Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN II

“Akuntansi aset tidak berwujud dan sumber daya alam


Persamaan dasar akuntansi”
DOSEN PENGAMPU : Ali Fikri Hasibuan S.E.,M.Si

Disusun untuk memenuhi tugas wajib mata kuliah Akuntansi Keuangan II

Kelompok 4 :

1. Sahlima Hutagalung (7213142029)

2. Wahdatun Sania (7212142002)

3. Sofia Adra Zain (7213142019)

4. Jelita Meribet Gultom (7212342001)

5. Angelina Sinurat (7212142020)

6. Layla Hasibuan (7212142001)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Berkat dan
Rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan makalah tentang Akuntansi aset tidak berwujud
dan sumber daya alam Persamaan dasar akuntansi ini walaupun ini masih banyak
kekurangan di dalamnya.Dan juga kami berterima kasih kepada ibu dan bapak selaku dosen
mata kuliah Akuntansi keuangan II yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Akuntansi aset tidak berwujud dan sumber daya alam
Persamaan dasar akuntansi.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami perbuat agar kami dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi dikemudian hari.
Kami juga ingin mohon maaf jika ada kesalahan kata yang menyinggung dan tak
mengenakan Dan kami sadar, kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan,namun tentu saja kami akan berusaha sebaik baik nya dalam mengerjakan
makalah ini agar dapat memberikan wawasan baru dan pengetahan baru.

Medan, Agustus 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................1

C. Tujuan.......................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2

A. Pengertian dan karakteristik aktiva tidak berwujud .................................................2

B. Klasifikasi dan prinsip dasar akuntansi untuk aktiva tidak berwujud.......................2

C. Cara pencatatan dan penilaian aktiva tidak berwujud...............................................4

D. Jenis aktiva tidak berwujud.......................................................................................5

BAB III PENUTUP............................................................................................................14

A. Kesimpulan..............................................................................................................14

B. Saran........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perusahaan pasti mempunyai aktiva tidak berwujud yang digunakan untuk
kegiatan operasional perusahaan. Aktiva tak berujud adalah hak, hak istimewa dan
keuntungan kompetitif yang timbul dari pemilikan suatu aktiva yang berumur
panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti pemilikan aktiva tak berujud
bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Dimana Aktiva tidak berwujud
merupakan bagian dari Aset Nonlancar lainnya yang di neraca diklasifikasikan dan
disajikan sebagai Aset Lainnya.
Dengan penjelasan yang sangat minim ini tentu saja berpotensi pada kurang
akuratnya pencatatan terhadap transaksi Aktiva tidak berujud tersebut. Sebagai bagian
dari neraca, aktiva tidak berwujud juga memerlukan standar akuntansi untuk memberi
penjelasan yang terkait dengan pengakuan, pengukuran, serta pengungkapan dan
penyajian dalam laporan keuangan. Selain itu juga terdapat kemungkinan adanya
perlakuan khusus, contohnya yang terkait dengan amortisasi dan penghentian serta
penghapusannya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kelompok kami membuat
makalah yang berjudul “Aktiva Tidak Berwujud”.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dan karakteristik aktiva tidak berwujud?
2. Apakah klasifikasi dan prinsip dasar akuntansi untuk aktiva tidak berujud?
3. Bagaimanakah pencatatan dan penilaian aktiva tidak berujud tersebut?
4. Apa saja jenis aktiva tidak berwujud ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dan karakteristik aktiva tidak berwujud
2. Menjelaskan klasifikasi dan prinsip dasar akuntansi untuk aktiva tidak berujud
3. Menjelaskan cara pencatatan dan penilaian aktiva tidak berujud tersebut
4. Menjelaskan jenis aktiva tidak berwujud

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Karaktaristik Aktiva Tak Berwujud


