Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENGAUDITAN II

“DASAR-DASAR PROSEDUR PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN”

Dosen Pengampu :
Dr. Budiandru SE., Ak., ME.Sy.,CA., CPA.
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Gilang Fathur Albajili 1802015196
2. Adam Anugrah Pratama 1902015054
3. Bagas Rizky Haryansyah 1902015118
4. Habib Fikri Salam 1902015122
5. Wisnu Wardiansyah 1902015036

6D AKUNTANSI
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Bismillahiramanirahim,
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga sampai saat
ini kita masih diberikan kesempatan untuk menikmati apa yang telah
diciptakan-Nya. Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang
senantiasa menjalankan sunnah-sunnahnya.

Kami ucapkan rasa syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, dengan ini kami
mampu menyelesaikan penyusunan makalah Pengauditan II yang berjudul
“Pemeriksaan Aktiva Tak Berwujud”.Semoga makalah ini dapat digunakan
sebagai salah satu acuan ataupun pedoman bagi pembaca mengenai akuntansi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Pengauditan II yang telah memberikan tugas untuk menambah wawasan
mengenai mata kuliah yang diampu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran penulis harapkan dari para pembaca agar terciptanya
kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini.

Billahi fi sabillilhaqfastabiqulkhairat,
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 12 Maret 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................1
1.3 Tujuan .....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................3
2.1 Sifat dan Contoh Aktiva Tak Berwujud ...........................................3-6
2.2 Tujuan dari Pemeriksaan (Audit Objectives) Aktiva Tak
Berwujud......................................................................................................7-14
2.3 Prosedur Audit Atas Aktiva Tak Berwujud.....................................15-17
BAB III PENUTUP ...........................................................................................18
3.1 Kesimpulan ............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aset tidak berwujud merupakan aset non moneter yang dapat diidentifikasi
dan tidak mempunyai wujud fisik, seperti merek dagang, hak paten, goodwill,
dan aset tidak berwujud yang berhubungan dengan teknologi. Salah satunya
seperti merek dagang yang dimiliki oleh perusahaan. Merek dagang diperlukan
karena merek merupakan aset tidak berwujud yang memiliki nilai ekonomis dan
dapat ditingkatkan nilainya dalam pengembangan suatu produk (Lisvery, 2004).

Hak paten juga merupakan aset tidak berwujud yang berperan penting dalam
perusahaan terutama pada perusahaan farmasi. Tanpa izin pemilik hak paten
obat tersebut tidak boleh ditiru, diproduksi dan dijual dengan nama generik oleh
pabrik lain (Himida, 2010). Tidak hanya itu saja goodwill dan aset tidak
berwujud yang berhubungan dengan teknologi juga sangat berpengaruh terhadap
nilai perusahaan

Dengan berkembanganya isu-isu baru dalam bidang ekonomi, menyebabkan


perusahan dituntut untuk melakukan inovasi produk agar mampu bertahan dan
berkompetisi. Kegiatan penelitian dan pengembangan (research and
development/R&D) merupakan kegiatan yang berperan dalam sebuah inovasi.
Penelitian dan pengembangan merupakan kegiatan yang memiliki kepentingan
komersial dalam 2 kaitannya dengan riset ilmiah murni dan pengembangan
aplikatif di bidang teknologi.

Penelitian mengenai hubungan antara intensitas R&D pada nilai perusahaan


yang dilakukan oleh Gleason dan Klock (2006) dalam Yuliana (2012)
mengemukakan bahwa intangible capital yang penting dan terbukti secara
statistik berperan dalam meningkatkan nilai perusahaan (value of the firm)
adalah penelitian dan pengembangan (research and development/R&D).

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja Sifat dan Contoh Aktiva Tak Berwujud ?

2. Apa saja Tujuan dari Pemeriksaan (Audit Objectives) Aktiva Tak


Berwujud ?

