Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH MANAJEMEN KURIKULUM DAN PROGRAM

PENDIDIKAN
“Komponen Kurikulum dan Komponen Kurikulum Dalam Konteks Kurikulum
MBKM”

OLEH KEL: III

Yagri Saputra (Ketua) : 22211033


La Ode Geri : 22211035
Muh. Rifqi F. B. : 22211027
Fadia M : 22211029
Nur Asisah : 22211016

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas

segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan genti bertahmid atas anugrah

pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu

Sang Khalik. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan

Makalah ini tepat pada waktunya. Shalwat serta salam selalu tercurahkan

kepada junjungan kita Baginda Nabi besar Muhammad Salallahu Allahi

Wassalam, kepada keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa umat

manusia pada keimanan dan rahmat bagi semesta.

Makalah ini merupakan tugas pada mata kuliah Manajemen Kurikulum

dan Program Pendidikan, Jurusan Administrasi Pendidikan dengan materi

“Komponen Kurikulum dan Komponen Kurikulum Dalam Konteks

Kurikulum MBKM” yang di ampuh oleh ibu Rahmawati, S.Pd., M.Pd.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa Makalah ini selesai berkat

bantuan, petunjuk, dan dorongan dari berbagai pihak yang telah ikhlas

memberi bantuan sehingga terselesaikannya Makalah ini. Oleh sebab itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada kawan-

kawan yang selalu semangat dalam penyusunan makalah ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis senantiasa menerima

kritik dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritik tersebut sifatnya

membangun sebab suatu persoalan akan cepat terselesaikan dengan adanya

ii
kritik dan saran dari orang lain. Semoga Makalah ini dapat memberikan

manfaat bagi pembaca terutama bagi kelompok III khususnya.

Aamiin, Ya Rabbil Aalamin.

iii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
1. Bagaimanakah Komonen Kurikulum?......................................................3
2. Bagaimakah Komponen Kurikulum Dalam Konteks Kurikulum MBKM?
C. Tujuan...........................................................................................................3
1. Mendeskripsikan Komonen Kurikulum....................................................4
2. Mendeskripsikan Komponen Kurikulum Dalam Konteks Kurikulum
MBKM..............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
A. Konsep Kurikulum........................................................................................4
1. Pengertian Kurikulum...............................................................................4
2. Komponen Kurikulum...............................................................................8
3 Komponen Kurikulum Dalam Konteks Kurikulum MBKM..................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................18
A. Kesimpulan.................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen

yang saling berkaitan erat dan menunjang satu sama lain. Komponen-

komponen kurikulum tersebut terdiri dari tujuan, materi pembelajaran,

metode, dan evaluasi. Dalam bentuk sistem ini kurikulum akan berjalan

menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya saling kerja sama di antara

seluruh subsistemnya. Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak

berfungsi dengan baik, maka sistem kurikulum akan berjalan kurang baik dan

maksimal (Nasbi, 2017).

Lebih lanjut Nasbi (2017) mengatakan bahwa berangkat dari bentuk

kurikulum tersebut, maka dalam pelaksanaan kurikulum, sangat diperlukan

suatu pengorganisasian pada seluruh komponennya. Dalam proses

pengorganisasian ini akan berhubungan erat dengan perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Sedangkan manajemen

adalah salah satu displin ilmu yang implikasinya menerapkan prosesproses

tersebut. Maka dalam penerapan pelaksanaan kurikulum, seorang yang

mengelola lembaga pendidikan harus menguasai ilmu manajemen, baik untuk

mengurus pendidikan ataupun kurikulumnya.

Kurikulum sebagai perangkat yang digunakan untuk mengembangkan

kemampuan anak secara paripurna, khususnya kemampuan memecahkan

permasalahan yang dihadapi sehari-hari perlu dipikirkan pengalaman apa

1
yang diperlukan oleh siswa untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan

mempertimbangkan produk yang hendak dicapai, maka dimensi

pengembangannya harus mengikuti pola the how bukan the what, yaitu

bagaimana muatan yang disusun dalam rancangan pendidikan itu mampu

merangkum pengalaman siswa untuk mencapai otonomi intelektuanya,

sehingga memberikan kemampuan untuk berpikir secara mandiri dalam

memecahkan persoalan baru yang belum pernah diperoleh di sekolah.