Berdasarkan PSAK 19 paragraf 8 (revisi 2009) aset tidak berwujud adalah aset
non-moneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik. Aset ini dimiliki untuk
digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan
kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif. Aset tetap tidak berwujud diakui
jika dan hanya jika: 1. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat
ekonomis masa depan dari Aset tersebut, dan 2. Biaya perolehan aset tersebut dapat
dikur secara andal. Aktiva tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan
kompetitif yang timbul dari pemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak
memiliki wujud fisik tertentu. Bukti pemilikan aktiva tak berujud bisa berupa kontrak,
lisensi atau dokumen lain. Aktiva tidak berwujud mungkin timbul dari:
 Pemerintah – seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan
nama dagang.
 Perusahaan lain – misalnya pembelian yang mencakup pembayaran
untuk goodwill.
 Penjualan tertentu – seperti franchise dan lease.
Secara umum, akutansi untuk aktiva tak berujud adalah sejalan dengan akutansi
untuk aktiva tetap. Seperti halnya aktiva tetap, aktiva berujud juga dicatat atas harga
dasar harga perolehan dan harga perolehan ini dihapus secara rasuonal dan sistematis
selama masa manfaat aktiva tak berujud tersebut. Jika pada suatu saat dihentikan,
maka nilai buku aktiva tak berujud dihapuskan dari pembukuan dan dicatat pula laba
atau rugi penghentian (jika ada).
Namun demikian, terdapat sejumlah perbedaan antara akutansi aktiva tak berujud
bila dibandingkan dengan akutansi aktiva tetap. Pertama, istilah yang digunakan
untuk menghapus aktiva tak berujud adalah amortisasi (bukan depresiasi). Untuk
mencatat amortisasi aktiva tak berujud maka rekening Biaya Amortosasi didebet dan
rekening aktiva tak berujud yang bersangkutan dikredit. Alternatif lain, bisa juga

2
dikredit rekening Akumulasi Amortisasi, seperti halnya akumulasi depresiasi pada
aktiva tetap. Namun sebagian besar perusahaan memilih cara yang sederhana, yaitu
dengan langsung mengkredit rekening aktiva tak berujud. Perbedaan kedua ialah
bahwa periode amortisasi suatu aktiva tak berujud tidak boleh melebihi 40 tahun.
Sebagai contoh, jika masa manfaat suatu aktiva tak berujud adalah 60 tahun, maka
amortisasinya harus dilakukan 40 tahun. Akan tetapi jika masa menfaat aktiva tak
berujud kurang dari 4 tahun, maka masa manfaat itulah yang akan digunakan. Aturan
tesebut dimaksudkan untuk menjaga agar semua aktiva tak berujud, terutama yang
tidak ketentuan masa manfaatnya, dihapus dalam periode waktu yang wajar.
Berbeda dengan aktiva tetap, amortisasi aktiva tak berujud hanya mengenal satu
metoda, yaitu metoda garis lurus. Oleh karena itu, perlakuan akutansi aktiva tak
berujud pada berbagai perusahaan relatif mudah diperbandingkan.

Karakteristik Aktiva tidak Berwujud


Aktiva tak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu :
a. Kurang memiliki eksistensi fisik, tidak seperti aktiva berwujud seperti
property, pabrik, dan peralatan, aktiva tak berwujud memperoleh nilai dari
hak dan keistimewaan atau privilege yang diberikan pada perusahaan yang
menggunakannya.
b. Bukan merupakan instrument keuangan, aktiva seperti deposito bank,
piutang usaha, dan investasi jangka panjang dalam obligasi serta saham
tidak memiliki substansi fisik, tetapi tidak diklasifikasikan sebagai aktiva
tak berwujud. Aktiva ini merupakan instrument keuangan dan
menghasilkan nilainya dari hak untuk menerima kas atau ekuivalen kas di
masa depan.
c. Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, Aktiva tak
berwujud menyediakan jasa selama periode bertahun tahun. Investasi
dalam aktiva ini biasanya dibebankan pada periode masa mendatang
melalui beban amortisasi periodik.
Akuntansi untuk aktiva tak berwujud mempunyai masalah yang sama dengan
akuntansi aktiva jangka panjang lainya, yaitu menentukan nilai terbawa awalnya,
akuntansi untuk jumlah setelah akuisisi dalam kondisi bisnis normal ( amortisasi ),
dan akuntansi untuk jumlah jika nilainya turun secara substansial serta terus-menerus.

