Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

STUDI KELAYAKAN BISNIS

DISUSUN OLEH :

FEBRIEL SEVDY

B1E120010

PROGRAM STUDI DIII OPTOMETRI

FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini
terdiri dari pokok pembahasan mengenai “Studi Kelayakan Bisnis”. Setiap
pembahasan dibahas secara sederhana sehingga mudah dimengerti.

Dalam penyelesaian makalah ini, banyak mengalami kesulitan, terutama


disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan dengan cukup baik.

Penulis sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses


pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

        
Makassar, 25 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................2

1.3 TUJUAN...............................................................................................2

1.4 MANFAAT............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

2.1 KONSEP DASAR STUDI KELAYAKAN BISNIS.............................4

2.2 LEMBAGA-LEMBAGA YANG MEMERLUKAN STUDI


KELAYAKAN BISNIS..................................................................................6

2.3 ASPEK-ASPEK STUDI KELAYAKAN BISNIS................................7

2.4 TAHAPAN DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS.........................8

2.5 FUNGSI MANAGEMEN (POAC)....................................................10

2.6 BALANCE SCORE CARD DAN SIX SIGMA.....................................12

BAB III PENUTUP...............................................................................................29

3.1 KESIMPULAN...................................................................................29

3.2 SARAN...............................................................................................29

ii
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Studi kelayakan telah dikenal luas oleh masyarakat, terutama


masyarakat yang bergerak dalam bidang dunia usaha dan bisnis. Bermacam-
macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan dunia usaha,
menuntut perlu adanya penilaian tentang seberapa besar kegiatan ataupun
kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila diusahakan
kepada calon pengusaha.

Studi kelayakan juga sering disebut dengan feasibility study yang


merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah
menerima suatu gagasan usaha atau proyek yang direncanakan atau
menolaknya. Pengertian layak dalam penilaian sebagai studi kelayakan
maksudnya adalah kemungkinan dari gagasan usaha atau proyek yang akan
dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit
maupun dalam arti sosial benefit.

Dewasa ini bisnis adalah bukan hal yang baru lagi dalam dunia
ekonomi, banyak orang yang mulai giat ngeadakan kegiatan bisnis tersebut
dengan semakin banyaknya pelaku bisnis maka banyak pula yang harus diulas
oleh para pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya.

Menurut Raymond E Glos yang dikutip oleh Umar dalam bukunya


yang berjudul “Business : its nature and environment : An Introduction”
yang dikutip oleh Umar, bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan
oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industry
yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan
memperbaiki standard serta kualitas hidup mereka.

Dunia Manajemen sebagian besar menggunakan POAC ( Planning,


Organizing, Actuating dan Controlling ). Prinsip Manajemen POAC ini sangat

1
banyak sekali digunakan oleh organisasi kecil maupun besar yang bertujan
untuk lebih mengembangkan dan mengelola organisasi mereka.

Di era globalisasi tingkat persaingan semakin ketat, setiap perusahaan


semakin dihadapkan pada kelangkaan dalam pengadaan, penguasan, dan
pemilikan sumber-sumber daya sehingga tidak ada alasan untuk membenarkan
terjadinya inefisiensi. Disamping itu, pimpinan perusahaan perlu
mengevaluasi fungsi-fungsi dalam organisasi untuk menentukan apakah
perusahaan sudah mencapai tujuan organisasi secara efisien dan untuk
mengenali tanda-tanda bahaya . Oleh karena itu organisasi perlu melakukan
evaluasi/pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor
yang penting bagi perusahaan. Pengukuran kinerja dapat digunakan untuk
menilai keberhasilan organisasi dan dapat digunakan untuk menyusun sistem
imbalan dalam perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat ditarik sebuah rumusan


masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep dasar studi kelayakan bisnis ?

2. Siapa yang memerlukan studi kelayakan bisnis ?

3. Apa saja aspek-aspek manajemen studi kelayakan bisnis ?

4. Apa yang dimaksud dengan POAC ?

5. Apa yan dimaksud dengan Balance Score Card dan Six Sigma ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas mata kuliah studi


kelayakan bisnis, selain itu ada tujuan lain dalam penulisan makalah ini yaitu :

1. Mengetahui konsep dasar studi kelayakan bisnis

2
2. Mengetahui lembaga yang memerlukan suatu studi kelayakan bisnis

3. Mengetahui aspek-aspek manajemen studi kelayakan bisnis

4. Mengetahu konsep POAC

5. Mengetahui tentang balance score card dan six sigma

1.4 Manfaat

Adapun manfaat penulisan makalah ini yang kami harapkan :

1. Memahami konsep dasar studi kelayakan bisnis

2. Memahami lembaga yang memerlukan suatu studi kelayakan bisnis

3. Memahami aspek-aspek manajemen studi kelayakan bisnis

4. Memahami konsep POAC

5. Memahami tentang balance score card dan six sigma

3
6.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Studi Kelayakan Bisnis

A. Definisi Studi Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis adalah penelitian dan penilaian tentang dapat


tidaknya suatu proyek dilakukan dengan berhasil (menguntungkan).
Pengertian menguntungkan berhasil atau layak ada yang menafsirkan
dalam arti sempit dan arti luas. Pengertian arti sempit, biasanya
pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomi suatu
investasi. Pengertian dalam arti luas, biasanya pemerintah atau lembaga
non profit disamping manfaat ekonomi masih ada manfaat lain yang perlu
diperhatikan dan dipertimbangkan.

B. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis

Dengan membuat suatu penilaian terlebih dahulu sebelum


melakukan investasi yang kemudian dituangkan dalam suatu laporan
secara tertulis, Manfaat yang bisa diperoleh hasil laporan studi kelayakan
bisnis ini bisa digunakan sebagai pedoman/alat untuk mengetahui sampai
sejauh mana kegiatan investasi telah dilakukan Pada intinya laporan SKB
ini bisa untuk alat pengawasan.

C. Tujuan Studi Kelayakan Bisnis

Suatu proyek investasi pada umumnya memerlukan dana yang cukup


besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang karenanya
perlu diadakan suatu studi atau penelitian dan penilaian sebelumnya.
Banyak sebab yang mengakibatkan suatu proyek ternyata kemudian tidak
menguntungkan/gagal. Sebab itu bisa berwujud kesalahan perencanaan,
kesalahan analisa pasar, kesalahan dalam memprediksi bahan baku,

4
kesalahan merekrut tenaga kerja. Disamping itu juga karena kesalahan
dalam analisa lingkungan.

Untuk itulah studi tentang kelayakan minimal ekonomis menjadi


sangat penting. Dengan ringkas kita bisa mengatakan bahwa tujuan
dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran
penanaman modal yang terlalubesar untuk kegiatan yang ternyata tidak
menguntungkan.

D. Etika Studi Kelayakan Bisnis

Etika merupakan nilai moral yang dijunjung tinggi masyarakat


Indonesia dalam segala aspek, termasuk dalam melakukan usaha ada
sebuah etika di dalamnya yakni etika bisnis. Etika bisnis dijadikan acuan
untuk menjalankan suatu usaha dimana ia mengatur segala cara dalam
menjalankan usaha atau bisnis dalam segala aspek, mulai dari yang
berkaitan dengan individu, perusahaan, maupun masyarakat.

Hal tersebut juga berperan penting dalam studi kelayakan bisnis


sebab etika tersebut dapat menjamin kedua belah pihak tidak merasa saling
dirugikan satu sama lain. Ada beberapa etika dalam studi kelayakan bisnis
yang harus Anda ketahui. Berikut akan dijelaskan seperti di bawah ini.

1. Etika Peneliti terhadap Responden

Sang peneliti bisa menjamin segala bentuk kerahasiaan si responden


terkait, baik dari segi privasi pribadi maupun data yang telah diberikan.
Selain itu, data yang diberikan pun tidak mengandung unsur yang dapat
merugikan si responden itu sendiri.

2. Etika Peneliti Pada Client

Ada banyak pertimbangan dalam hal menjaga etika peneliti pada


client sebab sang client punya hak yang sangat besar untuk hasil
penelitian. Oleh sebab itu, sang peneliti sudah sewajarnya

5
memperhatikan etika yang harus dipatuhi agar mampu menjaga hak-hak
client tersebut.

3. Etika Peneliti Pada Asisten

Dalam meneliti suatu kelayakan bisnis biasanya dibentuk dalam


satu team untuk melakukan studi kelayakan bisnis. Oleh sebab itu,
terkadang ada asisten yang dipercaya untuk menangani beberapa kasus
yang diperlukan dalam studi kelayakan yang diminta sang client.
Namun, ada beberapa hal yang tidak bisa dilakukan oleh sang asisten.
Contohnya memberikan tugas wawancara dengan topik yang cukup
berat untuk ditangani sang asisten, maka ini akan menjadi tidak etis.
Sebab nanti sang asisten dinilai tak kompeten dan diragukan pada saat
melaksanakan tugasnya tersebut.

4. Etika Sang Client

Jika sebelumnya dibahas mengenai etika dari sudut sang peneliti


semua, maka etika ini juga berlaku bagi sang client. Apalagi apabila
telah keluar hasil dari studi kelayakan usaha Anda, misal memaksa untuk
menggani data hasil penelitian sesuai dengan apa yang diinginkan sang
client. Hal demikian akan merugikan si peneliti sebab akan membuat
nama baik sang peneliti menjadi buruk dan terlihat tidak kompeten, serta
dipertanyakan profesionalitasnya.

Dari beberapa point di atas, dapat disimpulkan bahwa ada etika-


etika yang harus dijaga dalam studi kelayakan bisnis seperti menjaga
privasi si client maupun responden, menjaga nilai kompeten si peneliti,
serta jangan lupa menyusun hasil studi kelayakan tersebut dengan hasil
yang terbaik dan si client memberikan hak berupa fee atas hasil studi
kelayakan tersebut.

6
2.2 Lembaga-Lembaga Yang Memerlukan Studi Kelayakan Bisnis

Pembuatan studi kelayakan digunakan untuk memenuhi permintaan


pihak-pihak yang berbeda. Masing-masing pihak mempunai kepentingan serta
sudut pandang yang berbeda.

 Investor

Pihak yang menanamkan dana dalam suatu proyek tentunya akan


lebih memperhatikan prospek usaha tersebut. Prospek disini
dimaksudkan keuntungan beserta resiko investasi. Gambaran pospek
ini sedikit banyak tercermin dari suatu Studi Kelayakan Bisnis
(SKB) .

 Kreditur/Bank

Pihak kreditur/Bank memperhatikan segi keamanan dana yang


dipinjamkan. Mereka mengharapkan bunga plus angsuran pokok bisa
dibayarkan tepat waktu.

 Pemerintah

Pemerintah terutama lebih berkepentingan dengan manfaat proyek


tersebut bagi perekonomian nasional.

2.3 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis

Aspek-aspek dalam studi kelayakan bisnis adalah bidang kajian studi


kelayakan tentang keadaan objek tertentu dari fungsi-fungsi bisnis
(pemasaran, operasi, manajemen/SDM, hukum, lingkungan, dan keuangan).
Pelaksanaan studi dan penelitian atas fungsi-fungsi bisnis tersebut terkadang
disesuaikan dengan kebutuhan dari analis atau stakeholder.

Berdasarkan disiplin ilmu dasarnya, aspek-aspek dalam studi


kelayakan bisnis terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :

7
1. Aspek primer, merupakan aspek utama dalam penyusunan studi
kelayakan. Aspek primer ada beberapa sector usaha baik pabrikasi
(manufacturing), Perdagangan (trading), maupun jasa (service). Aspek
primer terdiri dari :

a. Aspek pasar dan pemasaran (marketing),

b. Aspek teknis dan teknologis (produksi/operasi),

c. Aspek manajemen dan organisasi (SDM),

d. Aspek hukum,

e. Aspek ekonomi dan keuangan.

2. Aspek Sekunder, merupakan aspek pelengkap yang disusun


berdasarkan permintaan instansi/lembaga yang terkait dengan objek
studi, misalnya aspek analisis mengenai dampak lingkungan. Pada
umumnya aspek ini dipersyaratka dalam studi kelayakan yang ojeknya
menyangkut sumber daya alam, seperti proyek pembanunan perumahan
(real estete), pembangunan pabrik pengolahan (pabrik tapioca,
plywoods, kertas, dan sebagainya). Aspek sosial biasanya
dipersyaratkan untuk pembangunan saranan dan prasarana public yang
didanai oemerintah aaupu donator internasional.

3. Aspek tersier, merupakan aspek yang juga dapat menjadi


pertimbangan dalam studi kelayakan karena secara tidak langsung dapat
memengaruhi kegiatan bisnis, yaitu aspek politik.

2.4 Tahapan Dalam Studi Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis dilakukan secara bertahap, berikut adalah


tahapan yang umum dilakukan:

8
1. Penemuan Ide

Merintis bisnis bisa dimulai dari ide awal yang mungkin masih
perkiraan kasar. Penemuan ide bisa berasal dari masalah yang ada di
masyarakat lalu Anda membangun bisnis sebagai solusi untuk masalah
tersebut.

2. Penelitian

Setelah menemukan ide bisnis, lakukan penelitian tentang bisnis


tersebut. Faktor yang perlu diteliti yaitu bagaimana operasional bisnis, apa
saja keunggulannya, hambatan apa yang mungkin muncul, hingga siapa
saja pesaingnya.

3. Evaluasi

Setelah menemukan hambatan yang mungkin muncul, segera lakukan


evaluasi atau penilaian. Pastikan apakah keunggulan bisnis Anda bisa
mengatasi potensi hambatan tersebut atau tidak.

4. Penentuan

Anda telah mengevaluasi apakah keunggulan bisnis Anda mampu


untuk mengatasi hambatan atau tidak. Hasil ini dijadikan dasar penentuan
apakah bisnis tersebut sudah layak dijalankan. Jika iya, Anda bisa
merealisasikannya. Jika tidak, mungkin Anda dapat mencari peluang bisnis
lainnya.

5. Rencana pelaksanaan

Jika hasil penentuan studi kelayakan bisnis adalah melanjutkan


realisasinya, maka langkah selanjutnya yaitu rencana pelaksanaan. Hasil
analisa studi kelayakan bisa dimanfaatkan sebagai pedoman dalam
mendirikan bisnis Anda.

9
6. Pelaksanaan

Setelah melakukan perencanaan, kini saatnya Anda memulai rencana


tersebut. Lakukan evaluasi secara berkala untuk mengetahui rencana mana
yang berjalan dengan baik dan tidak.

2.5 Fungsi Manajemen (POAC)

Prinsip Manajemen POAC ini sangat banyak sekali digunakan oleh


organisasi kecil maupun besar yang bertujan untuk lebih mengembangkan dan
mengelola organisasi mereka. Berikut ini adalah penjelasan mengenai POAC :

1. Planning

Planning adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat


strategi untuk mencapai tujuan itu dan mengembangkan rencana aktivitas
kerja dalam sebuah organisasi. Perencanaan merupakan proses yang penting
dari segala bentuk fungsi Manajemen, karena tanpa adanya perencanaan
semua fungsi-fungsi lainnya tidak akan dapat berjalan.

Dalam perencanaan, Terdapat beberapa faktor dalam Planning yang


patut untuk dipertimbangkan, yaitu :

1. Specific, yaitu berarti sebuah perencanaan harus jelas apa maksut dan
tujuanya beserta ruang lingkupnya.

2. Measurable, yaitu suatu tingkat keberhasilan yang harus dapat diukur


dari program kerja dan rencana yang dibuat.

3. Achievable, yaitu sesuatu tersebut bisa tercapai dan diwujudkan, bukan


hanya sekedar fiktif dan khayalan belaka.

4. Realistic, yaitu sesuatu yang sesuai dengan kemampuan dan sumber


daya yang ada, harus seimbang tetapi tetap ada tantangan didalamnya.

5. Time, yaitu ada batas waktu yang jelas, sehingga bisa dinilai dan
dievaluasi.

10
2. Organizing

Pengorganisasian ( Organizing ) adalah fungsi kedua dalam


Manajemen. Organizing adalah proses kegiatan dalam menyusun struktur
organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber dan lingkungannya.
Dengan demikian, hasil dari pengorganisasian itu berupa struktur organisasi.

Setiap tujuan disebuah organisasi pasti ingin dicapai, dan untuk


meraih hal tersebut, pengorganisasian sangat berperan penting. Dalam
sebuah perusahaan, pengorganisasian biasanya disusun dalam bentuk badan
organisasi atau struktur organisasi, setelah tiu baru dipecah menjadi
beberapa jabatan. Disinilah letak salah satu prinsip Manajemen yang
membagi setiap tugas dan tanggung jawab dalam sebuah perusahaan yang
dibebankan pada semua anggota organisasi menurut skill dan kemampuan
masing-masing individu.

3. Actuating

Actuating ( Pelaksanaan ) adalah suatu tindakan yang mengusahakan


agar semua perencanaan dan tujuan perusahaan bisa terwujud dengan baik
dan seperti yang diharapkan. Jadi, pelaksanaan merupakan suatu upaya yang
menggerakkan orang-orang untuk mau bekerja dengan sendirinya dan
dengan kesadaran yang besar demi mengabulkan seluruh cita-cita
perusahaan dengan dan secara efektif.

Perencanaan dan pengorganisasian akan berjalan kurang baik jika


tidak disertai dengan pelaksanaan. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan sekali
bentuk nyata dari kerja keras, kerjasama dan kerja nyata didalamnya.
Pengoptimalan seluruh sumber daya manusia yang ada juga sangat penting,
terutama ditujukan untuk mencapai visi, misi dan Planning yang telah
diterapkan.

Dalam poin ini, semua sumber daya manusia yang ada harus bekerja
sesuai dengan tugas yang dibebankan, fungsi serta peran dan kompetensi

11
dari masing-masing untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan
tersebut.

4. Controlling

Pengawasan ( Controlling ) adalah proses pengamatan, penentuan


standar yang akan diwujudkan, menilai kinerja pelaksanaan, dan jika
diperlukan mengambil tindakan korektif, sehingga pelaksanaan dapat
berjalan dengan semaksimal mngkin dalam mencapai tujuan perusahaan.

Agar pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka


akan dibutuhkan pengontrolan yang optimal, baik itu dalam bentuk
supervisi, pengawasan, inspeksi dan audit. 

Tujuan utama dari kegiatan pengawasan adalah menciptakan kegiatan-


kegiatan manajemen yang dinamis dan terwujud secara efektif dan efisien.
Sesuai dengan perannya dalam sebuah organisasi, Controlling memiliki
beberapa fungsi utama :

1. Mencegah terjadinya penyimpangan

2. Memperbaiki kelemahan dan kesalahan, serta menindak penyalahgunaan


dan penyelewengan

3. Mendinamisasikan organisasi serta kegiatan dalam manajemen

4. Memperkuat rasa akan tanggung jawab tiap individu

5. Mengambil tindakan korektif jika pelaksanaan menyimpang dari


Perencanaan atau standar yang telah ditetapkan.

2.6 Balance Score Card Dan Six Sigma

A. Balance Score Card

12
Balanced Scorecard adalah suatu konsep pengukuran kinerja bisnis
yang menyeimbangkan pengukuran atas kinerja sebuah organisasi bisnis
yang selama ini dianggap terlalu condong pada kinerja keuangan. Sebelum
munculnya konsep balanced scorecard, yang umum dipergunakan dalam
perusahaan selama ini adalah pengukuran kinerja tradisional yang hanya
menitikberatkan pada sektor keuangan saja. 

Pengukuran kinerja tradisional tersebut menyebabkan orientasi


perusahaan hanya pada keuntungan jangka pendek dan cenderung
mengabaikan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang.
Pengukuran kinerja yang menitikberatkan pada sektor keuangan saja kurang
mampu mengukur kinerja harta-harta tak tampak (intangible assets) dan
harta-harta intelektual (sumber daya manusia) perusahaan.

Cukup disadari dewasa ini, bahwa pengukuran kinerja keuangan yang


digunakan oleh banyak perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutif tidak
lagi memadai, sehingga lahirlah konsep “Balanced Scorecard.” Balanced
scorecard adalah suatu konsep pengukuran kinerja bisnis yang
diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan (Guru Besar Akuntansi di Harvard
Business School) dan David P. Norton (Presiden dari Renaissance Solutions,
Inc.).

Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yakni kartu skor (scorecard)
dan berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk
mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kata berimbang dimaksudkan untuk
menunjukkan bahwa kinerja personel diukur secara berimbang dari dua
aspek: keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang,
intern dan ekstern. Dari definisi tersebut Mulyadi (2001:1) berpendapat
bahwa secara sederhana pengertian Balanced Scorecard adalah kartu skor
yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan
keseimbangan sisi keuangan dan non keuangan, jangka panjang dan jangka
pendek, intern dan ekstern.

13
Pengertian Balanced Scorecard menurut Sukardi (2003:8-14)
merupakan sistem pengukuran kinerja yang berfokus pada aspek keuangan
dan non keuangan dengan memandang 4 perspektif balanced scorecard,
yaitu keuangan, pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan karyawan, serta
proses bisnis internal.

Balanced Scorecard didefinisikan oleh Luis (2007:16) sebagai suatu


alat manajemen kinerja (performance management tool) yang dapat
membantu organisasi untuk menterjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi
dengan memanfaatkan sekumpulan indikator finansial dan non finansial
yang kesemuanya terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat. 

Dari berbagai definisi dapat disimpulkan bahwa Balanced Scorecard


adalah sistem pengukuran kinerja yang berfokus pada aspek keuangan dan
non keuangan dengan memandang empat perspektif, yaitu keuangan,
pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan karyawan, serta proses bisnis
internal yang dapat membantu organisasi untuk menerjemahkan visi dan
strategi ke dalam aksi dimana semua perspektif tersebut terjalin dalam suatu
hubungan sebab akibat.

Secara umum, terdapat empat macam kinerja bisnis yang diukur


dalam balanced scorecard, yaitu: 

1. Perspektif keuangan

2. Perspektif pelanggan atau konsumen

3. Perspektif proses internal bisnis

4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

Empat Perspektif Balanced Scorecard tersebut masing-masing dapat


dijelaskan berikut ini :

1. Perspektif Keuangan (Financial Perspective)

14
Perspektif keuangan tetap digunakan dalam Balance Scorecard,
karena ukuran keuangan menunjukkan apakah perencanaan dan
pelaksanaan strategi perusahaan memberikan perbaikan atau tidak
bagi peningkatan keuntungan perusahaan. Perbaikan-perbaikan ini
tercermin dalam sasaran-sasaran yang secara khusus berhubungan
dengan keuntungan yang terukur, pertumbuhan usaha, dan nilai
pemegang saham. Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan
adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu: growth, sustain,
dan harvest (Kaplan dan Norton, 2001). Tiap tahapan memiliki
sasaran yang berbeda, sehingga penekanan pengukurannya pun
berbeda pula.

a. Growth (bertumbuh)

Tahap pertumbuhan menjadi tahap awal dalam siklus


kehidupan bisnis. Pada tahap ini perusahaan berusaha untuk
menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan
pertumbuhan bisnisnya. Selain itu, perusahaan akan menanamkan
investasi sebanyak-banyaknya, meningkatkan produk baru,
membangun fasilitas produksi, meningkatkan kemampuan
beroperasi, merebut pangsa pasar, dan membuat jaringan distribusi.
Di dalam tahap ini kemungkinan besar perusahaan akan selalu
dalam keadaan rugi, karena tahap ini perusahaan memfokuskan
untuk penanaman investasi yang dinikmati dalam jangka panjang
nanti.

b. Sustain (bertahan)

Adalah tahapan kedua di mana perusahaan masih


melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan
tingkat pengembalian terbaik. Pada tahap ini perusahaan masih
mempunyai daya tarik yang bagus bagi para investor untuk
menanamkan modalnya. Dalam tahap ini perusahaan harus mampu
mempertahankan pangsa pasar yang sudah dimiliki dan harus

15
memperhatikan kualitas produk dan pelayanan yang lebih baik
sehingga secara bertahap akan mengalami pertumbuhan dari tahun
ke tahun. Tujuan keuangan pada tahap ini biasanya lebih
berorientasi pada profitabilitas. Tujuan yang berkaitan dengan
profitabilitas dapat dinyatakan dengan menggunakan ukuran yang
berkaitan dengan laba operasional.

Untuk mendapatkan profitabilitas yang baik tentunya para


manajer harus bekerja keras untuk memaksimalkan pendapat yang
dihasilkan dari investasi modal, sedangkan untuk unit bisnis yang
telah memiliki otonomi diminta tidak hanya mengelola arus
pendapatan, tetapi juga tingkat investasi modal yang telah
ditanamkan dalam unit bisnis yang bersangkutan. Tolak ukur lain
yang kerap digunakan pada tahap ini, misalnya ROI, profit margin,
dan operating ratio.

c. Harvest (Menuai)

Tahap ini merupakan tahap pendewasaan bagi sebuah


perusahaan, karena pada tahap ini perusahaan tinggal menuai dari
investasi yang dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya, yang harus
dilakukan pada tahap ini adalah perusahaan tidak lagi melakukan
investasi, tetapi hanya memelihara supaya perusahaan berjalan
dengan baik.

2. Perspektif Pelanggan (Customer Perspective)

Filosofi manajemen terkini telah menunjukkan peningkatan


pengakuan atas pentingnya konsumen focus dan konsumen
satisfaction. Perspektif ini merupakanleading indikator. Jadi, jika
pelanggan tidak puas maka mereka akan mencari produsen lain yang
sesuai dengan kebutuhan mereka. Kinerja yang buruk dariperspektif
ini akan menurunkan jumlah pelanggan di masa depan meskipun saat
ini kinerja keuangan terlihat baik.

16
Oleh Kaplan dan Norton (2001) perspektif pelanggan dibagi
menjadi dua kelompok pengukuran, yaitu: customer core
measurement dan customer value prepositions. Customer Core
Measurement memiliki beberapa komponen pengukuran, yaitu:

a. Market Share (pangsa pasar)


Pengukuran ini mencerminkan bagian yang dikuasai
perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, yang meliputi:
jumlah pelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit penjualan.
b. Customer Retention (retensi pelanggan)
Mengukur tingkat di mana perusahaan dapat
mempertahankan hubungan dengan konsumen.

c. Customer Acquisition (akuisisi pelanggan)

Mengukur tingkat di mana suatu unit bisnis mampu menarik


pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru.

d. Customer Satisfaction (kepuasan pelanggan)

Menaksir tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan kriteria


kinerja spesifik dalam value proposition.

e. Customer Profitability (profitabilitas pelanggan)

Mengukur keuntungan yang diperoleh perusahaan dari


penjualan produk atau jasa kepada konsumen.

Sedangkan Customer Value Proposition merupakan pemicu


kinerja yang terdapat pada core value proposition yang didasarkan
pada atribut sebagai berikut:

a. Product Or Service Attributes

17
Meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga, dan kualitas.
Pelanggan memiliki preferensi yang berbeda-beda atas produk
yang ditawarkan. Ada yang mengutamakan fungsi dari produk,
kualitas, atau harga yang murah. Perusahaan harus
mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atas produk
yang ditawarkan. Selanjutnya pengukuran kinerja ditetapkan
berdasarkan hal tersebut.

b. Konsumen Relationship

Menyangkut perasaan pelanggan terhadap proses pembelian


produk yang ditawarkan perusahaan. Perasaan konsumen ini
sangat dipengaruhi oleh responsivitas dan komitmen perusahaan
terhadap pelanggan berkaitan dengan masalah waktu
penyampaian. Waktu merupakan komponen yang penting dalam
persaingan perusahaan. Konsumen biasanya menganggap
penyelesaian order yang cepat dan tepat waktu sebagai faktor
yang penting bagi kepuasan mereka.

c. Image dan Reputasi

Menggambarkan faktor-faktor in tangible yang menarik


seorang konsumen untuk berhubungan dengan perusahaan.
Membangun image dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan dan
menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Business Process


Perspective)

Analisis proses bisnis internal perusahaan dilakukan dengan


menggunakan analisis value-chain. Disini manajemen
mengidentifikasi proses internal bisnis yang kritis yang harus
diunggulkan perusahaan. Scorecard dalam perspektif ini

18
memungkinkan manajer untuk mengetahui seberapa baik bisnis
mereka berjalan dan apakah produk dan atau jasa mereka sesuai
dengan spesifikasi pelanggan. Perspektif ini harus didesain dengan
hati-hati oleh mereka yang paling mengetahui misi perusahaan yang
mungkin tidak dapat dilakukan oleh konsultan luar.

Kaplan dan Norton (1996) membagi proses bisnis internal ke


dalam tiga tahapan, yaitu: 

a. Proses inovasi

Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses


inovasi merupakan salah satu kritikal proses, dimana efisiensi dan
efektifitas serta ketepatan waktu dari proses inovasi ini akan
mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilat
tambah bagi pelanggan. Dalam proses ini, unit bisnis menggali
pemahaman tentang kebutuhan dari pelanggan dan menciptakan
produk dan jasa yang mereka butuhkan. Proses inovasi dalam
perusahaan biasanya dilakukan oleh bagian marketing sehingga setiap
keputusan pengeluaran suatu produk ke pasar telah memenuhi syarat-
syarat pemasaran dan dapat dikomersialkan (didasarkan pada
kebutuhan pasar). Aktivitas marketing inimerupakan aktivitas penting
dalam menentukan kesuksesan perusahaan, terutama untuk jangka
panjang.

b. Proses Operasi

Adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk atau


jasa. Aktivitas di dalam proses operasi terbagi ke dalam dua bagian: 1)
proses pembuatan produk, dan 2) proses penyampaian produk kepada
pelanggan. Pengukuran kinerja yang terkait dalam proses operasi
dikelompokkan pada waktu, kualitas, dan biaya.

c. Proses Pelayanan Purna Jual

19
Proses ini merupakan jasa pelaya nan pada pelanggan setelah
penjualan produk/jasa tersebut dilakukan. Aktivitas yang terjadi dalam
tahapan ini, misalnya penanganan garansi dan perbai kan penanganan
atas barang rusak dan yang dikembalikan serta pemrosesan
pembayaran pelanggan. Perusahaan dapat mengukur apakah upayanya
dalam pelaya nan purna jual ini telah memenuhi harapan pelanggan,
dengan menggunakan tolak ukur yang bersifat kualitas, biaya, dan
waktu seperti yang dilakukan dalam proses operasi. Untuk siklus
waktu, perusahaan dapat menggunakan pengukuran waktu dari saat
keluhan pelanggan diterima hingga keluhan tersebut diselesaikan.

4. Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan (Learning & Growth


Perspective)

Proses ini mengidentifikasi infrastruktur yang harus dibangun


perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan kinerja jangka
panjang. Proses pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari
faktor sumber daya manusia, sistem, dan prosedur organisasi. Yang
termasuk dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawai dan budaya
perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan individu dan
organisasi.

Hasil dari pengukuran ketiga perspektif balanced scorecard


sebelumnya biasanya akan menunjukkan kesenjangan yang besar
antara kemampuan orang, sistem, dan prosedur yang ada saat ini
dengan yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang diinginkan.
Inilah alasan mengapa perusahaan harus melakukan investasi di
ketigafaktor tersebut untuk mendorong perusahaan menjadi sebuah
organisasi pembelajar (learning organization).

Dalam perspektif ini, ada faktor-faktor penting yang harus


diperhatikan, yaitu:

a. Kapabilitas Pekerja

20
Dalam hal ini manajemen dituntut untuk memperbaiki
pemikiran pegawai terhadap organisasi, yaitu bagaimana para
pegawai menyumbangkan segenap kemampuannya untuk organisasi.
Untuk itu perencanaan dan upaya implementasi reskilling pegawai
yang menjamin kecerdasan dan kreativitasnya dapat dimobilisasi
untuk mencapai tujuan organisasi.

b. Kapabilitas Sistem Informasi

Bagaimanapun juga, meski motivasi dan keahlian pegawai telah


mendukung pencapaian tujuan-tujuan perusahaan, masih diperlukan
informasi-informasi yang terbaik. Dengan kemampuan sistem
informasi yang memadai, kebutuhan seluruh tingkatan manajemen
dan pegawai atas in formasi yang akurat dan tepat waktu dapat
dipenuhi dengan sebaik-baiknya.

c. Motivasi, Kekuasaan dan Keselarasan

Perspektif ini penting untuk menjamin adanya proses yang


berkesinambungan terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif
yang sebe sar-besarnya bagi pegawai. Paradigma manajemen terbaru
menjelaskan bahwa proses pembelajaran sangat penting bagi pegawai
untuk melakukan trial and error sehingga turbulensi lingkungan sama-
sama dicoba-kenali tidak saja oleh jenjang manajemen strategis tetapi
juga oleh segenap pegawai di dalam organisasi sesuai kompetensinya
masing-masing. Upaya tersebut perlu didukung dengan motivasi yang
besar dan pemberdayaan pegawai berupa delegasi wewenang yang
memadai untuk mengambil keputusan. Selain itu, upaya tersebut juga
harus dibarengi dengan upaya penyesuaian yang terus menerus yang
sejalan dengan tujuan organisasi.

Dari keempat perspektif tersebut terdapat hubungan sebab


akibat yang merupakan penjabaran tujuan dan pengukuran dari

21
masing-masing perspektif. Hubungan berbagai sasaran strategic yang
di hasilkan dalam perencanaan strategic dengan kerangka Balanced
Scorecard menjanjikan peningkatan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kinerja keuangan. Kemampuan ini sangat diperlukan
oleh perusahaan yang memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif.

B. Six Sigma

Strategi penerapan six sigma yang diciptakan oleh DR. Mikel Harry dan


Richard Schroeder disebut sebagai The Six Sigma Breakthrough Strategy.
Strategi ini merupakan metode sistematis yang menggunakan pengumpulan
data dan analisis statistik untuk menentukan sumber-sumber variasi dan
cara-cara untuk menghilangkannya (Harry dan Scroeder, 2000).

Six sigma mempunyai 2 arti penting, yaitu:

1. Six Sigma Sebagai Filosofi Manajemen

Six sigma merupakan kegiatan yang dilakukan oleh semua anggota


perusahaan yang menjadi budaya dan sesuai dengan visi dan misi
perusahaan. Tujuannya meningkatkan efisiensi proses bisnis dan
memuaskan keiginan pelanggan, sehingga meningkatkan nilai
perusahaan.

2. Six Sigma Sebagai Sistem Pengukuran

Six sigma sesuai dengan arti sigma, yaitu distribusi atau penyebaran


(variasi) dari rata-rata (mean) suatu proses atau prosedur. Six
sigma diterapkan untuk memperkecil variasi (sigma).

Six sigma sebagai sistem pengukuran menggunakan Defect per


Million Oppurtunities (DPMO) sebagai satuan pengukuran. DPMO
merupakan ukuran yang baik bagi kualitas produk ataupun proses, sebab
berkorelasi langsung dengan cacat, biaya dan waktu yang terbuang.
Dengan menggunakan tabel konversi ppm dan sigma pada lampiran,

22
akan dapat diketahui tingkat sigma. Cara menentukan DPMO adalah
sebagai berikut:

 Hitung Defect per Unit (DPU)

DPU =  ………. (1)

 Hitung DPMO terlebih dahulu menentukan probabilitas jumlah kerusakan.

DPMO =  ………. (2)

Tabel Hubungan sigma dan DPMO

Sigma Parts per Million

6 Sigma 3,4 defects per million

5 Sigma 233 defects per million

4 Sigma 6.210 defects per million

3 Sigma 66.807 defects per million

2 Sigma 308.537 defects per million

1 Sigma 690.000 defects per million

23
1. Keunggulan Six Sigma

Six Sigma sebagai program kualitas juga sebagai tool untuk


pemecahan masalah. Six sigma menekankan aplikasi tool ini secara
metodis dan sistematis yang akan dapat menghasilkan terobosan dalam
peningkatan kualitas. Metodologi yang sistematis ini bersifat generik
sehingga dapat diterapkan baik dalam industri manufaktur maupun jasa.

Six Sigma juga dikatakan sebagai metode yang berfokus pada proses


dan pencegahan cacat (defect) (Snee, 1999). Pencegahan cacat dilakukan
dengan cara mengurangi variasi yang ada di dalam setiap proses dengan
menggunakan teknik-teknik statistik yang sudah dikenal secara umum.

Keuntungan dari penerapan Six Sigma berbeda untuk tiap perusahaan


yang bersangkutan, tergantung pada usaha yang dijalankannya.
Biasanya Six Sigma membawa perbaikan pada hal-hal berikut ini (Pande,
Peter. 2000):

1. Pengurangan biaya

2. Perbaikan produktivitas

3. Pertumbuhan pangsa pasar

4. Retensi pelanggan

5. Pengurangan waktu siklus

6. Pengurangan cacat

7. Pengembangan produk / jasa

2. Metode dan Alat (Tools) Penting dalam Six Sigma

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Six Sigma dibanding metode lain


adalah:

24
a. Six Sigma jauh lebih rinci daripada metode analisis berdasarkan
statistik. Six Sigma dapat diterapkan di bidang usaha apa saja mulai
dari perencanaan strategi sampai operasional hingga pelayanan
pelanggan dan maksimalisasi motivasi atas usaha.

b. Six Sigma sangat berpotensi diterapkan pada bidang jasa atau non
manufaktur disamping lingkungan teknikal, misalnya seperti bidang
manajemen, keuangan, pelayanan pelanggan, pemasaran, logistik,
teknologi informasi dan sebagainya.

c. Dengan Six Sigma dapat dipahami sistem dan variabel mana yang dapat
dimonitor dan direspon balik dengan cepat.

d. Six Sigma sifatnya tidak statis. Bila kebutuhan pelanggan berubah,


kinerja sigma akan berubah.

Salah satu kunci keberhasilan Six Sigma adalah kerja tim dan
khususnya Black Belt yang dilatih, juga alat-alat yang digunakan dapat
memberikan kekuatan pada proses usaha perbaikan dan usaha pembelajaran.
Metode atau alat-alat tersebut antara lain:

a. SPC (Statistical Process Control) atau pengendalian proses secara


statistik, berguna untuk mengidentifikasi permasalahan.

b. Pengujian tingkat signifikan statistik (Chi-Square, T-Test dan ANOVA),


untuk mendefinisikan masalah dan analisa akar penyebab
permasalahan,

c. Korelasi dan Regresi, berguna untuk menganalisa akar penyebab


masalah dan memprediksi hasilnya.

d. Desain Eksperimen, untuk menganalisa solusi optimal dan validasi


hasil.

e. FMEA (Failure Modes and Effect Analysis), berguna untuk mencari


prioritas masalah dan pencegahannya.

25
f. Mistake – Proofing, berguna untuk pencegahan cacat dan perbaikan
proses.

g. QFD (Quality Function Deployment), untuk mendesain produk, proses


dan jasa.

Terminologi yang menjadi kunci utama konsep six sigma adalah


sebagai berikut:

a. CTQ (Critical to Quality) = atribut utama dari kebutuhan konsumen.


CTQ dapat diartikan sebagai elemen dari proses/ kegiatan yang
berpengaruh langsung terhadap pencapaian kualitas yang diinginkan

b. Defect = kegagalan untuk memuaskan pelanggan

c. Process Capability = kemampuan proses untuk bekerja dan


menghasilkan produk yang berkualitas

d. Variation = sesuatu yang dirasakan dan dilihat oleh pelanggan. Six


sigma berfoku untuk mengetahui apa penyebab variasi dan mencegah
terjadinya variasi itu, sehingga dapat meningkatkan kapabilitas dari
proses.

e. Stable Operation = menjaga konsistensi dari proses yang telah


diprediksi sehingga dapat meningkatkan kapabilitas proses.

f. Design For Six Sigma (DFSS) = suatu desain untuk memenuhi


kebutuhan pelanggan dan kemampuan proses.

g. DPMO (Defect Per Million Opportunity) = ukuran kegagalan dalam six


sigma yang menunjukkan kegagalan persejuta kesempatan.

h. DMAIC = merupakan proses untuk peningkatan terus menerus


menuju six sigma.

