Anda di halaman 1dari 18

“KOMPONEN – KOMPONEN KURIKULUM”

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum
Dosen Pengampu : Dr, Irwanto, S.Pd.T., MT., MM., M.Pd., M.Si., M.Psi., MA.

Disusun Oleh:

Pony Lestari 2283180020


Firhan Saefullah 2283180016

PENDIDIKAN VOKASIONAL TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah tentang Komponen – Komponen Kurikulum
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dapat mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancarkan pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun kata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki masalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang Komponen –
Komponen Kurikulum, ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

Tangerang, 20 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Pengertian Kurikulum........................................................................................3
B. Komponen Kurikulum........................................................................................5
BAB III............................................................................................................................12
PENUTUP.......................................................................................................................12
A. Simpulan..........................................................................................................12
B. Saran................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum dapat diartikan dengan beragam variasi. Ada yang
memandangnya secara sempit, yaitu kurikulum sebagai kumpulan mata
pelajaran atau bahan ajar. Ada yang mengartikannya secara luas, meliputi
semua pengalaman yang diperoleh siswa karena pengarahan, bimbingan
dan tanggung jawab sekolah. Kurikulum juga diartikan sebagai dokumen
tertulis dari suatu rencana atau program pendidikan, dan juga sebagai
pelaksanaan dari rencana yang sudah direncanakan. Tidak semua yang ada
dalam kurikulum tertulis, kemungkinan dilaksanakan dikelas. Kurikulum
dapat mencangkup lingkup yang sangat luas, yaitu sebagai program
pengajaran suatu mata pelajaran untuk beberapa macam mata pelajaran.
Apakah dalam lingkup yang luas atau sempit, kurikulum membentuk
desain yang menggambarkan pola organisasi dari komponen-komponen
kurikulum den gan perlengkapan penunjangnya.
Peranan kurikulum pendidikan ditinjau dari segi manapun
sangatlah urgen. Hal ini terkait dengan proses transformasi keilmuan dari
generasi tua ke generasi muda. Sudah sepatutnya kurikulum selalu
dievaluasi untuk dapat menyesuaikan dengan tuntutan zaman yang terus
melangkah ke era kemajuan baik secara saintific maupun kreatifitas
berbagai pemikiran yang kerapkali berbenturan dengan nilai religi.
Komponen kurikulum setidaknya harus terdiri dari empat
komponen yaitu tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Hal lain yang harus
diperhatikan lagi bahwa dari tahun ke tahun kurikulum akan terus berubah
sesuai dengan perubahan dan perkembangan pemikiran manusia. Namun
bagaimana cara mengatasi perubahan tersebut, hal ini sangat tergantung
kepada kecermatan pengembang kurikulum itu sendiri.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud kurikulum itu?
2. Apa saja komponen – komponen kurikulum tersebut?
3. Bagaimana keterkaitan antar komponen – komponen kurikulum
tersebut?

C. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud pengertian kurikulum
2. Mengetahui apa saja yang termasuk komponen – komponen kurikulum
3. Memahami bagaimana keterkaitan antar komponen kurikulum

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen yang
saling berkaitan erat dan menunjang satu sama lain.
Komponen-komponen kurikulum tersebut terdiri dari tujuan, materi
pembelajaran, metode, dan evaluasi. Dalam bentuk sistem ini kurikulum akan
berjalan menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya saling kerja sama di
antara seluruh subsistemnya. Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak
berfungsi dengan baik, maka sistem kurikulum akan berjalan kurang baik dan
maksimal. Berangkat dari bentuk kurikulum tersebut, maka dalam pelaksanaan
kurikulum, sangat diperlukan suatu pengorganisasian pada seluruh komponennya.
Dalam proses pengorganisasian ini akan berhubungan erat dengan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Sedangkan manajemen adalah
salah satu displin ilmu yang implikasinya menerapkan prosesproses tersebut.
Maka dalam penerapan pelaksanaan kurikulum, seorang yang mengelola lembaga
pendidikan harus menguasai ilmu manajemen, baik untuk mengurus pendidikan
ataupun kurikulumnya. (Huda, 2017)
Pengertian harfiyah dari kata“kurikulum” berasal dari bahasa Latin yaitu “a
little racecourse” (jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan olahraga), yang
kemudian dialihkan kedalam pengertian pendidikan menjadi ”circle instruction”
yaitu suatu lingkaran pengajaran di mana guru dan murid terlibat di dalamnya
(Arifin, 2000: 85). Dalam bahasa Arab, kurikulum bisa diungkapkan dengan
manhaj yang berarti jalan yang dilalui manusia pada berbagai bidang kehidupan.
Sedangkan arti manhaj / kurikulum dalam pendidikan Islam yang terdapat pada
kamus al-Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan
sebagai acuan lembaga pendidikan untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.
(Ramayulis dan Samsul, 2010: 192)

