Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENDIDIKAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH DASAR

Tentang :
“ Kurikulum Pendidikan. “

Disusun Oleh :

Shintya Nur Azizah (2186206010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BINA INSAN MANDIRI
2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul, “ Kurikulum Pendidikan “ ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Dasar. Selain itu, makalah ini disusun
bertujuan untuk menambah wawasan tentang kurikulum pendidikan bagi penulis
dan para pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Noviardani Kartika
Prameswari, M.Pd selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pendidikan
Kewarganegaraan Sekolah Dasar. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua yang ikut membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Surabaya, 4 April 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ 2

DAFTAR ISI.......................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah............................................................... 4
1.3. Tujuan ................................................................................ 5
1.4. Manfaat ............................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kurikulum .……...…………….......................... 6
2.2 Tujuan Kurikulum Pendidikan .……….…………………… 7
2.3 Landasan Pengembangan Kurikulum …………...………… 8
2.4 Kurikulum Pendidikan di Indonesia ……………....………… 9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan........................................................................... 10
3.2 Saran..................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu kata curir
dan currere yang merupakan istilah bagi tempat berpacu, berlari, dari sebuah
perlombaan yang telah dibentuk semacam rute pacuan yang harus dilalui oleh
para competitor sebuah perlombaan. Dengan kata lain, rute tersebut harus
dipatuhi dan dilalui oleh para kompetitor sebuah perlombaan. Konsekuensinya
adalah, siapapun yang mengikuti kompetisi harus mematuhi rute currere
tersebut.

Kurikulum merupakan salah satu bagian penting terjadinya suatu proses


pendidikan. Karena suatu pendidikan tanpa adanya kurikulum akan terlihat
tidak teratur. Hal ini akan menimbulkan perubahan dalam perkembangan
kurikulum, khususnya di Indonesia. Kurikulum merupakan salah satu alat
untuk mencapai tujuan pendidikan, dan sekaligus digunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai jenis dan tingkat
sekolah. Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu
bangsa, akan diarahkan kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini
di masa depan, semua itu ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum
pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Kurikulum?


2. Bagaimana Tujuan Kurikulum Pendidikan?
3. Bagaimana Landasan Pengembangan Kurikulum?
4. Apa Saja Kurikulum Pendidikan di Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Untuk menjelaskan pengertian kurikulum.


2. Untuk menggambarkan tujuan kurikulum Pendidikan.
3. Untuk menggambarkan landasan pengembangan kurikulum.
4. Untuk menjelaskan kurikulum Pendidikan di Indonesia.

1.4 Manfaat

1. Bagi penulis, sebagai pemahaman tentang kurikulum Pendidikan.


2. Bagi pembaca, sebagai pengetahuan tentang kurikulum Pendidikan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum

Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu kata


curir dan currere yang merupakan istilah bagi tempat berpacu, berlari, dari
sebuah perlombaan yang telah dibentuk semacam rute pacuan yang harus
dilalui oleh para competitor sebuah perlombaan. Dengan kata lain, rute
tersebut harus dipatuhi dan dilalui oleh para kompetitor sebuah
perlombaan. Konsekuensinya adalah, siapapun yang mengikuti kompetisi
harus mematuhi rute currere tersebut.
Dalam pengertian kurikulum, para ahli mengemukakan
pendapatnya dalam memberikan gambaran berupa definisi-definisi
pengertian kurikulum seperti yang dapat dilihat dibawah ini. Pengertian
Kurikulum Menurut Definisi Para Ahli :
a. Pengertian kurikulum menurut definisi Kerr, J.F (1968) adalah semua
pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun
berkelompok, baik disekolah maupun diluar sekolah.

b. Pengertian kurikulum menurut definisi Inlow (1966), mengemukakan


pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah usaha menyeluruh yang
dirancang khusus oleh pihak sekolah guna membimbing murid untuk
memperoleh hasil dari pembelajaran yang sudah ditentukan.

c. Menurut definisi Neagley dan Evans (1967), pengertian kurikulum adalah


semua pengalaman yang telah dirancang oleh pihak sekolah.

d. Menurut pendapat Beauchamp (1968), pengertian kurikulum adalah


dokumen tertulis yang kandungannya berisi mata pelajaran yang akan
diajarkan kepada peserta didik dengan melalui berbagai mata pelajaran,
pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pengertian kurikulum menurut definisi Good V.Carter (1973),


mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian kurikulum adalah
kumpulan kursus ataupun urutan pembelajaran yang sistematik.

