Anda di halaman 1dari 20

Konsep Dasar Pengembangan Kurikulum

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah

Pengembangan Kurikulum

Dosen Pembimbing

ALI MUCHASAN, MPd.I

Oleh

Nurul Idah Saidah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

IAI HASANUDDIN PARE KEDIRI


Maret 2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi
Muhammad SAW. Sang revolusioner Islam, semoga kelak kita mendapatkan syafa’atnya
nanti di hari kiamat.

Alhamdulillahirabbil’aalamiin, makalah tentang konsep dasar pengembangan


kurikulum dapat terselesaikan dengan baik, meskipun asih ada kekurangan. Namun
demikian, penyusun sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakan makalah ini
dengan sebaik-baiknya.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu


kelancaran penyusunan makalah ini. Penyusun berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi
semuanya, kritik dan saran kami harapkan guna perbaikan dalam menyusun makalah ini dan
makalah-makalah selanjutnya.

Serang, 1 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................................

BAB I....................................................................................................................................................

PENDAHULUAN................................................................................................................................

A. Latar belakang............................................................................................................................

B. Rumusan Masalah......................................................................................................................

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................................................

BAB II..................................................................................................................................................

PEMBAHASAN..................................................................................................................................

A. Pengertian Pengembangan Kurikulum.......................................................................................

B. Fungsi Kurikulum......................................................................................................................

C. Dimensi-Dimensi Kurikulum.....................................................................................................

D. Macam-macam Kurikulum......................................................................................................

BAB III...............................................................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam melakukan suatu kegiatan pasti akan memerlukan suatu perencanaan dan
organisai yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur agar dapat mencapai tujuan
yang ditentukan atau yang diharapkan. Demikian pula halnya pendidikan, diperlukan
adanya program yang terencana dan dapat mengantarkan proses pembelajaran atau
pendidikan sampai pada tujuan yang diharapkan. Proses, pelaksanaan, sampai penilaian
dalam pendidikan lebih dikenal dengan istilah “kurikulum pendidikan”.
Dalam dunia pendidikan, kurikulum mempunyai peranan yang penting karena
merupakan operasional tujuan yang hendak dicapai, bahkan tujuan tidak akan tercapai
tanpa melibatkan kurikulum pendidikan. Kurikulum merupakan salah satu komponen
pokok dalam pendidikan. Sebagai alat penting dalam upaya pencapaian pendidikan,
kurikulum hendaknya berperan dan bersifat anticipatory dan adaptif terhadap perubahan
dan kemjuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, wajar jika kurikulum
selalu berubah dan berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang sedang
terjadi. Pendapat sebagian masyarakat yang menyatakan “Ganti Menteri, Ganti
Kurikulum” hanyalah disebabkan karena mereka tidak memahami alasan mendasar
terjadinya pergantian tersebut. Kalau kita semua ingin maju, kita harus menerima
perubahan, karena pada dasarnya yang kekal hanyalah perubahan.
Kurikulum sendiri juga merupakan suatu sistem yang mempunyai komponen-
komponen tertentu. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan yang
berisi tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Sedangkan pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, yang mana di
dalamnya mencakup beberapa hal diantaranya : perencanaan, penerapan, dan evaluasi.
dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung
dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : di
dalam mengembangkan sebuah kurikulum juga harus menganut beberapa prinsip dan
melakukan pendekatan terlebih dahulu, sehingga di dalam penerapannya sebuah
kurikulum dapat mencapai sebuah tujuan seperti yang diharapkan. Dan mengenai konsep
dasar dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum akan kami jelaskan selengkapnya
dalam bab pembahasan.1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan pengembangan kurikulum?
2. Bagaimana fungsi pengembangan kurikulum?
3. Bagaimana dimensi pengembangan kurikulum?
4. Apa macam-macam kurikulum ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui maksud penembangan kurikulum
2. Mengetahui fungsi pengembangan kurikulum
3. Mengetahui dimensi pengembangan kurikulum
4. Mengetahui macam-macam kurikulum

