaja
Rosda Karya, Bandung).
Arif.Arifuddin, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, 2008 (Jakarta: Kultura)
Beni Hasan Basri, Ahmad Saebani, ilmu Pendidikan Islam., (Jilid II), 2010 (Bandung: CV
Pustaka Setia)
Dhofier.Zamkhasyari, Tradisi Pesantren, 2002 (Cet. II; Jakarta Mizan)
Hamalik, Oemar.2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Syaodih, Nana (2000.150-151). Kurikulum pembelajaran. Bandung : Jurusan Kutekpen FIP UPI.

Susilana, Rudi dkk. 2006. Kurikulum pembelajaran. Bandung : Jurusan Kutekpen FIP UPI.

Wiyana.Novan ArdY.,Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam: Rancang Bangun Konsep Pendidikan


Monokomotik-Holistik, 2012 (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media)

23

Anda mungkin juga menyukai