5
2.2 Tujuan Kurikulum Pendidikan
Dalam kurikulum atau pengajaran, tujuan memegang peranan penting,
akan mengarahkan semua kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen-
komponen kurikulum lainnya. Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan
dua hal. Pertama perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat.
Kedua, didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-
nilai filosofis, terutama falsafah Negara.
Menurut Zakiah Daradjat, tujuan yang terkandung di dalam kurikulum suatu
sekolah di antaranya adalah:
a. Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan.

Selaku lembaga pendidikan, setiap sekolah mempunyai sejumlah


tujuan yang ingin dicapainya (tujuan lembaga pendidikan atau tujuan
institusional). Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang
diharapkan. Dalam skala makro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya
dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut suatu bangsa. Bahkan
rumusan suatu tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-
citakan.

b. Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi.

Tujuan-tujuan setiap bidang studi dalam kurikulum itu ada yang


disebut tujuan kurikuler dan ada pula yang disebut tujuan instruksional, di
mana tujuan instruksional merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan
kurikuler.

2.3 Landasan Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan
kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan
yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan
acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dengan
demikian landasan pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu
gagasan, asumsi atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam
mengembangkan kurikulum.
Dalam landasan pengembangan kurikulum dikelompokkan landasan utama
sebagai berikut :

6
a. Landasan Filosofis

Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti “cinta akan kebijak


sanaan”. Orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang
mengerti kebijakan dan berbuat secara bijak, ia harus tahu atau
berpengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses
berfikir, yaitu berpikir secara sistematis, logis, dan mendalam. Secara
akademik, filsafat bererti upaya untuk menggambarkan dan
menyatakan suatu pandangan yang sistematis dan komprehensif
tentang alam semesta dan kedudukan manusia didalamnya. Adapun
filsafat yang khusus digunakan atau diterapkan dalam bidang
pendidikan disebut filsafat pendidikan. Menurut Jhon Dewey,
pendidikan adalah suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun
daya perasaan (emosional) menuju kearah tabiat manusia. Filsafat
pendidikan merupakan aplikasi teori pendidikan dan pandangan
filsafat tentang pengalaman manusia dalam bidang pendidikan.

Ada beberapa bentuk filsafat yang punya hubungan lebih erat


dengan pendidikan yaitu:

A. Metafisika : yaitu filsafat yang membahas tentang segala yang


di dalam alam itu.

B. Efistimologi : yaitu membahas tentang sutu kebenaran.

C. Aksiolagi : yaitu filsafat yang membahas tentang nilai filsafat


adalah merupakan sumber dari berbagai ilmu pengetahuan.

D. Humanologi Filsafat : membahas berbagai masalah yang


dihadapi oleh manusia termasuk juga tentang masalah-masalah
pendidikan dan filsafat juga merupakan aplikasi dari
pemikiran-pemikiran filosof untuk memecahkan masalah-
masalah pendidikan.

Filsafat pendidikan dijadikan dasar dan arah sedangkan


pelaksanaanya melalui pendidikan juga karena filsafat pancasila
merupakan cara pandang orang-orang terdahulu tentang perumusan
dasar negara dan juga tujuan pencapaian pendidikan.