3. Bagaimana Prosedur Audit Atas Aktiva Tak Berwujud ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Sifat Dan Cotoh Aktiva Tak Berwujud

2. Mengetahui Pemeriksaan (Audit Objectives) Aktiva Tak Berwujud

3. Mengetahui Prosedur Audit Atas Aktiva Tak Berwujud

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SIFAT DAN CONTOH

Pengertian dan sifat Aktiva Tak Berwujud menurut PSAK No. 19 (Revisi
2000) Aktiva tidak berwujud adalah aktiva non moneter yang dapat
diidentifikasikan dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk
digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan
kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (IAI, 2002 : 19.5)

• Perusahaan seringkali mengeluarkan sumber daya untuk mendapatkan,


mengembangkan, memelihara atau memperkuat sumber daya tidak berwujud,
seperti ilmu pengeahuan dan leknologi, desain dan implementasi sistim atau
proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan
merek dagang (termasuk merek produk/brand names). Contoh aktiva tidak
berwujud yang dcakup dalam judul luas tersebut adalah: piranti lunak komputer,
hak paten, hak cipta, film gambar hidup, daftar langganan, hak pengusahaan
hutan, kuota impor, waralaba, hubungan dengan pemasok atau pelanggan,
kesetiaan pelanggan, hak pemasaran, dan pangsa pasar.

• Tidak semua unsur yang dicantumkan diatas memenuhi definisi aktiva tidak
berwujud, yaitu keteridentifikasian, adanya pengendalian sumber daya dan
adanya manfaat ekonomis di masa depan. Jika suatu unsur yang dicakup dalam
pernyataan ini tidak memenuhi definisi aktiva tidak berwujud, maka pengeluaran
yang dilakukan dalam rangka memperoleh atau menciptakan sendin aktiva
tersebut dipertakukan sebagai beban pada saat terjadinya. Namun, jika unsur
tersebut diperoleh dalam suatu penggabungan usaha yang bentuknya akuisisi,
maka unsur tersebut diperlakukan sebagai bagian dari muhibah (goodwill) yang
diakui pada tanggal akuisisi,

3
• Dalam definisi aktiva tidak berwujud terdapat kriteria bahwa
ketenidentifikasian aktiva tidak berwujud harus dapat dibedakan secara jelas
dengan muhibah (goodwill) Muhibah (goodwill yang timbul dari penggabungan
usaha berbentuk akuisisi mencerminkan pembayaranyang dilakukan oleh pihak
yang mengakuisisi dengan harapan akan memperoleh manfaat ekonomis di masa
depan. Manfaat ekonomis di masa depan akan timbul dari sinergia antara aktiva
yang diperoleh yang dapat diidentifikasikan atau dani aktiva, yang secara
individual, tidak memenuhi syarat untuk diakui dalam laporan keuangan
walaupun yang mengakuisisibersedia untuk membayar aktiva tersebut.

• Suatu aktiva tidak berwujud dapat dibedakan secara jelas dengan muhibah
(goodwill) jika aktiva tersebut dapat dipisahkan. Suatu aktiva disebut "dapat
dipisahkan' jika perusahaan dapat menyewakan, menjual, menukarkan, atau
mendistribusikan manfaat ekonomis masa depan yang terdapat pada aktiva
tersebut tanpa melepaskan manfaat ekonomis di masa depan yang timbul dari
aktiva lain yang digunakan dalam aktivitas yang sama dalam menghasilkan
pendapatan.

• Dapat dipisahkan tidak selalu merupakan prasyarat untuk dapat memenuhi


kriteria keteridentifikasian karena perusahaan dapat saja melakukan identifikasi
dengan cara lain Misalkan, ketika aktiva tidak berwujud diperoleh bersama
dengan sekelompok aktiva tainnya, transaksi itu bisa jadi meliputi pengalihan
hak hukum yang memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi aktiva tidak
berwujud. Demikian juga, dalam suatu proyek intern yang bertujuan
menciptakan hak hukum bagi perusahaan, hak hukum tersebut mungkin bersifat
sedemikian rupa sehingga dapat membantu perusahaan dalam menentukan
aktiva tidak berwujud yang timbul. Dalam kasus lain, walaupun suatu aktiva
menghasilkan manfaat ekonomis masa depan bersama-sama dengan sekelompok
aktiva lainnya, aktiva tersebut tetap dapat diidentifikasi jika perusahaan dapat
mengidentifikasi manfaat ekonomis masa depan yang akan timbul dari aktiva
tersebut.

