Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KOMPONEN – KOMPONEN KURIKULUM

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah


Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu: Nuryanto, S.Ag. M.Pd.I

Disusun Oleh
Kelompok 2:

1. Echa Veronika 1901031025


2. Vera Nika 1901031063

PGMI C
Semester 6

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
T.P 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yan telah memberikan kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
penyususn tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. shalawat dan
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi
Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
“Komponen – Komponen Kurikulum”, yang disajikan berdasarkan pengamatan
dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan. Baik itu dari diri penyususn maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini
dapat kami selesaikan.
Kami berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalammengerjakan makalah ini. Dan kami minta maaf apabila terdapat
kekurangan dan kesalahan dalam tulisan makalah ini, karena pada dasarnya kami
masih seorang Mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran. Kami harap
adanya saran dan kritikan yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi
lebih baik.
Akhir kata kami berharap semoga makalah sederhana ini dapat dipahami
dan memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.
Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Metro, Maret 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..........................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................2
A. Pengertian Komponen Kurikulum..............................................2
B. Kompone – Komponen Kurikulum.............................................4

BAB III PENUTUP...............................................................................18


A. Kesimpulan..................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum sebagai sebuah rancangan pendidikan mempunyai
kedudukan yang strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.
mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam
perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak
bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.
Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para
penyusun kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai kurikulum
ideal, akan tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan
oleh para pelaksana kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan para guru
serta pihak-pihak lain yang terkait dengan tugas-tugas pengelolaan
pendidikan, sebagai bahan untuk dijadikan instrumen dalam melakukan
pembinaan terhadap implementasi kurikulum di setiap jenjang pendidikan.
penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan secara
sembarangan. Dibutuhkan berbagai landasan yang kuat agar mampu dijadikan
dasar pijakan dalam melakukan proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga
dapat, memfasilitasi tercapainya sasaran pendidikan dan pembelajaran secara
lebih efektif dan efisien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Komponen kurikulum?
2. Apa saja Komponen yang ada dalam Kurikulum?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Komponen Kurikulum.
2. Untuk mengetahui komponen-komponen dalam kurikulum.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KOMPONEN KURIKULUM


Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak
terpisahkan dari suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri
mempunyai peranan dalam pembentukan sistem kurikulum. Sebagai sebuah
sistem, kurikulum mempunyai komponen-komponen. Seperti halnya dalam
sistem manapun, kurikulum harus mempunyai komponen lengkap dan
fungsional baru bisa dikatakan baik. Sebaliknya kurikulum tidak dikatakan
baik apabila didalamnya terdapat komponen yang tidak lengkap sekarang
dipandang kurikulum yang tidak sempurna.1
Suatu kurikum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian
ini meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan,
kebutuhan, kondisi dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian antar
komponen-komponen kurikulum, yaitu sesuai dengan tujuan, proses sesuai
dengan isi dan tujuan. Demikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan
tujuan kurikulum.2
Arti kurikulum didasarkan tiga teori, yaitu, Kurikulum diartikan
sebagai rencana pelajaran, Kurikulum diartikan sebagai pengalam belajar
diperoleh siswa dari sekolah, dan Kurikulm diartikan sebagai rencana
belajar siswa. Menurut Tyler, kurikulum sama dengan pengajaran.
Pengembangan kurikulum sama dengan merencanakan pengajaran.3
Ditinjau dari segi etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu
dari kata Curir yang artinya pelari dan Curere yang artinya tempat berpacu.
Jadi secara etimologi kurikulum berarti jarak yang ditempuh oleh pari. Dalam
bahasa Arab istilah kurikulum diartikan dengan manhaj yang artinya jalan

1
Abdul Majid, dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetens,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), hlm.130.
2
Lias Hasibun, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: Gaung Persada, 2010),
hal. 37
3
Ali, Mohammad, Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, (Bandung, Sinar Baru, 1984),
hlm. 2

2
yang terang atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada bidang
kehidupannya.
Sedangkan bila ditinjau dari segi terminologi hampir semua para ahli
mempunyai definisi yang berbeda-beda tentang kurikulum, namun pada
intinya mengandung konsep-konsep yang relatif sama. Berikut ini definisi
kurikulum dari para ahli antara lain:
1) Hilda Taba seperti yang dikutip Amir Daien Indrakusuma
mengemukakan bahwa curriculum is a plan for learning (kurikulum
adalah suatu perencanaan pembelajaran)4
2) Al-Khauly (1981) seperti yang dikutip oleh Oemar Hamalik
mengemukakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
media untuk menghantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan
tujuan pendidikan yang diinginkan.
3) Mc Donald (1967) memandang kurikulum sebagai rencana pendidikan
atau pengajaran, yang terdiri dari empat komponen, yakni mengajar
(kegiatan profesional guru terhadap siswa), belajar (kegiatan responsi
siswa terhadap guru), pembelajaran (interaksi antara guru dan murid
pada proses belajar mengajar) dan kurikulum (pedoman proses belajar
mengajar)
4) Unruh (1984) mengemukakan bahwa curriculum is defined as a plan
for achieving intended learning outocomes, a plan concerned with
purpose, with what is to be learned, and with the result of instruction.
Ini berarti bahwa kurikulum merupakan suatu rencana untuk mencapai
keberhasilan pembelajaran yang di dalamnya mencakup rencana yang
berhubungan dengan tujuan, dengan apa yang harus dipelajari, dan
dengan hasil dari pembelajaran. 5
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kurikulum adalah segala kegiatan dan pengalaman belajar yang direncakan

4
Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional,
1993), hlm. 81.
5
Oemar Hamalik, Pengembangan Kurikulum, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003),
hlm. 28.

3
dan diorganisir untuk dilakukan serta dialami oleh anak didik agar dapat
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Maka hal ini berarti bahwa sebagai alat
pendidikan kurikulum memiliki bagian-bagian penting dan penunjang yang
dapat mendukung operasinya secara baik. Bagian-bagian ini disebut
komponen. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
memiliki komponen pokok dan komponen penunujang yang saling
berkaitan, berinteraksi dalam rangka dukungannya untuk mencapai tujuan
itu.6
Jadi, komponen kurikulum merupakan bagian-bagian atau unsur-unsur
kurikulum yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu

B. KOMPONEN – KOMPONEN KURIKULUM


Sebelum melaksanakan kegiatan pengembangan kurikulum, seorang
pengembang terlebih dahulu mengenal komponen atau elemen atau unsur
kurikulum. Seperti yang dikemukakan Tyler (1950 dalam Taba, 1962 : 422)
bahwa “it is important as a part of a comprehensive theory or organization to
indicate just what kinds of elements will serve statisfactorily as organizing
elements. And in a given curriculum it is important to identify the particular
element that shall be used.” Dari pernyataan Tyler tersebut, tampak
pentingnya mengenal komponen atau elemen atau unsur kurikulum. Herrick
(1950 dalam Taba, 1962 : 425) mengemukakan 4 (empat) elemen, yakni :
tujuan (objectives), mata pelajaran (subject matter), metode dan organisasi
(method and organization), dan evaluasi (evaluation). Sedangkan ahli yang
lain mengemukakan bahwa kurikulum terdiri dari 4 (empat) komponen dasar:
(1) aims, goals, and objective, (2) content, (3) learning activities, dan (4)
evaluations (Zais, 1976 : 292). Nana Sy. Sukmadinata (1988 : 110)
mengemukakan empat komponen dari anatomi tubuh kurikulum yang utama

6
Ali Murtopo, Filsafat Pendidikan Islam, (Palembang; Noerfikri, 2016), hlm. 115-116

4
adalah tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian, serta evaluasi.
Berdasarkan uraian tetntang komponen-komponen kurikulum sebelumnya,
yakni komponen kurikulum yang terdiri dari: tujuan, materi/pengalaman
belajar, organisasi, dan evaluasi.
Subandijah membagi komponen kurikulum menjadi 5 yaitu : Tujuan, Isi,
Strategi, Media, dam Proses. Sedangkan menurut Nasution komponen
kurikulum ada 4 yaitu : Tujuan, Bahan Pelajaran, Proses, dan Penilaian.
Berikut ini akan di uraikan secara singkat mengenai komponen-komponen
tersebut.7
Komponen-komponen pengembangan kurikulum kurikulum sebagai
salah satu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yakni : (1) Tujuan, (2) Materi,
(3) Metode, (4) Organisasi, dan (5) Evaluasi. Komponen-komponen tersebut
baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama menjadi dasar
utama dalam upaya mengembangkan sistem pembelajaran.
1) Komponen Tujuan Kurikulum
Kurikulum merupakan suatu program yang dimaksudkan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Tujuan itulah yang dijadikan arah atau
acuan segala kegiatan pendidikan yang dijalankan. Berhasil atau
tidaknya program pengajaran di sekolah dapat diukur dari seberapa jauh
dan banyaknya pencapaian tujuan-tujuan tersebut.
Tujuan kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan
nasional, yaitu tujuan yang ingin dicapai secara nasional yang dilandasi
oleh falsafah suatu negara.8 Dalam sistem Pendidikan Nasional, tujuan
umum pendidikan harus dijabarkan dari falsafah Pancasila sebagai
falsafah bangsa Indonesia.
Tujuan umum pendidikan nasional masih bersifat umum dan
abstrak serta memerlukan jangka panjang dalam pelaksanannya. Untuk