b. Landasan Psikologi

7
Pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh kondisi psikologis
individu yang terlibat didalamnya, karena apa yang ingin disampaikan
menuntut peserta didik untuk melakukan perbuatan belajar atau sering
disebut proses belajar. Dalam proses pembelajaran juga terjadi
interaksi yang bersifat multi arah antara peserta didik dengan pendidik
(guru). Untuk itu, paling tidak dalam pengembangan kurikulum
diperlukan dua landasan psikologi, yaitu psikologi perkembangan dan
psikologi belajar. Kedua landasan ini dianggap penting terutama
dalam memilih dan menyusun isi kurikulum, proses pembelajaran dan
hasil belajar yang diinginkan. Sehingga bahwa psikologi sangat
membantu para guru dalam merancang sebuah kegiatan pembelajaran
khusunya untuk pengembangan kurikulum, Implikasinya adalah isi
kurikulum harus ada mata pelajaran yang dapat mengembangkan
berbagai daya dalam jiwa manusia.

c. Landasan Sosial Budaya

Dalam perfektif sosiologi, banyak ditemui pengertian pendidikan.


Talcott Parsons menjelaskan pendidikan adalah proses sosialisasi yang
dalam diri individu-individu memungkinkan berkembangnya rasa
tanggung jawab dan kecakapan-kecakapan yang diperlukan dalam
melaksanakan peran-peran sosial. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
dalam kurikulum 1984 dan kurikulum 1994, dikembangkan sebuah
konsep yang disebut dengan muatan lokal kemudian disempurnakan
lagi dalam kurikulum 2004 yang disebut dengan kecakapan hidup (life
style).

Landasan sosiologis kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal


dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan
kurikulum. Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya dengan
segala karakteristiknya harus menjadi landasan dan titik tolak dalam
melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu tujuan, isi, maupun proses
pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik kekayaan,
dan perkembangan masyarakat tersebut. Sosiologi dalam
pembahasannya mencakup secara garis besar akan perkembagan
masyarakat dan budaya yang ada pada setiap ragam masyarakat yang
ada di Indonesia ini. Karena beranekaragamnya budaya masyarakat
yang ada di negeri ini, sehingga kurikulum dalam perumusannya juga
harus menyesuaikan pada budaya masyarakat yang akan menjadi
objek pendidikan dan penerima dari hasil Pendidikan tersebut.

Lingkungan budaya oleh Linton dikategorikan berikut : a. budaya


umum, dan b. budaya khusus.

8
a. Budaya Umum mencakupi nilai-nilai, kepercayaan dan kebiasaan
yang dianut oleh orang-orang dewasa pada umumnya dari satu
suku bangsa, atau bangsa-bangsa di dunia yang mencakupi
perilaku kehidupan sehari-hari yang teramati, misalnya, bahasa,
cara berpakaian, makanan, kesenian, cara mendidik anak, agama
yang dianut, kehidupan sosial, politik dan perekonomian.

b. Budaya Khusus mencakupi unsur-unsur budaya yang berkembang


hanya dalam kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat,yang
sifatnya vokasional (kejuruan), unsur khusus dari setiap
kebudayaan umum akan terdapat didalamnya. Misalnya bahasa
secara universal setiap manusia mempunyai bahasa, namun bahasa
tersebut untuk setiap masyarakat/negara berbeda satu sama lain.

Isi pendidikan (kurikulum) adalah kebudayaan manusia


yang senantiasa berkembang. Baik kebudayaan umum/universal
maupun kebudayaan khusus yang sesuai dengan masyarakat
setempat. Kebudayaan universal terutama bahasa, religi, dan
sistem pengetahuan serta teknologi, adalah unsur-unsur utama isi
kurikulum secara umum, sedangkan unsur kebudayaan khusus
masuk sebagai isi kurikulum dalam bentuk kurikulum muatan
lokal.

d. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun


secara sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian.
Sedangkan teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk
memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan. Perkembangan
teknologi terbesar dalam pertengahan abad ke-20 berkenaan dengan
penjelajahan luar angkasa.

Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan


alat-alat hasil industri seperti televisi, radio, video, komputer, dan
peralatan lainnya. Penggunaan alat-alat yang dibutuhkan untuk
menunjang pelaksanaan program pendidikan, apalagi disaat
perkembangan produk teknologi komunikasi yang semakin canggih,
menuntut pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan yang
memadai dari para guru dan pelaksana program pendidikan lainnya.
Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa
menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin
pesat, termasuk didalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

9
2.4 Kurikulum Pendidikan di Indonesia
Dalam perjalanan sejarah sebelum kemerdekaan, kurikulum sering
dijadikan alat politik oleh pemerintah. Misalnya, ketika Indonesia masih di
bawah penjajahan Belanda dan Jepang, kurikulum harus disesuaikan dengan
kepentingan politik kedua negara tersebut. Setelah Indonesia merdeka pada
tahun 1945, kurikulum sekolah diubah dan disesuaikan dengan kepentingan
politik bangsa Indonesia yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur bangsa sebagai
cerminan masyarakat Indonesia.
Pasca kemerdekaan, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,
2006 dan 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari
terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam
masyarakat berbangsa dan bernegara. Semua kurikulum nasional dirancang
berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945,
perbedaannya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan
dalam merealisasikannya.

1. Kurikulum 1947
Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama
“Rentjana Pelajaran 1947”. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan
kurikulum yang sudah digunakan oleh Belanda karena pada saat itu
masih dalam proses perjuangan merebut kemerdekaan. Yang menjadi ciri
utama kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan
karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah
leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih populer
ketimbang Curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan
lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan
nasional. Rentjana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan di sekolah-sekolah
pada 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan
kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal
pokok: (1) daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya; (2) garis-garis
besar pengajaran. Rentjana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan
pikiran dalam arti kognitif. Yang diutamakan adalah pendidikan watak,
kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan
dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan
jasmani.
2. Kurikulum 1952
Setelah “Rentjana Pelajaran 1947”, pada tahun 1952 kurikulum di
Indonesia mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci
setiap mata pelajaran yang kemudian diberi nama “Rentjana Pelajaran

10
Terurai 1952”. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem
pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari
kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan
isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.“Silabus
mata pelajarannya menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru
mengajar satu mata pelajaran. (Djauzak Ahmad, Dirpendasperiode 1991-
1995)”.
3. Kurikulum 1964
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah Kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama
“Rentjana Pendidikan 1964”.Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang
menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada
program Pancawardhana (Hamalik, Oemar. (2004)), yaitu pengembangan
moral, kecerdasan, emosional/artistik,keprigelan (keterampilan), dan
jasmani. Ada yang menyebut Pancawardhana berfokus pada
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Pendidikan
dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis.
4. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis yaitu mengganti
Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa
pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila
sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.
Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya perubahan struktur kurikulum
pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen. Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. "Hanya
memuat mata pelajaran pokok saja,". Muatan materi pelajaran bersifat
teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik
beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa disetiap
jenjang pendidikan. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik
yang sehat dan kuat.
5. Kurikulum 1975

11
Kurikulum 1975 memiliki tujuan yang baik di pengajaran juga
materi. Latar belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di
bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal
saat itu,"Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah
"satuan pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap
satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional umum (TIU),
tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran,
kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak
dikritik. Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari
setiap kegiatan pembelajaran.
6. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski
mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting.
Kurikulum ini juga sering disebut "Kurikulum 1975 yang
disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif(CBSA) atau
Student Active Leaming (SAL). Konsep CBSA yang elok secara teoritis
dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diuji cobakan, mengalami
banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya,
banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah
suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada
tempelan gambar, dan yang mencolok guru tak lagi mengajar model
berceramah. Akhiran penolakan CBSA bermunculan. Kurikulum 1984
ini berorientasi kepada tujuaninstruksional. Oleh karena itu, sebelum
memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan
adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
7. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan
kurikulum-kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984.
Sayang, perpaduan antara tujuan dan proses belum berhasil. Sehingga
banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar siswa dinilai
terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Materi muatan
lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya
bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai
kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesak agar isu-isu
tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, Kurikulum1994 menjelma
menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998,
diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih
pada menambal sejumlah materi pelajaran saja.