4
• Manfaat ekonomis masa depan yang timbul dari aktiva tidak berwujud dapat
mencakup pendapatandari penjualan barang atau jasa, penghematan biaya, atau
manfaat lain yang berasal dari penggunaan aktiva tersebut oleh perusahaan.
Misalnya, penggunaan hak kekayaanintelektual dalamsuatu prosesproduksi tidak
meningkatkan pendapatan masa depan,tetapi menekan biaya produksi masa
depan.

• Dalam mengakui suatu pos sebagai aktiva tidak betwujud. perusahaan perlu
menunjukkan bahwa pos tersebut memenuhi:

a. definisi aktiva tidak dan

b. kriteria pengakuan sebagaimana diaturdalam pemyataan ini.(PSAK No.19)

• Aktiva tidak berwujud diakui jika, dan hanya jika:

a. kemungkinan beşar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa


depan dan aktiva tersebut dan

b. biaya perolehan aktivatersebutdapat diukursecara andal.

• Dalam menilai kemungkinan adanya manfaat ekonomis masa deparı.


perusahaan harus menggunakan asumsi yang maşuk akal dan dapat
dipertanggungjawabkan, yana merupakan estimasi terbaik manajemen atas
kondisi ekonomi yang berlaku sepanjang masa aktiva tersebut.

• Dalam menilai tingkat kepastian akan adanya manfaat ekonomis masa depan
yang timbul dari penggunaan aktiva tidak berwujud, perusahaan
mempertimbangkan bukti yang tersedia pada saat pengakuan awal aktiva tidak
berwujud dengan memberikan penekanan pada bukti ekstrim.

5
• Suatu aktiva tidak berwujud pada awalnya harus diakui sebesar biaya
perolehan. Menurut penulis, sifat aktiva tak berwujud adalah :

- Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

- Tidak mempunyai bentuk, sehingga tidak bisa dipegang/diraba atau dilihat.

- Diperoleh dengan mengeluarkan sejumlah uang tertentu yang jumlahnya cukup


material.

Contoh:

1. Goodwill - timbul pada suatu perusahaan pada waktu membeli suatu


perusahaan lain diatas harga yang berlaku untuk aktiva-bersihnya setelah
dikurangi biaya-biaya: karena perusahaan yang dibeli mempunyai keunggulan
tertentu.

2. Hak Patent - jika suatu perusahaan/seseorang menemukan suatu produk baru


setelah melakukan riset selama beberapa waktu dengan mengeluarkan biaya
yang cukup besar. Untuk itu ia dapat mendaftarkan produk ciptaannya ke
Direktorat Hak Patent, untuk memperoleh Hak Patent, sehingga orang lain tidak
dapat membuat produk yang sama, kecuali orang tersebut sudah membeli hak
patent tersebut atau membayar royalty kepada pemilik hak patent.

3. Hak Cipta (Copy Right) yang diberikan kepada seseorang yang mencipta lagu
atau mengarang buku.

4. Franchise - misalnya Kentucky Fried Chicken, Mc Donald, Es Teller '77. Jika


seseorang ingin menjual makanan atau minuman dengan rasa, bentuk, cara
penyajian dan dekorasi yang sama, terlebih dahulu harus membeli hak
Franchise.

6
2.2 TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES) AKTIVA TAK
BERWUJUD

1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas
aktiva tak berwujud.

2. Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan penghapusan aktiva


tak berwujud, didukung ofeh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta
diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.

3. Untuk memeriksa apakah aktiva tak berwujud yang dimiliki perusahaan


masih mempunyai kegunaan dimasa yang akan datang (manfaatnya lebih
dari satu tahun).

4. Untuk memeriksa apakah amortisasi aktiva tak berwujud dilakukan sesuai


dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia(SAK).

5. Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aktiva tak


berwujud sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.

6. Untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tak berwujud dalam laporan


keuangan sudan dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia (SAK)

PENJELASAN ATAS TUJUAN PEMERIKSAAN

1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal kontrol yang cukup baik atas
aktiva tak berwujud. Dalam hal ini auditor cukup menggunakan internal

7
control questionnaires (ICQ).Contoh ICQ untuk aktiva tak berwujud bisa
dilihat di Exhibit 14-1.

Beberapa ciri internal control yang baik atas aktiva tak berwujud adalah:

• Adanya sistem otorisasi dalam penambahan dan penghapusan aktiva tak


berwujud

• Adanya internal auditor yang memeriksa kelengkapan bukti pendukung


dari perolehan dan penambahan aktiva tak berwujud, serta otorisasinya.

2. Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan dan penghapusan aktiva


tak berwujud, didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta
diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang. Misalnya untuk
memperoleh franchise apakah ada perjanjian franchisenya, serta apakan
sudah diotorisasi oleh direksi.

3. Untuk memeriksa apakah aktiva tak berwujud yang dimiliki perusahaan


masih mempunyai kegunaan dimasa yang akan dating. Untuk menaksir
masa manfaat aktiva tak berwujud harus dipertimbangkan antara lain:

• Ketentuan hukum, peraturan, perjanjian yang membatasi masa manfaat


maksimum

• Kemungkinan untuk memperbaharui atau memperpanjang batas masa


manfaat yang telah ditentukan.

• Pengaruh keusangan, permintaan, persaingan dan faktor perubahan


ekonomi dan teknologi yang mempengaruhi masa manfaat.

4. Untuk memeriksa apakah amortisasi aktiva tak berwujud yang dimiliki


perusahaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia (SAK).

8
Menurut PSAK No. 19 (Revisi 2000):

• Jumlah yang dapat diamortisasi dari aktiva tidak berwujud harus


dialokasikan secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik dari masa
manfaatnya. Pada umumnya masa manfaat suatu aktiva tidak berwujud
tidak akan melebihi 20 tahun sejak tanggal aktiva siap digunakan.
Amortisasi harus mulai dihitung saat aktiva siap untuk digunakan.

• Manfaat ekonomis masa depan yang terkandung dalam suatu aktiva tidak
berwujud dikonsumsi dengan berjalannya waktu. Untuk mencerminkan
konsumsi tersebut, nila tercatat aktiva tersebut diturunkan. Hal tersebut,
dilakukan melalui alokasi yang sistematis atas biaya perolehan, dikurangi
nilai sisa. Alokasi yang sistematis tersebut diperhitungkan sebagai beban
amortisasi sepanjang masa manfaat aktiva tersebut. Amortisasi diperlukan
sebagai beban amortisasi sepanjang masa manfaat aktiva tersebut.
Amortisasi perlu diakui tanpa memandang apakah telah terjadi kenaikan,
misalnya, pada nilai wajar atau nilai yang dapat diperoieh kembali dari
aktiva tersebut.

• Metode amortisasi harus mencerminkan pola konsumsi manfaat ekonomis


oleh perusahaan. Jika pola tersebut tidak dapat ditentukan secara andal,
maka harus digunakan metode garis lurus. Biaya amortisasi setiap periode
harus diakui sebagai beban kecuali PSAK lainnya mengizinkan atau
mengharuskannya untuk dimasukkan ke dalam nilai tercatat aktiva lain.

• Terdapat berbagai metode amortisasi untuk mengalokasikan jumlah yang


dapat diamortisasi dari suatu aktiva atas dasar yang sistematis sepanjang
masa manfaatnya. Metode-metode itu meliputi metode garis lurus, metode
saldo menurun dan metode jumlah unit produksi. Metode yang digunakan
pada suatu aktiva ditentukan berdasarkan perkiraan pola konsumsi manfaat
ekonomis dan diterapkan secara konsisten dari satu periode ke periode
lainnya, kecuali bila terdapat perubahan dalam perkiraan pola konsumsi
tersebut. Pada umumnya akan sangat sulit ditemukan bukti yang
mendukung diterapkannya metode amortisasi aktiva tidak berwujud yang

9
akan menghasilkan jumlah akumulasi amortisasi yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan akumulasi amortisasi berdasarkan metode garis lurus.

• Nilai sisa suatu aktiva tidak berwujud seharusnya diasumsikan sama dengan
nol, kecuali:

a. Ada komitmen dari pihak ketiga untuk membeli aktiva tersebut pada
akhir masa manfaatnya; atau

b. Ada pasar aktif bagi aktiva tersebut dan nilai sisaaktiva dapat ditentukan
dengan mengacu pada harga yang berlaku di pasar tersebut dan terdapat
kemungkinan yang cukup besar bahwa pasar yang aktif tersebut akan
tetap ada pada akhir masa manfaat aktiva.

5. Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aktiva tak


berwujud sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.

Misalnya perusahaan mempunyai hak patent, copy right atau franchise dan
memberikan/ menjual aktiva tak berwujud tersebut kepada pihak ketiga,
maka auditor harus yakin bahwa pendapatan berupa royalty betul-betul
sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.

6. Untuk memeriksa apakah penyajian aktiva tak berwujud dalam laporan


keuangan sudah dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia (SAK).

Menurut PSAK No. 19 (Revisi 2000):

• Suatu aktiva tidak berwujud tidak boleh lagi diakui, dan harus dihilangkan
dari neraca, saataktiva tersebut dilepas atau ketika tidak ada lagi manfaat
masa depan yang diharapkan dari penggunaannya dan pelepasan yang
dilakukan sesudahnya.

• Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan


suatu aktiva tidak berwujud ditentukan dengan menghitung selisih antara
jumlah penerimaan bersih dari pelepasan aktiva dan nilai tercatat aktiva

10
tersebut, serta diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba
rugi.

• Jika suatu aktiva tidak berwujud dipertukaikan dengan aktiva yang lain
dilepas yang dan sejenis, tidak biayaada aktiva yang diperoleh sama dengan
nilai tercatat aktiva keuntungan atau kerugian yang dihasilkan.

• Aktiva tidak berwujud yang dihentikan atau tidak lagi digunakan secara
aktif dan rencananya akan dilepas , dibukukan sebesar nilai tercatatnya pada
tanggal aktiva tersabut tidak lagi digunakan secara aktif. Setidak-tidaknya
setiap tanggal neraca, perusahaan menguji apakah aktiva tersebut telah
mengalami penurunan nilai, dan mengakui rugi penurunan nilai tersebut,
jika ada.

• Laporan keuangan harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk setiap


golongan aktiva tidak berwujud, dengan membedakan antara aktiva tidak
berwujud yang dihasilkan secara intern dan aktiva tidak berwujud lainnya:

a. masa manfaat atau tingkat amortisasi yang digunakan;

b. metode amortisasi yang digunakan;

c. nilai tercatat bruto dan akumulasi amortisasi (yang digabungkan dengan


akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode;

d. unsur pada laporan keuangan yang di dalamnya terdapat amortisasi


aktiva tidak berwujud; dan

e. rekonsiliasi nilai tercatat pada awal dan akhir periode dengan


menunjukkan

f. penambahan aktiva tidak berwujud yang terjadi, dengan mengungkapkan


terpisah penambahan yang berasal dari pengembangan di dalam
perusahaan dan dari penggabungan usaha;

g. penghentian dan pelepasan aktiva tidak berwujud;

11
h. rugi penurunan nilai yang diakui pada laporan laba rugi periode berjalan
sesuai dengan PSAK 48: Penurunan Nilai Aktiva (jika ada);

i. rugi penurunan nilai yang dibalik pada laporan laba rugi periode berjalan
sesuai dengan PSAK 48; Penurunan Nilai Aktiva (jika ada);

j. amortisasi yang diakui selama periode berjalan; selisih kurs neto yang
timbul daripenjabaran laporan keuangan suatu entitas asing dan

k. perubahan lainnya dalam nilai tercatat selama periode berjalan

Informasi komparatif tidak dibutuhkan.

• Suatu golongan aktiva tidak berwujud adalah sekumpulan aktiva yang


karakteristik dan penggunaannya dalam operasi perusahaan serupa. Contoh
golongan aktiva tidak berwujud adalah:

a. nama merek;

b. piranti lunak komputer;

c. lisensi dan waralaba

d. hak cipta paten dan hak kekayaan intelektual

e. resep, formula, model

f. aktiva tidak berwujud dalam pengembangan

Golongan-golongan di atas dapat lebih diperinci (atau digabungkan) menjadi


golongan yang lebih kecil (besar) sepanjang dapat menghasilkan informasi yang
relevan bagi pemakai laporan keuangan.

