Anda di halaman 1dari 33

PERENCANAAN KURIKULUM

Makalah
Disusun dan Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur

Mata Kuliah : Telaah Kurikulum SD


Dosen Pengampu : Trio Ardhian, M.Pd

Di Susun Oleh:
Nama : DANU FERY FEBRIANTA (2020015134)
EKA AGUSTINA (2020015140)
ANGGUN YULIANA SEPHIA NINGRUM
(2020015147)
HANIFTA RAHMAWATI (2020015152)
Semester : 3 (Tiga)
Kelas : 3D PGSD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR (PGSD)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA


YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR
‫بِسْــــــــــــــــــــــ ِماللّ ِهالرَّحْ َمنِال َّر ِحي ِْم‬

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-nya sehingga
penulisan tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang telah
ditentukan. Penyusunan tugas makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah psikologi pendidikan, topik yang dibahas adalah “Perencanaan Kurikulum”.
Penyusunan tugas ini dengan harapan dapat membantu pembaca untuk lebih
memahami materi tentang “Perencanaan Kurikulum”. Namun demikian, tentu saja dalam
penyusunan masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang
tepat. Dengan ini, memohon saran dan kritik yang konstruktif, sehingga penulis bisa
menyempurnakan hasil makalah yang telah dibuat.

Yogyakarta, 8 September 2021

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................2
D. Manfaat......................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................5
A. Perencanaan Kurikukulum......................................................................................5
B. Asas-asas Perencanaan Kurikulum.........................................................................6
C. Tujuan Perencanaan Kurikulum.............................................................................7
D. Fungsi Perencanaan Kurikulum..............................................................................8
E. Prinsip-Prinsip Perencanaan Kurikulum...............................................................8
F. Prosedur Perencanaan Kurikulum.........................................................................9
G. Karakteristik Perencanaan Kurikulum................................................................10
H. Kerangka Kerja Perencanaan Kurikulum...........................................................11
I. Komponen Perencanaan Kurikulum....................................................................12
J. Tahapan dalam Perencanaan Kurikulum............................................................16
K. Model-Model Pembelajaran Kurikulum..............................................................18
L. Manajemen Perencanaan Kurikulum...................................................................25
BAB III................................................................................................................................29
PENUTUP...........................................................................................................................29
A. Kesimpulan..............................................................................................................29
B. Saran.........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................30
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat. Perkembangan dunia pendidikan menghadirkan berbagai pola
untuk mengasah potensi siswa untuk dapat mencapai kemampuan mereka
secara terukur dan mampu menunjukkan prestasi mereka. Kehadiran sekolah
unggulan adalah pilihan akseleratif sebagai sekolah berkualitas,sehingga dalam
penerapannya, banyak orang beranggapan bahwa dalam kategori yang unggul
harapan apa yang dapat diberikan kepada siswa ketika mereka lulus. Harapan
ini menjadi sangat penting dan sangat berarti bagi setiap orang tua siswa,
pemerintah, masyarakat maupun oleh siswa itu sendiri, yaitu sejauh mana (out
put) dan (hasil) sekolah memiliki kecerdasan, moral dan keterampilan yang
dapat bermanfaat bagi masyarakat, negara dan agama. Banyak pihak
menggambarkan sekolah unggul sebagai institusi yang dengan keunggulannya
dalam banyak hal, termasuk keunggulan dalam perencanaan kurikulum di
dalamnya.

1
Kurikulum adalah bagian penting dari proses pendidikan. Pendidikan tanpa
kurikulum akan terlihat tidak teratur. Selain itu, kurikulum adalah salah satu media
pencapaian tujuan pendidikan, dan pada saat yang sama berfungsi sebagai pedoman
pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar peran dan fungsi penting dari
kurikulum harus menjadi fokus utama dalam meningkatkan pembelajaran siswa di
sekolah. Kurikulum juga ditafsirkan sebagai perencanaan dan pengaturan terkait isi
dan materi pelajaran dan penggunaan metode sebagai pedoman untuk
melaksanakan kegiatan belajar guna tercapainya tujuan pendidikan. Maka dari itu
kurikulum sangat penting dalam sistem pendidikan. Rancangan kurikulum dalam
pendidikan harus diposisikan sebagai pijakan bagi sekolah untuk mengembangkan
pendidikan.

Kajian tentang upaya menggagas perencanaan kurikulum di sekolah


banyak dilakukan oleh para peneliti, diantaranya, Busro dan Siskanda yang
mengatakan bahwa perencanaan kurikulum adalah sebuah proses yang dilakukan
oleh para perencana mengambil bagian pada berbagai level pembuat keputusan
mengenai tujuan pembelajaran yang seharusnya, bagaimana tujuan dapat
direalisasikan melalui proses belajar-mengajar, dan tujuan tersebut memang tepat
dan efektif (2017 : 31-32). Perencanaan kurikulum menurut Mulyasa merupakan
perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membina
siswa ke arah perubahan tingkah laku yang diinginkan dan menilai sampai dimana
perubahan-perubahan telah terjadi pada diri siswa (2002 : 21).

Maka dari permasalahan tersebut, kami melakukan pemahaman dan


penelitian untuk mencoba mengangkat masalah tentang perencanaan kurikulum
untuk mengetahui bagaimana sebenarnya perencanaan kurikulum yang telah
dilaksanakan dan bagaimana menggagas perencanaan kurikulum di sekolah yanyg
mana nantinya akan diproyeksikan menjadi sekolah unggul yang efektif dan sesuai
dengan kompetensi dari peserta didik.