7
Abdulloh, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Yogyakarta, Ar-ruzz Media,
2010), hlm.51
8
Asep Herry Hernawan, dkk. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta :
Universitas Terbuka, 2003), hlm. 18.

5
itu, tujuan umum perlu dijabarkan dalam tujuan kurikulum yang terdiri
dari tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional.9
a. Tujuan Institusional
Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu
lembaga pendidikan, artinya apa yang seharusnya dimiliki oleh
siswa setelah tamat dari lembaga pendidikan tersebut. Oleh
karena itu tujuan institusional merupakan kemampuan yang
diharapkan untuk dimiliki siswa setelah mereka menyelesaikan
program studinya pada lembaga tersebut.
b. Tujuan Kurikuler
Tujuan Kurikuler adalah tujuan bidang studi atau mata pelajaran.
Bila dilihat secara operasional, maka tujuan kurikuler adalah
rumusan kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik
setelah menyelesaikan atau mempelajari suatu bidang studi atau
mata pelajaran tersebut.
c. Tujuan Instruksional
Tujuan Instruksional adalah tujuan pengajaran atau tujuan yang
diharapkan dapat dicapai pada saat terjadinya proses belajar
mengajar atau setelah proses pembelajaran. 10 Tujuan ini dirinci
lagi menjadi Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan
Instruksional Khusus (TIK). Rumusan tujuan instruksional umum
biasanya sudah tercantum dalam GBPP, sedangkan tujuan
instruksional khusus harus dirumuskan oleh guru sebagai
penjabaran dari TIU.

2) Komponen Isi / Materi Kurikulum


Isi dari kurikulum adalah materi atau bahan pelajaran dan
pengetahuan atau pengalaman belajar yang harus diberikan kepada

9
A. Hamid Syarief, Pengembangan Kurikulum, (Surabaya : Bina Ilmu, 1996), hlm.
82.
10
Hidayat Soetomo dan Wasty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,
Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 1993), hlm. 32.

6
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.11 Untuk menentukan
isi kurikulum tersebut harus disesuaikan dengan tingkat dan jenjang
pendidikan, perkembangan yang terjadi dalam masyarakat,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kondisi anak
didik (psikologis anak) pada setiap jenjang pendidikan tersebut.12
Materi kurikulum pada hakikatnya kurikulum dalam undang-
undang pendidikan tentang sistem pendidikan nasional telah ditetapkan
bahwa "Isi kurikulum merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk
mencapai tujuan penyelenggaraan suatu pendidikan yang bersangkutan
dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional" (Bab IX,
Ps. 39). Materi kurikulum mengandung aspek-aspek tertentu sesuai
dengan tujuan kurikulum, yang meliputi :
a. Teori, ialah seperangkat konstruk atau konsep, definisi dan
preposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat
sistematik tentang gejala dengan spesifikasi hubungan hubungan
antara variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan
meramalkan gejala tersebut.
b. Konsep, adalah suatu abstraksi yang dibentuk oleh generalisasi dari
kekhususan-kekhususan. Konsep adalah definisi singkat dari
sekelompok fakta atau gejala.
c. Generalisasi, adalah kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang
khusus, bersumber dari analisis pendapat atau pembuktian dalam
penelitian.
d. Prinsip, adalah ide utama pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
e. Prosedur, adalah suatu seri langkah-langkah yang berurutan dalam
materi pelajaran yang harus dilakukan oleh siswa.

11
Faududdin, dkk., Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta : Dirjen Binbaga
Islam, 1994), hlm. 53.
12
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Ciputat :
Ciputat Press, 2005), hlm. 53.