Menyimak urgensinya, maka para pengembang kurikulum dalam menyususn

kurikulum memperhatikan dua faktor, yaitu kompetensi terminal dan

relevansi dengan dunia kerja (Hamdi M, 2017).

Undang-undang No. 20 tahun 2003 menjelaskan sistem pendidikan

nasional sebagai instrumen dengan metode atau prosedur yang ditentukan

untuk melaksanakan suatu tujuan untuk mencapai tujuan pendidikan yang

diperlukan. Kurikulum bukan hanya sebagai suatu pokok bahasan melainkan

juga sebagai kegiatan pembelajaran dalam suatu upaya untuk memenuhi

tujuan-tujuan pendidikan., keahlian kurikulum diperlukan untuk penerapan

pendidikan di sebuah lembaga agar tepat, terkoordinasi dengan baik, dan

terencana (Aprilia, 2020).

Kurikulum adalah alat yang digunakan dalam pendidikan, serta menjadi

arahan untuk semua jenis dan tingkat kegiatan pembelajaran pendidikan.

Proses meningkatkan kualitas pendidikan tidak mudah Karena fakta bahwa

itu mencakup tidak hanya masalah teknis tetapi juga menantang dan sangat

2
kompleks seperti perencanaan, efisiensi, dan efektivitas kesejajaran sistem

sekolah (Arifandi & Erfan, 2022).

Kurikulum mempunyai peran yang signifikan dalam dunia pendidikan.

Kurikulum juga dianggap sebagai strategi dalam semua aspek praktek

pendidikan. Pendidikan tidak dapat mencapai tujuan yang tercapai dan

bermanfaat jika kurikulum tidak diikuti. Kurikulum dapat diuraikan sebagai

dokumen perencanaan yang mencakup tujuan untuk dipenuhi, kegiatan pokok

dan pembelajaran yang harus siswa selesaikan, strategi dan pendekatan

potensial, evaluasi yang diciptakan untuk belajar lebih lanjut mengenai

pencapaian tujuan, dan penerapan dokumen yang diciptakan dalam bentuk

konkret (Nurhalimah, 2020).

B. Rumusan Masalah

Untuk menghindari agar permasalahan tidak meluas dan tidak keluar dari

judul yang akan dibahas, maka perlu adanya rumusan masalah. Adapun

rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Komonen Kurikulum?

2. Bagaimakah Komponen Kurikulum Dalam Konteks Kurikulum MBKM?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang akan dibahas

adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan Komonen Kurikulum

2. Mendeskripsikan Komponen Kurikulum Dalam Konteks Kurikulum


MBKM

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Secara etimologis, istilah kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu curir

yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah

kurikulum berasal dari dunia olah raga, terutama dalam bidang atletik pada

zaman romawi kuno. Dalam bahasa prancis, istilah kurikulum berasal dari

kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang

harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan finish untuk

memperoleh medali atau penghargaan (Nasbi, 2017).

Sebagaimna Sukmawati (2021) mengatakan bahwa kurikulum pada

umumnya adalah rancangan yang memuat seperangkat mata pelajaran dan

atau materi yang akan dipelajari, atau yang akan diajarkan guru kepada siswa,

kurikulum dapat dilihat secara sempit yaitu sebagai mata pelajaran atau

materi ajarnya dan dari segi yang luas sebagai pengalaman belajar learning

experience.

Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis mudah dipahami sebab konsep

yang terlalu sempit dianggap tidak menguntungkan hal ini dikemukakan oleh

ZEIS 1967 Jika kita ingin mengevaluasi kurikulum kita tidak hanya

mengevaluasi rencana tetapi mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan

kurikulum tertulis itu pada peserta didik Oleh karena itu kurikulum tidak

hanya menyangkut rencana akan tetapi sebagaimana pelaksanaan rencana itu.

