Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS


PANDANGAN AHLI

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Analisis Pengembangan Kurikulum PAI di MA
Dosen : Erwin Suhendra, M. Pd

Disusun Oleh:

Risma Mujayanah
Eka Safitri

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BREBES (STAIB)


JURUSAN TARBIYAH / PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan
nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh Bapak
Erwin Suhendra, M. Pd. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Analisis
Pengembangan Kurikulum PAI di MA. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk
menyelesaikan tugas akademik dari Dosen yang bersangkutan agar memenuhi
tugas yang telah ditetapkan, dan juga agar setiap mahasiswa dapat terlatih dalam
pembuatan makalah.
Adapun sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari buku-buku
atau jurnal yang membahas tentang materi yang berkaitan. Kami sebagai
penyusun makalah ini, sangat berterima kasih kepada penyedia sumber walau
tidak dapat secara langsung untuk mengucapkannya.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu pun
dengan kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini
mungkin masih banyak sekali kekurangan yang ditemukan, oleh karena itu kami
mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami mengharapkan ada kritik
dan saran dari para pembaca sekalian dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembacanya.

Brebes, 27 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3
A. Pengertian Strategi dalam Pengembangan Kurikulum ............................................ 3
B. Pengertian Pengembangan Kurikulum ......................................................................... 3
1. Pengertian Kurikulum ................................................................................ 3
2. Pengertian Pengembangan Kurikulum ........................................................ 4
C. Strategi Pengembangan Kurikulum Berbasis Pandangan Ahli .............................. 6
1. Strategi Pengembangan Kurikulum ............................................................. 6
2. Model-model Pengembangan Kurikulum Menurut Para Ahli ...................... 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 18


A. Kesimpulan.......................................................................................................................... 18
B. Saran ...................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh manusia
untuk mendapatkan pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan sebagai
jawaban atas kewajiban yang di perintahkan Tuhan kepada manusia.
Terlaksananya tugas dan fungsi manusia tersebut sangat ditentukan oleh ilmu
pengetahun dan pengalaman yang dia peroleh. Supaya tujuan tersebut tercapai,
maka sebagai langkah awal dalam kegiatan pendidikan adalah menyiapkan
perangkat yang diperlukan dalam proses pendidikan, yang salah satunya adalah
kurikulum. Desain kurikulum yang dirumuskan idealnya mampu merespon
berbagai tuntutan dan kebutuhan baik peserta didik maupun masyarakat sebagai
pengguna kurikulum.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi


saat ini, tentu banyak hal yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam segala
aspek kehidupan. Tuntutan kebutuhan manusia baik menyangkut material maupun
spiritual merupakan suatu keniscayaan yang harus terpenuhi. Menurut perspektif
pendidikan dengan beragamnya kebutuhan yang diperlukan oleh manusia,
menuntut adanya perubahan paradigma atau pola pikir dalam manajemen
pendidikan.

Salah satu aspek yang mendorong terjadinya suatu perubahan dalam


pengeloaan pendidikan adalah pengembangan kurikulum. Kedudukan kurikulum
dalam proses pendidikan memiliki peranan yang sangat strategis selain untuk
mengembangakan peserta didik ke arah perkembangan yang optimal baik jasmani
maupun ruhani juga kurikulum sebagai tolak ukur dalam melihat kemajuan
pendidikan suatu bangsa. Di dalam makalah ini penulis mencoba untuk
menyajikan bagaimana strategi pengembangan kurikulum berdasarkan pandangan
para ahli.

1
B. Perumusan Masalah
1. Apa pengertian strategi dalam pengembangan kurikulum?
2. Apa pengertian pengembangan kurikulum?
3. Bagaimana strategi pengembangan kurikulum berbasis pandangan
ahli?

C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian strategi dalam pengembangan kurikulum;
2. Untuk memahami pengertian pengembangan kurikulum;
3. Untuk memahami bagaimana strategi pengembangan kurikulum
berbasis pandangan ahli.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi dalam Pengembangan Kurikulum


Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani “Strategos” (stratos = militer dan
Ag = memimpin) yang berarti “generalship” atau sesuatu yang dikerjakan oleh
para jenderal perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang.1
Strategi merupakan istilah yang banyak dipakai dalam berbagai konteks
dengan makna yang tidak selalu sama. Dalam kamusnya Peter Salim dan Yenny
Salim mengartikan bahwa strategi adalah rencana cermat tentang suatu kegiatan
guna meraih suatu target atau sasaran.2
Sedangkan pengertian strategi secara umum dapat didefinisikan sebagai garis
besar haluan bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.3 Dalam
strategi pendidikan inilah segala perencanaan program sampai dengan
pelaksanaannya dirumuskan sehingga output yang diharapkan akan benar-benar
sesuai dengan tujuan pendidikan. Oleh karena itu sistem pengelolaan yang baik,
efektif dan efisien merupakan persyaratan mutlak yang perlu diwujudkan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan yang dimaksud strategi adalah suatu
cara atau taktik yang digunakan untuk mencapai suatu sasaran yang efektif dan
efisien, dengan melakukan suatu tindakan atau suatu usaha yang telah ditentukan
melalui suatu perencanaan.