3
B. Klasifikasi dan Prisip Akuntansi Dasar Aktiva Tak Berwujud
a. Cara akuisisi ( manner of acquisition ). Aktiva tak berwujud dapat
diperoleh dengan cara membelinya dari entitas lain. Seperti membeli
wiralaba atau paten dari orang lain. Cara lain untuk memperoleh aktiva
tak berwujud adalah dengan cara membuatnya sendiri melalui operasi,
contohnya adalah paten dan merek dagang.
b. Dapat diidentifikasi ( identifiability ). Beberapa kativa tak berwujud dapat
diidentifikasi secara terpisah dari perusahaan lainya. Contohnya hak
pataen, merek dagang , dan wiralaba. Aktiva tak berwujud lainya tidak
dapat dipisahkan tetapi nilainya dapat diturunkan dari nilai aktiva yang
berhubungan denganya. Contohnya adalah goodwill, yang nilainya
dibedakan atas beberapa factor seperti loyalitas konsumen atas kualitas
produk, dan bukan dari kepemilikan khusus.
c. Dapat dipertukarkan ( exchangeability ). Beberapa aktiva tak berwujud
dapat diidentifikasi dapat dijual maupun dibeli, atau dengan kata lain
dapat dipertukarkan. Contohnya termasuk paten, merek dagang dan
wiralaba. Aktiv atak berwujud lainya, yang dapat depertukarkan kecuali
dengan menjual perusahaan itu juga . Contohnya dalah biaya organisasi.
Tidak ada pihak lain yang mau membeli biaya organisasi ini secara
terpisah ( terlepas dari perusahaanya ). Goodwill adalah contoh aktiva tak
berwujud yang tidak dapat diidentifikasi dan tidak dapat dipertukarkan.
Goodwill hanya hanya akan memepunyai nilai jika dikombinasikan atau
dihubungkan denan aktiva lainya dan tidak dapat diperoleh kecuali dengan
mengakuisisi aktiva lainya secara simultan.
d. Periode manfaat yang diharapkan ( period of expected benefit ). Beberapa
aktiva tak berwujud, seperti biaya organisasi, diharapkan dapat
memeberikan manfaat kepada perusahaan dalam jangka waktu yang tidak
terbatas. Sebagai contoh paten memeiliki umur hokum selama 17 tahun,
dan periode manfaat leasehold yang dicantumkan dalam kontrak lease.

4
Akuntansi untuk aktiva tak berwujud melibatkan prinsip dan prosedur akuntansi
serupa yang diaplikasikan untuk aktiva tak berwujud lainya, seperti properti,
pabrik dan peralatan yaitu :

 Pada akuisisi menerapkan prinsip biaya.


 Selama periode penggunaan, menerapkan prinsip penandingan.
 Pada disposisi, menerapkan prinsip pendapatan. Keuntungan atau kerugian
yang diakui atas pelepasan sama dengan selisih antara pertimbangan yang
diterima.

C. Pencatatan dan penilaian aktiva tidak berwujud tersebut


Sesuai dengan prinsip biaya, aktiva tak berwujud harus dicatat pada saat
diakuisisi dengan biaya ekuivalen kas saat ini. Biaya ini termasuk harga beli, biaya
transfer dan hukum, dan setiap pengeluaran lainya yang berkaitan dengan akuisisi.
Biaya akuisisi merupakan biaya pasar saat ini dari semua penukar yang diserahkan
atau dari aktiva yang diterima, mana yang lebih dapat ditentukan.
Perlakuan akuntansi untuk berbagai jenis aktiva tak berwujud

Cara Akuisisi
Jenis Pembelian Dibuat secara internal
Aktiva tak Di kapaitalisasikan Dibebankan atau
Berwujud yang dapat pada biaya akuisisi. dikapitalisasi tergantung
diidentifikasi secara Diamortisasi selama pada aktiva tak berwujud
terpisah ( hak paten, umur hukum atau tertentu.
merek dagang, dan estimasi masa Jika dikapitalisasi, akan
biaya organisasi ) manfaat mana yang di amortisasi sebagai
lebih singkat dengan aktiva tak berwujud yang
umur maksimum 40 dibeli.
tahun

Aktiva tak Dibebankan pada saat


berwujud yang tidak terjadinya.

5
dapat diidentifikasi Tidak tersedia pilihan
secara terpisah untuk pengkapitalisasian,
( goodwill ) sehingga tidak akan ada
amortisasi

Mencatat Biaya Aktiva Tak Berwujud yang Dibuat secara Internal.