4
Pendapat Skillbeck dan Harist menyatakan bahwa kurikulum bukanlah

materi pelaja-ran yang terpisah yang harus disampaikan dan dipelajari

melainkan bahwa pengalaman dan kebudayaan yang harus dipelihara dan

dimodifikasi. Dengan demikian kurikulum harus mencakup 2 sisi yang sama

penting yaitu perencanaan pembelajaran serta bagaimana perencanaan itu

diimplementasikan menjadi pengalaman belajar siswa dalam rangka

pencapaian tujuan yang diharapkan.

Kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilakukan siswa dengan baik

didalam maupun diluar sekolah asal kegiatan tersebut berada dibawah

tanggung jawab guru atau sekolah yang dimaksud dengan kegiatan itu tidak

terbatas pada kegiatan Mitra ataupun ekstrakurikuler apapun yang dilakukan

siswa asal saja ada di bawah tanggung jawab dan bimbingan guru itu adalah

kurikulum (Sanjaya, 2008).

UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan

bahwa, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum

merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus

merupakan pedoman bagi pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan

jenjang pendidikan.

5
2. Komponen Kurikulum

Materi pelajaran, strategi pembelajaran, teknik pembelajaran, dan

komponen pembelajaran itu sendiri adalah di antara unsur-unsur

pembelajaran yang ditinjau kembali. Komponen ini mencakup penilaian dari

komponen pembelajaran untuk tujuan pendidikan. Empat bagian utama yang

membentuk sebuah kurikulum adalah tujuan yang mencakup isi, proses, dan

sistem penyampaiannya di media serta evaluasi. Keempat elemen ini saling

berhubungan dan relevan. Kurikulum harus selaras dengan tuntutan, keadaan,

serta pengembangan sosial di masyarakat. Ada koherensi di antara komponen

kurikulum, termasuk evaluasi yang dilakukan berdasarkan metode, isi

kurikulum, dan tujuannya, serta tujuan dan isinya materi (Rahayu, et al.,

2022).

a. Komponen Tujuan

Pendidikan nasional dimaksudkan untuk meningkatkan potensi pembelajar

terhadap setiap warga negara yang mempunyai potensi, kompeten, kreatif,

independen, dan demokratis serta bertanggung jawab. Hal tersebut tertera pada

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 mengenai administrasi pendidikan

nasional.

Dengan kurikulum akan membimbing semua kegiatan pengajaran dan

mengaitkan pada unsur-unsur kurikulum lainnya. Tujuan kurikulum

didasarkan atas dua konsep. Pertama, pengembangan kurikulum, harapan, dan

kondisi sosial. Kedua, dibangun di atas gagasan dan untuk menekankan

realisasi cita-cita filosofis, terutama filsafat negara. Komponen tujuan dan

6
tindakan memiliki hasil yang diinginkan dan berkaitan erat dengan tujuan

pendidikan. Berikut mengenai tujuan pendidikan nasional :

1. Tujuan dari pendidikan nasional adalah membentuk kerangka kerja dan

kursus pembelajaran bagi semua lembaga pendidikan di Indonesia.

2. Tujuan kelembagaan adalah tujuan yang ditetapkan oleh setiap institusi

sesuai dengan persyaratan dan potensinya untuk ketercapaian dalam tujuan

pendidikan nasional.

3. Tujuan Kurikuler pada setiap mata pelajaran hendaknya tercapai dalam

tujuan kurikulum.

4. Tujuan dari pembelajaran merupakan salah satu hal yang paling penting

bagi para guru dan siswa untuk dicapai ketika pembelajaran.

b. Komponen Isi

Tujuan dari komponen isi adalah untuk mencapai tujuan komponen. Hasil

dari belajar yang menggabungkan pengetahuan, kepercayaan, pengalaman,

dan kapasitas untuk pencapaian tujuan. Untuk menyelesaikan setiap tugas

yang diberikan pada tujuan pendidikan, materi pengajaran juga diperlukan

serta topik yang menciptakan komponen pendidikan. Topik-topik dan sub-

topik spesifik membentuk pengajaran. Ada gagasan pokok setiap topik atau

sub-topik dalam persyaratan materi pengajaran berkaitan dengan tujuan yang

dinyatakan dan yang dimaksudkan. Adapun prinsip perkembangan dan

pengorganisasian isi kurikulum yaitu:

1. Materi kurikulum adalah alat instruksional yang dapat siswa gunakan

untuk belajar dengan penelaahan materi atau pokok pelajaran.