B. Pengertian Pengembangan Kurikulum


1. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata dalam Bahasa Latin ”curir”
yang artinya pelari, dan ”curere” yang artinya ”tempat berlari”. Jadi istilah
kurikulum berasal dari dunia olah raga pada zaman Romawi kuno di Yunani, yang

1
Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berfikir Strategik. (Jakarta: Bina
Aksara, 1996), Cet. Ke-1, hal. 19
2
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Nodern English
Press, 1991), Edisi ke-1, h. 1463
3
A. Tabrani Rusyan, dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: CV Remaja
Rosdakarya, 1984), Cet. Ke-1, h.165

3
mengandung pengertian suatu jarah yang harus ditempuh oleh pelari dari garis
start sampai dengan finish.
Sedangkan secara terminologis, istilah kurikulum yang digunakan dalam dunia
pendidikan dengan pengertian sebagai sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran
yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa untuk mencapai satu tujuan
pendidikan atau kompetensi yang ditetapkan. Sebagai tanda atau bukti bahwa
seseorang peserta didik telah mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan
adalah dengan sebuah ijazah atau sertifikat.
Pengertian kurikulum mengalami perkembangan selaras dengan perkembangan
ilmu pengetahuan itu sendiri. Prof. Dr. H. Engkoswara, M.Ed, guru besar
Universitas Pendidikan Indonesia telah merumuskan perkembangan pengertian
kurikulum tersebut dengan menggunakan formula sebagai berikut:
K = -------------, artinya kurikulum adalah jarak yang harus ditempuh oleh
pelari., K = Σ MP, artinya kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik.
K = Σ MP + KK, artinya kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan
kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan sekolah yang harus ditempuh oleh
peserta didik.4

2. Pengertian Pengembangan Kurikulum


Pengertian pengembangan menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah
proses, cara, perbuatan mengembangkan.5 Sedangkan pengertian pengembangan
kuikulum adalah proses atau cara dalam mengembangkan kurikulum. Pada
dasarnya pengembangan kurikulum ialah mengarahkan kurikulum sekarang ke
tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang
sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri, dengan harapan
agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik.6 Oleh karena
itu, kurikulum yang ada sekarang sangatlah berpengaruh terhadap tujuan
pendidikan, untuk menyiapkan peserta didik meraih masa depan yang lebih baik.

4
Baderiyah, Buku Ajar : Pengembangan kurikulum (Palopo: Lembaga Penerbit Kampus IAIN
Palopo, 2018) Cet. Ke-1, hal. 6-8
5
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 2002), Edisi ke-3, h. 1121
6
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-1, h.84

4
Dalam pengembangan kurikulum banyak hal yang harus diperhatikan dan
dipertimbangkan sebelum mengambil suatu keputusan. Pembuatan keputusan
yang berhubungan dengan pengembangan kurikulum merupakan proses kebijakan
yang didalamnya terdapat tanggungjawab berbagai pihak yang berkepentingan
dengan permasalahan pendidikan secara legal. Kadangkala ditemukan sikap pro
dan kontra, yakni sikap menerima dan menolak terhadap hasil keputusan
kurikulum. Hal ini mungkin dikarenakan adanya perbedaan sudut pandang mereka
terhadap hasil keputusan kurikulum dan fungsi sekolah.
Ada beberapa prinsip dasar yang sangat perlu diperhatikan dalam aktivitas
pengembangan kurikulum. Yaitu :
Pertama, prinsip relevansi. Ada relevansi keluar yang harus dimiliki
kurikulum maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam
kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan
perkembangan masyarakat. Kurikulum juga harus memiliki relevansi di
dalam yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen
kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian
untuk menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum. Kedua, prinsip
fleksibilitas, kurikulum hendaknya memilih sifat lentur atau fleksibel.
Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisikan hal-hal yang
solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya
penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun
kemampuan, dan latar belakang anak. Ketiga, prinsip kontinuitas yaitu
kesinambungan. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan
kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas,
dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang yang
lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan. Keempat,
prinsip praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan
biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efisiensi. Kelima,
prinsip efektivitas. Walaupun kurikulum tersebut harus sederhana dan
murah tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan. Keberhasilan
pelaksanaan kurikulum ini dilihat baik secara kuantitas maupun kualitas. 7

Perwujudan prinsip-prinsip kurikulum tersebut seluruhnya terletak pada guru.