B. Rumusan Masalah

2
1. Bagaimana perencanaan kurikulum?
2. Apa saja asas-asas perencanaan kurikulum?
3. Apa tujuan dari perencanaan kurikulum?
4. Apa fungsi dari perencanaan kurikulum?
5. Apa saja prinsip-prinsip dari perencanaan kurikulum?
6. Bagaimana prosedur perencanaan kurikulum?
7. Bagaimana karakteristik perencanaan kurikulum?
8. Bagaimana kerangka kerja perencanaan kurikulum di SD?
9. Apa saja komponen perencanaan kurikulum?
10. Bagaimana tahapan-tahapan perencanaan kurikulum?
11. Bagaimana model dalam pembelajaran kurikulum?
12. Bagaimana manajemen perencanaan kurikulum?

C. Tujuan

1. Untuk menjelaskan tentang perencanaan kurikulum.


2. Untuk menjelaskan tentang asas-asas perencanaan kurikulum.
3. Untuk menjelaskan tentang tujuan dari perencanaan kurikulum.
4. Untuk menjelaskan tentang fungsi dari perencanaan kurikulum.
5. Untuk menjelaskan tentang prinsip-prinsip dari perencanaan kurikulum.
6. Untuk menjelaskan tentang prosedur perencanaan kurikulum.
7. Untuk menjelaskan tentang karakteristik perencanaan kurikulum.
8. Untuk menjelaskan tentang kerangka kerja perencanaan kurikulum di SD.
9. Untuk menjelaskan tentang komponen perencanaan kurikulum.
10. Untuk menjelaskan tentang tahapan-tahapan perencanaan kurikulum.
11. Untuk menjelaskan tentang model dalam pembelajaran kurikulum.
12. Untuk menjelaskan tentang manajemen perencanaan kurikulum.

D. Manfaat

3
1. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan pembaca tentang
perencanaan kurikulum.
2. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang asas-asas perencanaan
kurikulum.
3. Memahami tentang tujuan dari perencanaan kurikulum bagi pembaca.
4. Memotivasi guru atau calon pendidik untuk lebih memahami tentang fungsi
dari perencanaan kurikulum.
5. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang prinsip-prinsip dari
perencanaan kurikulum.
6. Memotivasi guru atau calon pendidik untuk lebih memahami tentang prosedur
perencanaan kurikulum.
7. Memahami tentang karakteristik perencanaan kurikulum bagi pembaca dan
penulis,.
8. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang kerangka kerja perencanaan
kurikulum di SD.
9. Memotivasi guru atau calon pendidik tentang komponen perencanaan
kurikulum.
10. Memahami tentang tahapan-tahapan perencanaan kurikulum bagi penulis dan
pembaca.
11. Menambah pengetahuan dan wawasa bagi penulis dan pembaca tentang model
dalam pembelajaran kurikulum.
12. Memotivasi guru atau calon pendidik untuk lebih memahami tentang
manajemen perencanaan kurikulum.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perencanaan Kurikukulum

M. Arif Khoirudin (2013 ; 63) menjelaskan bahwa perencanaan merupakan


tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang dikerjakan, bagaimana
mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan dan siapa yang mengerjakannya.

Hamalik (2010 ; 152) menjelaskan bahwa perencanaan kurikulum adalah suatu


proses sosial kompleks yang menuntut berbagai jenis dan tingkatan pembuatan
keputusan.

Mulyasa (2002 ; 21) menjelaskan bahwa perencanaan kurikulum merupakan


perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membina
siswa ke arah perubahan tingkah laku yang diinginkan dan menilai sampai dimana
perubahan-perubahan telah terjadi pada diri siswa.

Busro dan Siskanda (2017: 31-32) menjelaskan bahwa perencanaan kurikulum


adalah sebuah proses yang dilakukan oleh para perencana mengambil bagian pada
berbagai level pembuat keputusan mengenai tujuan pembelajaran yang seharusnya,
bagaimana tujuan dapat direalisasikan melalui proses belajar-mengajar, dan tujuan
tersebut memang tepat dan efektif.

Ardimoviz (2017: 29-30) menjelaskan bahwa perencanaan adalah suatu proses


intelektual yang melibatkan pembuatan keputusan, proses ini menuntut predisposisi
mental yang berfikir sebelum bertindak, berbuat berdasarkan kenyataan bukan
perkiraan, dan berbuat sesuatu secara teratur.

5
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan
kurikulum adalah kemampuan dalam merencanakan kesempatan-kesempatan
belajar peserta didik dan segala bentuk pengalaman belajar yang diterima untuk
mempersiapkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan.

B. Asas-asas Perencanaan Kurikulum

Dalam proses merencanakan kurikulum sekolah harus memperhatikan asas-asas


atau landasan kurikulum. Merecanakan sebuah kurikulum juga harus didasarkan
pada fondasi yang kuat. Kesalahan menentukan dan menyusun fondasi kurikulum
berarti kesalahan dalam menentukan kebijakan dan implementasi pendidikan.

Di bawah ini adalah beberapa asas di dalam perencanaan kurikulum di sekolah


dasar sebagai berikut:

1. Objektivitas
Perencanaan kurikulum haruslah memberikan kejelasan yang disesuaikan
dengan tujuan pendidikan nasional di Indonesia, serta data-data yang diinput
haruslah konkrit atau real.
2. Keterpaduan
Perencanaan kurikulum haruslah sesuai dengan beberapa jenis yang mendukung
mulai dari disiplin ilmu, keterpaduan antara stekholder eksternal maupun
eksternal, dan juga keterpaduan isi kurikulum dengan pengaktualisasian di
lapangan.
3. Manfaat
Perencanaan kurikulum memberikan beberapa gambaran yang bermanfaat
sebagai pijakan untuk memberikan kebijakan didalam evaluasi proses
penyelenggaraan pendidikan.
4. Efisiensi dan Efektivitas
Perencanaan kurikulum dalam menghasilkan tujuan pendidikan yang maksimal
terhadap efesiensi keuangan dan efektifitas waktu.
5. Kesesuaian

6
Perencanaan kurikulum harus diarahkan sesuai dengan visimisi, kemana potensi
peserta didik serta mengikuti perubahan zaman milenial yang sangat
membutuhkan ilmu teknologi.
6. Keseimbangan
Perencanaan kurikulum mengasaskan keseimbangan pada seluruh komponen
yang mendukung dari kemampuan SDM sampai perlengkapan untuk
melaksanakan kegiatan.