7
2. Materi untuk kurikulum merujuk pada pencapaian dari setiap tujuan unit

pendidikan. Tujuan unit pendidikan bervariasi, yang menghasilkan

perbedaan dalam lingkup dan urutan dari materi pelajaran.

3. Target pencapaian kurikulum adalah dengan tujuan pendidikan nasional.

c. Komponen Strategi

Karena mereka terhubung dengan bagaimana kurikulum

diimplementasikan, bagian-bagian strategi memainkan peran kunci. Proses

pembelajaran pengajaran diwujudkan melalui pola dan urutan perilaku guru

dan siswa yang sama yang melayani tujuan tertentu. Dengan kata lain, strategi

berisikan dua komponen yang penting: rencana yang diaktualisasikan dalam

bentuk kegiatan, dan strategi yang disusun untuk mencapai tujuan utama.

Kenyataannya, ada banyak hal yang dapat dilakukan seorang guru untuk

mengajar seorang murid, oleh karena itu taktik mengajar tidak dibatasi hanya

pada hal itu. Ada sejumlah taktik yang dapat diterapkan dalam pengajaran,

termasuk:

1. Discovery-learning

Siswa dalam pembelajaran ini untuk melengkapi berbagai informasi

mengumpulkan tugas, pembandingan, pengelompokan, analisis, pencampuran,

organisasi, dan menarik kesimpulan siswa dalam pembelajaran diperlukan.

Melalui kegiatan-kegiatan ini, siswa akan menguasai materi-materi ini,

menerapkannya, dan mencari kegiatan yang akan bermanfaat bagi mereka.

2. Meaningful-learning

8
Siswa dalam pembelajaran meaningful-learning mencari makna isi bagi

siswa untuk meningkatkan pembelajaran.

3. Individual-Learning

Kegiatan pembelajaran individu atau kelompok kecil diperlukan untuk

implementasi pembelajaran discovery learning.

d. Komponen Evaluasi

Komponen-komponen evaluasi bertujuan untuk mengevaluasi proses

pendidikan secara keseluruhan dan tujuan yang telah ditentukan. Setiap latihan

akan memberikan umpan balik semacam ini, serta bantuan dalam mencapai

tujuan pembelajaran dan proses pengajaran. Umpan balik dimanfaatkan untuk

melaksanakan berbagai upaya yang ditingkatkan untuk membentuk dan

menciptakan tujuan pendidikan, pengurutan materi instruksional, dan media

pembelajaran. Media pengajaran mencakup media yang luas, termasuk

berbagai bentuk stimulan pelajaran. Berbentuk audio visual, serta berbagai

bentuk stimulan pelajaran, film, rekaman audio, video, televisi, dan komputer.

Mengajar media menyediakan berbagai bentuk stimulus dan sumber-sumber

yang ditawarkan guru untuk membantu siswa menelaah.

e. Evaluasi pengajaran

Sebuah evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi keberhasilan penguasaan

siswa atau gol-gol spesifik yang ditentukan. Penilaian ini juga dikenal sebagai

hasil dari pembelajaran dan pengajaran. Di terapkan penilaian untuk

mengajarkan aspek-aspek pengajaran yang dievaluasi, bukan hanya hasil

pembelajaran. Tujuan evaluasi adalah untuk mengevaluasi proses penerapan

9
dalam pengajaran. Umpan balik akan diberikan untuk setiap kegiatan serta

untuk memenuhi tujuan proses pengajaran dan pembelajaran. Umpan balik

digunakan untuk melaksanakan sejumlah upaya yang ditingkatkan untuk

membentuk dan menciptakan tujuan pembelajaran, teknik, serta media.