Oleh karena itu, gurulah pemegang kunci pelaksanaan dan keberhasilan
kurikulum. Dialah sebenarnya perencana, pelaksana, penilai, dan pengembang
kurikulum sesungguhnya. Suatu kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi,

7
Nana Saodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2004), Cet. Ke-6, h. 150-151

5
dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal
sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat.

C. Strategi Pengembangan Kurikulum Berbasis Pandangan Ahli


1. Strategi Pengembangan Kurikulum
Menurut T. Rakjoni strategi pembelajaran merupakan pola dan urutan umum
perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sebelum menentukan strategi
pengembangan kurikulum, terdapat empat unsur penting yang perlu diperhatikan
dalam pengembangan kurikulum yakni :
a. Tujuan: mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan
dan pertimbangan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan
dengan mata pelajaran ( subject course ) maupun kurikulum secara
menyeluruh.
b. Metode dan material: mengembangkan dan mencoba menggunakan
metode-metode dan material sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut di atas yang serasi menurut pertimbangan guru.
c. Penilaian (assessment) : menilai keberhasilan pekerjaan yang telah
dikembangkan itu dalam hubungan dengan tujuan, dan bila
mengembangkan tujuan-tujuan baru.
d. Balikan (feedback) : umpan balik dari semua pengalaman yang telah
diperoleh yang pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.
Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mengembangkan
kurikulum adalah :
a. Merumuskan Tujuan Pembelajaran ( instructional objective ).
Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tahap yang
pertama yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah
memahami tiga sumber, yaitu siswa ( source of student ), masyarakat ( source
of society ), dan konten ( source of content ). Tahap kedua adalah
merumuskan tentative general objective atau standar kompetensi (SK) dengan
memperhatikan landasan sosiologi ( sociology ), kemudian di-screen melalui
dua landasan lain dalam pengembangan kurikulum yaitu landasan filsofi

6
pendidikan ( philosophy of learning ) dan psikologi belajar ( psychology of
learning ), dan tahap terakhir adalah merumuskan precise education atau
kompetensi dasar (KD)
b. Merumuskan dan Menyeleksi Pengalaman-Pengalaman Belajar ( selection
of learning experiences )
Dalam merumuskan dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar
dalam pengembangan kurikulum harus memahami definisi pengalaman
belajar dan landasan psikologi belajar ( psychology of learning ).
Pengalaman belajar merupakan bentuk interaksi yang dialami atau dilakukan
oleh siswa yang dirancang oleh guru untuk memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan. Pengalaman belajar yang harus dialami siswa sebagai learning
activity menggambarkan interaksi siswa dengan objek belajar.
c. Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar ( organization of
learning experiences )
Pengorganisasi atau disain kurikulum diperlukan untuk memudahkan anak
didik untuk belajar. Dalam pengorganisasian kurikulum tidak lepas dari
beberapa hal penting yang mendukung, yakni: tentang teori, konsep,
pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak didik, dan kebutuhan
masyarakat.
d. Mengevaluasi ( evaluating ) Kurikulum
Langkah terakhir dalam pengembangan kurikulum adalah evaluasi.
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan di mana data yang terkumpul dan
dibuat pertimbangan untuk tujuan memperbaiki sistem. Evaluasi yang
seksama adalah sangat esensial dalam pengembangan kurikulum. Evaluasi
dirasa sebagai suatu proses membuat keputusan , sedangkan riset sebagai
proses pengumpulan data sebagai dasar pengambilan keputusan. Perencana
kurikulum menggunakan berbagai tipe evaluasi dan riset. Tipe-tipe evaluasi
adalah konteks, input, proses, dan produk. Sedangkan tipe-tipe riset adalah
aksi, deskripsi, historikal, dan eksperimental. Di sisi lain perencana
kurikulum menggunakan evaluasi formatif (proses atau progres) dan evaluasi
sumatif (outcome atau produk).