26
3. Pihak-Pihak Pelaksana

Brue (2002) mencatat pihak-pihak yang harus bertanggung jawab


terhadap pelaksanaan six sigma di dalam perusahaan. Pihak-pihak tersebut
meliputi:

a. Executive Leaders

Pimpinan puncak perusahaan yang komit untuk mewujudkan six


sigma, memulai dan memasyarakatkannya di seluruh bagian, divisi,
departemen dan cabang-cabang perusahaan.

b. Champions

Yaitu orang-orang yang sangat menentukan keberhasilan atau


kegagalan proyek six sigma. Mereka merupakan pendukung utama yang
berjuang demi terbentuknya black belts dan berupaya meniadakan
berbagai rintangan/hambatan baik yang bersifat fungsional, finansial,
ataupun pribadi agar black belts berfungsi sebagaimana mestinya. Bisa
dikata-kan Champions menyatu dengan proses pelaksanaan proyek, para
anggotanya berasal dari kalangan direktur dan manajer, bertanggung
jawab terhadap aktivitas proyek sehari-hari, wajib melaporkan
perkembangan hasil kepada executive leaders sembari mendukung tim
pelaksana. Sedangkan tugas-tugas lainnya meliputi memilih calon-calon
anggota black belt, mengidentifikasi wilayah kerja proyek, menegaskan
sasaran yang dikehendaki, menjamin terlaksananya proyek sesuai
dengan jadwal, dan memastikan bahwa tim pelaksana telah memahami
maksud/tujuan proyek.

c. Master Black Belt

Orang-orang yang bertindak sebagai pelatih, penasehat (mentor)


dan pemandu. Master black belt adalah orang-orang yang sangat
menguasai alat-alat dan taktik six sigma, dan merupakan sumber daya
yang secara teknis sangat berharga. Mereka memusatkan seluruh

27
perhatian dan kemampuannya pada penyempurnaan proses. Aspek-aspek
kunci dari peranan master black belt terletak pada kepiawaiannya untuk
memfasilitasi penyelesaian masalah tanpa mengambil alih
proyek/tugas/pekerjaan.

d. Black Belts

Dipandang sebagai tulang punggung budaya dan pusat


keberhasilan six sigma, mengingat mereka adalah orang-orang yang:
memimpin proyek perbaikan kinerja perusahaan; dilatih untuk
menemukan masalah, penyebab beserta penyelesaiannya; bertugas
mengubah teori ke dalam tindakan; wajib memilah-milah data, opini
dengan fakta, dan secara kuantitatif menunjukkan faktor-faktor potensial
yang menimbulkan masalah produktivitas serta profitabilitas;
bertanggung jawab mewujudnyatakan six sigma.

Para calon anggota black belts wajib memenuhi syarat-syarat


seperti: memiliki disiplin pribadi; cakap memimpin; menguasai
ketrampilan teknis tertentu; mengenal prinsip-prinsip statistika; mampu
berkomunikasi dengan jelas; mempunyai motivasi kerja yang memadai.

e. Green Belts

Adalah orang-orang yang membantu black belts di wilayah


fungsionalnya. Pada umumnya green belts bertugas: secara paruh waktu
di bidang yang terbatas; mengaplikasikan alat-alat six sigma untuk
menguji dan menyelesaikan problema-problema kronis; mengumpulkan/
menganalisis data dan melaksanakan percobaan-percobaan;
menanamkan budaya six sigma dari atas ke bawah.

28
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Studi kelayakan bisnis adalah penelitian dan penilaian tentang dapat


tidaknya suatu proyek dilakukan dengan berhasil (menguntungkan).
Pembuatan studi kelayakan digunakan untuk memenuhi permintaan pihak-
pihak yang berbeda. Masing-masing pihak mempunai kepentingan serta
sudut pandang yang berbeda.

Aspek-aspek dalam studi kelayakan bisnis adalah bidang kajian studi


kelayakan tentang keadaan objek tertentu dari fungsi-fungsi bisnis
(pemasaran, operasi, manajemen/SDM, hukum, lingkungan, dan keuangan).
Pelaksanaan studi dan penelitian atas fungsi-fungsi bisnis tersebut terkadang
disesuaikan dengan kebutuhan dari analis atau stakeholder.

Prinsip Manajemen POAC ini sangat banyak sekali digunakan oleh


organisasi kecil maupun besar yang bertujan untuk lebih mengembangkan
dan mengelola organisasi mereka.

3.2 Saran

Sebagai pelaku bisnis yang baru ingin merencakan atau memulai


bisnisnya hendaknya melakukan studi kelayakan bisnis supaya lebih
mengetahui serta memahami kemana kedepannya bisnis akan berjalan dan
bagaimana bisnis akan dapat dilakukan.

Sebagai pembaca yang bijak dengan adanya tulisan ini semoga semkain
mengerti tentang bagaimana pentingnya studi kelayakan bisnis dan dapat
mengaplikasikan keilmuan yang diperoleh dari makalah ini sehingga dapat
memulai bisnis dengan cara yang baik dan benar.

29
DAFTAR PUSTAKA

Alfin. (2008, Juli 30). Konsep Six Sigma. Diambil kembali dari Quality
Engineering: https://qualityengineering.wordpress.com/tag/konsep-six-
sigma/.

Helmi, S. (2006). Buku Ajar Studi Kelayakan Bisnis. Konten Mata Kuliah E-
Learning, 33-165.

Pengertian POAC dalam Ilmu Manajemen Lengkap. (2015, Juni). Retrieved from
Hakikat Bisnis: https://hakikatbisnis.blogspot.co.id/2015/06/pengertian-
poac-dalam-ilmu-manajemen-lengkap.html.

Subagyo, A. (2008). Studi Kelayakan Bisnis. In Arifin Subandi. Jakarta: PT


Gramedia.

Sugyono. (2016, 10). Pengertian dan Empat Prespektif Balance Score Card.
Retrieved from Tips Serba Serbi:
http://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2016/10/pengertian-dan-4-perspektif-
balanced-scorecard.html.

Umar, H. (1994). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: PT Gramedia.

Wibowo, S. (2010, Januari 19). Balance Score Card. Retrieved from


auditorinternal: http://auditorinternal.com/2010/01/19/balanced-scorecard-
%E2%80%93-dari-performance-measurement-hingga-strategy-focused-
organization/.

30

Anda mungkin juga menyukai