1
Bahri,syamsul, “Pengembangan kurikulum dasar dan tujuannya,” Journal ilmiah ISLAM FUTURA. (Banda
aceh :
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan
kurikulum oleh pengembang kurikulum dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum
yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan secara nasional.2 Istilah kurikulum berasal dari bahasa Latin
"currculum" berarti a running course, or race course, especialy a chariot race course,
dan terdapat pula dalam bahasa Perancis "courier" artinya to run yaitu berlari.
Kemudian istilah itu digunakan untuk sejumlah courses atau mata pelajaran yang
harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah.3 Sedangkan dalam bahasa
Arab, istilah kurikulum sering disebut al-manhaj. Dalam hubungan ini, Mohammad
al-Toumy al-Syaibani mengemukakan sebagai berikut. Adapun tentang pengertian
kurikulum dalam pendidikan, maka bila kita kembali kepada kamus-kamus bahasa
Arab, maka kita dapati kata-kata "manhaj" (kurikulum) yang bermakna jalan yang
terang, atau jalan terang yang dilalui manusia dalam berbagai kehidupan.4Sekian
banyak pengertian kosa kata tentang kurikulum, dari segi bahasa ini dapat diartikan
bahwa kurikulum adalah rencana atau bahasan pengajaran sehingga arah kegiatan
pendidikan menjadi jelas dan terang. Pengertian ini terkait dengan hal yang paling
menonjol dari isi kurikulum, yaitu susunan bahan atau mata pelajaran yang akan
digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pendidikan.5 Kurikulum dari segi bahasa ini,
digunakan bukan hanya untuk kegiatan pendidikan, melainkan untuk kegiatan
lainnya. Dengan kata lain, bahwa setiap kegiatan dalam kehidupan ada kurikulumnya.
Pengertian kurikulum dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 19, adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Pengertian kurikulum ini dapat dijabarkan menjadi seperangkat rencana,

2
Akhmad said,, muhammad rouf ,Pengembangan kurikulum sekolah : konsep, model, dan implementasi,
(sarang, rembang : 2020)
3
Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007), 131.
4
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2010), 1.
5
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Media Group, 2010), 121.
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, pengaturan yang digunakan,
serta pedoman kegiatan pembelajaran. Selanjutnya dijumpai juga pengertian
kurikulum yang dikemukakan para ahli pendidikan, yang secara umum dapat
dibedakan ke dalam pengertian sempit dan yang lebih luas. Salah satu pengertian
kurikulum arti sempit, yaitu sebagaimana pengertian yang dinyatakan oleh Crow and
Crow adalah rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun
secara sistematis, sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan
tertentu. Pendapat ini diperkuat oleh Muhammad Ali Khalil yang menyatakan bahwa
kurikulum adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar lembaga
pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.6 Menurut
Nasution, pengertian yang lama tentang kurikulum lebih menekankan pada isi
pelajaran atau mata kuliah, dalam arti sejumlah mata pelajaran atau kuliah di sekolah
atau perguruan tinggi, yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkat;
juga keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga Pendidikan.7 Nasution
menyatakan bahwa kurikulum dalam pendidikan merupakan desain, blue print, atau a
plan for learning dalam linkup pendidikan yang bermuara pada komponen-komponen
pembelajaran yang dilakukan melalui langkah-langkah penyusunan, pelaksanaan, dan
penyempurnaan kurikulum atas dasar hasil penilaian yang dilakukan selama kegiatan
pengembangan tersebut.8 Disadari atau tidak, konsep kurikulum yang ada di
pendidikan kita saat ini lebih berkiblat ke Barat (Amerika & Eropa), hal tersebut
karena adanya anggapan bahwa mereka lebih cerdas dan cepat dalam membaca
peluang yang berkembang sehingga melahirkan inovasi-inovasi baru sebagi terobosan
dalam bidang pendidikan. Jauh di balik itu, pendidikan kita saat ini masih saja
disibukkan dengan pencarian konsep kurikulum yang seperti apa yang sesuai dengan
dan relevan dengan kondisi pendidikan kita saat ini. Adapun pengertian kurikulum
secara modern atau luas adalah sebagaimana yang dinyatakan oleh Ahmad Tafsir
bahwasanya kurikulum tidak hanya sekedar berisi rencana pelajaran atau bidang studi,
melainkan semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.
Pengertian ini bertolak dari sesuatu yang aktual, nyata dan terjadi di sekolah dalam
proses belajar. Berbagai kegiatan peserta didik, baik yang dilakukan di dalam maupun
di luar sekolah dapat memberikan pengalaman belajar atau dapat dianggap sebagai
6
Nata, Ilmu Pendidikan, 122.
7
Ibid., 2
8
Nasution dalam Rahmat Raharjo, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum Membangun Generasi Cerdas dan
Berkarakter untuk Kemajuan Bangsa (Yogyakarta: Baituna Publishing, 2012),16-17.
pengalaman belajar. Dalam pandangan modern semua pengalaman belajar tersebut
dapat dinamakan kurikulum. Pengertian kurikulum baik secara tradisional maupun
secara modern dijumpai di dalam ajaran Islam, baik pada tataran normatif, maupun
historis filosofis. Secara normatif, di dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang
menyuruh manusia agar mempelajari segala sesuatu baik yang bersifat tertulis, baik
benda-benda yang ada di bumi, maupun benda-benda yang ada di langit, baik
kehidupan manusia masa sekarang, masa silam dan masa yang akan datang. Demikian
pula di dalam haditsnya Rasulullah menyuruh pengikut-Nya agar mempelajari ilmu
yang berkaitan dengan keduniaan maupun keakhiratan. Adanya hal-hal yang sudah
diajarkan Tuhan kepada manusia, dalam hubungannya dengan kurikulum
sebagaimana tersebut di atas, dapat dipahami dari ayat-ayat al-Qur’an di bawah ini:
ٓ
‫ُؤٓاَل ِء ِإن ُكنتُ ْم‬T َٓ‫ َمٓا ِء ٰه‬T ‫هُ ْم َعلَى ْٱل َم ٰلَِئكَ ِة فَقَا َل َأ ۢنبُِٔـونِى بَِأ ْس‬T ‫ض‬
َ ‫ َمٓا َء ُكلَّهَا ثُ َّم َع َر‬T ‫َو َعلَّ َم َءا َد َم ٱَأْل ْس‬
َ‫ص ِدقِين‬ َٰ