7
f. Fakta, adalah sejumlah informasi khusus dalam materi yang
dianggap penting terdiri dari terminologi, orang dan tempat, dan
kejadian.
2) Istilah, adalah kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus
yang diperkenalkan dalam materi.
a. Contoh atau ilustrasi, ialah suatu hal atau tindakan atau proses es
yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.
b. Definisi, adalah penjelasan tentang makna atau pengertian tentang
suatu hal atau suatu kata dalam garis besarnya.
c. Preposisi, adalah suatu pernyataan atau theorem, atau pendapat
yang tak perlu diberikan argumentasi. Preposisi hampir sama
dengan asumsi dan paradigma.13
Isi atau materi kurikulum pada hakekatnya adalah semua kegiatan
dan pengalaman yang dikembangkan dan disusun dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan. Secara umum isi kurikulum itu dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu: a) Logika, yaitu pengetahuan
tentang benar salah berdasarkan prosedur keilmuan, b) Etika, yaitu
pengetahuan tentang baik buruk nilai dan moral, c) Estetika, yaitu
pengetahuan tentang indah atau jelek yang ada nilai seni. Berdasarkan
pengelompokan isi kurikulum tersebut maka pengembangan isi
kurikulum harus disusun berdasarkan prinsipnya.
kriteria untuk memilih isi atau materi kurikulum sebagai
berikut : (a) materi itu harus shahih dan signifikan artinya harus
menggambarkan pengetahuan mutakhir, (b) materi harus relevan
dengan kenyataan sosial dan kultural agar peserta didik lebih mampu
memahami fenomena dunia termasuk perubahan-perubahan yang
terjadi, (c) materi itu hanya mengandung keseimbangan antara luasan
dan kedalaman, (d) materi harus mencakup berbagai ragam tujuan, (e)

13
Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 1989), Hal.
84-86

8
materi harus sesuai dengan kemampuan dan pengalaman peserta didik
dan (f) materi harus sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik.14
Perkembangan ilmu pengetahuan manusia semakin lama semakin
kompleks dan sangat luas, sehingga tidak semua pengetahuan itu dapat
diberikan kepada anak didik. Ketidak mampuan tersebut disebabkan
oleh berbagai faktor, misalnya : Keterbatasan waktu dan sumber-
sumber yang tersedia di sekolah, tuntutan dan kebutuhan masyarakat
senantiasa berkembang, adanya eberapa jenjang dan tingkat pendidikan
yang menuntut penyelesaian tujuan.
Atas dasar pemikiran diatas, perlu adanya seleksi bahan
kurikulum, yaitu :
a. Bahan kurikulum harus sesuai, tepat, dan bermakna bagi
perkembangan siswa.
b. Bahan kurikulum harus mencerminkan kehidupan sosio-kultural.
c. Bahan kurikulum harus dapat mencapai tujuan yang didalamnya
mengandung aspek intelektual, emosional, sosial, dan moral
keagamaan.

3) Komponen Strategi
Dalam proses belajar mengajar,seorang pendidik perlu memahami
suatu Strategi. Strategi menujuk pada sesuatu pendekatan (approach),
metode (method), dan peralatan mengajar yang diperlukan. Strategi
pengajaran lebih lanjut bisa dipahami sebagai cara seorang
pendidik dalam mengajar. Dengan demikian, strategi disini
mempunyai arti komprehensif yang mesti dipahami dan diupayakan
untuk pengaplikasiannya oleh seorang pendidik sejak dari
mempersiapkan pengajara sampai proses evaluasi.Dengan
menggunakan strategi yang tepat dan akurat proses belajar mengajar
dapat memuaskan pendidik dan peserta didik khususnya pada proses

14
Zainal Arifin, Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum, ( Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, Cet.2, 2012), hal. 88-89