7
7. Kemudahan
Perencanaan kurikulum memberikan kemudahan bagi para pemakainya yang
membutuhkan pedoman berupa bahan kajian dan metode untuk melaksanakan
proses pembelajaran.
8. Berkesinambungan
Perencanaan kurikulum di tata secara berkesinambungan sejalan dengan tahap-
tahap dan jenis jenjang satuan pendidikan.
9. Pembakuan
Perencanaan kurikulum dilakukan sesuai dengan jenjang dan jenis satuan
pendidikan, sejak dari pusat, propinsi, kabupaten atau kotamadya.
10. Mutu
Perencanaan kurikulum memberikan pemilihan kepada seluruh perangkat
pembelajaran yang bermutu, untuk meberikan kepuasan dalam memberikan
lulusan yang berkualitas dan kompeten.

S Nasution (2009) mengemukakan bahwa mengembangkanan kurikulum bukan


sesuatu yang mudah dan sederhana karena banyak hal yang harus dipertimbangkan.
Setidaknya ada 4 (empat) asas-asas yang mendasari kurikulum, yakni sebagai
berikut:

1. Asas filosofis yang berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan
filsafat negara.

8
2. Asas psikologis yang memperhitungkan faktor anak dalam kurikulum yakni:
psikologi anak, perkembangan anak, psikologi belajar, dan bagaimana proses
belajar anak.
3. Asas sosiologis yaitu keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya,
kebudayaan manusia, hasil kerja manusia, hasil kerja manusia berupa
pengetahuan, dan lain-lain.
4. Asas organisatoris yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan
pelajaran yang disajikan.

C. Tujuan Perencanaan Kurikulum

Menurut Fitri A.Z (2013) Perencanaan Kurikulum bertujuan untuk


merencanakan berbagai perspektif, teori dan penelitian yang dikembangkam
berdasarkan kekuatan sosial (human force), perkembangan manusia (human
development), dan pembelajaran dan gaya pembelajaran (learning and learning
style). Tujuan lainnya yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

9
Menurut Rusman (2009: 21) perencanaan kurikulum bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan. Tujuan perencanaan
kurikulum dikembangkan dalam bentuk kerangka teori dan penelitian terhadap
kekuatan social, pengembangan masyarakat, kebutuhan, dan gaya belajar siswa.
Beberapa keputusan harus dibuat ketika merencanakan kurikulum dan keputusan
tersebut harus mengarah pada spesifikasi berdasarkan kriteria. Merencanakan
pembelajaran merupakan bagian yang sangat penting dalam perencanaan kurikulum
karena karena pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap siswa daripada
kurikulum itu sendiri. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu
perencanaan kurikulum, kurikulum yang dikelola secara professional akan
melibatkan masyarakat, khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar
perlu disesuaikan dengan ciri khas dengan kebutuhan pembangunan daerah
setempat.

D. Fungsi Perencanaan Kurikulum

Menurut Mansoer dalam Hamalik (2016:214) adalah merumuskan tujuan,


menentukan strategi menyeluruh tentang cara pelaksanaan tugas untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan tersebut, serta menetapkan hirarki rencana secara
menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengordinasikan kegiatan yang
diperlukan untuk tercapainya tujuan organisasi.

Menurut Hamalik (2016:214) secar umum, perencanaan pengajaran mempunyai


fungsi-fungsi berikut:

a. Memberi pemahaman yang lebih jelas kepada guru tentang tujuan Pendidikan
sekolah dan hubungannya dengan pengajaran yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan.
b. Membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pengajarannya
terhadap pencapaian tujuan Pendidikan.
c. Menambah keyakinan guru atas nilai-nilai pengajaran yang diberikan dan
prosedur yang digunakan.

10
d. Membantu guru dalam upaya mengenal berbagai kebutuhan dan minat murid
serta mendorong motivasi belajar.
e. Mengurangi kegiatan yang bersifat trial end error dalam mengajar, berkat
adanya organisasi kurikuler yang lebih baik, metode yanag tepat dan
menghemat waktu.
f. Murid-murid akan menghormati guru yang dengan sungguh-sungguh
mempersiapkan diri untuk mengajar sesuai dengan haraapan mereka.
g. Memberi kesempatan pada para guru untuk memajukan pribadi dan
perkembangan profesionalnya.
h. Membantu guru memiliki rasa percaya diri sendiri dan jaminan atas diri sendiri.
i. Membantu guru untuk memelihara kegairahan mengajar dan senantiasa
memberikan bahan-bahan yang aktual pada murid.

E. Prinsip-Prinsip Perencanaan Kurikulum

Menurut Hamalik (2016:172) semua jenis perencanaan kurikulum terjadi pada


semuatingkat pendidikan dan disesuaikan dengan tingkat kelas. Secara umum,
sebuah perencanaan kurikulum yang realistis disusun berdasarkan prinsip-prinsip
berikut:

a. Prinsip 1, perencanaan kurikulum berkenaan dengan pengalaman-pengalaman


para siswa.
b. Prinsip 2, perencanaan kurikulum dibuat berdasarkan berbagai keputusan
tentang konten dan proses.
c. Prinsip 3, perncanaan kurikulum mengandung keputusankeputusan tentang
berbagai isu dan topik.
d. Prinsip 4, perencanaan kurikulum melibatkan banyak kelompok.
e. Prinsip 5, perencanaan kurikulum dilaksanakan pada berbagai tingkatan (level)
f. Prinsip 6, perncanaan kurikulum adalah sebuah proses yang berkelanjutan.