Artinya : Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,


kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang
benar!"9

‫عَلَّ َم اِإْل ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬

Artinya: Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. 10

‫َولَقَ ْد ٰاتَ ْينَا لُ ْقمٰ نَ ْال ِح ْك َمةَ اَ ِن ا ْش ُكرْ هّٰلِل ِ ۗ َو َم ْن يَّ ْش ُكرْ فَاِنَّ َما يَ ْش ُك ُر لِنَ ْف ِس ٖ ۚه َو َم ْن َكفَ َر فَا ِ َّن هّٰللا َ َغنِ ٌّي َح ِم ْي ٌد‬

Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak
bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". 11
Selanjutnya di dalam hadits Rasulullah, dijumpai keterangan sebagai berikut:
"Ajarilah anakmu sekalian tentang tiga perkara, yaitu mencintai NabiNya, mencintai
keluarganya, dan membaca al-Qur’an, karena sesungguhnya orang-orang yang
membaca (hafal) al-Qur’an akan berada di bawah perlindungan Allah SWT pada hari
yang tidak ada perlindungan lain kecuali perlindungan-Nya bersama para Nabi dan
9
QS. Al baqoroh : 31
10
QS. al-Alaq: 5.
11
QS. Luqman: 12.
orang-orang yang dicintai-Nya," (HR. al-Dailami dari Ali). 12Selain merujuk ayat-ayat
al-Qur;an dan hadits Nabi yang bersifat normatif sebagaimana telah dituliskan di atas,
penyusunan dan pembinaan kurikulum pendidikan agama Islam mengalami kemajuan
dan peningkatan. Begitu juga mengenai konsep kurikulum dari waktu ke waktu
senantiasa mengalami perkembangan, yaitu dari pengertiannya yang lebih luas,
canggih dan modern. Adapun pengertian Pendidikan Agama Islam, Tafsir (2004)
membedakan antara Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Islam. PAI dibakukan
sebagai nama kegiatan mendidik agama Islam. Sedangkan Pendidikan Islam adalah
nama sistem, yaitu sistem pendidikan yang Islami, yang memiliki komponen-
komponen yang secara keseluruhan mendukung terwujudnya sosok muslim yang
diidealkan.13Jika dilihat dari rumusannya pendidikan agama Islam bisa dikatakan
tergolong sederhana, karena yang dibicarakan hanya masalah ilmu pengetahuan atau
ajaran yang akan diberikan. Namun dilihat dari sisi ilmu yang akan diajarkannya serta
tempat berlangsungnya pengajaran tersebut, dapat dikatakan amat luas, mendalam dan
modern, karena bukan hanya mencakup ilmu agama saja, melainkan juga ilmu yang
terkait dengan perkembangan intelektual, keterampilan, emosional, sosial dan lain
sebagainya. Al-Qur„an, as-Sunnah, dan para ulama Islam dengan sangat jelas dan
teliti telah membahas dan mengembangkan berbagai teori tentang ilmu pengetahuan,
tujuan, manfaat, serta kaitannya dengan kegiatan pengajaran. 14 Kemudian
pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat diartikan sebagai: (1)
kegiatan menghasilkan kurikulum PAI, atau (2) proses yang mengkaitkan satu
komponen dengan yang lainnya untuk menghasilkan kurikulum PAI yang lebih
baik;dan/atau (3) kegiatan penyusunan (desain), pelaksanaaan, penilaian dan
penyempurnaan kurikulum PAI.15 Jadi pengembangan kurikulum Pendidikan Agama
Islam menurut penulis adalah suatu proses kegiatan mulai dari tahap perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan kurikulum pendidikan
agama Islam.