• Di samping mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh paragrap di


muka, perusahaan juga perlu mengungkapkan informasi mengenai aktiva
yang mengalami penurunan nilai sesuai dengan PSAK 48.

• Perusahaan mengungkapkan karakteristik dan upaya dalam perubahan


estimasi akuntansi yang mempunyai dampak material dalam periode berjalan
atau yang diperkirakan akan memiliki dampak material dalam periode-

12
periode selanjutnya sesuai dengan PSAK 25: Laba atau Rugi Bersih untuk
Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi.
Pengungkapan tersebut dapat timbul dari perubahan dalam:

a. periode amortisasi

b. metode amortisasi; atau

c. nilal sisa

• Laporan Keuangan juga harus mengungkapkan:

a. alasan perusahaan tidak mengikuti asumsi umum, yaitu masa manfaat


suatu aktiva tidak berwujud tidak akan melebihi 20 tahun sejak tanggal
aktiva tersebut tersedia untuk digunakan jika suatu aktiva tidak berwujud
diamortisasi selama lebih dari 20 tahun; dalam memberikan alasan
tersebut, perusahaan harus menjelaskan faktorfaktor penting dalam
menentukan masa manfaat aktiva;

b. penjelasan nilai tercatat dan periode amortisasi yang tersisa dari setiap
aktiva tidak berwujud yang material bagi laporan keuangan secara
keseluruhan;

c. keberadaan dan nilai tercatat aktiva tidak berwujud yang hak


penggunaannya dibatasi dan nilai tercatat aktiva tidak berwujud yang
ditentukan sebagai jaminanatasutang; dan

d. jumlah komitmen untuk memperoleh aktiva tidak berwujud.

• Laporan keuangan harus mengungkapan jumlah keseluruhan pengeluaran


riset dan pengembangan yang diakui sebagai beban dalam periode
berjalan.

• Pengeluaran riset dan pengembangan terdiri dari semua pengeluaran yang


dapat dikaitkan secara langsung dengan kegiatan riset dan pengembangan
atau yang dapat dialokasikan, secara rasional dan konsisten, kepada
kegiatan-kegiatan tersebut.

13
• Perusahaan dianjurkan, tetapi tidak diharuskan, untuk mengungkapkan
informasi berikut ini:

a. gambaran mengenai setiap aktiva tidak berwujud yang sudah


sepenuhnya diamortisasi yang masih digunakan; dan

b. gambaran singkat mengenai aktiva tidak berwujud signifikan yang


dikendallkan oleh perusahaan, tetapi tidak diakui sebagai aktiva
karena tidak memenuhi kriteria dalam pernyataan ini (PSAK No 19)
atau karena aktiva tersebut diperoleh atau dihasilkan sebelum
pernyataan ini (PSAK No 19) berlaku efektif.

2.3 PROSEDUR AUDIT ATAS AKTIVA TAK BERWUJUD


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aktiva tak berwujud.

2. Minta perincian aktiva tak berwujud per tanggal neraca, yang antara lain
menunjukkan saldo awal, penambahan, amortisasi dan penghapusan serta
saldo akhir.

3. Cocokkan saldo awal dan saldo akhir ke buku besar, lalu check footing
dan cross footing

4. Periksa penambahan aktiva tak berwujud

- apakah diotorisasi pejabat perusahaan yang berwenang.

- periksanotulen rapat direksi/pemegang saham, untuk mengetahui apakah


otorisasi tersebut diberikan melalui rapat tersebut.

- periksa keabsahan dan kelengkapan bukti-bukti pendukungnya.

5. Periksa amortisasi dan penghapusan (jika ada) aktiva tak berwujud.

6. Periksa apakah amortisasi dilakukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang


berlaku umum di Indonesia (SAK) dan perhitungannya akurat. Jika ada
aktiva tidak berwujud yang dihapuskan, misalnya goodwill, karena tidak

14
lagi mempunyai kegunaan, maka harus diperiksa otorisasi dari pejabat
perusahaan yang berwenang.