F. Prosedur Perencanaan Kurikulum

11
Dalam setiap pengelolaan kegiatan tentunya melewati beberapa prosedur dan
tahapan-tahapan. Terkait dengan manajemen kurikulum, tahap perencanaan
merupakan tahap awal dalam menetapkan kurikulum. Tentunya, perencanaan
kurikulum melewati beberapa proses demi terciptanya perencanaan yang matang
yang selanjutnya akan diaktualkan dan terakhir akan dievaluasi apakah kurikulum
tersebut berhasil sesuai dengan harapan atau sebaliknya.

Menurut Fauzi Taha Ibrahim terdapat tujuh langkah dalam menyusun perencanaan
kurikulum sebagai berikut:
a. Analisis lapangan dimana kurikulum diberlakukan.
b. Menentukan tujuan berdasarkan kebutuhan siswa dan masyarakat.
c. Menentukan isi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan.
d. Mengorganisasikan pengalaman pembelajaran
e. Menentukan metode, media dan evaluasi pembelajaran.
f. Uji coba kurikulum.
g. Implementasi dan evaluasi kurikulum.

Menurut Dakir (2004) terdapat beberapa tahapan dalam perencanaan kurikulum


yang terdiri mencakup atas:
a. Tahap perencanaan, terdiri dari: Diagnosis system, Formulasi tujuan, Perkiraan
sumber, Perkiraan target, Constrain/hambatan.
b. Formulasi rencana
c. Elaborasi rencana
d. Evaluasi/revisi

Sementara itu Hamalik mengemukakan komponen perencanaan kurikulum sebagai


berikut:
a. Perumusan tujuan belajar atau hasil yang digunakan.
b. Konten yang terdiri atas fakta dan konsep yang berhubungan dengan tujuan.
c. Kegiatan yang mungkin digunakan untuk melaksanakan tujuan.
d. Sumber-sumber yang mungkin digunakan untuk mencapai tujuan.
e. Alat pengukuran untuk menentukan derajat.

12
Sementara itu Tarigan mengemukakan beberapa prosedur perencanaan kurikulum
dalam pengembangan kurikulum bahasa yang terdiri dari: Analisis kebutuhan,
penetapan tujuan, rancang bangun silabus, metodologi, pengujian dan penilaian.

G. Karakteristik Perencanaan Kurikulum


Karakteristik perencanaan kurikulum yaitu sebagai berikut (Hamalik, 2007):

a. Perencanaan kurikulum harus memiliki konsep yang jelas tentang berbagai hal
yang membuat hidup lebih baik berdasar karakteristik masyarakat sekarang dan
masa yang akan datang karena termasuk kebutuhan dasar manusia.
b. Perencanaan kurikulum dibuat dengan kerangka kerja komprehensif dengan
mempertimbangkan dan mengoordinasikan elemen-elemen penting dari
efektifitas pengajaran dan pembelajaran.
c. Perencanaan kurikulum harus antisipatif dan reaktif. Pendidikan harus
responsive terhadap kebutuhan individu siswa sertan membantu siswa
menjalani kehidupan yang kondusif.
d. Tujuan pendidikan yang dibuat harus mencakup berbagai kebutuhan dan minat
yang berkaitan dengan individu dan masyarakat, serta perumusan berbagai
tujuan pendekatan harus diklarifikasi dengan ilustrasi konkret, sehingga dapat
digunakan dalam mengembangkan rencana kurikulum spesifik, apabila tidak
dilakukan, maka persepsinya akan menjadi kurang jelas dan kontradiktif.

H. Kerangka Kerja Perencanaan Kurikulum


Kerangka kerja dalam perencanaan kurikulum diperlukan agar perencanaan
kurikulum dapat tersusun sesuai yang diharapkan, maka dari itu penyusun
kurikulum perlu mengembangkan perencanaan kurikulum berdasarkan kerangka
perencanaan sebagai berikut:
a. Fondasi (Fondation)

13
Pendidikan didasarkan pada tiga bidang fondasi yang luas, yaitu filsafat,
sosiologi, dan psikologi yang berkaitan dengan kebutuhan individu dan
masyarakat.
b. Tujuan (Goal)
Tujuan pendidikan dikembangkan berdasarkan jenjang wilayah nasional dan
daerah. Tingkat nasional memberikan panduan untuk pembangunan lokal dan
begitupun sebaliknya.
c. Tujuan Umum (General Objectivies)
Tujuan umum menyajikan tujuan yang mengkonstruksikan kegiatan belajar
mengajar sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
d. Keputusan (Decision)
Perencana kurikulum harus mempertimbangkan hal-hal yang akan
mempengaruhi hasil keputusan mereka, diantaranya yaitu:
1) Karakteristik para siswa yang akan menggunakan kurikulum
2) Refleksi prinsip-prinsip pembelajaran
3) Sumber dukungan umum
4) Jenis dan model pendekatan kurikulum
5) Mengatur manajemen disiplin ilmu tertentu yang digunakan dalam
merencanakan situasi belajar-mengajar
e. Komponen Perencanaan Kurikulum
Komponen Perencanaan Kurikulum terdiri atas:
1) Perumusan tujuan atau hasil
2) Konten yang terdiri dari fakta dan konsep yang terkait dengan tujuan
3) Aktivitas yang digunakan untuk mencapai tujuan

I. Komponen Perencanaan Kurikulum


Komponen perencanaan kurikulum yaitu sebagai berikut:

a. Perumusan tujuan atau hasil. Untuk mencapai tujuan, penyelenggara sekolah


harus berpedoman tujuan pendidikan nasional. Sumber empiris, filosofis,

14
konsep kurikulum, materi pelajaran, analisis situasional, serta penekanan
pendidikan.
b. Konten yang terdiri dari fakta dan konsep yang terkait dengan tujuan. Konten
kurikulum adalah komposisi bahan studi dan pelajaran guna mencapai tujuan
pendidikan. Maka dari itu, terdapat kriteria yang harus diperhatikan dalam
memilih isi kurikulum, yaitu:
1) Signifikansi
2) Validitas
3) Relevansi
4) Utilitas sosial
5) Kemampuan belajar
6) Minat siswa
c. Aktivitas yang digunakan untuk mencapai tujuan. Kegiatan belajar harus
dirancang bervariasi sehingga memungkinkan siswa untuk memperoleh konten
yang ditentukan sehingga tujuan ditetapkan. Strategi belajar mengajar dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1) Ekpositori (ekpository)
2) Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
3) Proyek layanan masyarakat (community service project)
4) Pembelajaran yang dikuasai (mastered learning)
5) Pendekatan proyek (project approach)