12
Hadits Web, Kumpulan dan Himpunan Belajar Hadits di http:/ /opi.110mb.com/
13
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum, 6.
14
Nata, Ilmu Pendidikan, 129.
15
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum, 10.
B. Fungsi Kurikulum
Dalam pendidikan kurikulum memiliki posisi yang sangat strategis, hal ini
karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya
kurikulum maka dalam penyusunannya memerlukan pondasi dan landasan yang
kokoh dengan melalui penelitian dan berbagai pemikiran secara mendalam. Pada
dasarnya sebuah kurikulum adalah merupakan suatu sistem yang saling terkait yang
terdiri atas beberapa komponen pendukung.

Kurikulum pada dasarnya memiliki fungsi sebagai pedoman dan acuan bagi
penggunanya, artinya kurikulum bagi seorang pendidik, berfungsi sebagai pedoman
dalam mengajar dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Bagi orang tua, kurikulurn memiliki fungsi sebagai pedoman dalam membimbing
anaknya belajar di rumah. Bagi sekolah (kepala sekolah, yayasan dan pengawas)
kurikulum memiliki fungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau
pengawasan. Bagi siswa, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.
Sedangkan bagi masyarakat, kurikulum memiliki fungsi sebagai pedoman untuk
memberikan bantuan bagi terwujudnya proses pembelajaran di sekolah.

Sedangkan, berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik,
terdapat beberapa fungsi kurikulum, diantaranya adalah:

Pertama, Fungsi Penyesuaian (the adjustive function), yaitu merupakan fungsi


kurikulum yang mengandung arti bahwa kurikulum sebagai salah satu dari alat
pendidikan harus mampu mengarahkan peserta didik agar memiliki sifat mampu
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan social dan lingkungan fisik. Lingkungan
social maupun lingkungan fisik pada dasarnya serng mengalami perubahan. Karena
itu, peserta didik harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkunga
tersebut.

Kedua, Fungsi Integrasi (the integrating function), yaitu sebagai alat pendidikan kuri-
kulum harus dapat menghasilkan pribadi-pribadi peserta didik yang utuh. Artinya
bahwa, peserta didik merupakan bagian dari anggota masyarakat, di harapkan harus
memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup berdampingan dan
berintegrasi dengan masyarakat dimana ia berada.
Ketiga, Fungsi Diferensiasi (the differentiating function), yaitu sebagai alat
pendidikan kurikulum harus mampu memberikan pelayanan terhadap setiap individu
peserta didik yang berbeda baik perbedaan itu bersifat fisik maupun psikis.

Keempat, Fungsi Pemilihan (the selective function), yaitu sebagai alat pendidikan
kurikulum harus dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat
memilih jurusan atau materi belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

Karena itu, sangat erat hubunganya antara fungsi kurikulum diferensiasi dengan
fungsi kurikulum pemilihan, karena adanya pengakuan terhadap perbedaan individu
peserta didik tersebut, berarti pula diberinya kesempatan bagi peserta didik tersebut
untuk memilih yang sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya. Untuk
mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum harus disusun dengan fleksibel.

Kelima, Fungsi Persiapan (the propaedeutic function), yaitu sebagai alat pendidikan
kurikulum harus dapat mempersiapkan peserta didik untuk mampu melanjutkan studi
ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat
mempersiapkan peserta didik untuk dapat memperoleh pekerjaan atau bahkan
menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

Keenam, Fungsi Diagnostik (the diagnostic function), yaitu sebagai alat pendidikan
kurikulum harus dapat membantu dan mengarahkan peserta didik untuk dapat
mengetahui, memahami dan menerima potensi dan kelemahan yang dimilikinya. Jika
peserta didik telah mampu memahami potensi dan kelemahan-kelemahan yang ada
pada dirinya, maka diharapkan peserta didik dapat mengembangkan sendiri potensi
kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya tersebut.

