Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“HAKIKAT KURIKULUM”
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

TELAHH KURIKULUM DAN BUKU TEKS

DOSEN:Choms Gary GT Sibarani, S.E., S.Pd., M.Si., Ak. CA


&
Jabal Ahsan, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH :

Sahlima Hutagalung (7213142029)

Yesi Mila Wati Magdalena Panggabean ( 7213342012)

Agustina Novita Sari Silaban (7213142009)

Muhammad Rizki Nasution (7211142011)

PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. Karena dengan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya kami telah menyelesaikan penyusunan makalah ini.Makalah ini diharapkan dapat
memberi sumbangan untuk kebutuhan bahan bacaan dalam studi tentang Hakikat Kurikulum.

Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah “TELAHH KURIKULUM
DAN BUKU TEKS”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada BapakChoms Gary GT Sibarani,
S.E., S.Pd., M.Si., Ak. CA &mJabal Ahsan, S.Pd., M.Pd.sebagai dosen mata kuliah ini yang
senantiasa membimbing kami. Tak lupa juga ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
pihak yang sudah membantu penulis sehingga dapat terselesaikannya tugas ini.

Penulis menyadari bahwa dalam tugas ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis harapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tugas ini. Penulis berharap Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang.

PENULIS

Kelompok 4 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………….………………………………...2

DAFTAR ISI……………………………….……………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang………………………………………………………………………..4
b. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….4
c. Tujuan…………………………………………………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN

a. Pengertian Kurikulum........................................................................................5
b. Kedudukan Kurikulum......................................................................................7
c. Fungsi Kurikulum..............................................................................................8

BAB III PENUTUP

a. Kesimpulan………………………………………………………………………….15
b. Saran…………………………………………………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap aktivitas yang baik selalu ada rencana atau program yang telah dibuat sebelumnya,
yang dapat digunakan sebagai panduan pelaksanaannya. Program tersebut dalam istilah lain
dikenal dengan sebutan “Kurikulum”.
Kurikulum sering menjadi bahan perbincangan oleh berbagai pihak. Misalnya, ketika
sebagian anggota masyarakat melihat hasil (out-put) dari suatu lembaga pendidikan yang belum
mencerminkan apa yang diharapkannya, selalu menuding bahwa kurikulum lembaga tersebut
tidak baik. Ketika orang tua akan memasukkan putra-putrinya ke suatu sekolah, terlebih dahulu
mereka mempertimbangkan sejauh mana reputasi sekolah dalam mengimplementasikan
kurikulum pada proses pembelajarannya. Oleh karena itu sebagai calon tenaga pendidik kita
harus mengetahui hakekat kurikulum dengan benar sehingga mampu mengoptimalkan kegiatan
pembelajaran di kelas.
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah
bagi pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti pihak guru,
kepala sekolah, pengawas, orang tua, masyarakat dan pihak siswa itu sendiri. Pendidikan tidak
dapat berjalan dengan baik atau berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan jika pendidikan
tidak dijalankan sesuai dengan kurikulum.
Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan
kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami
konsep dasar dari kurikulum. Oleh karena itu, pihak-pihak terkait dengan kurikulum harus
mengetahui hakikat dan fungsi kurikulum. Jika kurikulum sudah tersusun dengan baik, maka
guru harus mengemban tugas pelaskanaan kurikulum tersebut dengan baik, dengan berpedoman
pada kurikulum yang berlaku.
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian Kurikulum?
b. Bagaimana Kedudukan Kurikulum?
c. Apa saja Fungsi Kurikulum?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Kurikulum
2. Mengetahui Bagaimana Kedudukan Kurikulum
3. Mengetahui Fungsi Kurikulum
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum

Secara etimologis istilah kurikulum yang dalam bahasa Inggris ditulis ‘curriculum’ berasal
dari bahasa Yunani yaitu ‘curir’ yang berarti ‘pelari’, dan ‘curere’ yang berarti ‘tempat berpacu’.
Tidak heran jika dilihat dari arti harfiahnya, istilah kurikulum tersebut pada awalnya digunakan
dalam dunia Olah raga, seperti bisa diperhatikan dari arti “pelari dan tempat berpacu”, yang
mengingatkan kita pada jenis olah raga Atletik.
Sementara Unruh dan Unruh (1984) mengemukakan bahwa “curriculum is defined as a
planfor achievingintendedlearning outcomes:a plan concerned with purposes,with what isto be
learned,and with theresult ofinstruction”.Ini berarti bahwa kurikulum merupakan suatu rencana
untuk keberhasilan pembelajaran yang di dalamnya mencakup rencana yang berhubungan
dengan tujuan, dengan apa yang harus dipelajari, dan dengan hasil dari pembelajaran.
Undang undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19)
yang berbunyi;
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”