15
J. Tahapan dalam Perencanaan Kurikulum
Kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan harus selalu dikembangkan
menyesuaikan dengan perubahan teknologi maupun situasi dunia kerja. Adapun
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum tersebut
berdasarkan pada:
1. Data dasar keputusan muatan kurikulum dibuat setelah mengkaji berbagai data,
seperti karakteristik siswa dan pekerjaan yang akan dipersiapkan.
2. Dinamika kurikulum pengelola, pengembang kurikulum dan pembimbing /guru
harus selalu menguji seberapa baik pelaksanaan kurikulum dalam memenuhi
kebutuhan siswa dan memodifikasi sesuai keperluan.
3. Menunjukkan hasil secara eksplisit, meskipun diakui bahwa kita tidak dapat
menyatakan semua hasil kurikulum, dalam hal ukuran tertentu, banyak dari
hasil yang dapat ditulis sedemikian rupa sehingga tujuan kurikulum yang luas
dibuatlebih terukur, sehingga kita akan dapat mengatakan apakah siswa
mencapai hasildan bagaimana mencapai hasil yang berhubungan dengan hal
diatas.
4. Artikulasi penuh, meliputi resolusi dari muatan konflik antara bidang yang
berbeda atau pengembangan alur pembelajaran logis dari tahun ke tahun
berikutnya.
5. Artikulasi kurikulum juga terjadi di seluruh jenjang sekolah
yangmemungkinkan lembaga pendidikan kejuruan mengajarkan apa yang
terbaik, sehingga siswa dapat melakukan hal yang lebih efesien.
6. Realistis, muatan kurikulum kejuruan biasanya didasarkan pada peran pekerja
yang sebenarnya/riil dengan tugas-tugas yang relesan, pengetahuan,
keterampilan,sikap, dan nilai dan nilai yang bermanfaat sebagai dasar untuk
apa yang diajarkan.
7. Student-oriented, kurikulum tidak hanya menemukan kebutuhan kelompok
siswa,tetapi juga jaminan untuk menemukan kebutuhan indi$idual siswa yang
berbeda dengan mengetahui hal ini, perlu pemilihan pendekatan pembelajaran
terbaikdalam membimbing siswa, terutama mengenai sejauh mana pendekatan
akan benar dan membantu siswa dalam mempersiapkan lapangan kerja.

16
8. Evaluasi kurikulum harus menjadi aktivitas berkelanjutan yang direncanakan
dan dilakukan secara sistematis. Siapapun yang terlibat dengan kurikulum
kejuruanharus menyadari bahwa evaluasi merupakan upaya terus dan menerus.
Kurikulum yang sedang dirancang harus dibuat untuk menilai dampaknya pada
siswa.
9. Berorientasi masa depan, pendidik khususnya kejuruan dan teknik, sangat
menaruh perhatian terhadap masa depan. Apa perubahan teknologi dapat
mempengaruhi kebutuhan akan lulusan? apa jenis laboratorium sekolah
akandibutuhkan dua puluh tahun mendatang? Pendidikan apa yang akan
dibutuhkanoleh siswa di sekolah sekarang? Pertanyaan ini yang sering diangkat
oleh pendidik kejuruan yang berpikir ke masa depan. Penanggung jawab untuk
kurikulum kejuruan dan teknik kontemporer perlu memastikan bahwa muatan
dan struktur kurikulum yang sedang berlangsung dianggap ada kaitannya
dengan apa yangakan atau mungkin terjadi di masa depan/ menurut perspektif
orientasi ke depan.
10. Fokus pada kelas dunia, mengingat saat ini telah memasuki era pasar
bebas,sehingga persaingan tenaga kerja antar 3egara pasti terjadi, maka
kurikulumkejuruan harus diupayakan sedemikian sehingga nantinya dapat
menghasilkanlulusan yang mampu bersaing pada dunia kerja dikancah
internasional.
Perencanaan program kejuruan yang berhasil sangat diharapkan dimana
membutuhkanketerlibatan beragam golongan manusia yang terlibat secara luas
dalam pengetahuan danketerampilan profesional.

K. Model-Model Pembelajaran Kurikulum


1. Pengertian Model Pembelajaran

17
Model pembelajaran merupakan suatu pendekatan untuk menyiasati
perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif, dan model
pembelajaran berkaitan erat dengan gaya belajar peserta didik dan gaya
mengajar guru yang sering dikenal dengan style of learning and teaching
(solat) (Hanafiah dan Suhana, 2009: 41). Model pembelajaran adalah kerangka
konseptual tentang prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar, baik pembelajar maupun pengajar
(Suprijono, 2009: 46 dan Sani, 2013: 89). Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk buku-buku,
film, komputer, dan lain-lain untuk membantu peserta didik dalam mencapai
tujuan pembelajaran (Joyce, dalam Trianto, 2007:5).
Demikian pula, ahli lain mengemukakan bahwa model pembelajaran
merupakan kerangka konseptual prosedural yang sistematik berdasarkan teori
dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar-mengajar untuk
mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran terkait dengan pemilihan strategi
dan pembuatan struktur metode, keterampilan, dan aktivitas peserta didik yang
memiliki tahapan (sintaks) dalam pembelajaran (Sani, 2013: 89).
2. Model Pembelajaran Discovery/Inquiry
Model pembelajaran Discovery/Inquiry merupakan suatu rangkaian
kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis
sehingga dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan
sebagai wujud adanya perubahan tingkah laku (Hanafiah dan Suhana, 2009:
77). Ada 3 macam model pembelajaran ini, yaitu discovery/inquiry terpimpin,
discovery/ inquiry bebas, dan discovery/inquiry yang dimodifikasi.