Dari beberapa fungsi kurikulum di atas, maka jelas bahwa kurikulum memiliki posisi
yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal ini karena, Kurikulum
dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang
dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh. Karena itu, dapat
dikatakan sebuah pendidikan itu akan berjalan dengan baik jika kurikulumnya disusun
dan dijalankan dengan baik pula.16

16
Rudi, hasriani.”Fungsi kurikulum dalam pendidikan” (Medan, 03 Mar 2016)
C. Dimensi-Dimensi Kurikulum
William H.Schubert (1986), merinci pengertian kurikulum dalam berbagai
dimensi, yaitu “kurikulum sebagai content atau subject matter, kurikulum
sebagaiprogram planned activities, kurikulum sebagai intended learning outcomes,
kurikulum sebagai cultural reproduction, kurikulum sebagai experience, kurikulum
sebagai discrete tasks and concepts, kurikulum sebagai agenda for social
reconstruction, dan  kurikulum sebagaicurre. S.Hamid Hasan (1988), berpendapat
bahwa ada empat dimensi kurikulum yang saling berhubungan, yaitu “ kurikulum
sebagai suatau ide atau konsepsi, kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, kurikulum
sebagai suatu kegiatan (proses), dan kurikulum sebagai suatu hasil belajar”. Yaitu :
1. Kurikulum Sebagai Suatu Ide 
Ide atau konsep kurikulum bersifat dinamis, dalam arti akan selalu berubah
mengikuti perkembangan zaman, minat dan kebutuhan peserta didik, tuntutan
masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Ide atau gagasan tentang kurikulum
hanya ada dalam pemikiran seseorang yang terlibat dalam proses pendidikan, baik
secara langsung maupun tidak langsung, seperti kepala dinas pendidikan, pengawas,
kepala sekolah, guru, peserta didik, dan orang tua. Ketika orang berpikir tentang
tujuan sekolah, materi yang harus disampaikan kepada peserta didik, kegiatan yang
dilakukan oleh guru, orang tua, dan peserta didik, objek evaluasi, maka itulah dimensi
kurikulum sebagai suatu ide atau konsepsi. Paling tidak itulah konsep kurikulum
menurut mereka. Ide atau konsepsi kurikulum setiap orang tentu berbeda, sekalipun
orang-orang tersebut berada dalam satu keluarga. Perbedaan ide dari orang-orang
tersebut sangat penting untuk dianalisis bahkan dapat dijadikan landasan
pengembangan kurikulum. Dimensi kurikulum sebagai suatu ide, biasanya dijadikan
langkah awal pengembangan kurikulum, yaitu ketika melakukan studi pendapat. Dari
sekian banyak ide-ide yang berkembang dalam studi tersebut, maka akan dipilih dan
ditentukan ide-ide mana yang dianggap paling kreatif, inovatif, dan konstruktif sesuai
dengan visi-misi dan tujuan pendidikan nasional. Pemilihan ide-ide tersebut pada
akhirnya akan dipilih dalam sebuah pertemuan konsultatif berdasarkan tingkat
pengambilan keputusan yang tinggi. Di Indoonesia, pengambilan keputusan yang
tertinggi adalah Menteri Pendidikan Nasional. Beliau juga sebagai penentu kebijakan
kurikulum yang berlaku secara nasional. Mengingat pengaruhnya yang begitu kuat
dan besar, sera memiliki kedudukan yang startegis, maka tim pengembang kurikulum
biasanya akan mengacu pada ide atau konsep kurikulum menurut menteri tersebut.
Selanjutnya, ide-ide MENDIKNAS dituangkan dalam sebuah kebijakan umu sampai
menjadi dimensi kurikulum sebagai rencana.
2.Kurikulum Sebagai Suatu Rencana Tertulis.
Dimensi kurikulum sebagai rencana biasanya dituangkan dalam suatu
dokumen tertulis. Dimensi ini menjadi banyak perhatian orang, karena wujudnya
dapat dilihat, mudah dibaca dan dianalisis. Dimensi kurikulum ini pada dasarnya
merupakan realitas dari dimensi kurikulum sebagai ide. Aspek-aspek penting yang
perlu dibahas, antara lain : mengembangkan tujuan dan kompetensi, struktur
kurikulum, kegiatan dan pengalaman belajar, organisasi kurikulum, manajemen
kurikulum, hasil belajar, dan sistem evaluasi. Kurikulum sebagai suatu ide harus
mengikuti pola dan ketentuan-ketentuan kurikulum sedagai rencana banyak