12
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum
1994, diantaranya sebagai berikut: Pembagian tahapan pelajaran di
sekolah dengan sistem caturwulan, Pembelajaran di sekolah lebih
menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada
materi pelajaran/isi). Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang
memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh
Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang
khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
8. Kurikulum 2004
Sebagai pengganti kurikulum 1994 adalah kurikulum 2004, yang
disebut dengan “Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)”.Struktur
kompetensi dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi ini dirinci dalam
komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan
dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagimenurut aspek dari mata
pelajaran tersebut.
Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan
kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur
dengan berbagai teknik penilaian. Setiap hasil belajar memiliki
seperangkat indikator.

9. Kurikulum 2006

Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan “Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan (KTSP)”. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian
target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah
banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling
menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan
pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi
sekolah berada. Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal
ini guru dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk silabus dan
penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Hasil
pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah
perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah
binaan dan pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.

10. Kurikulum 2013


Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi
yang pernah diuji cobakan pada tahun 2004 (curriculum based

13
competency). Kompetensi dijadikan acuan dan pedoman bagi
pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah
pendidikan; pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam seluruh jenjang
dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.
Kurikulum 2013 berbasis kompetensi memfokuskan pada pemerolehan
kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Oleh karena itu,
kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan
pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapaiannya
dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan peserta didik
sebagai suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran perlu
diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai sekurang-kurangnya
tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan
pengembangan bakat. Setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk
mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar
masing-masing. Kurikulum 2013 terutama berorientasi pada perubahan
proses pembelajaran (yang semula dari siswa diberitahu menjadi siswa
mencari tahu) dan proses penilaian (dari berfokus pada pengetahuan
melalui penilaian output menjadi berbasis kemampuan melalui penilaian
proses dan output). Penambahan jam pelajaran sebagaimana halnya
kecenderungan negara-negara luar belakangan ini, seperti Knowledge is
Power Program (KIPP) dan Massachusettes Extended Learning Times
(MELT).
Tema utama kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia
yangproduktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui pengamatan sikap,
keterampilan, danpengetahuan yang terintegrasi.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kurikulum adalah rancangan tertulis yang berisi mata pelajaran di sekolah
dalam memberikan pedoman belajar. Tujuan kurikulum dirumuskan
berdasarkan dua hal. Pertama perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi
masyarakat. Kedua, didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada
pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah Negara.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan
kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan
yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan
acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam
landasan pengembangan kurikulum dikelompokkan landasan utama, sebagai
berikut : landasan filosofis, landasan psikologi, landasan sosial budaya dan
landasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kemerdekaan Indonesia
kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun
1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013. Semua
kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu
Pancasila dan UUD 1945, perbedaannya pada penekanan pokok dari tujuan
pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.

3.2 Saran
Sebaiknya, Indonesia memiliki kemampuan dalam memberikan tujuan
Pendidikan yang baik. Landasan utama dalam Pendidikan di tujuan juga
kurikulum Pendidikan berdasarkan Pancasila serta realisasi nasional.

15
DAFTAR PUSTAKA

Diakses pada tanggal 22 Maret 2022, dari


http://digilib.uinsby.ac.id/11141/4/bab%202.pdf
Diakses pada tanggal 22 Maret 2022, dari
https://www.researchgate.net/profile/Hasan-Baharun/publication/324720819_
Pengembangan_Kurikulum_Teori_dan_Praktik/links/
5adef0560f7e9b285943a9ff/Pengembangan-Kurikulum-Teori-dan-
Praktik.pdf
Diakses pada tanggal 22 Maret 2022, dari
https://www.academia.edu/35673569/Pengertian_Kurikulum_Fungsi_manfat
_dan_Landasan_Pengembangan_Kurikulum
Diakses pada tanggal 24 Maret 2022, dari
https://www.academia.edu/35245649/Landasan_pengembangan_kurikulum_p
df
Diakses pada tanggal 24 Maret 2021, dari
https://www.academia.edu/34684908/Perkembangan_Kurikulum_Indonesia

16

Anda mungkin juga menyukai