Kadang kala perusahaan membuat sendiri aktiva tak berwujud, seperti paten.
Hanya biaya yang secara spesifik dapat diidentifikasi dari penciptaan aktiva tak
berwujud tersebut hanya akan diidentifikasi. Jadi, walaupun perusahaan telah
mengeluarkan biaya penelitian yang sangat besar untuk membentuk hal yang
dipatenkan, namun hanya biaya untuk mendapatkan paten tersebut yang dikapitalisasi
sebagai aktiva. Karena kendala ini, biaya yang dikapitalisasi untuk aktiva tak
berwujud yang dibuat secara internal mungkin tidak mencerminkan nilainya,
sedangkan biaya yang dikapitalisasi untuk aktiva tak berwujud yang dibeli melalui
transaksi yang wajar diasumsikan mencermikan nilainya
Beberapa fakor yang harus dipertimbangkan dalam mengestimasi umur aktiva
tak berwujud :
a. Ketentuan hukum, peraturan, atau kontraktual yang dapat
membatasi umur manfaat maksimum.
b. Ketentuan untuk pembaruan ( renewal ) atau perpanjangan
( extension ) yang dpat mengubah batas umur masa manfaat
aktiva tersebut.
c. Pengaruh keusangan, permintaan, dan factor ekonomis lainya
yang dapat mengurangi umur manfaat.
d. Perkiraan umur pelayanan ( service life ) dari seorang atau
kelompok pegawai.
e. Tindakan yang diharapkan dilakukan pesaing dan pihak lainya
yang dapat membatasi keunggulan kompetitif yang sudah ada.
f. Umur manfaat yang tidak terbatas dan masa manfaat yang tidak
dapat diproyeksikan dengan layak.
g. Apakah aktiva tak berwujud itu terdiri dari berbagai factor
individual dengan umur manfaat efektif yang bervariasi.

6
D. Jenis aktiva tidak berwujud

Aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasi sebagian dari aktiva lainya dan
dapat dijual secara terpisah. Contohnya : mencangkup hak paten, hak cipta, merek
dagang, dan waralaba, biaya organisasi.