9
transfer ilmu yang dapat bditangkap para peserta didik. Akan tetapi
penggunaan strategi yang tepat dan akurat sangat ditentukan oleh
tingkat kompetensi pendidik.15
Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam
pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang
memiliki peran sangat penting, sebab berhubungan dengan
implementasi kurikulum. Strategi merujuk pada pendekatan dan metode
serta peralatan mengajar yang digunakan dalam pengajaran. Tetapi pada
hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja.
Pembicaraan strategi pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh
dalam melaksanakan pengajaan, mengadakan penilaian, pelaksanaan
bimbingan dan mengatur kegiatan, baik yang secara umum berlaku
maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran.
Strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan bagaimana
kurikulum itu dilaksanakan disekolah. Kurikulum merupakan rencana,
ide, harapan, yang harus diwujudkan secara nyata disekolah, sehingga
mampu mampu mengantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum yang baik tidak akan mencapai hasil yang maksimal, jika
pelaksanaannya menghasilkan sesuatu yang baik bagi anak didik.
Komponen strategi pelaksanaan kurikulum meliputi pengajaran,
penilaian, bimbingan dan penyuluhan dan pengaturan kegiatan sekolah.
Strategi meliputi rencana, metoda dan perangkat kegiatan yang
direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi pembelajaran
merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya / kekuatan
dalam pembelajaran. Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun
tercapai secara optimal, dinamakan metode.16

15
Ibid, Abdulloh , hlm.56
16
Abdulllah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik,( Jogjakarata: Ar-Ruzz
Media, 2011), hal. 9

10
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut
mendapat reaksi dari kalangan progresivisme. Menurut kalangan
progresivisme, yang seharusnya aktif dalam suatu proses pembelajaran
adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik secara aktif menentukan
materi dan tujuan belajarnya sesuai dengan minat dan kebutuhannya,
sekaligus menentukan bagaimana cara-cara yang paling sesuai untuk
memperoleh materi dan mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik mendapat dukungan dari kalangan
rekonstruktivisme yang menekankan pentingnya proses pembelajaran
melalui dinamika kelompok.
Pembelajaran cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik
pembelajaran yang digunakan tidak lagi dalam bentuk penyajian dari
guru tetapi lebih bersifat individual, langsung, dan memanfaatkan
proses dinamika kelompok (kooperatif), seperti : pembelajaran
moduler, obeservasi, simulasi atau role playing, diskusi, dan sejenisnya.
Selanjutnya, dengan munculnya pembelajaran berbasis teknologi yang
menekankan pentingnya penguasaan kompetensi membawa implikasi
tersendiri dalam penentuan strategi pembelajaran. Meski masih bersifat
penguasaan materi atau kompetensi seperti dalam pendekatan klasik,
tetapi dalam pembelajaran teknologis masih dimungkinkan bagi peserta
didik untuk belajar secara individual.
Dalam pembelajaran teknologis dimungkinkan peserta didik untuk
belajar tanpa tatap muka langsung dengan guru, seperti melalui internet
atau media elektronik lainnya. Peran guru dalam pembelajaran
teknologis lebih cenderung sebagai director of learning, yang berupaya
mengarahkan dan mengatur peserta didik untuk melakukan perbuatan-
perbuatan belajar sesuai dengan apa yang telah didesain sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas, ternyata banyak kemungkinan untuk
menentukan strategi pembelajaran dan setiap strategi pembelajaran
memiliki kelemahan dan keunggulannya tersendiri.

11
Metode atau strategi pembelajaran menempati fungsi yang penting
dalam kurikulum, karena memuat tugas-tugas yang perlu dilakukan
oleh siswa dan guru. Karena itu, penyusunan hendaknya berdasarkan
analisa tugas yang mengacu pada tujuan kurikulum dan berdasarkan
perilaku awal siswa.17
Strategi adalah pola-pola umum kegiatan guru dan murid dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar atau kegiatan kurikuler untuk
mencapai tujuan yang telah digariskan.18 Dalam strategi pelaksanaan
suatu kurikulum akan tergambar bagi kita tentang cara-cara pelaksanaan
dari komponen-komponen kegiatan proses belajar mengajar yang
meliputi : penilaian, cara melaksanakan bimbingan dan penyuluhan,
serta cara mengatur kegiatan sekolah secara keseluruhan.19
Strategi pelaksanaan kurikulum memberi petunjuk bagaimana
kurikulum tersebut dilaksanakan disekolah. Oleh karena itu, komponen
strategi pelaksanaan kurikulum memegang peranan penting dalam
percapaian tujuan pendidikan. Dan dalam pelaksanaannya, ada
beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan
kurikulum, antara lain :
a. Tingkat dan jenjang pendidikan; dengan adanya jenjang / tingkat
pendidikan tersebut berarti pula terdapat perbedaan dalam hal
tujuan instutional, perbedaan isi dan struktur pendidikan, perbedaan
strategi pelaksanaan kurikulum, perbedaan sarana kurikulum,
sistem evaluasi, dan sebagainya.
b. Proses belajar mengajar; proses belajar mengajar adalah kegiatan
guru sebagai penyampai pesan / materi pelajaran dan siswa sebagai
penerima pelajaran. Dalam proses belajar mengajar keduanya
dituntut aktif sehingga terjadi interaksi dan komunikasi yang
17
Ibid, Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi Aksara,
Ed.1, Cet.11, 2011), Hal. 27