Penilaian menyediakan masukan untuk perbaikan tambahan, baik dalam

hal penilaian pembelajaran maupun penilaian implementasi pendidikan secara

umum. Unsur-unsur apa yang disempurnakan dan bagaimana pelaksanaan

penyempurnaan. Hampir semua komponen pengajaran memiliki potensi untuk

ditingkatkan sesuai dengan komponen yang dievaluasi. Hampir semua

komponen pengajaran memiliki potensi untuk ditingkatkan sesuai dengan

komponen yang dievaluasi.

3 Komponen Kurikulum Dalam Konteks Kurikulum MBKM

Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan

program yang memfasilitasi perguruan tinggi dalam rangka meningkatkan

sumber daya manusia dengan memperlengkapi para mahasiswa (peserta

didik) menjadi sarjana yang mahir dan profesional di bidang ilmu dan

teknologi, berkarakter, serta mampu menghadapi tantangan dunia kerja di era

digital (Puspitasari & Nugroho, 2021). Adapun implementasi kegiatan seputar

Kurikulum MBKM tertuang dalam Permendikbud No.3 Tahun 2020 Pasal 15

ayat 1 yang dapat dideskripsikan melalui bagan di bawah ini (Pahru, et al.,

2022).

Kurikulum MBKM memberikan peluang sekaligus tantangan untuk

mengembangkan kapasitas, kepribadian, kreativitas sesuai keterampilan

10
mahasiswa, serta mengembangkan kemandirian dalam mencari dan

menemukan pengetahuan melalui kenyataan dan dinamika lapangan seperti

interaksi sosial, kolaborasi, manajemen diri, persyaratan kemampuan,

permasalahan riil, tuntutan kinerja, target dan pencapaiannya (Vhalery,

Setyastanto, & Leksono, 2022). Menyimak sekilas tujuan dan proses

pembelajaran yang telah diuraikan di atas, nampaknya kurikulum MBKM

menganut aliran filsafat progresivism, pragmagtism, eksistensialism, dan

critical pedagogy karena pembelajaran cenderung berpusat pada mahasiswa

(student centered learning) serta proses pembelajarannya bersifat otonom dan

fleksibel di lingkungan perguruan tinggi dengan budaya belajar yang inovatif

dan merdeka yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Melalui

penerapan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM)

menguatkan otonomi dan fleksibilitas proses pembelajaran di perguruan

tinggi.

Kemampuan dan kapabilitas mahasiswa sebagai calon lulusan disiapkan

untuk memenuhi kebutuhankebutuhan perubahan dan perkembangan zaman.

Relevansi kemampuan dibangun berdasarkan kebutuhan dengan dunia

industri dan potensi-potensi perubahan yang semakin tidak menentu. Oleh

karenanya, perguruan tinggi dituntut untuk responsif dalam merancang dan

mengimplementasikan proses pendidikan yang kreatif, inovatif, dan progresif

serta berorientasi pada pemenuhan capaian pembelajaran yang komprehensif

dan senantiasa relevan (Buku Panduan Kampus Merdeka – Merdeka Belajar,

2020).

11
Dalam prosesnya, tentu terdapat komponen merdeka belajar yang

berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian tujuan tersebut. Dalam hal ini

komponen contextual learning sangat berperan. Berikut 6 komponen tersebut

antara lain:

a. Konstruktivisme

Komponen ini berkaitan dengan bagaimana Mahasiswa mengaktifkan

sebuah pengetahuan yang ada. Dengan demikian nantinya bisa menyusun

suatu konsep. Kemudian dengan konsep tersebut maka mahasiswa bisa saling

sharing dan mempraktikkan di lapangan untuk mendapatkan pengalaman.

b. Inquiry (Menemukan)

Komponen merdeka belajar yang satu ini berarti mahasiswa mengalami

proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman. Inquiry membantu

mahasiswa untuk bisa berpikir lebih kritis dalam kegiatan yang dilakukan.

Apabila terdapat tema tertentu yang diangkat, maka mahasiswa bisa

memperdalam dan menemukan konsepnya secara kritis. Ini akan memberikan

pengalaman yang berharga dalam setiap kegiatan yang dilakukan.

c. Learning Community

Learning community ialah orang yang terikat dalam kegiatan belajar.