7
2. Model-model Pengembangan Kurikulum Menurut Para Ahli
a. Model Pengembangan Kurikulum Menurut Roger
Model yang dikemukakan oleh Rogers berguna bagi pengajar di
sekolah dan perguruan tinggi. Ada beberapa model yang dikemukakan
oleh Rogers, yaitu jumlah dari model yang paling sederhana sampai
dengan yang kompleks. Model-model tersebut disusun sedemikian rupa
sehingga model yang berikutnya sebenarnya merupakan penyempurnaan
model-model sebelumnya. Adapun model-model tersebut ada empat,
yaitu:
a. Model I menggambarkan bahwa kegiatan pendidikan semata-mata
terdiri atas kegiatan memberikan informasi (isi pelajaran) dan ujian.
Model tersebut merupakan model tardisional yang masih
dipergunakan.
b. Model II merupakan penyempurnaan model I dengan menambahkan
metode dan organisasi bahan pelajaran.
c. Model III pengembangan kurikulum, yang merupakan penyempurnaan
pula dari model II yang belum dimasukkan unsur teknologi
pendidikan, hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa, teknologi
pendidikan merupakan faktor yang menunjang dalam keberhasilan
belajar mengajar. Model ini juga memerlukan perbaikan lanjut lagi.
d. Model IV pengembangan kurikulum merupakan penyempurnaan
model III dengan memasukan unsur tujuan. Tujuan inilah yang bersifat
mengikat semua komponen yang lain.8
Dari keempat model tersebut di atas, menunjukkan bahwa pengembangan
kurikulum secara bertahap dan terus menerus, yakni dengan cara
mengadakannya terhadap pelaksanaan dari hasil-hasil yang telah dicapai
untuk melakukan perbaikan, pemantapan, dan pengembangan lebih lanjut.
Hal ini mempunyai implikasi bahwa kurikulum senantiasa mengalami revisi-
revisi, namun revisi tersebut tetap mengacu pada apa yang sudah ada dan

8
M. Ahmad, dkk, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), Cet. Ke-1, h.50
52

8
memperhatikan kedepan, sehingga keberadaannya cukup berarti bagi anak
didik dan dinamis.

b. Model Pengembangan Kurikulum menurut Robert S. Zain


1. Model Administratif
Model ini dikenal dengan adanya garis dan staf atau model dari atas
ke bawah. Kerja model ini adalah: pejabat pendidikan membuat panitia
pengarah yang biasanya terdiri dari atas pengawas pendidikan, kepala
sekolah dan staf pengajar inti. Panitia pengarah ini bertugas
merencanakan, memberikan pengarahan tentang garis besar kebijakan,
menyiapkan rumusan falsafah dan tujuan umum pendidikan. Selesai
pekerjaan tesebut, mereka menunjuk kelompok-kelompok kerja sesuai
dengan keperluannya. Kelompok kerja umumnya terdiri atas staf pengajar
dan spesialis kurikulum. Tugasnya adalah menyusun tujuan khusus, isi
dan kegiatan belajar. Hasil pekerjaan direvisi oleh panitia pengarah. Bila
dipandang perlu dan meskipun hal ini jarang terjadi, akan diadakan uji
coba untuk meneliti kelayakan pelaksanaannya. Hal ini dikerjakan oleh
suatu komisi lainnya yang ditunjuk oleh panitia pengarah dan anggotanya
terdiri atas sebagian besar kepala sekolah. Setelah selesai, maka pekerjaan
itu diserahkan kembali kepada panitia pengarah untuk ditelaah sekali lagi
kemudian diimplementasikan.9
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa model pengembangan
kurikulum demikian disebut juga model top down atau line staff, karena
sifatnya yang datang dari atas. Pengembangan kurikulum dari atas, tidak
selalu segera berjalan, sebab menuntut kesiapan dari pelaksananya,
terutama guru-guru. Mereka perlu mendapatkan petunjuk-petunjuk dan
penjelasan atau mungkin juga peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
Kebutuhan akan adanya penataran sering tidak dapat dihindarkan.
Pengembangan kurikulum model ini menekankan kegiatannya pada
orang- orang yang terlibat sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