18
Model ini berfungsi sebagai (membangun komitmen di kalangan peserta
didik untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan, dan
loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses
pembelajaran, (b) membangun sikap, kreatif, dan inovatif dalam proses
pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran, dan (c) membangun
sikap percaya diri dan terbuka terhadap hasil temuannya (Hanafiah dan
Suhana, 2009: 78).
Langkah-langkah dalam model discovery/inquiry, yaitu:
a) Mengidentifikasi kebutuhan siswa;
b) Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari;
c) Seleksi bahan atau masalah yang akan dipelajari;
d) Menentukan peran yang akan dilakukan setiap peserta didik;
e) Mencek pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan diselidiki
dan ditemukan;
f) Mempersiapkan setting kelas;
g) Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan;
h) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
penyelidikan dan penemuan;
i) Menganalisis sendiri atas data penemuan;
j) Merangsang terjadinya dialog interaktif antarpeserta didik;
k) Memberi penguatan kepada peserta didik untuk giat dalam melakukan
penemuan;
l) Memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan prinsip-prinsip dan
generalisasi atas hasil temuannya.
Impak model discovery/inquiry, yaitu:
a) Membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta
penguasaan keterampilan dalam proses kognitif;
b) Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat
dimengerti dan mengendap dalam pikiran;
c) Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk
belajar lebih giat lagi;

19
d) Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan
kemampuan dan minat masing-masing;
e) Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses
menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik
dengan peran guru yang sangat terbatas (Hanafiah dan Suhana, 2009: 79).
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model pembelajaran
yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan
penyelidikan autentik, yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian
nyata dari permasalahan nyata (Trianto, 2007:67). Menurut Dewey, model
pembelajaran berdasarkan masalah ini adalah interaksi antara simulus respon,
hubungan antardua arah belajar dan lingkungan. Dalam model ini, siswa
mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inquiry dan keterampilan
berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri (Trianto,
2007: 67-68). Rusman (2009: 232) mengemukakan ciri-ciri model
pembelajaran berbasis masalah, yaitu;
a) Permasalahan merupakan langkah awal dalam belajar,
b) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang nyata yang
membutuhkan perspektif ganda,
c) Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki dan membutuhkan
identifikasi kebutuhan belajar baru,
d) belajar pengarahan diri menjadi utama,
e) Pemanfaaatan sumber pengetahuan yang beragam,
f) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif,
g) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari
sebuah permasalahan,
h) Keterbukaan proses dalam Proses Belajar-Mengajar meliputi sintesis dan
integrasi dari sebuah proses belajar,

20
i) Proses Belajar-Mengajar melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa
dan proses belajar.
4. Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Menurut Sani (2013: 226-227) menjelaskan bahwa model pembelajaran
berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang dilakukan untuk
memperdalam pengetahuan dan keterampilan peserta didik dengan cara
membuat karya atau proyek terkait dengan materi ajar dan kompetensi. Proyek
yang dibuat berkaitan dengan kebutuhan masyarakat, seperti pompa air
sederhana, pupuk organik, barang kerajinan dari limbah plastik atau limbah
kertas/karton, dan lain-lain. Proyek yang dibuat bisa sederhana atau
prototipenya saja. Model pembelajaran berbasis proyek ini mencakup kegiatan
menyelesaikan masalah, pengambilan keputusan, investigasi, dan keterampilan
membuat karya. Peserta didik belajar berkelompok dan setiap kelompok bisa
membuat proyek yang berlainan. Guru hanya sebagai fasilitator dalam
membantu merencanakan, menganalisis proyek, namun tidak sampai
memberikan arahan dalam menyelesaikan proyek.
Sintaks dalam model pembelajaran berbasis proyek sebagai berikut. Tahap
pertama, guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar, motivasi,
dan kompetensi yang akan dicapai. Tahap kedua, peserta didik
mengidentifikasi permasalahan atau pertanyaan yang terkait dengan topik yang
dikaji. Pertanyaan juga dapat diajukan oleh guru. Tahap ketiga, kelompok
membuat rencana proyek terkait dengan penyelesaian permasalahan yang
diidentifikasi. Tahap keempat, kelompok membuat proyek atau karya dengan
memahami konsep atau prinsip yang terkait dengan materi pelajaran. Tahap
kelima, guru atau sekolah memfasilitasi pameran atas pekerjaan/karya yang
dihasilkan oleh peserta didik
5. Model Pembelajaran Kontekstual

21
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dengan cara
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata dan mendorong
siswa membuat hubungan antarpengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat (Nurhadi dalam
Rusman, 2010: 190 dan Trianto, 2007: 101).
Rumusan lain, model pembelajaran kontekstual merupakan proses
pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik
dalam memahami bahan ajar secara bermakna berkaitan dengan konteks
kehidupan nyata, sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang dapat diaplikasikan dari konteks permasalahan ke satu
permasalahan lain (Hanafiah dan Suhana, 2009: 67).
Pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Model
pembelajaran ini menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa
dalam membangun pengetahuan karena model ini mengaitkan materi pelajaran
yang dipelajari dengan konteks kehidupan nyata dan dihubungkan dengan gaya
belajar siswa (Trianto, 2007: 104)
Karakteristik model pembelajaran kontekstual adalah (Hanafiah dan
Suhana, 2009: 69):
a) Kerjasama antarpeserta didik dan guru (cooperative)
b) Saling membantu antarpeserta didik dan guru (assist)
c) Belajar bergairah (enjoyfull learning)
d) Pembelajaran terintegrasi secara kontekstual
e) Menggunakan multimedia dan sumber belajar
f) Cara belajar siswa aktif
g) Sharing bersama teman
h) Siswa kritis dan guru kreatif
i) Dinding kelas dan lorong kelas penuh dengan karya siswa
j) Laporan siswa bukan hanya buku rapor, tetapi juga hasil karya siswa,
laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan sebagainya.