Yang nantinya akan bekerjasama dengan orang lain. Jika dibandingkan

dengan belajar sendiri, tentu akan lebih baik karena bisa bertukar pengalaman

dan berbagi ide.

d. Modelling

12
Komponen merdeka belajar modelling atau pemodelan. Artinya ada

contoh atau model yang bisa ditiru. Biasanya kegiatan ini bisa berupa cara

mengerjakan sesuatu seperti hasil karya, narasumber, dan lain sebagainya.

e. Refleksi

Kegiatan ini dilakukan dengan cara pernyataan langsung, catatan

mengikuti kegiatan, kesan atau saran, dan lain sebagainya.

f. Authentic Assessment

Dalam komponen ini, pengetahuan dan keterampilan akan diukur dan

dinilai. Penilaian yang sebenarnya atau authentic assessment akan berbeda-

beda pada setiap jenjang.

Empat pokok kebijakan merdeka belajar yaitu : (Ariyana et al., 2020)

1. Mengganti USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional) menjadi Asesmen

Kompetensi

Mengganti USBN menjadi Asesmen Kompetensi dimaksudkan untuk

mengembalikan keleluasaan sekolah untuk menentukan kelulusan sesuai

dengan UU Sisdiknas. Penilaian kompetensi siswa dilakukan dalam bentuk tes

tertulis dan/atau bentuk penilaian lain yang lebih komprehensif. Pergantian

USBN menjadi asesmen kompetensi bermanfaat oleh siswa, guru, dan

sekolah. Bagi siswa, berkurangnya tekanan psikologis dan mereka memiliki

kesempatan untuk menunjukkan kompetensinya. Bagi guru, penilaian ini

membuat mereka merasa merdeka dalam mengajar, menilai sesuai dengan

kebutuhan siswa, dan situasi kelas/sekolahnya. Hal ini bisa terus

mengembangkan kompetensi profesional guru. Bagi sekolah, sekolah menjadi

13
lebih merdeka karena asesmen mempunyai nilai positif dalam proses dan hasil

belajar siswa.

2. Mengganti Ujian Nasional (UN) menjadi Asesmen Kompetensi Minimum

dan Survei Karakter

Mengganti UN menjadi penilaian kompetensi minimum dan Survei

Karakter dimaksudkan untuk mengurangi tekanan pada guru, siswa, dan orang

tua, serta dianggap kurang optimal sebagai alat untuk memperbaiki mutu

pendidikan nasional. Asesmen kompetensi mengukur kompetensi bernalar

seperti literasi dan numerasi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah

personal maupun profesional yang mengacu pada praktik pada level

internasional seperti Programme for International Student Assessment (PISA)

dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). Survei

karakter mengukur aspek implementasi nilai Pancasila di sekolah, seperti

aspek karakter (karakter pembelajar dan karakter gotong royong) dan aspek

iklim sekolah (iklim kebinekaan, perilaku bullying, dan kualitas

pembelajaran). Perubahan ini merupakan proses perbaikan mutu pendidikan.

3. Perampingan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Perampingan RPP dilakukan untuk mengoptimalkan performance guru.

Sebelumnya RPP memiliki terlalu banyak komponen apabila ditulis dapat

mencapai 20 halaman bahkan lebih. Sekarang RPP cukup 1 halaman yang

memuat tiga komponen inti yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

penilaian. Hal ini dimaksudkan untuk penyederhanaan administrasi dan

14
menghemat waktu guru, sehingga guru dapat merencanakan dan mengevaluasi

proses pembelajaran secara matang.

4. Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi

Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan sistem zonasi

dibuat lebih fleksibel. Rancangan peraturan sebelumnya membagi PPDB

sistem zonasi menjadi tiga yaitu jalur zonasi 80%, jalur prestasi 15%, jalur

perpindahan 5%. Sedangkan rancangan peraturan terbaru menjadi empat yaitu

jalur zonasi 50%, jalur afirmasi 15%, jalur perpindahan 5%, jalur prestasi 0 –

30%.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kurikulum yang membentuk suatu sistem mempunyai komponen-

komponen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain

yaitu komponen pengalaman belajar, isi materi, strategi mencapai dan

komponen evaluasi.

Komponen-komponen yang membentuk sistem kurikulum selanjutnya

melahirkan sistem pengajaran Yang menjadi pedoman guru dalam

pengelolaan proses belajar mengajar dalam kelas. Untuk menganalisis

komponen dalam proses pembelajaran, maka akan dapat membantu dalam

memprediksi keberhasilan proses pembelajaran.

Kurikulum MBKM yang merupakan kurikulum terbaru di Indonesia, lebih

menekankan proses kegiatan pembelajaran diluar dan didalam kampus. Hal

ini dapat diketahui dari pematangan delapan kegiatan pembelajaran yaitu

pertukaran pelajar, magang/praktik kerja, asistensi mengajar di satuan

pendidikan, penelitian/riset, proyek kemanusiaan, kegiatan kewirausahaan,

studi/proyek independen, dan membangun desa/kuliah kerja nyata tematik

yang merupakan inti dari perubahan kurikulum. Dari sisi penilaian, MBKM

memfokuskan penilaian karakteristik untuk menanamkan nilai pancasila dan

bhineka tunggal ika yang merupakan ciri khas kebangsaan Indonesia. Tidak

hanya itu, instrumen penilaian pun ada yang dikembangkan bahkan di ubah

untuk memperbaiki mutu pendidikan dan output lulusan yang sesuai dengan

16
dunia industri, dunia usaha, persiapan karir di masa mendatang sesuai dengan

perkembangan zaman.

17
DAFTAR PUSTAKA

Vhalery, R., Setyastanto, A. M., & Leksono, A. W. (2022). Kurikulum Merdeka


Belajar Kampus Merdeka: Sebuah Kajian Literatur. Research and
Development Journal Of Education, 8(1), 185-201.

Puspitasari, R., & Nugroho, R. (2021). Implementasi Kebijakan Merdeka Belajar


Kampus Merdeka FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Dinamika
Governance: Jurnal Ilmu Administrasi Negara, 11(2), 276-292.

Dirjen Dikti Kemendikbud. (2020). Buku Panduan Kampus Merdeka – Merdeka


Belajar, Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.

Arifin, Zainal, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Cet. I; Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya; 2011.

Sanjaya, Wina. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik


Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta:

Aprilia, W. (2020). Organisasi dan Desain Pengembangan Kurikulum. Islamika,


2(2), 208–226. https://doi.org/10.36088/islamika.v2i2.711.

Arifandi, A., & Erfan, M. (2022). Pengembangan Kurikulum Pendidikan. 1, 1–18.

Nurhalimah, N. (2020). Telaah Komponen Dan Pendekatan Pengembangan


Kurikulum. Islamika, 11(2), 65–90.
https://doi.org/10.33592/islamika.v11i2.433.

Nazri, E., Azmar, A., & Neliwati, N. (2022). Komponen-komponen Kurikulum


Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(1), 1289-1298.

Rahayu, W. I., Najiah, M., & Nulhakim, L. (2022). Komponen Kurikulum, Model
Pengembangan Kurikulum. Jurnal Pendidikan dan Konseling
(JPDK), 4(6), 9056-9062.

Nasbi, I. (2017). Manajemen kurikulum: Sebuah kajian teoritis. Idaarah: Jurnal


Manajemen Pendidikan, 1(2).

Sukmawati, H. (2021). Komponen-komponen kurikulum dalam sistem


pembelajaran. Ash-Shahabah: Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam, 7(1),
62-70.

18
Sukmawati, H. (2021). Komponen-komponen kurikulum dalam sistem
pembelajaran. Ash-Shahabah: Jurnal Pendidikan Dan Studi Islam, 7(1),
62-70.

Ni’mah, M., & Sari, N. (2022). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi


Mengacu Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) Berparadigma
Integratif-Mutidisipliner Model Twin Towers (Studi Kasus Kurikulum
Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Ampel Sur. Jurnal Pendidikan Islam, 6(1), 74-95.

19

Anda mungkin juga menyukai