18
Mansyur, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Dirjen Binbaga Islam Depag RI,
1995), hlm. 17.
19
Nazhary, Pengorganisan, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta :
Dermaga, 1993), hlm.11.

12
harmonis demi tercapainya tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran adalah wujud / bentuk kurikulum yang telah
ditetapkan / direncanakan dalam bentuk program pengajaran.

4) Komponen Media dan Sarana


Media merupakan sarana perantara dalam proses belajar
mengajar. Media atau sarana dan prasarana merupakan alat bantu untuk
memudahkan dalam mengaplikasikan isi kurikulum agar mudah
dimengerti oleh anak didik. Ketepatan dalam memilih media juga
merupakan suatu hal yang dituntut bagi para pendidik atau guru.
Media mengajar merupakan segala bentuk perangsang dan alat
yang disediakan untuk mendorong siswa belajar. Perumusan di atas
menggambarkan pengertian media yang cukup luas mencakup berbagai
bentuk perangsang belajar yang sering disebut dengan audio visual aid,
serta berbagai bentuk alat penyaji perangsang belajar, berupa alat-alat
elektronika seperti mesin pengajaran, film, audio cassette, video
casdette, televisi dan komputer.
Menurut Rowntree, mengelompokkan media mengajar menjadi
lima macam dan disebut Modes. yaitu interaksi insani, realita, pictorial,
simbol tertulis, dan rekaman suara.
a) Interaksi insani. Media ini merupakan komunikasi langsung
antara dua orang atau lebih. Dalam komunikasi tersebut kehadiran
sesuatu pihak secara sadar atau tidak sadar mempengaruhi perilaku
yang lainnya. Terutama kehadiran guru mempengaruhi perilaku siswa
atau siswa-siswanya. Interaksi insani dapat berlangsung melalui
komunikasi verbal ataupun non verbal. Komunikasi yang bersifat verbal
memegang peran penting terutama dalam perkembangan segi kognitif
anak siswa. Untuk pengembangan segi-segi afektif, bentuk-bentuk
komunikasi nonverbal seperti : perilaku, penampilan fisik, roman muka,
gerak-gerik, sikap, dan lain-lain lebih memegang peran penting sebagai
contoh-contoh nyata. Intensitas interaksi insani dalam berbagai metode

13
mengajar tidak selalu sama. Intensitas interaksi insani dalam metode
ceramah lebih rendah dibandingkan dengan metode diskusi, permainan
simulasi, sosiodrama, dan lain-lain.
b) Realia. Merupakan bentuk perangsang nyata seperti orang-
orang, binatang, benda-benda, peristiwa, dan sebagainya yang diamati
siswa. Dalam interaksi insani siswa berkomunikasi dengan orang-orang,
sedangkan dalam realita orang-orang tersebut hanya menjadi objek
pengamatan, objek studi siswa.
c) Pictorial. Media ini menunjukkan penyajian berbagai bentuk
variasi gambar dan diagram nyata ataupun simbol, bergerak atau tidak,
dibuat diatas kertas, film, kaset, disket, dan media lainnya. Media
Pictorial mempunyai banyak keuntungan karena hampir semua bentuk,
ukuran, kecepatan, benda, makhluk, dan peristiwa dapat disajikan
dalam media ini. Juga penyajiannya dapat bervariasi dari bentuk yang
paling sederhana seperti sketsa dan bagan sampai dengan yang cukup
sempurna seperti film bergerak yang berwarna dan bersuara, atau
bentuk-bentuk animasi yang disajikan dalam video atau komputer.
d) Simbol tertulis. Simbol tertulis merupakan media penyajian
informasi yang paling umum, tetapi tetap efektif. Ada beberapa macam
bentuk media simbol tertulis seperti buku teks, buku paket, paket
program belajar, modul, dan majalah-majalah. Penulisan simbol-simbol
tertulis biasanya dilengkapi dengan media pictorial seperti gambar-
gambar, bagan, grafik, dan sebagainya.
e) Rekaman suara. Berbagai bentuk informasi dapat disampaikan
kepada anak dalam bentuk rekaman suara. Rekaman suara dapat
disajikan secara disajikan secara tersendiri atau au dibangun digabung
dengan media pictorial. Penggunaan rekam suara tanpa gambar dalam
pengajaran bahasa cukup efektif.20
Media merupakan sarana perantara dalam mengajar. Sarana dan
prasarana atau media merupakan alat bantu untuk memudahkan

20
Ibid, Nana Syaodih Sukmadinata, hal. 108-109

14
pendidik dalam mengaplikasikan isi kurikulum agar lebih mudah
dimengerti oleh peserta didik dalam proses belajar mengajar. Menurut
subandijah, ketepatan memilih alat media merupakn suatu hal yang
penting dikarenakan akan mempengaruhi daya tangkap peserta didik.

5) Komponen Evaluasi Kurikulum


Komponen utama selanjutnya setelah komponen tujuan,
komponen materi, komponen strategi, dan kompenen media dan sarana
adalah komponen evaluasi. Evaluasi merupakan suatu komponen
kurikulum, karena kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan
kegiatan belajar mengajar. Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi
yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan
belajar siswa. Berdasarkan informasi itu dapat dibuat keputusan tentang
kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan
yang perlu dilakukan.
Aspek-aspek yang perlu dinilai bertitik tolak dari aspel-aspek
tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan kurikulum, tujuan
pembelajaran dan tujuan belajar siswa. Jenis penilaian yang
dilaksanakan tergantung pada tujuan diselenggarakannya penilaian
tersebut.21
Evaluasi kurikulum merupakan penilaian terhadap suatu
kurikulum sebagai program pendidikan untuk menentukan efesiensi,
efektivitas, relevansi, dan produktivitas program dalam mencapai tujuan
pendidikan. Kegiatan evaluasi ditujukan untuk menilai sejauh mana
tujuan pendidikan tercapai dan sejauh mana proses kurikulum itu
berjalan seperti yang diharapkan. Hasil dari kegiatan evaluasi ini dapat
dijadikan sebagai umpan balik (feed back) untuk mengadakan
perbaikan dan penyempurnaan kurikulum selanjutnya.
Evaluasi kurikulum dapat ditetapkan untuk mencapai dua sasaran,
yakni evaluasi terhadap proses kurikulum dan evaluasi terhadap produk

21
Ibid, Oemar Hamalik, hal. 29-30

15
(hasil) kurikulum. Evaluasi terhadap proses kurikulum, dimaksudkan
untuk mengetahui apakah proses itu berjalan secara optimal sehingga
dapat memungkinkan tercapainya tujuan. Sedangkan evaluasi terhadap
produk, dimaksudkan untuk menilai sejauh mana keberhasilan
kurikulum dapat mengantarkan siswa kearah tujuan yang ditetapkan.
Untuk mengadakan evaluasi terhadap dua sasaran di atas, perlu di
perhatikan beberapa prinsip, antara lain :
a. Evaluasi harus mengacu pada tujuan
b. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh
c. Evaluasi harus objektif
Evaluasi ditunjukkan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan
yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar
secara keseluruhan tiap kegiatan akan memberikan umpan balik,
demikian juga dalam pencapaian tujuan tujuan belajar dan proses
pelaksanaan mengajar. Umpan balik tersebut digunakan untuk
mengadakan berbagai usaha penyempurnaan baik bagi penentuan dan
perumusan tujuan mengajar, penentuan sekuen bahan ajar, strategi,
dan media mengajar.
a. Evaluasi hasil belajar mengajar
Untuk menilai keberhasilan penguasaan siswa atau tujuan-
tujuan khusus yang telah ditentukan diadakan suatu evaluasi.
Evaluasi ini disebut juga evaluasi hasil belajar mengajar. Dalam
evaluasi ini disusun butiran-butiran soal untuk mengukur
pencapaian tiap tujuan khusus yang telah ditentukan. Menurut
lingkup luas bahan dan jangka waktu belajar dibedakan antara
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif ditunjukkan untuk menilai penguasaan
siswa terhadap tujuan-tujuan belajar dalam jangka waktu yang
relatif pendek. Tujuan utama dari evaluasi formatif sebenarnya
lebih besar ditunjukkan untuk menilai proses pengajaran. Dalam
kurikulum pendidikan dasar dan menengah evaluasi formatif