mengalami kesulitan, karena ide-ide yang ingin disampaikan terlalu umum dan
banyak yang tidak dimengerti oleh para pelaksana kurikulum.
3.Kurikulum Sebagai Suatu Kegiatan
Kurikulum dalam dimensi ini merupakan kurikulum yang sesungguhnya
terjadi dilapangan (real curriculum). Peserta didik mungkin saja memikirkan
kurikulum sebagai ide, tetapi apa yang dialaminya merupakan kurikulum sebagai
kenyataan. Antara ide dan pengalaman mungkin sejalan, tetapi mungkin juga tidak.
Banyak ahli kurikulum yang masih mempertentangkan dimensi ini, dalam arti apakah
suatu kegiatan termasuk kurikulum atau bukan. Misalnya , MacDonald (1965),
Johnson (1971), Popham dan Baker (1970), Inlow (1973), dan Beauchamp (1975)
tidak menganggap suatu kegiatan sebagai kurikulum. Bagi Beauchamp, Kurikulum
adalah a written document yang masuk dalam dimensi rencana, sedangkan ahli
lainnya melihat kurikulum hanya sebagai hasil belajar. Meskipun demikian, banyak
juga ahli kurikulum lain yang mengatakan suatu kegiatan atau proses termasuk
kurikulum, seperti Frost dan Rowland (1969), Zais (1976), Egan (1978), Hunkins
(1980), Tanner and Tanner (1980), serta Schubert (1986). Kurikulum harus dimaknai
dalam satu kesatuan yang utuh. Jika suatu kegiatan tidak termasuk kurikulum berarti
semua kegiatan di sekolah atau di luar sekolah (seperti program pelatihan profesi,
kuliah kerja nyata, dan lain-lain) tidak termasuk kurikulum. Dengan demikian, hasil
belajar peserta didik di sekolah maupun diluar sekolah merupakan refleksi dan
realisasi dari dimensi kurikulum sebagai rencaana tertulis. Apa yang dilakukan
peserta didik dikelas juga merupakan implementasi kurikulum. Artinya, antara
kurikulum sebagai ide dengan kurikulum sebagai kegiatan (proses) merupakan suatu
rangkaian yang berkesinambungan, suatu kesatuan yang utuh. Tidak ada alasan untuk
mengatakan dimensi kurikulum sebagai suatu kegiatan bukan merupakan kurikulum,
karena semua kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung  jawab
sekolah merupakan bagian dari kurikulum.
4. Kurikulum Sebagai Hasil belajar
Hasil belajar adalah kurikulum, tetapi kurikulum bukan hasil dari
belajar. Pernyataan ini perlu dipahami sejak awal, karena banyak orang tahu bahwa
hasil belajar merupakan bagian dari kurikulum, tetapi kurikulum bukan hanya hasil
belajar. Banyak juga orang tidak tahu bahwa pengertian kurikulum dapat dilihat dari
dimensi hasil belajar, karena memang tidak dirumuskan secara formal. Begitu juga
ketika dilakukan evaluasi secara formal tentang kurikulum, pada umumnya orang
selalu mengaitkannya dengan hasil belajar. Sekalipun, evaluasi kurikulum sebenar
jauh lebih luas dari pada penilaian hasil belajar. Artinya, hasil belajar bukan satu-
satunya objek evaluasi kurikulum. Meskipun demikian, hasil belajar dapat dijadikan
sebagai salah satu dimensi pengertian kurikulum. Evaluasi kurikulum ditunjukan
untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi kurikulum, sedangkan fungsinya adalah
untuk memperbaiki, menyerpurnakan atau mengganti kurikulum dalam dimensi
sebagai rencana. Hasil belajar sebagai bagian dari kurikulum terdiri atas
berbagai  domain, seperti pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai. Secara
teoritis, domain hasil belajar tersebut dapat dipisahkan, tetapi secara praktis domain
tersebut harus bersatu. Hasil belajar juga banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya faktor guru, peserta didik, sumber belajar, dan lingkungan. Kurikulum
sebagai hasil belajar merupakan kelanjutan dan dipengaruhi oleh kurikulum sebagai
kegiatan serta kurikulum sebagai ide. Menurut Zainal Arifin (2009) hasil belajar
memiliki beberapa fungsi utama, yaitu “ sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik, sebagai lambang pemuasan hasrat
ingin tahu, sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, sebagai indikator inter
dan ekster dari suatu institusi pendidikan, dan dapat dijadikan indikator terhadap daya
serap (kecerdasan) peserta didik”17