3
Tidak jauh berbeda,menurut Djunaidi Ghony kurikulum didefinisikan sebagai
kesempatan belajar, sesuatu terencana, yang ditawarkan kepada para siswa oleh
lembaga pendidikan dan para siswa memperoleh pengalaman, yang
dihadapinya ketika kurikulum diimplementasikan (Ghony, 2016: 35). Adapun
Zakiah Daradjat memandang kurikulum sebagai suatu program yangdirencanakan
dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-
tujuan pendidikan tertentu (Ramayulis dan Samsul, 2010:192).
Sementara menurut UU No. 20 Tahun 2003, pengertian kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan definisi
diatas, kurikulum pada hakikatnya suatu program yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan. (Mansur, 2016)

4
B. Komponen Kurikulum
Salah satu tujuan keluaran (output) pendidikan adalah agar siswa menguasai
pengetahuan dasar dalam bidang Matematika, IPA, IPS dan Bahasa agar dapat
berpikir dan berkelakuan (bertindak) sesuai dengan tuntutan masyarakat. Tujuan ini
menyiratkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga formal mentransmisikan dan
mentransfer konsep- konsep dasar ilmu dan pengetahuan dasar kepada siswa.
Penguasaan konsep dasar yang baik memudahkan siswa mengaplikasikan ilmunya
kepada situasi dan kondisi yang lebih berkembang. Menurut Jeromke S. Bruner,
konsep-konsep dasr ilmu pengetahuan merupakan ide-ide pokok (basic idea) yang
ada pada setiap disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu mempunyai struktur pengetahuan
tertentu yang menyajikan ide-ide pokok tersebut. Bila struktur dikuasai, maka
banyak hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu itu akan dapat dipahami
maknanya. Untuk menunjang penguasaan ide-ide pokok itu, maka dalam
struktur kurikulum yang harus diperhatikan setiap komponen pendukungnya,
agar tujuan pendidikan yang telah digariskan bersama dapat mencapai sasaran
yang tepat. (Mustari, 2015: 69-70)

Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan yang pada dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan
komponen penunjang yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam
rangka mencapai tujuan tersebut. Komponen merupakan satu system dari berbagai
komponen yang saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab
kalau satu komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.
(Mustari, 2015: 70)

Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relefansi. Kesesuian


ini meliputi dua hal: Pertama kesesuaian anatar kurikulum dengan tuntunan,
kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian anata
komponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai
dengan isi dan tujuan, dmikian juga evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan
kurikulum. (Sukmadinata, 2015: 102)

Para ahli berbeda pendapat dalam menetapkan komponen-komponen kurikulum.

5
Ada yang mengemukakan lima komponen kurikulum dan ada yang
mengemukakan empat komponen kurikulum. Untuk mengetahui pendapat para ahli
mengenai komponen kurikulum berikut Subandiyah, mengemukakan ada lima
komponen kurikulum, yaitu:
(1) komponen tujuan;
(2) komponen isi/materi;
(3) komponen media (sarana dan prasarana);
(4) komponen strategi;
(5) komponen proses belajar mengajar.

Sementara Soemanto mengemukakan ada empat komponen kurikulum, yaitu:


(1) tujuan (objectives); (2) isi atau materi (knowledges); (3) interaksi belajar
mengajar di sekolah (school learning experiences); (4) penilain (evaluation).
Pendapat tersebut diikuti oleh Nasution, Fuaduddin dan Karya, serta Nana Sudjana.
Walaupun istilah komponen yang dikemukakan berbeda-beda, namun pada intinya
sama yakni (1) Tujuan; (2) Isi dan Struktur Kurikulum; (3) Strategi pelaksanaan
PBM (Proses Belajar Mengajar), dan (4) Evaluasi.
Pada bab ini penyusun akan memaparkan penjelasan dari empat komponen
inti yang membentuk kurikulum.

1. Komponen Tujuan
Telah dikemukakan bahwa, dalam kurikulum atau pengajaran, tjuan memegang
peranan penting, akan mengarahkan semua kegiatan pengajaran dan mewarnai
komponen-komponen kurikulum lainnya. (Sukmadinata, 2015: 103) Komponen
tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang ingin diharapkan. Dalam skala
makro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan falsafah atau system nilai
yang dianut masyrakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu
masyarakat yang dicita-citakan. Mislakan, filsafat atau system nilai yang dianut
Indonesia yaitu Pancasila, maka tujuan yang diharapakan pancasilais. Dalam skala
mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan visi dan misi sekolah serta tujuan-tujuan
yang lebih sempit seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses
pembelajaran. (Tim Dosen, 2015: 194)

6
Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat umum
sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur, yang kemudian
dinamakan kompetensi. (Tim MKPD, 2016: 47) Tujuan pendidikan diklasifikasikan
menjadi empat yaitu:
a. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
b. Tujuan Institusional (TI)
c. Tujuan Kurikuler (TK)
d. Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP)

Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan yang bersifat paling umum dan
merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha
pendidikan. Artinya, setiap lembaga penyelenggara pendidikan harus dapat
membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal ataupun nonformal.
Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang ideal
dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang dirumuskan oleh
pemerintah dalam bentuk undang-undang.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Pasal 3, secara jelas mengambarkan


tujuan Pendidikan Nasional, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuna untuk
berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuahan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan. Dengan kata lain, tujuan ini dapat didefinisikan sebagai kualifikasi
yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat
menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan
instutisional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang
dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, misalnya

7
standar kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan dan jenjang pendidikan
tinggi.

Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi
atau mata pelajaran. Oleh sebab itu, tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai
kualifikasi yang harus dimiliki siswa setelah mereka menyelesaikan suatu bidang
studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler juga dasarnya
merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan. Dengan
demikian, setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan untuk
mencapai tujuan instutisional.

Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat


didefinisikan sebagi kemampuan yang harus dimililki oleh anak didik setelah
mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali
pertemuan. Karena hanya guru yang memahami kondisi lapangan, termasuk
memahami karakteristik siswa yang akan melakukan pembelajarandi suatu
sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran adalah tugas guru. Sebelum guru
melakukan proses mengajar, guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang
harus dikuasai oleh anak didik setelah mereka selesai mengikuti pembelajaran.
Menurut Bloom, dalam bukunya Taxonomy of Educational Objective yang terbit
pada tahun 1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat
digolongkan dalam tiga klasifikasi atau domain (bidang), yaitu domain kognitif,
afektif, dan psikomotorik. (Tim Dosen, 2015: 195)

2. Komponen Isi/Materi Pelajaran


Isi kurikulum merupakan komponen yang lebih banyak menitikberatkan
pada pengalaman belajar yang harus dimiliki peserta didik dalam kegiatan proses
pembelajaran. Isi kurikulum hendaknya memuat segala aspek yang berhubungan
dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang terdapat pada isi setiap mata
pelajaran yang disampaikan dengan kegiatan proses pembelajaran. Isi kurikulum
dan kegiatan pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan dari semua aspek
tersebut.

Isi kurikulum berkenaan dengan pengetahuan ilmiah dan pengalaman belajar

8
yang harus diberikan kepada siswa untuk dapat mencapai tujuan pendidikan.
Dalam menentukan isi kurikulum baik yang berkenaan dengan pengetahuan ilmiah
maupun pengalaman belajar disesuaikan dengan tingkat dan jenjang pendidikan,
perkembangan yang terjadi dalam masyarakat menyangkut tuntutan dan kebutuhan
masyarakat. (Mustari, 2015: 71) Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk
menentukan isi kurikulum, kriteria tersebut antara lain:
a. Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan
siswa.
b. Isi kurikulum harus mencreminkan kenyataan social. Artinya sesuai dengan
tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.
c. Isi kurikulum dapat mencapai tujuan yang komprehensif, artinya mangandung
aspek-aspek intelektual, moral, dan social secara seimbang.
d. Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji, artinya
tidak cepatlapuk hanya karena perubahan tuntutan hidup sehari- hari.
e. Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas, teori, prinsip, konsep
yang terdapat di dalamnya bukan hanya sekadar informasi factual.
f. Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan.