16
digunakan untuk menilai penguasaan siswa setelah selesai
mempelajari suatu pokok bahasa. Hasil evaluasi formatif formatif
ini terutama digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
dan membantu mengatasi kesulitan kesulitan belajar siswa. Dengan
demikian evaluasi formatif selain berfungsi menilai proses juga
merupakan evaluasi atau tes diagnostik.
Evaluasi sumatif ditunjukkan untuk menilai penguasaan
siswa terhadap tujuan tujuan yang lebih luas, sebagai hasil usaha
belajar dalam jangka waktu yang cukup lama, satu semester, satu
tahun atau satu jenjang pendidikan. Evaluasi sumatif mempunyai
fungsi yang lebih luas daripada evaluasi formatif. Dalam
kurikulum pendidikan dasar dan menengah evaluasi sumatif
dimaksudkan untuk menilai kemajuan belajar siswa (kenaikan
kelas, kelulusan ujian) serta menilai efektivitas program secara
menyeluruh.
b. Evaluasi pelaksanaan mengajar
Komponen yang dievaluasi Dalam pengajaran bukan hanya
hasil belajar mengajar tetapi keseluruhan pelaksanaan pengajaran,
yang meliputi evaluasi komponen tujuan mengajar, bahan
pengajaran (yang menyangkut sekuensi bahan ajar), strategi dan
media pengajaran, serta komponen evaluasi mengajar sendiri.
Untuk mengevaluasi komponen-komponen dan proses
pelaksanaan mengajar bukan hanya digunakan tetapi juga
digunakan bentuk-bentuk nontes, seperti observasi, studi,
dokumenter, analisis hasil pekerjaan, angket dan checklist.
Evaluasi dapat dilakukan oleh guru atau pihak-pihak lain yang
berwenang atau diberi tugas, seperti kepala sekolah dan pengawas,
tim evaluasi kanwil atau pusat.22

22
Ibid, Nana Syaodih Sukmadinata, hal. 111-112

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. kurikulum merupakan bagian-bagian atau unsur-unsur kurikulum yang
telah direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu Kurikulum
dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia ataupun binatang,
yang memiliki susunan anatomi tertentu. Unsur atau komponen-
komponen dari anatomi tubuh kurikulum yang utama adalah tujuan, isi
atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media, serta evaluasi.
Komponen-komponen tersebut berkaitan erat satu sama lain. Serta
Kurikulum adalah segala kegiatan dan pengalaman belajar yang
direncanakan dan diorganisir untuk dilakukan serta dialami oleh anak
didik agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
2. Komponen-komponen kurikulum terdiri dari :
a. Komponen tujuan kurikulum

b. Komponen isi / materi kurikulum

c. Komponen strategi pelaksanaan kurikulum

d. Komponen media dan sarana

e. Komponen evaluasi kurikulum

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdulloh. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Yogyakarta, Ar-ruzz


Media, 2010.
Ali, Mohammad. Pengembangan Kurikulum Di Sekolah. Bandung, Sinar Baru.
1984.
Amir, Daienx. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. 1993.

Arifin, Zainal. Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT.


Remaja Rosdakarya.Cet.2. 2012.
Faududdin, dkk. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Dirjen Binbaga
Islam. 1994.
Hasibun, Lias. Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada.
2010.
Hamalik, Oemar. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Citra Aditya Bakti.
2003.Mansyur. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Dirjen Binbaga
Islam Depag RI. 1995.
Hernawan, Asep Herry. dkk. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Universitas Terbuka. 2003.
Hidayat Soetomo dan Wasty Soemanto. Pembinaan dan Pengembangan
Kurikulum, Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara. 1993Nazhary. Pengorganisan, Pembinaan
dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Dermaga. 1993.

Idi, Abdulllah. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Jogjakarata: Ar-


Ruzz Media. 2011.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetens.
Bandung: Remaja Rosda Karya. 2006.
Murtopo, Ali. Filsafat Pendidikan Islam. Palembang; Noerfikri. 2016.
Nurdin, Syafruddin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Ciputat :
Ciputat Press. 2005.

Syarie, A. Hamid. Pengembangan Kurikulum. Surabaya: Bina Ilmu. 1996.

19

Anda mungkin juga menyukai