9
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993),
Cet. Ke-1, h. 70

9
Karena pengarahan kegiatan berasal dari atas ke bawah, pada dasarnya
model ini mudah dilaksanakan pada negara yang menganut sistem
sentaralisasi dan negara yang kemampuan profesional tenaga pengajarnya
masih rendah.
Kelemahan model ini terletak pada kurang pekanya terhadap
perubahan masyarakat, disamping juga karena kurikulum ini biasanya
seragam nasional sehingga kadang-kadang mengabaikan kebutuhan dan
kekhususan pada tiap daerah.10 Sekolah merupakan bagian dari
masyarakat dan mempersiapkan anak untuk kehidupan di masyarakat.
Sebagai bagian dari masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh
lingkungan masyarakat di mana sekolah tersebut barada. Isi kurikulum
hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan
kebutuhan masyarakat sekitarnya. Masyarakat yang ada di sekitar sekolah
mungkin merupakan masyarakat homogen atau heterogen, masyarakat
kota atau desa, petani, pedagang atau pegawai, dan sebagainya.
Sekolah harus melayani aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat.
Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat adalah dunia usaha.
Perkembangan dunia usaha yang ada di masyarakat mempengaruhi
pengembangan kurikulum sebab sekolah bukan hanya mempersiapkan
anak untuk hidup, tetapi juga untuk bekerja dan berusaha. Jenis pekerjaan
dan perusahaan yang ada di masyarakat menuntut persiapannya di
sekolah.
2. Model Dari Bawah (Grass Roots)
Dari model ini yang disebut model bawah, maka inisiatif
pengembangan kurikulum model ini berada di tangan staf pengajar
sebagai pelaksana pada suatu sekolah atau pada beberapa sekolah
sekaligus. Model ini didasarkan pada pandangan bahwa implementasi
kurikulum akan lebih berhasil jika staf pengajar sebagai pelaksana sudah
sejak semula diikutsertaan dalam pengembangan kurikulum.
Kegiatan pengembangan kurikulum cara ini sangat
memperhatikan kerjasama dengan orang tua, peserta didik dan
masyarakat. Kerjasama diantara sesama pengajar dengan sendirinya

10
M. Ahmad dkk, Op. Cit., h. 54

10
merupakan bagian yang penting dalam model ini. Kedudukan
administrator hanyalah cukup memberikan bimbingan dan dorongan
saja dan staf pengajar akan melaksanakan tugas pengembangan
kurikulumnya secara demokratis. Kemudian diadakan lokakarya
untuk membahas langkah- langkah selanjutnya dan melibatkan staf
pengajar, kepala sekolah, orang tua, peserta didik, para konsultan serta
para nara sumber lainnya.11

Pendapat yang mendasari pengembangan kurikulum model ini adalah


pengembangan kurikulum secara demokratis, yaitu berasal dari bawah.
Keuntungan model ini adalah proses pengambilan keputusan terletak pada
pelaksana, mengikutsertakan berbagai pihak bawah khususnya para staf
pengajar. Adapun Kekurangan pengembangan model kurikulum ini
terutama pada sifat mengabaikan teknis dan profesional dari
perkurikuluman.12
Pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas perubahan
tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi oleh
perkembangan konsep- konsep dalam ilmu. Oleh karena itu,
pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli,
baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin
ilmu.
Pengembangan kurikulum juga membutuhkan partisipasi para ahli
bidang studi/bidang ilmu yang juga mempunyai wawasan tentang
pendidikan serta perkembangan tuntutan masyarakat. Sumbangan mereka
dalam memilih materi bidang ilmu, yang sesuai dengan perkembangan
kebutuhan masyarakat sangat diperlukan. Mereka juga sangat diharapkan
partisipasinya dalam menyusun materi ajaran yang sesuai dengan struktur
keilmuan tetapi sangat memudahkan para siswa untuk mempelajarinya.
3. Model Demontrasi
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass roots, datang dari
bawah. Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok
guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan
kurikulum. Karena sifatnya ingin mengubah atau mengganti kurikulum

11
Subandijah, Op. Cit., h. 71
12
M. Ahmad, Op. Cit., h. 54

11
yang ada, pengembangan kurikulum sering mendapat tantangan dari
pihak-pihak tertentu.
Pembaharuan kurikulum dilakukan oleh sejumlah staf pengajar
dalam satu sekolah yang terorganisasi. Jika berhasil maka sekolah
lainnya dapat mengadopsinya. Selain secara formal, ini dapat pula
dilakukan secara tidak formal. Hal ini berarti, staf pengajar bekerja
dalam bentuk organisasi terstruktur atau bekerja sendiri-sendiri.
Dalam model ini pembahuruan kurikulum dicontohkan dalam skala
kecil untuk diadopsikan oleh para pengajar lainnya.13

Kelemahan model ini, adalah bagi guru-guru yang tidak turut


berpartisipasi mereka akan menerimanya dengan enggan-anggan, dalam
keadaan terburuk mungkin akan terjadi apatisme.14
Guru-guru yang tidak turut berpartisipasi dalam pengembangan
kurikulum bisa disebabkan oleh beberapa hal. Pertama kurang waktu.
Kedua kekurangsesuaian pendapat dengan sekelompok guru dan ahli yang
memprakarsai perbaikan kurikulum. Ketiga karena kemampuan dan
pengetahuan guru sendiri. Sehingga mereka akan menerimanya dengan
tidak sepenuh hati, bahkan bisa saja menolaknya karena mereka merasa
tidak memiliki kontribusi didalam hasil perbaikan kurikulum tersebut.

4. Model sistem Beauchamp


Model pengembangan kurikulum ini, dikembangkan oleh Beauchamp
seorang ahli kurikulum. Ia mengemukakan lima hal dalam pengembangan
kurikulum.
Pertama, menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan
dicakup oleh kurikulum tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan,
kabupaten, provinsi ataupun seluruh negara. Pentahapan arena ini
ditentukan oleh wewenang yang dimiliki oleh pengambil
kebijaksanaan dalam pengembangan kurikulum serta oleh tujuan
kurikulum. Kedua, menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang
turut serta terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat
kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan
kurikulum, yaitu: (a). para ahli pendidikan/kurikulum yang ada pada
pusat pengembangan kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar,
(b) para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-
guru terpilih, (c) para profesional dalam sistem pendidikan, (d)

13
Ibid., h. 71
14
Nana Saodih Sukmadinata, Op. Cit., h. 166

12
professional lain dan tokoh-tokoh masyarakat. Ketiga, organisasi dan
penentuan prosedur perencanaan kurikulum yang meliputi penentuan
tujuan, materi dan pelaksanaan proses belajar mengajar. Untuk tugas
tersebut perlu dibentuk dewan kurikulum sebagai koordinator yang
bertugas juga sebagai penilai pelaksana kurikulum, memilih materi
pelajaran baru, menentukan berbagai kriteria untuk memilih
kurikulum mana yang akan dipakai, dan menulis secara menyeluruh
mengenai kurikulum yang akan dikembangkan. Keempat,
implementasi kurikulum yaitu melaksanakan atau merapatkan
kurikulum secara sistematis di sekolah dan Kelima, mengevaluasi
kurikulum yang berlaku untuk memperoleh data dari hasil kegiatan
evaluasi untuk digunakan bagi penyempurnaan sistem dan desain
kurikulum.15

Pengembangan kurikulum ini memandang kurikulum dalam


prosesnya secara, menyeluruh. Keuntungannya adanya penegasan arena,
yang akan mempermudah dan memperjelas ruang lingkup kegiatan.
Kekurangannya, seperti halnya model administrative adalah kurang peka
terhadap perubahan masyarakat.16

5. Model Terbalik Hilda Taba


Model terbalik ini dikemukakan oleh Hilda Taba atas dasar data
induktif yang disebut model terbalik, karena biasanya pengembangan
kurikulum didahului oleh konsep-konsep yang datangnya dari atas secara
deduktif. Sebelum melaksanakan langkah-langkah lebih lanjut terlebih
dahulu mencari data dari lapangan dengan cara mengadakan percobaan,
kemudian disusun teori atas dasar hasil nyata, baru diadakan pelaksanaan.
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
Pertama, mendiagnosa kebutuhan, merumuskan tujuan menetukan
materi, menemukan penilaian, memperhatikan luas dan dalamnya
bahan; kemudian disusunlah suatu unit kurikulum. Kedua,
mengadakan Try Out untuk mengetahui kesahihan dan kelayakan
kegiatan belajar-mengajarnya. Ketiga, adalah menganalisis dan
merevisi hasil uji coba, serta mensosialisasi. Keempat, menyusun
karangka teoritis dan kelima adalah menyusun kurikulum yang
dikembangkan secara menyeluruh dan mengumumkannya
(mendiseminasikan).17

15
Ibid., h. 163
16
Dakir, Op. Cit., h. 56
17
Ibid., h. 97

13
Dengan model ini, diharapakan dapat memberikan dorongan inovasi
dan kreativitas guru-guru dalam mengembangkan kurikulum yang
digunakan agar memberikan kemudahkan bagi para siswa untuk
mempelajarinya.
Pengembangan kurikulum ini berusaha mendekatkan kurikulum
realitas dengan pelaksanaannya, dan kelemahannya model tersebut sulit
diorganisasikan karena menutut kemampuan teoritis dan professional
yang tinggi dari staf pengajar dan administrator pelaksana.18
Hasil dari pengembangan kurikulum model ini haruslah realitas,
artinya bukan hanya dalam bentuk teori saja tetapi dapat diterapkan pada
sekolah-sekolah yang lebih luas. Walaupun masih terdapat kesulitan-
kesulitan dalam pelaksanaannya, berkenaan dengan kesiapan staf pengajar
dan administrator yang menuntut kemampuan teoritis dan professional
yang tinggi. Tapi semua kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi apabila
seorang guru memiliki keahlian, keterampilan dan kemampuan seninya
dalam menerjemah, mengolah, dan meramu kurikulum untuk disajikan di
kelasnya.

6. Model Hubungan Interpersonal dari Rogers


Kurikulum yang dikembangkan hendaknya dapat mengembangkan
individu secara fleksibel terhadap perubahan-perubahan dengan cara
melatih diri berkomunikasi secara interpersonal. Langkah-langkahnya
yaitu:
Pertama, diadakannya kelompok untuk mendapatkan hubungan
interpersonal diwaktu yang tepat dan tidak sibuk, Kedua, kurang lebih
dalam satu minggu para peserta mengadakan tukar pengalaman,
dibawah pimpinan staf pengajar, Ketiga, diadakan pertemuan yang
diadakan dengan masyarakat yang lebih luas lagi dalam satu sekolah,
yaitu hubungan antara guru dengan peserta didik. Peserta didik
dengan peserta didik dalam suasana akrab, Keempat, diadakan
pertemuan dengan mengikutsertakan anggota yang lebih luas lagi
yaitu dengan para pegawai administrasi dan orang tua peserta didik. 19

18
M. Ahmad, Op. Cit., h. 57
19
Dakir, Op. Cit., h. 98

14
Dalam situasi demikian diharapkan masing-masing person dapat
menghayati dan lebih akrab, sehingga memudahkan berbagi pemecahan
problem sekolah yang dihadapi. Dengan langkah-langkah tersebut,
diharapkan penyusunan kurikulum akan lebih realitas, karena didasari
oleh kenyataan yang diharapkan.

7. Model Action Research yang Sistematis


Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan
kurikulum merupakan perubahan sosial. Hal itu mencakup suatu proses
yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa, guru, struktur sistem
sekolah, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan
masyarakat.20
Sesuai dengan asumsi tersebut model ini menekankan pada tiga hal,
yaitu: hubungan insani, sekolah dan organisasi masyarakat, serta wibawa
dari pengetahuan professional.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan
kurikulum yaitu adanya hubungan antara manusia, keadaan organisasi
sekolah, situasi masyarakat, dan otoritas ilmu pengetahuan. Adapun
langkah-langkahnya yaitu:
(a) dirasa adanya problem proses belajar mengajar disekolah yang
perlu diteliti, (b) mencari sebab-sebab terjadinya problem dan
sekaligus dicari pemecahannya. Kemudian menentukan putusan apa
yang perlu diambil sehubungan dengan masalah yang timbul tersebut,
(c) melaksanakan putusan yang telah diambil dan menjalankan semua
rencana yang telah disusun.21

Kurikulum dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat,


para orang tua, tokoh masyarakat, pengusaha, siswa, guru, dan lain-lain,
mempunyai pandangan tentang bagaimana pendidikan, bagaimana anak
belajar, dan bagaimana peranan kurikulum dalam pendidikan dan
pengajaran. Penyusunan kurikulum harus memasukan pandangan dan

20
Nana Saodih Sukmadinata, Op. Cit, h. 169
21
Dakir, Op .Cit, h. 56

15
harapan-harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu
adalah dengan prosedur action research.

8. Model Teknologi
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-
nilai efisiensi efektivitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan
model-model kurikulum. Dalam model teknologi ini ada tiga variasi
model, yaitu:
(a) model analisis perilaku, yang memulai kegiatannya dengan
jalan melatih kemampuan peserta didik dari yang sederhana sampai
yang kompleks secara bertahap, (b) model analisis sistem, yang
memulai kegiatannya dengan menjabarkan tujuan khusus kemudian
menyusun alat-alat pengukur untuk menilai keberhasilannya, (c)
model berdasar komputer, memulai kegiatannya dengan jalan
mengidentifikasikan sejumlah unit-unit kurikulum lengkap dengan
tujuan- tujuan intruksional khusus. Kemudian pengajar dan siswa
diwawancarai tentang pencapaian tujuan tersebut dan data inti
disimpan dalam komputer.22

Model ini menujukkan bahwa pengembangan kurikulum diarahkan


pada pencapaian nilai-nilai umum, konsep-konsep, masalah dan
keterampilan yang akan menjadi isi kurikulum disusun dengan fokus pada
nilai-nilai tadi. Inti dari pengembangan kurikulum teknologi adalah
penekanan pada kompetensi. Pengembangan penggunaan alat dan media
pengajaran bukan hanya sebagai alat bantu tetapi bersatu dengan program
pengajaran dan ditujukan pada penguasaan kompetensi tertentu.
Pengembangan kurikulum model ini membutuhkan kerjasama dengan
para penyusun program dan penerbit media elektronik dan media cetak.
Dipihak lain harus dicegah jangan sampai pengembangan kurikulum ini
menjadi objek bisnis. Pengembangan pengajaran yang betul-betul
berstruktur dan bersatu dengan alat dan media membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Inilah hambatan utama pengembangan kurikulm ini,
terutama bagi sekolah atau daerah-daerah yang kemampuan finansialnya
masih rendah.23