17
Hestirantika, “4 Dimensi Kurikulum”, ( wordpress: Jakarta, 2019). Hlm. 01
D. Macam-macam Kurikulum
Ditinjau dari konsep dan pelaksanaannya, kita mengenal beberapa istilah
kurikulum sebagai berikut:
1).  Kurikulum ideal
yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang dicita-citakan
sebagaimana yang tertuang di dalam dokumen kurikulum.
2).  Kurikulum aktual
yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran.
Kenyataan pada umumnya memang jauh berbeda dengan harapan. Namun demikian,
kurikulum aktual seharusnya mendekati dengan kurikulum ideal. Kurikulum dan
pengajaran merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk
kepada bahan ajar yang telah direncanakan yang akan dilaksanakan dalam jangka
panjang. Sedang pengajaran merujuk kepada pelaksanaan kurikulum tersebut secara
bertahap dalam belajar mengajar.
3). Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum)
yaitu segala sesuatu yang terjadi pada saat pelaksanaan kurikulum ideal menjadi
kurikulum faktual. Segala sesuatu itu bisa berupa pengaruh guru, kepala sekolah,
tenaga administrasi, atau bahkan dari peserta didik itu sendiri. Kebiasaan guru datang
tepat waktu ketika mengajar di kelas, sebagai contoh, akan menjadi kurikulum
tersembunyi yang akan berpengaruh kepada pembentukan kepribadian peserta didik

Berdasarkan struktur dan materi mata pelajaran yang diajarkan, kita dapat


membedakan:
1). Kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum)
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam
mata pelajaran yang terpisah-pisah satu sama lain, seakan-akan ada batas pemisah
antara mata pelajaran satu dengan yang lain, juga antara kelas yang satu dengan kelas
yang lain. Beberapa hal positif dari separated curriculum ini adalah : Bahan pelajaran
disajikan secara sistematis dan logis dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai
budaya terdahulu. Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan. Bentuk
kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain bahkan mudah untuk diperluas dan
dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengan waktu yang ada. Sedangkan
beberapa kritik terhadap kurikulum ini antara lain: Mata pelajaran terlepas-lepas satu
sama lain. Tidak atau kurang memperhatikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari. Dari sudut psikologis, kurikulum demikian mengandung kelemahan:
banyak terjadi verbalitas dan menghafal serta makna tujuan pelajaran kurang dihayati
oleh anak didik. Kurikulum ini cenderung statis dan ketinggalan dari perkembangan
zaman

2). Kurikulum terpadu (integrated curriculum)


Dalam kurikulum terpadu atau terintergrasi, batas-batas diantara mata
pelajaran sudah tidak terlihat sama sekali, karena semua mata pelajaran sudah
dirumuskan dalam bentuk masalah atau unit. Ciri-ciri kurikulum terintegrasi ini antara
lain : Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi, berdasarkan psikologi belajar gestalt
dan organismik, berdasarkan landasan sosiologis dan sosiokultural, berdasarkan
kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan atau pertumbuhan siswa.

Bentuk kurikulum ini tidak hanya ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang
studi yang ada, tetapi lebih luas. Bahkan mata pelajaran baru dapat saja muncul dan
dimanfaatkan guna pemecahan masalah Sistem penyampaian menggunakan sistem
pengajaran unit, baik pengalaman (experience) atau pelajaran (subject matter unit).
Peran guru sama aktifnya dengan peran murid .Guru selaku pembimbing.

Beberpa manfaat kurikulum terpadu ini antara lain:


a) Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian erat, bukan
fakta yang terlepas satu sama lain.
b) Kurikulum ini sesuai dengan pendapat pendapat modern tentang belajar, murid
dihadapkan kepada masalah yang berarti dalam kehidupan mereka.
c) Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan
masyarakat.
d) Aktifitas anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berpikir sendiri dan
berkerja sendiri,  atau kerjasama dengan kelompok.
e) Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan
kematangan murid.

Keberatan-keberatan yang dilontarkan pada pelaksanaan kurikulum terpadu ini


adalah:
a) Guru belum siap untuk melaksanakan kurikulum ini
b) Kurikulum ini tidak mempunyai organisasi yang sitematis
c) Kurikulum ini memberatkan guru
d) Kurikulum ini tidak memungkinkan ujian umum, sebab tidak ada unformitas
di sekolah-  sekolah satu sama lain
e) Anak-anak diragukan untuk bisa diajak menentukan kurikulum
f) Pada umumnya kondisi sekolah masih kekurangan alat-alat untuk
melaksanakan kurikulum ini.