Definisi-definisi tentang kurikulum telah banyak dirumuskan oleh para ahli pendidikan.
Diantaranya definisi yang dikemukakan oleh Abdurrahman an-Nahlawy, yaitu seluruh program
pendidikan yang didalamnya tercakup masalah-masalah metode, tujuan, tingkat pengajaran,
materi pelajaran setiap tahun ajaran, topic-topik pelajaran, serta aktifitas yang dilakukan setiap
peserta didik pada setiap materi pelajaran (An-Nahlawy, 1995:130)

Menurut Crow & Crow, yang dimaksud kurikulum ialah rancangan pengajaran yang
isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis yang diperlukan sebagai syarat
untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu. Dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 1 ayat 19 dinyatakan bahwa yang dimaksud
dengan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.2
Menurut Harold B. Alberty & Elsie J. Alberty, kurikulum adalah semua aktifitas/
kegiatan yang dilakukan murid sesuai dengan peraturan-peraturan sekolah, disebut dengan
kurikulum. Menurut pengertian ini segala pengalaman yang dialami anak atau pendidik adalah
termasuk kurikulum. Kurikulum tidak hanya terbatas pada pengalaman dan pengetahuan anak
dalam kelas atau pelajaran-pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran berlangsung.3

Berdasarkan konsepsi baru ini definisi kurikulum dapat ditetapkan sebagai berikut :
“kurikulum adalah semua pengetahuan, kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman belajar
yang diatur dengan sistematis metodis, yang diterima anak untuk mencapai suatu tujuan.”

B. Kedudukan Kurikulum

Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya
membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi pendidikan dapat
berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat. Dalam lingkungan
keluarga, interaksi pendidikan terjadi antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai peserta
didik. Interaksi ini berjalan tanpa rencana tertulis. Orang tua sering tidak mempunyai rencana
yang jelas dan rinci ke mana anaknya akan diarahkan, dengan cara apa mereka akan dididik, dan
apa isi pendidikannya. Orang tua umumnya mempunyai harapan tertentu pada anaknya, mudah-
mudahan ia menjadi orang saleh, sehat, pandai, dan sebagainya, tetapi bagaimana rincian sifat-
sifat tersebut bagi mereka tidak jelas. Juga mereka tidak tahu apa yang harus diberikan dan
bagaimana memberikannya agar anak-anaknya memiliki sifat-sifat tersebut.

Pendidikan dalam lingkungan sekolah lebih bersifat formal. Guru sebagai pendidik di
sekolah telah dipersiapkan secara formal dalam lembaga pendidikan guru. la telah mempelajari
ilmu, keterampilan, dan seni sebagai guru. la juga telah dibina untuk memiliki kepribadian
sebagai pendidik. Lebih dari itu mereka juga telah diangkat dan diberi kepercayaan oleh
masyarakat untuk menjadi guru, bukan sekadar dengan surat keputusan dari pejabat yang
berwenang, tetapi juga dengan pengakuan dan penghargaan dari masyarakat, guru melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik dengan rencana dan persiapan yang matang. Mereka mengajar dengan
tujuan yang jelas, bahan-bahan yang telah disusun secara sistematis dan rinci, dengan cara dan
alat-alat yang telah dipilih dan dirancang secara cermat. Di sekolah guru melakukan interaksi
pendidikan secara berencana dan sadar. Dalam lingkungan sekolah telah ada kurikulum formal,
yang bersifat tertulis. Guru-guru melaksanakan tugas mendidik secara formal, karena itu
pendidikan yang berlangsung di sekolah disebut pendidikan formal.

Dalam lingkungan masyarakat pun terjadi berbagai bentuk interaksi pendidikan, dari yang
sangat formal yang mirip dengan pendidikan di sekolah dalam bentuk kursus-kursus, sampai
dengan yang kurang formal seperti ceramah dan sarasehan. Gurunya juga bervariasi dari yang
memiliki latar belakang pendidikan khusus sebagai guru, sampai dengan yang melaksanakan
tugas sebagai pendidik karena pengalaman. Kurikulumnya juga bervariasi, dari yang memiliki
kurikulum formal dan tertulis sampai dengan rencana pelajaran yang hanya ada pada pikiran
penceramah atau moderator sarasehan, atau gagasan keteladanan yang ada pada pemimpin.
Interaksi pendidikan yang berlangsung di masyarakat, yang memiliki rancangan dan
dilaksanakan secara formal sebenarnya dapat dimasukkan dalam kategori pendidikan formal.
Interaksi yang rancangan dan pelaksanaannya kurang formal dapat kita sebut sebagai pendidikan
kurang formal (less formal). Karena adanya variasi itu, para ahli pendidikan masyarakat lebih
senang menggunakan istilah pendidikan luar sekolah bagi interaksi pendidikan yang berlangsung
di masyarakat ini.