22
k) Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam model pembelajaran
kontekstual.
Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 72-73), yaitu:
a) Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental
peserta didik.
b) Membentuk kelompok belajar yang saling bergantung.
c) Mempertimbangkan keberagaman peserta didik.
d) Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri
dengan tiga karakteristik umum: kesadaran berpikir, penggunaan
strategi, dan motivasi berkelanjutan.
e) Memperhatikan multi-intelegensi.
f) Menggunakan teknik bertanya dalam rangka meningkatkan peserta
didik dalam pemecahan masalah dan keterampilan baru.
g) Mengembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih
bermakna jika diberi
h) Kesempatan untuk belajar menemukan, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan baru.
i) Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) supaya peserta didik
memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuan sendiri.
j) Mengembangkan rasa ingin tahu di kalangan peserta didik melalui
pengajuan pertanyaan.
k) Menciptakan masyarakat belajar (learning community) dengan
membangun kerja sama di antara peserta didik.
l) Memodelkan sesuatu agar peserta didik dapat beridentifikasi dan
berimitasi dalam rangka memperoleh pengetahuan dan keterampilan
baru.
m) Mengarahkan peserta didik untuk merefleksikan tentang apa yang sudah
dipelajar, Menerapkan penilaian autentik.
6. Model Pembelajaran kooperatif

23
Model pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan
cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri atas empat sampai enam orang yang
bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang
melibatkan partisipasi siswa dalam kelompok untuk saling berinteraksi,
sehingga dalam model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, belajar untuk
dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Dari
hasil penelitian Slavin dinyatakan bahwa
1) Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan
sikap tolerans dan menghargai pendapat orang lain,
2) Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir
kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dan
pengalaman. Terdapat empat hal penting dalam adanya aturan main dalam
kelompok,
3) Adanya upaya belajar dalam kelompok, dan
4) Adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok. Langkah-langkah
dalam pembelajaran kooperatif, yaitu
a) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa,
b) menyajikan informasi,
c) mengelompokkan siswa,
d) membimbing kelompok bekerja dan belajar,
e) evaluasi, dan memberikan penghargaan (Rusman, 2010: 202-211).
Terdapat beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif, seperti Student
Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation, Make a
Match, Teams Games Tournaments (TGT),Think Pair Share (TPS), dan
lain-lain.

L. Manajemen Perencanaan Kurikulum

24
Dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan lahan pelajaran serta cara
Departemen Agama, Pedoman Manajemen Berbasis Madrasah (Jakarta: Direktorat
Jenderal Kelembagaan Pendidikan Islam, 2005), yang digunakan sebagai pedoman
dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Menurut Nasution, lazimnya
kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan
proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau
lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Dan sejumlah ahli teori kurikulum
berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang
direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah
pengawasan sekolah.
Menurut Horold Koontz dan Cyril O’Donnel, Manajemen adalah Usaha untuk
mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.37 G.R. Terry mengatakan
bahwa manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Dari pengertian yang
dikemukakan oleh Terry di atas, langkah awal atau yang pertama kali dilakukan
oleh seorang manajer adalah planning (perencanaan). Perencanaan adalah kegiatan
yang berkaitan dengan usaha merumuskan suatu program yang di dalamnya
memuat sesuatu yang akan dilaksanakan, penentuan tujuan, kebijakan arah,
prosedur dan tujuan yang harus ditempuh.
Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk
memerlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha,
meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar. Manajemen dalam perencanaan
kurikulum dapat diartikan sebagai keahlian atau kemampuan merencanakan dan
mengorganisasi kurikulum. Siapa yang bertanggung jawab dan bagaimana
perencanaan kurikulum itu dilaksanakan secara profesional merupakan dua hal
yang perlu diungkapkan dalam perencanaan kurikulum.
1. Organisasi Kurikulum.

25
Orgaisasi kurikulum adalah pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran
yang akan disampaikan kepada murid-murid.39 Organisasi kurikulum ini sangat
erat kaitannya dengan pencapaian tujuan pendidikan, karena kurikulum memuat
aturan-aturan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Suryosobroto pola pengorganisasian kurikulum ada 3 macam.40
a. Separated Subject Curriculum
Kurikulum model ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam
berbagai macam mata pelajaran (subjects) yang terpisah-pisah satu
sama lain, seakan-akan ada batas pemisah antara mata pelajaran yang
satu sama lain, juga antara suatu kelas dengan kelas lain.
b. Correlated Curriculum
Pada dasarnya organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata
pelajaran satu sama lain ada hubungan, bersangkut paut (Correlated)
walaupun mungkin batas-batas yang satu dengan yang lain, masih
dipertahankan.
c. Integrated Curriculum
Kurikulum ini meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran
dan menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan.
2. Prinsip Perencanaan Kurikulum
Ada delapan prinsip yang harus diperhatikan dalam kegiatan perencanaan
kurikulum, yaitu:
a. Perencanaan yang dibuat harus memberikan kemudahan dan mampu
memicu pemilihan dan pengembangan pengalaman belajar yang potensial
sesuai dengan hasil (tujuan) yang diharapkan sekolah.
b. Perencanaan hendaknya dikembangkan oleh guru sebagai pihak yang
langsung bekerja sama dengan siswa.
c. Perencanaan harus memungkinkan para guru menggunakan prinsip-prinsip
belajar dalam memilih dan memajukan kegiatan-kegiatan belajar di
sekolah.