1. Hak Paten
Hak paten adalah hak istimewa yang dikeluarkan oleh pemerintah yang memberikan
kewenangan kepada pemegang hak untuk memproduksi, menjual dan mengawasi
penemuannya dalam jangka waktu tertentu sejak hal tersebut diberikan. Suatu hak
paten biasanya tidak dapat diperbaharui, jangka waktunya bisa diperpanjang dengan
memberikan hak paten yang baru, apabila terdapat perbaikan atau perubahan pada
rancangan dasar penemuan yang lama.
Harga perolehan suatu aktiva-aktiva tak berujud adalah kas (atau ekulivalensinya)
yang dibayarkan untuk mendapatkan hak paten. Hak paten seolah-olah diberi oleh
pemerintah. Dengan adanya hak ini, pemegang hak paten menjadi terlindung dari
kemungkinan adanya pelanggaran oleh pesaing. Perlindungan dari pesaing sangat
berguna bagi perusahaan dalam mengamankan upaya memperoleh laba melalui
penjualan barang atau jasa. Itulah sebabnya perusahaan yang berhasil menemukan
suatu produk baru, tidak segan-segan untuk mengeluarkan sejumlah uang demi
memperoleh hak paten dari pemerintah, agar pohak lain (pesaing) tidak dibenarkan
untuk memproduksi danmenjual temuan baru tersebut. Pengeluaran untu memperoleh
hak paten dicatat dalam rekening Hak Paten (atau sering disingkat Paten) dan
diamortisasi selama masa tertentu.
Harga perolehan hak paten harus diamortisasi selama masa berlaku hak tersebut atau
selama masa manfaatnya, tergantung mana yang lebih pendek. Dalam menentukan
masa manfaat, perusahaan harus mempertimbangkan kapan penemuan diperkirakan
akan mulai ketinggalan jaman, atau tidak memadai lagi dan faktor-faktor lainnya yang
menyebabkan hak paten menjadi tidak ekonomis lagi sebelum akhir masa berlaku hak
tersebut. Untuk memberikan gambaran mengenai perhitungan biaya paten, misalnya
PT Erwin Megah membeli hak paten dengan harga perolehan Rp. 60.000.000,00.
Masa manfaat hak tersebut diperkirakan 8 tahun. Dengan demikian amortisasi
pertahun adalah Rp. 7.500.000,0 (Rp. 60.000.000,0 : 8). Jurnal untuk mencatat
amortisasi tahunan adalah sebagai berikut.
7
Des 31 Biaya Paten ………… Rp. 7.500.000
Hak Paten ……………Rp. 7.500.000
( untuk mencatat amortisasi hak paten )
Biaya paten dikelompokan dalam laporan rugi-laba sebagai biaya operasi.
2. Hak Cipta
Hak cipta adalah hak yang diberikan oleh pemerintah, yang memberikan hak istimewa
kepada pemegang hak tersebut untuk memproduksi dan menjual suatu karya seni atau
karya tulis. Harga perolehan suatu hak cipta terdiri dari pengeluaran untuk
mendapatkan dan mempertahankan hak tersebut.
Maka manfaat suatu hak cipta biasanya lebih pendek daripada masa berlakunya.
Mengingat sulitnya penentuan masa manfaat suatu hak cipta, maka hak cipta biasanya
diamortisasi dalam periode waktu yang relatif pendek.
3. Merek Dagang atau Nama Dagang
Merek dagang atau nama dagang adalah kata, rangkain kata, logo, atau simbol yang
membedakan atau memberi identitas suatu perusahaan tertentu atau produk tertentu.
Apabila kita mendengar nama dagang seperti Lux, Pepsodent, Indomie, atau Coca
Cola, dengan cepat terbayang dalam pikiran kita produk apa yang dimaksud dan tidak
akan salah mengartikannya pada produk lain. Nama dagang mempunyai manfaat yang
sangat besar bagi perusahaan dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pemasarannya. Penemu atau pemakai pertama dapat memperoleh hak istimewa untuk
menggunakan merek dagang atau nama dagang atau mendaftarkannya pada
pemerintah.
Apabila merek dagang atau nama dagang dibeli, maka harga perolehan hak tersebut
adalah harga belinya.Apabila dikembangkan sendiri oleh perusahaan, maka hara
perolehan meliputi biaya hukum, biaya pendaftaran, biaya perancangan dan
pengeluaran-pengeluaran lain yang langsung berhubungan dengan perolehan hak
tersebut.
Seperti halnya aktiva tak berujud lainnya, hak merek harus diamortasikan selama
masa manfaat atau masa berlakunya, tergantung mana yang yang lebih pendek.
Mengingat sulitnya penentuanmasa manfaat suatu hak merek, biasanya dtetapkan
jangka waktu yang relatif pendek.
4. Franchise (Waralaba) dan License (Perijinan)
Bila Kita makan di Kentucky Fried Chicken, California Fried Chicken, Mac Donald,
atau Pizza Huts, maka disitu kita menemukan franchise. Franchise adalah Adalah hak
8
yang diperoleh untuk melakukan suatu usaha tertentu, atau memasarkan produknya,
sekaligus mengikuti pola usaha, cara pengelolaan, penggunaan logo maupun
penggunaan alat usaha tertentu yang aslinya dimiliki oleh perusahaan yang
memberikan hak franchise.
Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik daerah
maupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang
usahanya. Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya
telah habis maka ijin tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian
ijin usaha atau aktivitas tertentu atas terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka
waktu 3 sampai 30 tahun, yang artinya lebih dari satu tahun buku. Untuk itu Ijin
diakui sebagai aktiva tetap tak berwujud.
Franchise dan lisensi bisa diberikan untuk waktu terbatas, atau terbatas dengan
kemungkinan perpanjangan waktu, atau tidak terbatas. Harga perolehan suatu hak
franchise dan lisensi adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan
hak tersebut. Bila jangka waktunya terbatas, maka harga perolehan suatu hak
franchise dan lisensi adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan
hak tersebut. Bila jangka waktunya terbatas, maka harga perolehan franchise (atau
lisensi) harus diamortasi sebagai biaya operasi selama jangka waktu ijin
pengeoprasianhak tersebut. Namun apabila jangka waktunya tidak terbatas, maka
amortisasi dilakuakn selama jangka waktu ijin pengoprasian hak tersebut. Namun
apabila jangka waktunya tidak terbatas, maka amortisasi dilakukan selama jangka
waktu yang ditentukan dengan taksiran yang wajar. Jika dalam jangka perjanjian
franchise tesebut pihak pemegang hak diwajibkan membayar secara tahunan, maka
pembayaran tersebut diperlakukan sebagai biaya operasi pada periode dilakukan
pembayaran.
5. Lease hold (Hak sewa)
Adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa aktiva tertentu (sewa tempat usaha, sewa
gedung, sewa mesin) yang biasanya menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan
oleh pejabat pembuat akte (notaris). Hak sewa dinyatakan sebagai aktiva tetap (tak
berwujud) karena dua alasan :
Hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, atau dengan kata lain, atas
sumber daya (dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa akan memberikan manfaat
kembali (berpotensi menghasilkan kas atau manfaat) di masa yang akan

9
datang.Manfaat yang akan diterima oleh perusahaan atas kepemilikan hak sewa, akan
dinikmati oleh perusahaan untuk periode waktu lebih dari satu tahun buku.
6. Perijinan (Permit & Licences)
Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik daerah
maupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang
usahanya. Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya
telah habis maka ijin tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian
ijin usaha atau aktivitas tertentu atas terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka
waktu 3 sampai 30 tahun, yang artinya lebih dari satu tahun buku. Untuk itu Ijin
diakui sebagai aktiva tetap tak berwujud.
7. Hak Penggandaan (Copyright)
Copyright adalah hak yang berikan atas suatu penulisan, baik itu berupa karya ilmiah,
puisi, novel, maupun lyric lagu, notasi lagu/irama tertentu, script atau scenario film
tertentu. Copyright meliputi hak untuk memperbanyak dan mengedarkannya.
8. Biaya Organisasi
Biaya yang timbul dalam bentukan suatu organisasi perusahaan tersebut biaya
organisasi. Biaya tersebut meliputi pengeluaran untuk biaya jasa yang dibayarkan
kepada underwriters untuk pengurusan saham dan obligasi, biaya pengurusan ijin dan
akte pendirian dan biaya promosi untuk pengenalan kepada organisasi kepada
masyarakat. Biaya-biaya tersebut dikapitalisasi sebagau aktiva tak berujud dengan
nama Biaya Organisasi. Sebenarnya biaya organisasi akan bermanfaat selama hidup
perusahaan, tetapi dalam praktik perusahaan menetapkan masa manfaat dengan
taksiran tertentu yang dianggap wajar. Seperti halnya aktiva tak berujud lainnya,
biaya organisasi juga diamortisasi selama jangka waktu tertentu.
9. Goodwill
Goodwill adalah kelebihana-kelebihan, keistimewaan tertentu yang dimiliki oleh
perusahaan, yang oleh karenanya menjadi dinilai lebih oleh pihak lain.
Kelebihan/keisitimewaan tersebut bisa karena perusahaan memiliki reputasi
manajemen yang sangat bagus, menghasilkan suatu produk unggul yang sulit dicari
pesaingnya, letaknya strategis, dan lain-lain.Goodwill hanya diakui (dibuatkan
perkiraan) jika terjadi suatu transaksi, yang mana dalam transaksi tersebut perusahaan
dinilai lebih oleh pihak lain. Transaksi yang dimaksudkan bisa berupa : penjualan
perusaahaan, bergabung/ berhentinya sekutu (anggota persero) baru, merger atau
akuisisi.
10
10. Biaya Research Dan Pengembangan
Biaya research dan pengembangan bukan aktiva tak berujud, tetapi karena
pengeluaran-pengeluaran ini berhubungan dengan hak paten dan hak cipta maka
pengeluaran tersebut akan dibahas pada makalah ini. Banyak perusahaan melakukan
pengeluaran yang cukup besar jumlahnya untuk keperluan research dan
pengembangan dalam rangka mendapatan produk baru atau proses yang lebih baik.
Pada perusahan-perusahaan raksasa seperti IBM, Toyota, atau Mitsubishi,
pengeluaran untuk keperluan ini mungkin melebihi anggaran belanja sebuah negara
sedang berkembang.
Research dan pengembangan memiliki sejumlah masalah akuntansi: (1) kadang-
kadang sulit untuk mengaitkan pengeluaran pada proyek tertentu, dan (2) seringkali
terdapat ketidakpastian mengenai manfaat dari pengeluaran tersebut, baikbesarnya
maupun kapan manfaat tersebut akan diperoleh. Oleh karena itu pengeluaran untuk
research dan pengembangan biasanya dicatat sebagai biaya pada waktu terjadi
pengeluaran. Pengeluaran seperti ini tidak memperhatikan apakah pengeluaran akan
berhasil atau tidak berhasil:
Sebagai contoh, misalnya PT Ardi Perkasa melakukan pengeluaran sebesar Rp.
30.000.000,00 untuk biaya research dan pengembangan. Research dan pengembangan
ini telah menghasilkan dua penemuan yang sangan berhasil dan telah memperoleh dua
hak paten. Walaupun demikin, pengeluaran untuk research dan pengembangan tidak
dapat dimasukkan dalam harga perolehan hak paten, melainkan tetap harus
diperlakukan sebagai biaya pada periode dikeluarkannya biaya tersebut.
Banyak ahli tidak menyetujui pendekatan akuntansi ini. Mereka berpendapat bahwa
dengan memperlakukan pengeluaran research dan pengembangan sebagai biaya, akan
menyebabkan aktiva dan laba bersih menjadi terlalu rendah. Namun pihak lain
berpendapat, bahwa dengan mengkapitalisasi pengeluaran ini hanya akan
menimbulkan aktiva yang sifatnya sangat spekulatif dalam neraca.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Aktiva tak berwujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang
timbul dari pemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud
fisik tertentu. Bukti pemilikan aktiva tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau
dokumen lain. Aktiva tidak berujud mungkin timbul dari:
1. Pemerintah – seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama
dagang.
2. Perusahaan lain – misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk
goodwill.
3. Penjualan tertentu – seperti franchise dan lease.
Aktiva tak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu : kurang memiliki
eksistensi fisik, bukan merupakan instrument keuangan, bersifat jangka panjang dan
menjadi subjek amortisasi, klasifikasi Aktiva Tak Berwujud yaitucara akuisisi
(manner of acquisition), dapat diidentifikasi (identifiability), dapat dipertukarkan
(exchangeability), periode manfaat yang diharapkan (period of expected benefit).
Prinsip Akuntansi Dasar untuk Aktiva tak berwujud yaitu :Pada akuisisi menerapkan
prinsip biaya, Selama periode penggunaan, menerapkan prinsip penandingan, Pada
disposisi, menerapkan prinsip pendapatan. Keuntungan atau kerugian yang diakui atas
pelepasan sama dengan selisih antara pertimbangan yang diterima.
Sesuai dengan prinsip biaya, aktiva tak berwujud harus dicatat pada saat
diakuisisi dengan biaya ekuivalen kas saat ini. Menurut sifatnya itu, maka aktiva tak
berwujud jarang mempunyai nilai residu. Biaya aktiva tak berwujud yang tidak
memiliki masa umur manfaat yang dapat ditetntukan atau umur hukum tidak terbatas
juga harus diamortisasi berdasarkan estimasi umur manfaatnya. Pada umumnya aktiva
tetap dilaporkan bersama-sama dengan sumber alam, tetapi aktiva tidak berujud
dilaporkan tersendiri setelah aktiva tetap berlaku.

A. Saran
Mungkin inilah hasil dari tugas makalah saya tentang Aktiva Tak Berwujud
Mata Kuliah Akuntansi Keungan II dalam isi makalah ini terdapat kelebihan dan
kekurangannya tetapi saya rasa penyusunan makalah ini masih jauh dari
12
kesempurnaan dan masih banyak kesalahan penulisan dan penyusunannya. Untuk itu
saya sebagai penyusun makalah ini butuh saran kritik dari para pembaca makalah ini
untuk menjadikan makalah ini lebih semprna lagi. Dan saya mengucapkan terima
kasih pada dosen Mata kuliah Akuntasi yang telah memberikan tugas untuk membuat
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Soepriyanto, Gatot dkk.2010.Pengantar Akuntansi 2. Edisi 1. Jakarta:


Salemba Empat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. PSAK19 Revisi
2009 “Aset Tidak Berwujud” Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
PSAK 22 Revisi 2010 “Kombinasi Bisnis

13

Anda mungkin juga menyukai