Dari hal-hal yang diuraikan itu, dapat ditarik kesimpulan berkenaan dengan pendidikan
formal. Pertama, pendidikan formal memiliki rancangan pendidikan atau kurikulum tertulis yang
tersusun secara sistematis, jelas dan rinci. Kedua, dilaksanakan secara formal, terencana, ada
yang mengawasi dan menilai.  Ketiga, diberikan oleh pendidik atau guru yang memiliki ilmu dan
ketrampilan khusus dalam bidang pendidikan. Keempat, interaksi pendidikan berlangsung dalam
lingkungan tertentu, dengan fasilitas dan alat serta aturan-aturan permainan tertentu pula.1

Pendidikan formal memiliki beberapa kelebihan dibanding dengankan dengan pendidikan


informal dalam lingkungan keluarga. pertama, pendidikan formal disekolah memiliki lingkup isi
pendidikan yang lebih luas, bukan hanya berkenaan dengan pembinaan segi-segi moral tetapi
juga ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Kedua, pendidikan disekolah dapat memberikan
pengetahuan yang lebih tinggi, lebih luas dan mendalam. Ketiga, karena memiliki rancangan
atau kurikulum secara formal dan tertulis, pendidikan disekolah dilaksanakan secara berencana,
sistematis, dan lebih disadari. Karena yang memiliki rancangan atau kkurikulum formal dan
tertulis adalah pendidikan disekolah.

Telah diuraikan sebelumnya, bahwa adanya rancangan atau kurikulum formal dan tertulis
merupakan ciri utama pendidikan disekolah. Dengan kata lain, kurikulum merupakan syarat
mutlak bagi pendidikan disekolah. Kalau kurikulum merupakan syarat mutlak , hal itu berarti
1
bahwa kurikulum merupakn bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan  atau pengajaran. Dapat
kita bayangkan, bagaimana bentuk pelaksanaan suatu pendidikan atau pengajaran disekolah yang
tidak memiliki kurikulum.

Kurikulum mengarahkan segala betuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan


pendidikan. Menurut Mauritz Johnson kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan,
memberikan pedoman dan pengangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses
pendidikan. Disamping itu kurikulum juga merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh
para ahli atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberian
landasan-landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan. Dalam
lingkungan sekolah pasti memiliki kurikulum. Pengajaran yang direncanakan, terstruktur. Guru
sebagai pendidik di sekolah telah dipersiapkan secara formal dalam lembaga pendidikan guru.
Sehingga peran guru dalam pengembangan kurikulum juga sangat penting.

Berhubungan dengan itu, kedudukan kurikulum dalam pendidikan adalah :

1.  Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum


bertujuan sebagai arah, pedoman, atau sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan proses
pembelajaran (belajar mengajar). Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas
pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.

2.  Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan


tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan.

3.  Kurikulum merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis
kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan
teoritis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan.

C. Fungsi Kurikulum

Kurikulum merupakan alat untuk merealisasikan harapan atau tujuan pendidikan.


Dengan demikian kurikulum memiliki peran yang sangat penting karena berfungsi sebagai alat
untuk menata dan mengelola program pendidikan. Kurikulum sebagai program tertulis
(document curriculum) atau disebut juga dengan kurikulum ideal (ideal curriculum) tidak
berpengaruh terhadap pencapaian sasaran pendidikan/pembelajaran sebelum kurikulum tersebut
diaplikasikan kedalam program nyata (actual curriculum).
Kegiatan nyata penerapan kurikulum yaitu dalam bentuk pembelajaran. Oleh karena itu,
untuk melihat sejauhmana kurikulum berjalan secara efektif dan efisien harus dilihat dari proses
dan hasil pembelajaran di setiap sekolah. Kurikulum pada dasarnya berfungsi sebagai pedoman
atau acuan. Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman
dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu berfungsi sebagai
pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum itu
berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan
di sekolah.

Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, maka terdapat fungsi
kurikulum yang lain yaitu :
 Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat mampu
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial. dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya. Fungsi
Integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya
merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa
harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi
dengan masyarakatnya.
 Fungsi Diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu
siswa. Fungsi Persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke
jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat
mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena
sesuatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya.
 Fungsi Pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program
belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi Diagnostik
mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima
kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya.
Sesuai dengan fungsinya bahwa kurikulum adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, maka guru semestinya mencermati tujuan pendidikan yang dicapai oleh lembaga
pendidikan dimana ia bekerja.