26
d. Perencanaan harus memungkinkan para guru menyesuaikan
pengalamanpengalaman dengan kebutuhan-kebutuhan pengembangan,
kesanggupan, dan taraf kematangan siswa (level of pupils).
e. Perencanaan harus menggiatkan para guru untuk mempertimbangkan
pengalaman belajar sehingga anak-anak dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan
di dalam dan di luar sekolah.
f. Perencanaan harus merupakan penyelenggaraan suatu pengalaman belajar
yang kontinu sehingga kegiatan-kegiatan belajar siswa dari sejak awal
sungguh mampu memberikan pengalaman.
g. Kurikulum harus direncanakan sedemikian rupa sehingga mampu
membantu pembentukan karakter, kepribadian, dan perlengkapan
pengetahuan dasar siswa yang bernilai demokratis dan yang sesuai dengan
karakter kebudayaan bangsa Indonesia.
h. Perencanaan harus realistis, feasible (dapat dikerjakan), dan acceptable
(dapat diterima dengan baik)
Sedangkan karakteristik dalam perencanaan kurikulum, terdapat beberapa
aspek yang harus diperhatikan. Aspek-aspek yang menjadi prinsip karakter
perencanaan kurikulum tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan kurikulum harus berdasarkan konsep yang jelas tentang
berbagai hal yang menjadikan kehidupan menjadi lebih baik,
karakteristik manusia sekarang dan masa depan, serta kebutuhan dasar
manusia.
b. Perencanaan kurikulum harus dibuat dalam kerangka kerja yang
komprehensif, yang memertimbangkan dan mengordinasi unsur esensial
belajar mengajar efektif.
c. Perencanaan kurikulum harus bersifat reaktif dan antisipatif Pendidikan
harus responsif terhadap kebutuhan individual siswa, untuk membantu
siswa tersebut menuju kehidupan yang kondusif.
d. Tujuan-tujuan pendidikan harus meliputi rentang yang luas akan
kebutuhan dan minat yang berkenaan dengan individu dan masyarakat.

27
e. Rumusan berbagai tujuan pendekatan harus diperjelas dengan ilustrasi
konkrit, agar dapat digunakan dalam rencana pengembangan rencana
kurikulum yang spesifik.
f. Masyarakat luas mempunyai hak dan tanggung jawab untuk mengetahui
berbagai hal yang ditujukan bagi anak-anak mereka melalui perumusan
tujuan pendidikan
g. Dengan keahlian profesional mereka, pendidik berhak dan bertanggung
jawab mengidentifikasikan program sekolah yang akan membimbing
siswa ke arah pencapaian tujuan pendidikan.
h. Perencanaan dan pengembangan kurikulum paling efektif jika
dikerjakan secara bersama-sama.
i. Perencanaan kurikulum harus memuat artikulasi program sekolah dan
siswa pada setiap jenjang dan tingkatan sekolah
j. Program sekolah harus dirancang untuk mengoordinasikan semua unsur
dalam kurikulum kerangka kerja pendidikan.
k. Masing-masing sekolah mengembangkan dan memerhalus suatu
struktur organisasi yang memfasilitasi studi masalah-masalah kurikulum
dan mensponsori kegiatan perbaikan kurikulum
l. Perlunya penelitian tindakan dan evaluasi, untuk menyediakan
revitalisasi rencana dan program kurikulum.
m. Partisipasi kooperatif harus dilaksanakan dalam kegiatan-kegiatan
perencanaan kurikulum, terutama keterlibatan masyarakat dan para
siswa dalam perencanaan situasi belajar-mengajar yang spesifik.
n. Dalam perencanaan kurikulum, harus diadakan evaluasi secara kontinu
terhadap semua aspek pembuatan keputusan kurikulum, yang juga
meliputi analisis terhadap proses dan konten kegiatan kurikulum.
o. Berbagai jenjang sekolah, dari taman kanak-kanak sampai perguruan
tinggi, hendaknya merespon dan mengakomodasi perubahan,
pertumbuhan, dan perkembangan siswa.

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang
diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan
pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang
pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan
dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan
tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Lama waktu dalam satu kurikulum
biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang
dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan
menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara
menyeluruh.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, kami menyarankan kepada para pembaca
khususnya kepada mahasiswa calon guru untuk dapat meningkatkan
pemahamannya tentang “Perencanaan Kurikulum” guna terwujudnya pelaksanaan
proses pembelajaran yang baik di Sekolah. Kami pun menyadari makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu kami menyarankan kepada para
pembaca untuk tetap terus menggali sumber-sumber yang menunjang terhadap
pembahasan makalah ini untuk perbaikan yang akan datang

29
DAFTAR PUSTAKA

Ardimoviz. (2012). Manajemen Kurikulum. http://hitamandbiru.blogspot.co.id.html.


Diunduh pada tanggal 20 Juli 2020.Diunduh pada tanggal 20 Juli 2020.

Fitri, A. Z. (2013). Manajemen kurikulum pendidikan Islam. CV Alfabeta Bandung.

Hamalik, O. (2007). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Hamalik, O. (2010). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung:Remaja


Rosdakarya.

Haniah. (2012). Manajemen Perencanaan Kurikulum Bahasa Arab. Pendidikan dan


Keguruan, 282-320.

Khoirudin, A. (2013). Manajemen Kurikulum dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.


Jurnal Manajemen Kurikulum, 24.

Mulyasa, E. (2002). Manajemen Berbasis Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (1982). Asas-Asas Kurikulum. Bandung : Jemmars.

Prasetyo, A. R., & Hamami, T. (2020). Prinsip-Prinsip Dalam Pengembangan Kurikulum.


Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan, 43-55.

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Seri II; Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada.

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Seri II; Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada.

Saufi, A., & Hambali. (2019). MENGGAGAS PERENCANAAN KURIKULUM


MENUJU SEKOLAH UNGGUL. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 29-54.

Siskandar, M. B. (2017). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. . Yogyakarta:


Media Akademi.

30

Anda mungkin juga menyukai