3. Komponen Metode/Strategi
Komponen metode ini berkaitan dengan strategi yang harus dilakukan dalam
rangka pencapaian tujuan. Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal, dinamakan metode. Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan
strategi yang telah ditetapkan. (Arifin, 2014: 88) Metode yang tepat adalah metode
yang sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang akan dicapai dalam setiap
pokok pembahasan. (Tim Dosen, 2015: 196)

Komponen ini merupakan komponen yang memilki peran yang sangat


penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimanapun bagus
dan idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk
mencapainya, maka tujuan itu tidak mungkin dapat dicapai. Strategi meliputi
metode, rencana dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai

9
tujuan tertentu. (Tim MKPD, 2016: 53) Proses pelaksanaan kurikulum harus
menunjukan adanya kegiatan pembelajaran, yaitu upaya guru untuk
membelajarkan peserta didik baik di sekolah melalui kegiatan tatap muka, maupun
di luar sekolah melalui kegiatan terstruktur dan mandiri. Dalam konteks inilah, guru
dituntut untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran, metode mengajar,
media pembelajaran, dan sumber-sumber belajar. (Arifin, 2014: 92)

Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar. Rowntree


membagi strategi mengajar itu atas Exposition – Discovery Learning dan Group –
Individual Learning. (Sukmadinata, 2015: 107) Dalam Exposition, bahan ajar
sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga siswa tinggal hanya menguasai materi
pelajaran yang diceramahkan. Dengan demikian, strategi ini lebih bersifat strategi
yang berorientasi pada pengusaan isi pelajaran (content oriented).

Dalam Discovery Learning, bahan ajar tidak dikemas dalam bentuk yang
sudah jadi, tetapi siswa diharapkan dapat beraktivitas secarapenuh, mencari dan
mengumpulkan informasi, membandingkan, menganalisis, dan sebagainya. Oleh
sebab itu, metode yang lebih banyak digunakan dalam strategi ini adalah metode
pemecahan masalah.

Melalui metode ini siswa bukan hanya dituntut untuk menguasai materi
pelajaran, tetapi juga bagaimana menggunakan potensi berpikirnya untuk
memecahkan suatu persolan. Oleh sebab itu, strategi ini lebih berorientasi kepada
proses belajar (process oriented). Strategi pembelajaran individual dan kelompok,
lebih menekankan bagaiman desain pembelajaran itu dilihat dari sisi siswa yang
belajar. Apabila siswa belajar secara kelompok bersama-sama, mempelajari bahan
yang sama, oleh guru yang sama, tanpa memerhatikan perbedaan minat,bakat, dan
kemampuan yang dimiliki siswa, maka strategi ini dinamakan strategi Group
Learning. Sedangkan, manakala pembelajaran desain dengan pola pembelajaran
yang memerhatikan kemampuan dasr siswa, kecepatan belajar, bahkan
memerhatikan minat dan bakat siswa secara penuh, maka strategi ini dinamakan
pembelajaran individual (Individual Laerning). (Tim MKPD, 2016: 54-55)

4. Komponen Evaluasi

10
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berhenti. Proses
tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Merujuk pada pendapat
tersebut, maka dalam konteks pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari pengembangan kurikulum itu sendiri. Melalui
evaluasi, dapat ditentukan arti dan nilai kurikulum, sehinggabdapat dijadikan
bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum dapat dipertahankan atau tidak; bagian-
bagian mana yang harus disempurnkan. Evaluasi merupakan komponen untuk
melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat
berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau
belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang
ditetapkan. (Tim MKPD, 2016: 56) Evaluasi kurikulum merupakan suatu usaha
yang sulit dan kompleks, karena banyak aspek yang harus dievaluasi, banyak orang
yang terlibat, dan luasnya kurikulum yang harus diperhatikan.

Evaluasi kurikulum memerlukan ahli-ahli yang mengembangkan menjadi


suatu disiplin ilmu.19
Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian
tujuan dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu tes dan non tes.
a. Tes
Tes biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran.
Hasil tes biasanya diolah secra kuantitatif. Dilihat dari fungsinya, tes
yang dilaksanakan setelah satu caturwulan atau semester dinamakan tes
sumatif. Sedangkan tes yang dilaksanakan setelah proses belajar
mengajar atau mungkin setelah selesai satu pokok bahasan dinamakan
tes formatif. Dilihat dari pelaksanaannya, tes dapat dibedakan menjadi
tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.
b. Nontes
Nontes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk
menilai aspek tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberapa
jenis nontes sebagai alat evaluasi, di antaranya wawancara, observasi, studi
kasus, dan skala penilaian.

11
12
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak dapat
dipisahkan dari suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai
peranan dalam pembentukan sistem kurikulum. Kurikulum mempunyai beberapa
dimensi yaitu kurikulum sebagai suatau ide, rencana tertulis, hasil dari belajar,
kegiatan dan sebagai disiplin ilmu dan sebagai suatu sistem. Komponen
kurikulum memiliki beberapa komponen yaitu diantaranya tujuan, materi atau
pengalaman belajar, organisasi dan evaluasi.

Kurikulum dapat dikatakan sebagai suatu sistem, mengapa? Karena


kurikulum memiliki tujuan yang satu dan memiliki komponen-komponen yang
saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti sistem. Sistem adalah suatu
kesatuan sejumlah elemen yang terkait dalam proses atau struktur dan dianggap
berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam mencapai satu tujuan.

Jika pengertian di atas dipadukan, maka sangat mungkin dapat dikatakan


bahwa kurikulum merupakan suatu sistem, karena ada sejumlah komponen
dalam terbentuknya kurikulum yang saling berkaitan dan terikat, dan memiliki
tujuan yang utuh. Jika suatu sistem kurikulum dapat di analogikan dengan
organisme manusia yang memiliki susunan anatomi tubuh tertentu.

B. Saran
Pembuatan makalah ini untuk menambahkan wawasan tentang komponen-
komponen kurikulum. Penulisan makalah ini di buat hanya agar dapat menjadi
wawasan sekilas dan tambahan tentang komponen-komponen kurikulum.
Penulis berharap makalah ini dapat menjadi pengetahuan bagi para pembaca
dalam memahami kurikulum yang dilaksanakan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. (2000). Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin, Z. (2014). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Ghony, M. D. (2016). Desain Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama


Islam Multikultural, Makalah Kuliah S3 PAI Multikultural.Malang: Unisma.

Huda, N. (2017). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Al-Tanzim: Jurnal


Manajemen Pendidikan Islam, 1(2), 52-75.

Mansur, R. (2016). Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam


multikultural (Suatu prinsip-prinsip pengembangan). Vicratina: Jurnal Pendidikan
Islam, 1(2).

Mustari, M. (2015). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers,

Ramayulis, dan Samsul, N. (2009). Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Kalam


Mulia

Sukmadinata, S. N. (2015). Pengembangan Kurikulum; Teori dan Praktek.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. (2015).


Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Tim Pengembangan MKPD Kurikulum dan Pengembangan. (2016). Kurikulum


dan Pengembangan. Jakarta: Rajawali Pers.

Adriyanto, Mohamad, 2011,”16 Prinsip Pendidikan Vokasional dari


Prosser”  http://1ptk.blogspot.com/2011/11/prinsip-pendidikan- vokasional-dari.html

Blog, Ayomy, Octo,2012, “Filsafat Dan Arah Pendidikan Teknologi


Kejuruan”, http://1octo.wordpress.com/2012/07/17/filsafat-dan-arah-pendidikan-
teknologi-kejuruan/

Ditjen,Dikmen,2012, “Revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pendidikan


Menengah”,Jakarta

14
Reksoatmodjo, Narsoyo, Tedjo, 2010,“Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi
dan Kejuruan”, Bandung, PT Rafika Aditama,

Pardjono,2011,”Peran Industry dalam pengembangan SMK”Makalah

Kusuma, Sunaryo, Wowo,2013,”Filasafat Pendidikan Teknologi, Vokasi, dan Kejuruan”,


Bandung, Alfabeta

KPTK, 2010,“ Sistem Pendidikan Kejuruan


Indonesia”  http://kptk.weebly.com/indonesia.html

Sudjani,2010,”Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan dalam


Menghasilkan Guru SMK di Era Global dan
Otonomi”, http://hipkin.or.id/pengembangan-kurikulum-pendidikan-teknologi-dan-
kejuruan-dalam-menghasilkan-guru-smk-di-era-global-dan-otonomi/

Dasman,Johan,2010,”Pendidikan Teknologi dan


Kejuruan”,  http://dasmanjohan.wordpress.com/2010/11/04/pendidikan-teknologi-dan-
kejuruan/

Adriyanto, Mohamad, 2011,“Mengukur Keberhasilan Pendidikan


Vokasi”    http://1ptk.blogspot.com/2011/11/mengukur-keberhasilan-pendidikan-
vokasi.html

15

Anda mungkin juga menyukai