STUDI KASUS HAKIKAT KURIKULUM


Studi Kasus Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Upaya
Peningkatan Kualitas Lulusan SMKN 1 Juwangi Boyolali
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) kesiapan guru dalam penggunaan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (2) respon siswa dengan penggunaan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. (3) proses pengembangan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan
kaidah KTSP. (4) peningkatan kualitas lulusan dengan penggunaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dengan strategi tunggal terpancang.
Sumber data dari penelitian ini terdiri dari informan, lokasi penelitian, dokumen dan arsip.
Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah melalui wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Validitas data
menggunakan Trianggulasi atau sumber dari trianggulasi metode. Teknik analisis data yang
digunakan adalah model analisis interaktif yang terdiri dari tiga komponen pokok yaitu reduksi
data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
sebagai berikut: (1) adanya kesiapan guru SMK N 1 Juwangi dalam pelaksanaan program
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari pengembangan program yang meliputi: (a)
untuk pengembangan programnya, guru SMK N 1 Juwangi telah membuat program semester
yang telah disusun dari awal tahun pelajaran yang kemudian akan digunakan sebagai acuan
pelaksanaan mengajar bagi guru dan untuk menyiapkan acuan pelaksanaan pencapaian
kompetensi bagi peserta didik. (b) untuk rencana pembelajaran dan memenuhi kelengkapan
administratif, guru di SMK N 1 Juwangi telah menyusun silabus. (c) selain itu guru di SMK N 1
Juwangi telah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai pedoman dalam
pembelajaran dengan menentukan kompetensi yang akan dicapai, menentukan metode dan
strategi pembelajaran, serta merencanakan penilaian. (d) sedang untuk tahap pengembangan
modul masih tahap berjalan. (2) adanya respon dari peserta didik dalam pelaksanaan kurikulum
tingkat satuan pendidikan ditinjau dari: (a) peserta didik lebih tertib dan terkondisikan dalam
mengikuti KBM. (b) peserta didik lebih aktif bertanya dan meningkatnya rasa keingintahuan
pada materi pelajaran. (3) adanya proses pengembangan perangkat pembelajaran yang sesuai
dengan kaidah KTSP ditinjau dari keaktifan guru untuk mencari dan memperbanyak referensi
guna membuat modul. (4) adanya peningkatan kualitas lulusan dengan penggunaan KTSP
ditinjau dari: (a) meningkatnya hasil kerja peserta didik baik teori maupun praktek dan
meningkatnya ketuntasan kelulusan ujian nasional. (b) peserta didik lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran, mungkin dikarenakan metode ataupun penyampaian materi yang mengundang
rasa keingintahuan. (c) meningkatnya nilai kelulusan dengan bukti lulusan tahun ajaran
2008/2009 meningkat lulus 100%, yang tadinya dengan penggunaan kurikulum lama ada 2
peserta didik yang tidak lulus, dengan KTSP terbukti meningkatkan kualitas lulusan. Selain itu
dilihat dari hasil rata-rata nilai UAN tahun ajaran 2007/2008 yaitu Bahasa Indonesia (6,41)
Bahasa Inggris (7,32) Matematika (6,36) meningkat pada tahun ajaran 2008/2009 menjadi
Bahasa Indonesia (7,01) Bahasa Inggris (8,14) Matematika (7,91).

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kurikulum mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam lembaga pendidikan. Salah
satu penentu keberhasilan pendidikan terdapat pada kurikulum. dan bagus tidaknya kurikulum
tergantung kepada rumusan dan pelaksanaan kurikulum. Kurikulum diharapkan dapat menjadi
sarana terciptanya cita-cita/ tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peseta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Berhubungan dengan itu, kedudukan kurikulum dalam pendidikan adalah

1.  Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum


bertujuan sebagai arah, pedoman, atau sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan proses
pembelajaran (belajar mengajar). Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas
pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.

2.  Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan


tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan.

3.  Kurikulum merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis
kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan
teoritis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan.

B. Saran

Sebagai pendidik, sudah menjadi keharusan mengetahui hakikat kurikulum karena


kurikulum mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pendidikan. Pendidikan akan
berhasil jika kurikulum yang disajikan bagus dan dapat memenuhi kebutuhan peserta didik guna
mencapai tujuan nasional.

REFERENSI
Dakir, 2010. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta.

Dimyati, Mudjiono, 2009. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar.2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai