Anda di halaman 1dari 23

PENGAUDITAN II

“Audit Sektor Publik : Internal Audit”

OLEH:

KELOMPOK 6

1. M.Wimran Mustamin (1892142082)


2. Titania Elia (200901502046)
Anggreni
3. R i z k a E m r a d i n i (200901500008)
4. Alya Nabila (200901502041)
5. Fatima Syahrah (200901502035)

AKUNTANSI S1

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “audit sektor publik :internal audit “. Adapun penulisan
makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengauditan II.
Makalah ini telah kami susun dengan baik dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan banyak
terima kasih kepada dosen pengampuh mata kuliah Pengauditan II Masdar
Reyketeng, S.Pd., M.Acc yang telah mengarahkan kami dalam pemberian tugas
dan penyelesaian makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari kalangan
pembaca, baik akademisi, dosen, mahasiswa ataupun masyarakat pada umumnya
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini bermanfaat.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Makassar, 9 November 2022

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................7
A. Pengertian audit sektor publik.......................................................................7
B. Jenis – jenis audit sektor publik....................................................................8
C. Standar audit sektor publik...........................................................................9
D. Temuan audit...............................................................................................18
E. Fungsi dan peran audit internal……………………………………………19
F. Etika dan standar profesi audit internal……………………………………20
G. Tujuan audit internal………………………………………………………20
H. Peran audit internal………………………………………………………..20
BAB III..................................................................................................................21
PENUTUP.............................................................................................................21
A. Kesimpulan.................................................................................................21
B. Saran............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Audit internal membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya melalui


evaluasi, pengelolaan resiko, pengendalian dan proses tata kelola perusahaan
(good governance). Peran audit internal sangat diharapkan dalam
mengembangkan dan menjaga efektivitas pengendalian intern perusahaan,
pengelolaan resiko dan perwujudan Good Corporate Governance untuk
menciptakan suatu perusahaan yang sehat dan berdaya saing. Disinilah peran audit
internal menjadi penting untuk menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance dalam suatu perusahaan. Good Corporate Governance (GCG) atau
yang dikenal juga tata kelola perusahaan yang baik muncul sebagai suatu sistem
yang diharapkan dapat menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh
perusahaan di era globalisasi ini. Secara teoritis, praktek Good Corporate
Governance (GCG) dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan
kinerja keuangan, mengurangi resiko yang mungkin terjadi, dan meningkatkan
kepercayaan investor.
Secara umum, perusahaan adalah suatu organisasi di mana sumber daya (input), seperti bahan
baku dan tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang dan jasa (output) bagi pelanggan
(Warren Reeve Fess:2008). Menurut Molengraaff (R. Soekardono:2002), menyatakan bahwa
perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak ke luar
untuk memperoleh penghasilan/laba, dengan cara memperniagakan atau memperdagangkan,
menyerahkan barang atau mengadakan perjanjian perdagangan. Tujuan dari perusahaan secara
umum ialah laba/keuntungan. Laba (profit) adalah selisih antara jumlah yang diterima dari
pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli
sumber daya alam dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut. Ditinjau dari tujuannya di atas,
maka jelas kinerja suatu perusahaan akan diukur dari besarnya laba/keuntungan yang di dapat
perusahaan tersebut dari tahun ke tahun. Untuk itu, dalam proses bisnisnya perusahaan akan
selalu berusaha untuk unggul dari para pesaingnya, dengan menghasilkan produk-produk
unggulan yang up to date dan berstandar global.

4
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian audit sektor publik ?
2. Apa pengertian audit internal ?
3. Apa tujuan audit internal ?
4. Apa peran audit internal ?
5. Apa saja jenis audit sektor publik ?
6. Apa saja standar audit sektor publik?
7. Apa saja temuan audit ?
8. Bagaimana tipe audit internal?
9. Apa fungsi dan peran audit internal?
10. Bagaimana etika dan standar profesi audit internal

5
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan audit sektor publik
2. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan audit internal
3. Untuk mengetahui tujuan audit internal.
4. Untuk mengetahui peran audit internal.
5. Untuk mengetahui jenis audit sektor publik.
6. Untuk mengetahui standar audit sektor publik
7. Untuk mengetahui temuan audit.
8. Untuk mengetahui tipe audit internal.
9. Untuk mengetahui fungsi dan peran audit internal.
10. Untuk mengetahui etika dan standar profesi audit internal

6
BAB II

PEMBAHASA

A. Definisi Audit Sektor Publik


 
Rai (2008) mengatakan bahwa audit sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan
terhadap entitas yang menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang
pembiayaannya berasal dari penerimaan pajak dan penerimaan negara lainnya
dengan tujuan untuk membandingkan antara kondisi yang ditemukan dan kriteria
yang ditetapkan. 
Audit sektor publik di Indonesia dikenal sebagai audit keuangan negara. Audit
keuangan negara ini diatur dalam UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang undang ini
merupakan pengganti ketentuan warisan Belanda, yaitu Indische
Comptabiliteitswet (ICW) dan Instructie en verdere bepalingen voor de Algemene
Rekenkamer (IAR), yang mengatur prosedur audit atas akuntabilitas pengelolaan
keuangan oleh pemerintah.
Lembaga sektor publik merupakan lembaga masyarakat, milik dan untuk
masyarakat. Organisasi sektor publik mendapat amanah dan kepercayaan dari
masyarakat untuk menggunakan sumber daya publik. Oleh karena itu, mereka
dituntut untuk mengelola sumber daya tersebut secara akuntabel dan transparan.
Untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan sumber daya
tersebut diperlukan audit pada sektor publik (Nasution, Ramadhan, & Barus, 2019)
Hasil audit berupa informasi. Informasi yang diperoleh dari hasil audit sektor
publik dapat digunakan oleh pihak internal (entitas yang diaudit) untuk
melaksanakan perbaikan internal. Disamping itu, hasil audit juga diperlukan oleh
pihak eksternal (di luar entitas yang diaudit) untuk mengevaluasi apakah:
• Sektor publik mengelola sumber daya publik dan menggunakan kewenangannya secara
tepat dan sesuai dengan ketentuan dan peraturan,
• Program yang dilaksanakan mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan, dan
• Pelayanan publik diselenggarakan secara efektif, efisien, ekonomis, etis, dan
berkeadilan (Nasution, 2019)
Tujuan audit sektor publik dipertegas dalam UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-undang
ini menyatakan bahwa pemeriksaan berfungsi untuk mendukung keberhasilan upaya
pengelolaan keuangan negara secara tertib dan taat pada peraturan perundang
undangan yang berlaku.
7
B. Jenis Audit Sektor Publik
 
Berdasarkan UU No. 15 Tahun 2004 dan SPKN, terdapat tiga jenis audit
keuangan negara, yaitu audit keuangan, audit kinerja, dan audit dengan tujuan
tertentu, yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Audit Keuangan
Audit keuangan adalah audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Audit Kinerja
Audit kinerja adalah audit yang dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap
berbagai macam bukti untuk menilai kinerja entitas yang diaudit dalam hal
ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja dan
entitas yang diaudit dan meningkatkan akuntabilitas publik.
3. Audit dengan Tujuan Tertentu
Audit dengan tujuan tertentu adalah audit khusus, di luar audit keuangan dan
audit kinerja yang bertujuan untuk memberikan simpulan atas hal yang diaudit.
Audit dengan tujuan tertentu dapat bersifat eksaminasi (examination), reviu
(review), atau prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures). Audit dengan
tujuan tertentu mencakup audit atas hal-hal lain di bidang keuangan, audit
investigatif, dan audit atas sistem pengendalian internal (Rai, 2008).
 
C. Standar Audit Sektor Publik
 
Rai (2008) mengatakan bahwa Standar audit adalah ukuran mutu berupa
persyaratan minimum yang harus dipenuhi oleh seorang auditor. Pasal 5 UU No. 15
Tahun 2004 menyatakan bahwa standar audit keuangan negara disusun oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Saat ini, BPK telah menetapkan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN) sebagai standar audit di lingkungan keuangan negara. 
SPKN merupakan patokan untuk melakukan audit atas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara. SPKN berlaku untuk semua audit yang dilaksanakan
terhadap entitas, program, kegiatan, serta fungsi yang berkaitan dengan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara. SPKN berlaku bagi BPK dan akuntan publik
atau pihak lainnya yang melakukan audit keuangan negara untuk dan atas nama
BPK. Sementara itu, Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) seperti Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal (Itjen), dan
Badan Pengawasan Daerah (Bawasda) dapat menggunakan SPKN sebagai acuan
dalam menyusun standar pengawasan sesuai dengan kedudukan, tugas, dan
fungsinya.
SPKN memuat standar umum yang mengatur tentang persyaratan profesional
auditor, standar pekerjaan lapangan yang memuat mutu pelaksanaan audit di
8
lapangan, dan standar pelaporan yang memuat persyaratan laporan audit yang
profesional. Standar umum berlaku baik untuk audit keuangan, audit kinerja,
maupun audit dengan tujuan tertentu. Sedangkan standar pelaksanaan dan pelaporan
sesuai dengan jenis audit masing-masing.
SPKN digunakan bersama-sama dengan SPAP yang diterbitkan oleh IAI. SPKN
memberlakukan standar pekerjaan lapangan, standar pelaporan, dan Pernyataan
Standar Audit (PSA) yang berkaitan dengan audit keuangan dan perikatan atestasi
dalam SPAP, kecuali ditentukan lain. Penerapan SPAP perlu memerhatikan standar
umum serta standar tambahan pada standar pelaksanaan dan standar pelaporan
dalam SPKN (Rai, 2008)
Standar-standar yang menjadi pedoman dalam audit kinerja menurut SPKN
adalah sebagai berikut (Nasution dkk, 2019) : 
1. Standar Umum
a. Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk
melaksanakan tugas pemeriksaannya.
b. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa
dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi,
ekstern, organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya.
c. Dalam melaksanakan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan,
pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan saksama.
pemeriksaan berdasarkan
d. Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan Standar memiliki sistem Pemeriksaan
harus pengendalian mutu yang memadai dan sistem pengendalian mutu tersebut harus
di review oleh pihak lain yang kompeten (pengendalian mutu eksternal). 
2. Standar Pelaksanaan Audit Kinerja
a. Pekerjaan harus direncanakan secara memadai.
b. Staf harus disupervisi dengan baik.
c. Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang
memadai bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa.
d. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan dalam bentuk
kertas kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk
memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman, tetapi tidak mempunyai hubungan
dengan pemeriksaan tersebut, dapat memastikan bahwa dokumen pemeriksaan tersebut
dapat menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi pemeriksa. 
3. Standar Pelaporan Audit Kinerja
a. Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan untuk mengkomunikasikan setiap
hasil pemeriksaan. 
b. Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup: 
1) Penyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan; 
2) Tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan; 
3) Hasil pemeriksaan berupa temuan audit, simpulan, dan rekomendasi; 
4) Tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan; 
5) Pelaporan informasi rahasia apabila ada.
9
c. Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat, objektif, meyakinkan,
serta jelas dan seringkas mungkin. 
Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas
yang diaudit, pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang
diaudit, pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil
pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima
laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
 
D. Temuan Audit
 
Temuan audit adalah himpunan data dan informasi yang dikumpulkan, diolah dan
diuji selama melaksanakan tugas audit atas kegiatan
instansi tertentu yang disajikan secara analitis menurut unsur-unsurnya yang
dianggap bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Murwanto
dkk (2007) dalam Nasution dkk (2019) selain untuk menguji kelayakan penyajian
laporan keuangan auditan, dalam audit atas laporan keuangan, auditor juga
disyaratkan untuk menguji efektifitas pengendalian intern, memeriksa kemungkinan
terjadinya pelanggaran terhadap peraturan perundangan serta memeriksa
kemungkinan terjadinya kecurangan danketidakpatutan. 
Temuan audit yang berupa temuan atas pengendalian intern, temuan atas ketaatan
terhadap peraturan perundangan dan temuan kecurangan dan ketidakpatutan
selanjutnya harus disajikan menurut elemen temuan yang terdiri dari kriteria,
kondisi, sebab dan akibat. Hal ini dimaksudkan untuk membantu manajemen atau
lembaga pengawas auditan dalam memahami perlunya untuk melakukan tindakan
perbaikan. Sebagai tambahan auditor juga harus memberikan rekomendasi untuk
tindakan perbaikan. 
Merujuk pendapat Murwanto dkk (2007)  dalamNasution dkk (2019),  temuan
audit dirinci sebagai berikut: 
1. Temuan atas pengendalian Intern 
Tujuan utama auditor dalam mempelajari pengendalian intern adalah untuk
memperkirakan risiko pengendalian dalam menentukan lingkup pengujian
substantif yang berhubungan. Selama memahami pengendalian intern dan
memperkirakan risiko pengendalian, auditor bisa jadi menemukan kelemahan
yang signifikan dalam kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang tidak
diketahui oleh komite audit atau pihak lain yang memiliki kewenangan yangsama.
Hal-hal ini disebut juga keadaan-keadaan yang dapat dilaporkan (reportable
conditions).
Keadaan yang dapat dilaporkan didefinisikan sebagai hal-hal yang menjadi
perhatian auditor yang menurut penilaiannya hal-hal tersebut harus
dikomunikasikan kepada komite audit atau pihak lain yang memiliki kewenangan
yang sama karena hal-hal ini menunjukkan kekurangan yang penting dalam
perancangan dan pengoperasian pengendalian intern, di mana hal-hal ini dapat
10
memberikan dampak negatif bagi kemampuan auditan dalam mencatat,
mengolah, mengikhtisarkan dan melaporkan data keuangan secara konsisten
dengan asersi- asersi manajemen dalam laporan keuangan. 
Standar auditing mensyaratkan auditor untuk mengkomunikasikan keadaan
yang dapat dilaporkan kepada komite audit sebagai bagian dalam setiap audit.
Jika auditan tidak memiliki komite audit, laporan ini harus dikomunikasikan
kepada orang-orang dalam auditan yang bertanggung jawab atas pengendalian
intern. Auditor harus menyampaikan keadaan- keadaan yang dapat dilaporkan
melalui pembicaraan sesegera mungkin setiap ditemukan. Pada akhir periode
audit, auditor juga dapat membuat laporan tertulis mengenai kondisi-kondisi yang
dapat dilaporkan tersebut. 
2. Temuan atas kecurangan (fraud)
Kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting) dapat
didefinisikan suatu perilaku yang disengaja, baik dengan tindakan atau
penghapusan, yang menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan
(bias). Fraudulent financial reporting merupakan problem yang dapat terjadi di
perusahaan mana saja dan kapan saja. Fraudulent financial reporting yang terjadi
pada suatu perusahaan memerlukan perhatian khusus dari akuntan publik (auditor
independen).
Menurut Ferdian & Na’im (2006) dalam Nasution dkk (2019), kecurangan
dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan yang disajikan berikut ini: 
a. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen
pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan. 
b. Representasi yang dalam atau penghilangan dari laporan keuangan, peristiwa,
transaksi, atau informasi signifikan. 
c. Salah penerapan secara senngaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapan. Fraudulent financial reporting juga
dapat disebabkan adanya kolusi antara lembaga pemerintah (oknum) dengan auditor.
Salah satu upaya untuk mencegah timbulnya kolusi tersebut, yaitu perlunya perputaran
(rotasi) auditor dalam melakukan general audit suatu instansi pemerintah atau
BUMN/BUMD. 
Definisi kecurangan menurut Association of Certified Fraud
Examiner (ACFE). ACFE, organisasi yang mendedikasikan kegiatannya pada
pencegahan dan penanggulangan kecurangan di USA, mengkategorikan
kecurangan menjadi tiga kelompok, yaitu: 
a. kecurangan laporan keuangan
b. penyalahgunaan aset 
c. korupsi
The National Commission On Fraudulent Financial Reporting (The Treadway
Commission) merekomendasikan 4 (empat) tindakan untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya fraudulent financial reporting, yaitu:
a. Membentuk lingkungan organisasi yang memberikan kontribusi terhadap integritas
proses pelaporan keuangan (financial reporting). 

11
b. Mengidentifikasi dan memahami faktor- faktor yang mengarah kefraudulent
financialreporting.
c. Menilai risiko fraudulent financial reporting di dalam institusi perusahaan (dalam
sektor publik: pemerintah/BUMN/ BUMD). 
d. Mendesain dan mengimplementasikan internal control yang memadai untuk financial
reporting. 
3. Temuan atas Perbuatan Melanggar Hukum
Pelanggaran-pelanggaran atas peraturan perundang- undangan dapat memiliki
dampak keuangan langsung pada saldo akun tertentu dalam laporan keuangan.
Tanggung jawab auditor untuk pelanggaran hukum yang berdampak langsung ini
sama dengan tanggung jawab untuk kekeliruan dan kecurangan (Murwanto dkk,
2007 dalam Nasution dkk, 2019). 
Oleh karena itu dalam setiap audit, auditor akan mengevaluasi apakah terdapat
bukti yang mengindikasikan pelanggaran peraturan dan perundang-undangan
yang material. Namun demikian, sebagian besar dari pelanggaran hukum tidak
berdampak langsung dalam laporan keuangan. Dampak dari pelanggaran hukum
ini mungkin hanya membutuhkan pengungkapan dalam catatan atas laporan
keuangan. 
Menurut Arens dan Loebbecke, ada 3 (tiga) tingkatan tanggung jawab auditor
untuk menemukan dan melaporkan perbuatan melanggar hukum 
a. Pengumpulan bukti audit ketika tidak ada alasan untuk menduga bahwa perbuatan
melanggar hukum yang memiliki dampak tidak langsung terjadi. 
b. Pengumpulan bukti audit dan kegiatan-kegiatan lain ketika terdapat dugaan yang
mendasar bahwa perbuatan melanggar hukum yang berdampak langsung atau tidak
langsung terjadi. 
c. Tindakan ketika auditor mengetahui terjadinya perbuatan melanggar hukum. 
 
E. Auditor Internal
 
Auditor internal (internal auditors) adalah pegawai dari organisasi yang diaudit.
Auditor jenis ini melibatkan diri dalam suatu kegiatan penilaian independen, yang
dinamakan audit internal, dalam lingkungan organisasi sebagai suatu bentuk jasa
bagi organisasi. Lingkup fungsi audit internal meliputi semua tahap dalam kegiatan
organisasi. Para auditor internal terutama melibatkan diri pada audit kepatuhan dan
operasional. Akan tetapi, sebagaimana akan dijelaskan kemudian, pekerjaan auditor
internal ini juga dapat melengkapi pekerjaan auditor independen dalam melakukan
audit laporan keuangan. Para auditor internal kebanyakan adalah pemegang
sertifikat yang disebut sebagai Certified Internal Auditors (CIA), yang beberapa di
antara nya juga bersertifikat CPA. Asosiasi internasional untuk para auditor internal
adalah Institute of Internal Auditors (IIA), yang menetapkan kriteria (Boyton,
Johnson, & Kell, 2003).
 
F. Definisi Audit Internal
12
 
Audit internal adalah aktivitas konsultasi dan assurance yang objektif serta
independen yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi
organisasi. Hal tersebut membantu organisasi untuk mencapai tujuannya dengan
melakukan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi serta
meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata
kelola (Arens, Elder, & Beasley, 2015)
The Institute of Internal Auditors (IIA) sebagai lembaga konsorsium auditor
internal secara internasional telah mendefinisikan audit internal sebagai berikut:
"Internal auditor is an independent, objective assurance and consulting activity
designed to add value and improve an organization's operation. It helps an
organization accomplish its objectives by bringing a systematic disciplined
approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control,
and governance process"
Merujuk pengertian audit internal oleh IIA tersebut, dapat kita ketahui bahwa
audit internal merupakan kegiatan assurance dan konsultasi yang dilakukan secara
independen dan objektif yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan
meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi
mencapai tujuannya melalui suatu pendekatan yang sistematik dan teratur untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan
tata kelola (Zamzami, Faiz, & Mukhlis, 2018)
Berdasarkan definisi tersebut, terdapat pergeseran filosofi, dari paradigma lama
menuju paradigma baru, mengenai peran dan fungsi audit internal di organisasi.
Secara spesifik perbedaan antara definisi baru dan definisi lamadapat
diformulasikan pada tabel di bawah ini.
 
Tabel : Perbedaan definisi baru dan definisi lama audit internal
Definisi lama Definisi baru
Fungsi penilaian yang independen yang dibentuk dalam suatu Suatu aktivitas independen dan objektif
organisasi
Fungsi penilaian Aktivitas pemberian jaminan keyakinan dan konsultas
Mengkaji dan mengevaluasi aktivitas organisasi sebagai Dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah, serta
bentuk jasa yang diberikan bagi organisasi meningkatkan kegiatan operasi organisasi
Membantu para anggota organisasi agar dapat menjalankan Membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya
tanggung jawabnya secara efektif
Memberi hasil analisis, penilaian, rekomendasi, konseling dan Memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk
informasi yang berkaitan dengan aktivitas yang dikaji dan mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan manajemen risiko,
menciptakan pengendalian efektif dengan biaya wajar pengendalian dan proses pengaturan dan pengelolaan organisasi.
Hery (2017) dalam Werastuti (2022)
Werastuti (2022) menyimpulkan dari beberapa definisi tentang audit internal di
atas dalam beberapa poin penting yaitu:
• Audit internal merupakan suatu fungsi penilaian independen dalam suatu organisasi.
Hal Ini menunjukkan bahwa orang yang melakukan penilaian tersebut adalah anggota
dari organisasi tersebut.
• Dalam pengukuran yang dilakukan auditor internal, independensi dan objektivitas harus
dipegang.
13
• Memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas manajemen risiko pengendalian dan proses pengelolaan
organisasi.
• Auditor internal memeriksa dan mengevaluasi seluruh kegiatan baik finansial maupun
non finansial.
• Menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan dijalankan sesuai
target dalam mencapai tujuan organisasi.
 
G. Tipe Audit Internal
Zamzani dkk (2018) menjelaskan terdapat beberapa tipe penugasan audit yang
dilakukan oleh auditor internal, yaitu sebagai berikut:
1. Audit Keuangan
Audit keuangan adalah audit yang dilakukan terhadap transaksi, catatan
akuntansi, dan laporan keuangan baik di tingkat bagian/departemen atau tingkat
laporan keuangan perusahaan pusat. Pada aspek pengendalian, auditor
memastikan transaksi tersebut telah diotorisasi, disajikan dalam catatan akuntansi,
dan diungkapkan dalam laporan keuangan secara tepat dan akurat.
2. Audit Nonkeuangan
a. Audit Kepatuhan
Audit kepatuhan dilakukan untuk menentukan apakah aktivitas dan/ atau
entitas telah mematuhi hukum, peraturan, kebijakan, dan prosedur yang dibuat
oleh organisasi dan oleh pihak-pihak yang mengikat, misalnya terkait peraturan
pemerintah tentang kepatuhan perpajakan, upah minimum, dan lainnya.
Auditor biasanya memberi rekomendasi untuk perbaikan dalam pengendalian
dan proses yang digunakan untuk mematuhi berbagai peraturan.
b. Audit Kinerja
Audit kinerja dilakukan untuk menentukan bagaimana suatu entitas/ unit kerja
mengelola penggunaan sumber daya secara ekonomis, efektif, dan efisien
dalam memenuhi misi dan tujuan entitas. Pengelolaan sumber daya yang
dimaksud meliputi prosedur, proses, dan kinerja personel yang melaksanakan
fungsi pengelolaan tersebut.
c. Tinjauan Struktur Pengendalian Internal
Audit yang bertujuan untuk menilai efektivitas dan efisiensi aktivitas unit kerja,
keandalan proses pelaporan keuangan, kesesuaian dengan peraturan yang
berlaku, dan pengamanan aset unit kerja. Audit ini dilaksanakan seiring dengan
pelaksanaan audit keuangan bagi unit yang sudah membuat laporan keuangan
dan dilaksanakan tersendiri bagi unit yang tidak memiliki kewajiban untuk
membuat laporan keuangan.
d. Audit Pengadaan
Audit pengadaan adalah salah satu fungsi audit internal yang mengawasi
pelaksanaan pengadaan barang dan/atau jasa di lingkungan entitas. Pengawasan
yang dilakukan oleh auditor internal meliputi seluruh proses pengadaan
barang/jasa dari pemeriksaan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB) sampai
14
dengan penyerahan barang/jasa yang diminta. Audit fisik merupakan bagian
dari audit kepatuhan dan lebih efektif untuk mencegah timbulnya kecurangan.
e. Audit Sistem Informasi
Audit ini bertujuan untuk menelaah pengendalian internal dari sistem informasi
dan bagaimana orang menggunakan sistem tersebut. Audit yang dilakukan
berupa evaluasi sistem input, output dan proses, backup dan recovery plan,
sistem keamanan dan fasilitas sistem informasi. Audit dapat dilakukan pada
sistem yang sudah ada maupun yang baru dikembangkan. SKAI memberikan
rekomendasi atas perbaikan sistem informasi yang digunakan.
3. Audit Tujuan Khusus
a. Follow Up Audit
Audit yang dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari hasil audit yang telah
dilakukan sebelumnya. Audit ini dilakukan baik berdasarkan permintaan dari
auditee maupun berdasarkan perintah dari entitas.
b. Audit Investigasi
Audit dilaksanakan jika terdapat indikasi adanya penggelapan, penyimpangan,
dan/atau penyalahgunaan wewenang dalam suatu unit kerja yang menyebabkan
timbulnya kerugian pada entitas. Audit ini juga dilaksanakan apabila terdapat
indikasi adanya tindak pidana atau perdata dalam unit kerja. 
c. Audit Identifikasi
Audit ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi unit-unit kerja yang berada di
bawah organisasi, atau memakai nama organisasi namun belum jelas posisinya
dalam organisasi. Tujuan dari audit identifikasi adalah untuk memastikan
keberadaan unit kerja di bawah organisasi telah memiliki legitimasi baik
prosedural maupun fungsional yang membawa identitas organisasi.
 
H. Fungsi dan Peran Audit Internal
 
Fungsi dasar dari Internal Audit adalah suatu penilaian, yang dilakukan oleh
pegawai perusahaan atau instansi pemerintah terkait yang terlatih mengenai
ketelitian, dapat dipercayainya, efisiensi, dan kegunaan catatan-catatan (akutansi)
perusahaan/organisasi, serta pengendalian intern yang terdapat dalam
perusahaan/organisasi (Nasution, Ramadhan, & Barus, 2019). 
Menurut Mulyadi (2002) dalam Werastuti (2022) tujuan pemeriksaan yang
dilakukan oleh internal auditor adalah membantu semua pimpinan perusahaan
(manajemen) dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan memberikan analisa,
penelitian, saran, dan komentar mengenai kejadian kegiatan yang diperiksa.
Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor melakukan kegiatan-kegiatan
berikut:
• Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan sistem pengendalian
manajemen, struktur pengendalian intern, dan pengendalian operasional lainnya serta
mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

15
• Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedurprosedur yang telah
ditetapkan oleh manajemen.
• Memastikan seberapa jauh harta perusahaan/ organisasi dipertanggung jawabkan dan
dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan
penyalahgunaan. 
• Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat
dipercaya. 
• Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh
manajemen.
• Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efi sensi
dan efektifitas (Nasution dkk, 2019)
Dari kegiatan-kegiatan yang dilakukannya tersebut dapat disimpulkan bahwa
internal auditor antara lain memiliki peranan dalam:
• Pencegahan Kecurangan (Fraud Prevention),
• Pendeteksian Kecurangan (Fraud Detection), dan
• Penginvestigasian Kecurangan (Fraud Investigation).
 
I. Etika dan Standar Profesi Audit Internal
 
Zamzani dkk (2018) menyatakab bahwa auditor internal perlu memelihara standar
perilaku yang tinggi dan mengembangkan budaya etik di dalam profesi audit
internal. IIA memiliki kode etik yang diterapkan oleh Satuan Kerja Audit Internal
maupun oleh auditor yang telah memiliki sertifikasi di bidang auditor internal. Kode
etik tersebut merupakan definisi audit internal yang mencakup dua komponen
penting berikut:
• Prinsip-prinsip yang relevan terhadap profesi dan praktik audit internal. 
• Peraturan pelaksanaan yang menjelaskan norma tingkah laku auditor internal yang
diharapkan. Peraturan ini membantu menginterpretasikan prinsip-prinsip aplikasi
praktik dan diharapkan dapat menjadi panduan pelaksanaan etika auditor internal.
 
1. Kode Etik
 
Tabel : Prinsip Etika dan Peraturan Perilaku Audit Internal dari Institute Of
Internal Auditor (IIA)
 
PRINSIP ETIKA
Integritas Integritas auditor internal membangun kepercayaan dan memberikan dasar kepercayaan terhadap penilaian yang
dilakukan.
Objektivitas Auditor internal menunjukkan tingkatan objektivitas profesional tertinggi dalam mengumpulkan, mengevaluasi,
dan mengomunikasikan informasi tentang aktivitas atau proses yang sedang diperiksa. Auditor internal membuat
penilaian yang seimbang terhadap semua kejadian yang relevan dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi
maupun kepentingan orang lain dalam membuat penilaian.
Kerahasiaan Auditor internal menghormati nilai dan kepemilikan informasi yang diterima dan tidak mengungkap informasi
tanpa otoritas yang sesuai, tanpa jaminan sah atau tuntutan profesional, dan lain sebagainya. Auditor harus
bijaksana dalam menggunakan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan audit. Auditor tidak diperkenankan
mendiskusikan hal apa pun yang berkaitan dengan audit yang dilakukan terhadap pihak luar yang tidak termasuk

16
dalam staf audit.
Kompetensi Auditor internal menerapkan pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang diperlukan dalam menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya pada jasa layanan audit internal.
PERATURAN PERILAKU
 Integritas Auditor internal:
1.1 Akan pekerjaan dengan jujur, rajin, dan bertanggung jawab.
1.2 Akan hukum dan membuat pengungkapan yang disyaratkan oleh hukum maupun profesi.
1.3 Tidak akan menjadi bagian dari setiap aktivitas ilegal, atau terlibat dalam tindakan yang mendiskreditkan profesi
audit internal atau organisasi.
1.4 Akan menghormati dan memberikan kontribusi bagi tujuan yang sah dan etis bagi organisasi.
 Objektivitas Auditor internal :
2.1 Tidak akan berpartisipasi dalam aktivitas atau hubungan apapun yang dapat merusak atau dianggap dapat
merusak penilaiannya (seharusnya) tidak bias. Partisipasi tersebut mencakup aktivitas-aktivitas atau hubungan-
hubungan yang mungkin akan menimbulkan konflik dengan kepentingan organisasi.
2.2 Tidak akan menerima apa pun yang mungkin dapat merusak atau dianggap dapat mengganggu pertimbangan
profesional mereka.
2.3 Akan mengungkapkan semua fakta material yang diketahui oleh mereka yang, jika tidak diungkapkan, dapat
mengganggu pelaporan aktivitas yang direview.
 Kerahasiaan 3.1 Akan berhati-hati dalam penggunaan dan perlindungan informasi yang diperoleh untuk kepentingan tugas mereka.
3.2 Tidak akan mengungkapkan informasi untuk kepentingan pribadi atau dalam segala hal yang akan bertentangan
dengan hukum atau yang akan mengganggu tujuan sah dan etis dari organisasi.
 Kompetensi Auditor internal:
4.1 Hanya akan terlibat dalam jasa-jasa di mana mereka memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang
diperlukan.
4.2 Akan melaksanakan jasa audit internal sesuai dengan International Standards for the Professional Practice of
Internal Auditing.
4.3 Akan terus mengembangkan keahlian dan efektivitas serta kualitas jasanya.
(Arens, Elder, & Beasley, 2015)
 
2. Standar Profesi Audit Internal
 
Tabel : Standar Internasional Untuk Praktek Audit Internal yang profesional
STANDAR ATRIBUT
100 Tujuan, Otoritas, dan Tanggung Jawab. Tujuan, otoritas, dan tanggung jawab atas aktivitas audit internal harus
0 didefinisikan secara formal dalam akta audi independen, konsisten dengan Definition  of Internal Auditing, the Code of
Ethics, dan Standards. CAE harus secara periodik mereview akta audit internal dan menyajikannya kepada manajemen
senior serta dewan direksi untuk disetujui.
110 Independensi dan Objektivitas. Aktivitas internal audit harus independen, dan audit internal harus objektif dalam
0 melaksanakannya.
120 Keahlian dan Ketelitian Profesional. Penugasan harus dilaksanakan dengan keahlian dan ketelitian profesional
0
130 Kualitas Assurance dan Program Perbaikan. Chief Audit Executive (CAE) harus mengembangkan dan menjaga kualitas
0 assurance dan program perbaikan yang meliputi semua aspek aktivitas audit internal.
STANDAR KINERJA
200 Mengelola Aktivitas Audit Internal. Chief Audit Executive (CAE) harus mengelola secara efektif aktivitas audit internal
0 untuk memastikan bahwa aktivitas tersebut memberikan nilai tambah bagi organisasi.
210 Sifat Pekerjaan. Aktivitas audit internal harus mengevaluasi dan memberikan kontribusi pada perbaikan tata kelola,
0 manajemen risiko, dan proses pengendalian dengan pendekatan yang sistematis dan disiplin.
220 Merencanakan Penugasan. Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan  rencana untuk setiap
0 penugasan, ruang lingkupnya, waktunya, dan alokasi sumber dayanya.
230 Melaksanakan Penugasan. Auditor internal harus mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan
0 informasi yang mencukupi untuk mencapai tujuan penugasan.
240 Mengkomunikasikan Hasil. Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil penugasan.
0
250 Memonitor Kemajuan. CAE harus menetapkan dan memelihara sistem untuk memonitor disposisi hasil yang
0 dikomunikasikan kepada manajemen.
260 Mengkomunikasikan Risiko yang Dapat Diterima. Jika CAE menyimpulkan bahwa manajemen telah menerima tingkat
0 risiko yang mungkin tidak cacat diterima oleh organisasi, CAE harus mendiskusikan persoalan tersebut dengan manajemen
senior. Jika CAE menemukan bahwa persolan itu tidak dapat terpecahkan CAE harus melaporkan persoalan tersebut kepada
dewan.
17
(Arens, Elder, & Beasley, 2015)
 
Pengertian Audit Internal 
Audit Internal adalah pemeriksaan yang dikerjakan olehmereka yang berasal dari 
bagian internal
audit perusahaanuntuk memeriksa catatan akuntansi dan keuangan perusahaan, termas
uk ketaatan perusahaan dalam menjalankan manajemenyang berlaku. Mereka juga aka
n memeriksa ketaatanperusahaan terhadap peraturan pemerintah serta kebijakan lain d
ari ikatan profesi yang sedang berlaku. Saat ini, internal auditor yang
modern tidak lagi membatasi dirinya dalam halfungsinya pada bidang pemeriksaan ke
uangan, namun sudahmeluas pada bidang lainnya juga, seperti misalnya audit lingkung
an hidup, audit sosial, dan audit manajemen.
Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal 
Audit
Internal bertujuan untuk membantu semua anggotamanajemen dalam membentuk perta
nggung jawab yang efektif, dalam hal ini audit
internal memberi bantuan berupaaktivitas perencanaan,
audit dan mengevaluasi informasi danmengkomunikasikan hasil aktivitas yang telah di
sertai tindaklanjut. Pada umumnya tujuan audit
internal adalah membantumanajemen menjalankan tugasnya, yaitu menyediakaninfor
masi tentang kelayakan dan keefektifan dari pengendalianintern suatu organisasi untuk 
kualitas suatu aktivitasprusahaan. Dengan demikian audit
internal akan melakukanberbagai analisis, penilaian, dan mengajukan sasaran.
Menurut Hiro Tugiman (2006:11) tujuan audit
internal adalah:“Membantu para anggota organisasi agar dapatmelaksanakan tugasnya 
secara efektif. Untuk itu, audit
internal akan melakukan analisis, penilaian, sasaran, danmengajukan saran-saran. Tuju
an dari pemeriksaan mencakuppula pengembangan, pengawasan yang efektif dengan b
iayayang wajar”.
Sesuai standar diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwaruang lingkup tugas internal
audit akan mencakup sebuahpendapatan yang teratur dan sistematis adalah mengevalu
asidan meningkatkan kecukupan dan efektivitas dari prosesmanajemen resiko, kontrol, 
dan proses tata kelola yang sehatserta kualitas dari kinerja dalam menjalankan tanggun
g jawabyang terkait.
Fungsi dan Tanggung Jawab Audit Internal 
Fungsi dan tanggung jawab dalam suatu organisasi harusditetapkan dengan jelas 
dan mendapat persetujuan dari pihakmanajemen, sehingga memungkinkan audit
internal memeriksa seluruh catatan, kekayaan, dan pegawai dariperusahaan tersebut. T
anggung jawab penting fungsi audit
intern adalah memantau kinerja pengendalian intern entitas. Pada waktu auditor berusa
ha memahami pengendalian intern, ia harus berusaha memahami fungsi audit
intern untukmengidentifikasi aktivitas audit intern
yang relevan denganperencanaan audit. 
18
Menurut Robert Tampubolon (2001:7) Fungsi Audit
Internal adalah : “Sebagai alat untuk memastikan bahwaperusahaan dapat memenuhi t
ujuannya dan semua resiko yang dapat menggagalkannya telah dapat di identifikasi da
ndikelola sebagaimana seharusnya. Dewan komisaris dandewan direksi bertanggung ja
wab mengarahkan sertamendukung agar kordinasi audit
internal harus sedemikianrupa sehingga fungsi audit
internal dapat berjalan denganefektif”.
Cara Membangun dan Memiliki Departemen Internal Audit yang Efektif
Salah satu hal yang harus dipertimbangkan terkaitpenting atau tidaknya bagian de
partemen internal audit adalahcost
benefit. Itu artinya, biaya yang dikeluarkan olehperusahaan dalam mengadakan depart
emen internal
audit harus seimbang atau lebih kecil dari manfaat yang didapatkanperusahaan dari ad
anya departemen tersebut.
Berikut ini adalah cara membangung dan memiliki internal auditor yang efektif :
1. Harus Memiliki Kedudukan yang Independen
Kedudukan yang diemban oleh departemen audit didalam organisasi perusah
aan harus bersifat independen. Jika dibandingkan dengan KAP
yang merupakan pihakindependen, internal
auditor justru lebih sering dinilaitidak independen karena berasal dari orang dala
m ataupegawai perusahaan tersebut. Jadi, meskipunkenyataannya seorang internal
auditor mampu berlakuindependen, namun secara penampilan mereka tetap tidakt
erlihat independen.
Sifat independensi seorang auditor internal tergantungpada syarat berikut ini:
a. Bertanggung Jawab
b. Tidak Boleh Terlibat dalam Kegiatan Perusahaan 
2. Job Description Harus Jelas
Sebuah departemen Internal Audit harus mempunyaijob description
yang jelas. Artinya, job description daritiap internal
auditor harus tersedia dengan jelas.Sehingga, setiap internal
auditor tersebut mengetahuidengan jelas apa saja tanggung jawabnya, tugasnya, d
anjuga wewenangnya. Selain itu, job description dariinternal
auditor juga sangat penting untuk rencanakarirnya.
3. Harus Mempunyai Internal Audit Manual 
Sebuah internal audit harus memiliki internal audit manual. Internal audit
manual akan menilai suara dariseorang auditor internal
yang akan menjelaskan padapara stafnya terkait tanggung jawab yang mereka em
banpada pihak manajemen. Selain itu, pihak perusahaan jugaharus mendengarkan 
apa yang diharapkan oleh stafnyadalam memenuhi tanggung jawab tersebut.
Hal terpenting lainnya adalah internal audit
manual adalah petunjuk tertulis bagi para staf auditor untukmencegah adanya pen
yimpangan dalam melaksanakantugas, menentukan nilai standar yang berperan da
lammengukur dan meningkatkan kinerja perusahaan, sertameyakinkan hasil akhir 
19
departemen yang sesuai dengankebutuhan pihak direktur internal audit. Jadi,
audit internal
manual harus ditelaah setiap tahun danditingkatkan sesuai dengan perkembangan 
perusahaan.
4. Harus Ada Dukungan dari Manajemen Teratas
Suatu departemen internal
audit harus mendapatkandukungan yang kuat dari manajemen teratas. Tanpaadan
ya dukungan yang kuat dari manajemen teratas, maka fungsi dari auditor akan lu
mpuh. Seperti layaknyaseorang prajurit yang diperintahkan untuk maju ke medan
perang namun tanpa dipersenjatai dengan alat-alat yang cukup.
Dukungan yang harus diberikan pada departemeninternal audit adalah:
a. Penempatan posisi yang independen dan akses untukbisa berkonsultasi dalam memberi
kan laporan padapihak audit yang merupakan tenaga ahli yang dimilikiperusahaan. 
b. Staff audit yang sudah berpengalaman baik harusmemiliki gaji dan insentif atau bonus
yang menarik.
c. Menyediakan waktu yang cukup untuk departemenaudit
internal untuk bisa mendengarkan membaca, danjuga mempelajari berbagai laporan ya
ng dibuat olehdepartemen ini untuk selanjutnya mampu memberikanrespon dengan ce
pat dan tegas.
d. Adanya peraturan yang dikeluarkan oleh manajemenuntuk seluruh bagian dari organis
asi perusahaan terkaitkewajibannya dalam rangka menunjang pelaksanaantugas.

Audit Internal 
Audit internal dilakukan oleh auditor intern, yaitu adalah suatu fungsi penilai
independen yang didirikan di dalam organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi
aktivitas auditan. Auditor intern bekerja di suatu organisasi untuk melakukan audit
bagi kepentingan manajemen organisasi. Auditor intern biasanya melaporkan hasil
audit kepada komite audit atau dewan komisaris. Sementaara audit keuangan
dilaksanakan oleh auditor independen yang mempunyai sertifikat akuntan yang
merupakan auditor ekstern. Audit internal melaksanakan audit ketaatan dan
operasional untuk organisasinya. Audit internal mengukur tingkat ketaatan setiap lini
organisasi dengan kebijakan dan peraturan organisasi. Selain itu, auditor internal
juga melaksanakan audit operasional seperti penilaian sistem komputer akuntansi
 
The Association of Chartered Certified Accountants (ACCA) menerangkan Audit
Internal adalah peran yang menantang dan penting yang membantu organisasi untuk
berhasil.Peran audit internal adalah untuk memberikan jaminan dan konsultasi
independen. Auditor internal perlu memahami risiko keuangan tetapi juga harus
memahami aspek organisasi yang lebih luas untuk mendukung peningkatan
bisnis(Fahmi & Syahputra, 2019).
 
Tujuan Audit Internal
Tujuan audit internal yang dikemukakan Ludita (2013, hal. 2) yang mengutip
pendapat Tampubolon (2005, hal. 1) menyatakan tujuan audit internal adalah
20
Membantu para anggota organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggung
jawabnya secara efektif. Sedangkan Fungsi audit internal adalah sebagai mata dan
telinga manajemen, karena manajemen butuh kepastian bahwa semua kebijakan yang
telah ditetapkan tidak akan dilaksanakan secara menyimpang. 
 
Peranan Audit Internal 
Menurut Ety & Istiyawati (2015, hal. 4) yang mengutip pendapat Kuntadi (2009)
menjelaskan peranan audit internal adalah untuk membantu perusahaan dalam
melakukan audit bagi kepentingan manajemen, memecahkan beberapa hambatan
dalam sebuah organisasi dan mendukung upaya manajemen untuk membangun budaya
yang mencakup etika, kejujuran, dan integritas. Sebaik apapun yang dilakukan oleh
audit internal dalam pelaksanaan tugas namun apabila integritas manajemen tidak
mendukung dalam upaya memastikan bahwa rekomendasi yang diberikan oleh audit
internal telah dilaksanakan, maka hal tersebut menjadi sia-sia.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Audit internal adalah kegiatan independen dan objektif yang menyediakan


jasa asuransi dan konsultasi, dirancang untuk memberikan nilai tambah dan
meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu
organisasi mencapai tujuannya melalui suatu pendekatan yang sistematis dan
teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko,
pengendalian dan proses pengelolaan.
Fungsi audit internal telah mengalami perubahan penting dalam akhir abad
ini. Sasaran penting fungsi audit internal berfokus pada pendeteksian fraud
untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan dengan
pendekatan penilaian risiko (risk assessment).
Beberapa organisasi yang relevan dengan peran dan fungsi audit internal
cukup banyak sehingga dengan keikutsertaan dalam profesi tersebut akan
menambah pengalaman dan pengetahuan serta dapat berbagi informasi
sesama anggota.
B. Saran

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi tentang “Audit


Sektor Publik:Audit Internal”. Tentunya banyak kekurangan dan kelemahan
karena terbatasnya pengetahuan serta kurangnya rujukan atau referensi yang kami
peroleh untuk penulisan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para
pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan para pembaca.

22
DAFTAR PUSTAKA

Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2015). Auditing & Jasa Assurance:
Pendekatan Terintegrasi (Edisi 15 Jilid 2).Jakarta: Erlangga.
Boyton, W. C., Johnson, R. N., & Kell, W. G. (2003). Modern Auditing (Edisi Ketujuh
Jilid 1). Jakarta: Erlangga.
Nasution, D. A., Ramadhan, P. R., & Barus, M. D. (2019). Audit Sektor Publik (Mahir
dalam Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara.Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Rai, I. G. (2008). Audit Kinerja Pada Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Werastuti, D. N. (2022). Internal Audit. Bandung: Media Sains Indonesia.
Zamzami, F., Faiz, I. A., & Mukhlis. (2018). AUDIT INTERNAL, KONSEP DAN
PRAKTIK. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
DR. H.R. Ricky Agusiady, S. M. (2017). Peranan Audit Internal Dalam Menunjang
Efektivitas. AKURAT , 11.
Ibnu. (2020, November 2). Audit Internal.
 Arnida, W. L. (2018). Diktat Audit Kinerja Sektor Publik. 2–7.
Ayu, A. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit Sektor
Publik Pada Kantor Inspektorat Kabupaten Enrekang. 3(2), 6.
Fahmi, M., & Syahputra, M. R. (2019). Peranan Audit Internal Dalam Pencegahan
(Fraud). Liabilities (Jurnal Pendidikan Akuntansi), 2(1), 24–36.

23

Anda mungkin juga menyukai