Pemecahan masih dapat dilakukan dengan menerapkan model


kurikulum teknologi yang lebih menekankan pada teknologi sistem dan

22
Subandijah, Op. Cit, h. 75
23
Nana Saodih Sukmadinata, Op. Cit, h. 99

16
kurang menekankan pada teknologi alat. Dengan pendekatan ini biaya
dapat lebih ditekan, di samping memberi kesempatan kepada pelaksana
pengajaran, terutama guru-guru untuk mengembangkan sendiri program
pengajarannya.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1. strategi adalah suatu cara atau taktik yang digunakan untuk mencapai
suatu sasaran yang efektif dan efisien, dengan melakukan suatu tindakan
atau suatu usaha yang telah ditentukan melalui suatu perencanaan.
kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan yang
telah direncanakan sekolah yang harus ditempuh oleh peserta didik.
Sedangkan pengertian pengembangan kurikulum adalah proses atau cara
dalam mengembangkan kurikulum.
2. Terdapat prinsip dasar dalam melakukan aktivitas pengembangan
kurikulum, yaitu relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan
efektivitas.
3. Terdapat empat unsur penting yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan kurikulum yaitu tujuan, Metode dan material, Penilaian,
dan umpan balik.
4. Langkah-langkah pengembangan kurikulum, yaitu :
a. Merumuskan Tujuan Pembelajaran ( instructional objective ). Yaitu :
1) memahami tiga sumber, yaitu siswa ( source of student ),
masyarakat ( source of society ), dan konten ( source of content ).
2) merumuskan standar kompetensi (SK)
3) merumuskan kompetensi dasar (KD)
b. Merumuskan dan Menyeleksi Pengalaman-Pengalaman Belajar
(selection of learning experiences)
c. Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar (organization of
learning experiences)
d. Mengevaluasi Kurikulum ( evaluating )
5. Model-model Pengembangan Kurikulum Menurut Para Ahli, yaitu :
a. Model Pengembangan Kurikulum Menurut Roger
b. Model Pengembangan Kurikulum menurut Robert S. Zain
1) Model Administratif

18
2) Model Dari Bawah (Grass Roots)
3) Model Demontrasi
4) Model sistem Beauchamp
5) Model Terbalik Hilda Taba
6) Model Hubungan Interpersonal dari Rogers
7) Model Action Research yang Sistematis
8) Model Teknologi
(a) model analisis perilaku, (b) model analisis sistem, (c) model
berdasar komputer.

B. Saran
Sebagai sumbangsih pemikiran, penulis mencoba memberikan saran
sebagai berikut:
1. Dalam rangka menunjang Program Kegiatan Belajar Mengajar di sekolah
hendaknya semua guru ikut andil secara aktif dalam mengembangkan
kurikulum di satuan pendidikannya dan senantiasa melakukan evaluasi
dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
2. Sebagai calon guru (mahasiswa khususnya Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan) kiranya akan bermanfaat apabila sejak dini mempelajari kosep,
teori, dan prinsip kurikulum dengan baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dakir, H, Prof, Dr, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Rineka


Cipta, Jakarta, 2004, Edisi ke-3

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai


Pustaka, Jakarta, 2002, Edisi ke-3

Hamalik, Umar, Perencanaan dan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan


Sistem, Bumi Aksara, Jakarta, 2002, Cet. Ke-1

Idi, Abullah, Drs M Ed, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek,


Gaya Media Pratama, Jakarta, 1999

Koswara, H S, Ade, Nuryatini, Manajemen Lembaga Pendidikan


Patragading, Bandung, 2002

Sri Wahyudi, Agustinus, Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berfikir


Strategik, Bina Aksara, Jakarta, 1996, Cet. Ke-1

Sutarto, Dasar-dasar Organisasi, Gajah Mada University Press, Jogjakarta,


2000, Cet. Ke-19
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung,
1999 Mulyasa, E, Manajemen Berbasis Sekolah: konsep, Strategi
dan Implementasi, PT.
Rosda Karya Bandung, 2002

Nasution, S, Prof, Dr, M.A, Kurikulum dan Pengajaran, PT Bumi Aksara,


Jakarta, 2006, Cet. Ke-4

Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, UIN Jakarta Press, 2002,
Jakarta, Cet. Ke-2

Subandijah, Drs, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Raja Grafindo


Persada, Jakarta 1993, Cet. Ke-1
Sudjana, Nana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, CV.
Sinar Baru, Bandung, 1991, Cet. Ke-2

Sukmadinata, Nana, Syaodih, Prof, Dr, Pengembangan Kurikulum : Teori


dan Praktek, PT Remaja Rosda Karya, Bandung 2004), Cet. Ke-6

20

Anda mungkin juga menyukai