7. Periksa perjanjian-perjanjian yang dibuat perusahaan dengan pihak ketiga


yang ingin menggunakan hak patent, hakciptadan franchise yang dimiliki
perusahaan. Periksa apakah pendapatan dani perjanjian tersebut (dalam
bentuk royalty fee) sudah dicatat dan diterima oleh perusahaan.

8. Periksa apakah penyajian aktiva tak berwujud dalam laporan keuangan


sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
(SAK).

Penjelasan atas prosedur audit aktiva tak berwujud

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aktiva tak berwujud.

Biasanya dilakukan dengan menggunakan internal control questionnaires,


contohnya bisa dilihat di Exhibit 14-1. Jika auditor menyimpulkan bahwa
internal control atas aktiva tak berwujud adalah baik, maka ruang lingkup
(scope) pemeriksaan bisa dipersempit.

2. Minta rincian aktiva tak berwujud per tanggal neraca.

Contohrincian bisa dilihatdi Exhibit14-2.

Penambahan aktiva tak berwujud bisa berasal dari pembelian


(goodwill,hakpatent)atau perusahaan melakukan riset untuk membuat produk-
produk baru,yang jika dianggap marketable bisa diurus (didapatkan) hak
patentnya ke Direktorat Hak Patent,sehingga perusahaan lain tidak boleh
membuat produk yang sama, kecuali membayar royalty kepada pemegang hak
patent.

Prosedur audit 3,4, dan 5 sudah cukup jelas.

6. Periksa perjanjian-perjanjian yang dibuat perusahaan dengan pihak ketiga dan


periksa apakah pendapatan dari perjanjian tersebut sudah dicatat dan diterima
perusahaan.

15
Perjanjian untuk menjual menyewakan hak patent, hak cipta dan franchise milik
perusahaan kepada pihak ketiga, biasanya dilakukan dihadapan notaris, karena
itu auditor harus meminta copy perjanjian tersebut untuk permanent file. Untuk
royalty yang diperoleh harus diperiksa apakah sudah dikenakan PPh 23 sesual
dengan peraturan pajak yang berlaku. Selain itu auditor harus memeriksa buku
penerimaan kas (bank) untuk mengetahui apakah pendapatan dari
penjualan/penyewaan tersebut sudah diterima oleh perusahaan dan dicatat di
buku perusahaan.

7. Periksa apakah penyajian aktiva tak berwujud dalam laporan keuangan sudah
sesuaidengan SAK.

Dalam hal ini perusahaan harus mencatat perolehan/penambahan aktiva tak


berwujud sebesar harga perolehannya. Di neraca aktiva tak berwujud disajikan
sebesar nilai netonya, setelah diamortisasi Sedangkan di catatan atas laporan
keuangan harus dijelaskan antaralain : saldo aktiva tak berwujud terdiri dari apa
saja, dengan mencantumkan nilai neto dari masing-masing jenis aktiva tak
berwujud, dan metode serta periode amortisasinya. Dikertas kerja pemeriksaan
aktiva tak berwujud, auditor harus mencantumkan kesimpulan pemeriksaannya
mengenaikewajaran saldo perkiraan aktiva tak berwujud.

16
BAB III

3.1 Kesimpulan

Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat
peristiwa masa lalu , manfaat ekonomis di masa depan dari aset tersebut
diharapkan diterima olch entitas . Aset moneter adalah kas dimiliki dan aset
yang akan diterima dalam bentuk kas yang jumlahnya pasti atau dapat
ditentukan .

Aset tidak berwujud dapat didefinisikan sebagai aset nonmoneter yang


dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik . Suatu aset dikatakan dapat diidentifikasi
jikadapat dipisahkan , disewakan atau ditukarkan , baik secara tersendiri atau
bersama - sama dengan kontrak terkait , aset atau liabilitas teridentifikasi ,
terlepas dari apakah entitas bermaksud untuk melakukan hal tersebutatautimbul
dari kontrak atau hak legal lainnya , terlepas dari apakah hak tersebut dapat
dialihkan atau dipisahkan dari entitas atau dari hak - hak dan kewajiban -
kewajiban lainnya

17
DAFTAR PUSTAKA

Agoes Sukrisno.2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) Oleh Kantor Akuntan


Publik Eds 3.Jakarta :LPFE UI

18

Anda mungkin juga menyukai