3). Kurikulum terkorelasi (corelated curriculum)


Yaitu kurikulum yang menekankan perlunya hubungan diantara dua atau lebih
mata pelajaran tanpa menghilangkan batas-batas setiap mata pelajaran. Misalnya
Sejarah dan Ilmu Bumi dapat diajarkan untuk saling memperkuat.Ada tiga jenis
korelasi yang sifatnya bergantung dari jenis mata pelajaran. Korelasi faktual, misalnya
sejarah dan kesusastraan. Fakta-fakta sejarah disajikan melalui penulisan karangan
sehingga menambah kemungkinan menikmati bacaannya oleh siswa. Korelasi
deskriptif, korelasi ini dapat dilihat pada penggunaan generalisasi yang berlaku untuk
dua atau lebih mata pelajaran. Misal psikologi dapat berkorelasi dengan sejarah atau
Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada dalam
psikologi untuk menerangkan kejadian-kejadian sosial. Korelasi normatif, hampir
sama denagan korelasi deskriptif, perbedaannya terletak pada prinsipnya yang bersifat
moral sosial. Sejarah dan kesusastraan dapat dikorelasikan berdasarkan prinsip-
prinsip moral sosial dan etika.

Beberapa kelebihan kurikulum ini adalah: Dengan korelasi, pengetahuan murid lebih
integral, tidak terlepas-lepas (berpadu). Dengan melihat hubungan erat antara mata
pelajaran satu dengan yang lain, minat murid bertambah. Korelasi memberikan
pengertian yang lebih luas dan mendalam karena memandang dari berbagai sudut.
Dengan korelasi maka yang diutamakan adalah pengertaian dan prinsip-prinsip bukan
pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih memungkinkan penggunaan
pengetahuan secara fungsional bagi murid-murid. Berikut beberapa kelemahan dari
kurikukum mata pelajaran gabungan ini adalah : Sulit untuk menghubungkan dengan
masalah-masalah yang hangat dalam kehidupan sehari-hari, sebab dasarnya subject
centered. Brood fields tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam
untuk sesuatu mata pelajaran sehingga hal ini dipandang kurang cukup untuk bekal
mengikuti pelajaran di perguruan tinggi.

Berdasarkan pengembangnya dan penggunaannya, kurikulum dapat dibedakan


menjadi:

1. Kurikulum nasional (national curriculum)


yakni kurikulum yang disusun oleh tim pengembang tingkat nasional dan digunakan
secara nasional.

2.  Kurikulum negara bagian (state curriculum)


yakni kurikulum yang disusun oleh masing-masing negara bagian, misalnya di
masing-masing negara bagian di Amerika Serikat.

3. Kurikulum sekolah (school curriculum)


yakni kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan sekolah. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum sekolah.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengembangan kurikulum (Curriculum development) adalah proses perencanaan dan
penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum dan kegiatan yang dilakukan agar
kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan secara nasional.
Kurikulum adalah Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum pada dasarnya memiliki fungsi sebagai pedoman dan acuan bagi
penggunanya, artinya kurikulum bagi seorang pendidik, berfungsi sebagai pedoman
dalam mengajar dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Terdapat 4 dimensi kurikulum, yaitu sebagai suatau ide atau konsepsi, kurikulum
sebagai suatu rencana tertulis, kurikulum sebagai suatu kegiatan (proses), dan kurikulum
sebagai suatu hasil belajar.
Adapun macam macam kurikulum, Ditinjau dari konsep dan pelaksanaannya ; (1).
Kurikulum ideal, (2). Kurikulum Aktual. (3). Kurikulum tersembunyi.
Berdasarkan struktur dan materi mata pelajarkan yang diajarkan ; (1). Kurikulum
terpisah-pisah (separated curriculum), (2). Kurikulum terpadu (integrated curriculum).
(3) Kurikulum terkorelasi (corelated curriculum).
Berdasarkan pengembangannya dan penggunaannya ; (1). Kurikulum nasional. (2).
Kurikulum negara bagian. (3). Kurikulum sekolah

DAFTAR PUSTAKA

ejournal.stital.ac.id/index.php/alibrah/article/view/106
Bahri,syamsul, “Pengembangan kurikulum dasar dan tujuannya,” Journal ilmiah ISLAM
FUTURA. (Banda aceh)
Akhmad said,, muhammad rouf ,Pengembangan kurikulum sekolah : konsep, model, dan
implementasi, (sarang, rembang : 2020)
Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: CV Pustaka Setia,
2007), 131.
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Rajawali Press,
2010), 1.
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Media Group, 2010), 121.

Anda mungkin juga menyukai