Anda di halaman 1dari 14

Nama : Pipin

NIM : 200902501017

Prodi/Kelas : Pendidikan Akuntans/A

Tugas AKL II : Membuat

Rangkuman Mengenai Materi

Penggabungan Badan Usaha (PBU)

PENGGABUNGAN BADAN USAHA

A. Pengertian Penggabungan Usaha


Penggabungan usaha pada tahun 1990-an merupakan pertumbuhan aktivitas
merger dan akuisisi yang luar biasa, baik di Amerika maupun pasar internasional.
Penggabungan usaha adalah penyatuan entitas bisnis yang sebelumnya terpisah.
Meskipun tujuan utama penggabungan usaha adalah meningkatkan profitabilitas,
banyak perusahaan dapat lebih efisien dengan mengintegrasikan operasi secara
horizontal, vertikal, atau dengan mendiversifikasikan risiko usaha melalui operasi
konglomerasi.
Penggabungan usaha (business combination) adalah penyatuan dua atau
lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu
perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva
dan operasi perusahaan lain.

B. Alasan-alasan Penggabungan Usaha


Jika perluasan adalah sasaran utama dari perusahaan, mengapa usaha
diperluas dengan penggabungan dan bukan dengan melakukan konstruksi fasilitas-
fasilitas baru? Beberapa alasan penggabungan usaha untuk memperluas usaha
adalah sebagai berikut:

1. Manfaat biaya (cost advantange). Lebih murah bagi perusahaan untuk


memperoleh fasilitas yang dibutuhkan melalui penggabungan dibandingkan
melalui pengembangan, terutama pada keadaan inflasi.
2. Risiko lebih rendah (lower risk). Membeli lini produk dan pasar yang telah
didirikan biasanya lebih besar risikonya dibandingkan dengan
mengembangkan produk baru dan pasarnya.
3. Penundaan operasi lebih sedikit (fewer operating delays). Fasilitas-fasilitas
pabrik yang diperoleh melalui penggabungan usaha dapat diharapkan untuk
segera beroperasi. Sedangkan apabila membangun fasilitas perusahaan yang
baru akan menimbulkan masalah yang baru juga misalnya perlunya izin
pemerintah.
4. Mencegah pengambil alihan (avoidance of takeovers). Beberapa perusahaan
bergabung untuk mencegah pengambil alihan diantara mereka.
5. Akuisisi harta tidak berwujud (acquisition of intangible assets).Penggabungan
usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak berwujud maupun
berwujud. Akusisi atas hak paten, hak atas mineral, database pelanggan, atau
keahlian manajemen mungkin menjadi faktor utama yang memotivasi suatu
penggabungan usaha.
6. Alasan-alasan lain. Selain untuk perluasan, perusahaan-perusahaan mungkin
memilih penggabungan usaha untuk memperoleh manfaat dari segi pajak.

C. Bentuk-bentuk Penggabungan Badan Usaha


Bentuk-bentuk Penggabungan badan usaha dapat dibedakan ke dalam
berbagai macan, bentuk sebagai berikut :

1. Dari segi jenis usaha perusahaan yang bergabung. Bentuk penggabungan badan
usaha dilihat dari segi jenis usaha perusahaan. perusahaan yang bergabung
dibedakan ke dalam tiga macam bentuk sebagai berikut :
a. Penggabungan Horizontal
Penggabungan horizontal terjadi apabila perusahaan-perusahaan yang
bergabungan menjalankan fungsi produksi dan penjualan barang-barang
yang sejenis. Pada umumnya motip yang mendasari terbentuknya
penggabungan horizontal adalah dalam rangka mengurangi tingkat
persaingan di antara perusahaan sejenis tersebut. Keuntungan lain yang
diharapkan dari penggabungan horizontal di samping mengurangi
persaingan, juga dengan adanya skala operasi yang lebih besar akan dapat
dihemat berbagai macam biaya.
b. Penggabungan Vertikal
Apabila perusahaan yang semula merupakan langganan terhadap produk
(jasa) yang dihasilkan oleh perusahaan lain, atau sebaliknya perusahaan
lain itu adalah suplies bahan baku baginya dan kemudian mengadakan
penggabungan perusahaan; maka penggabungan demikian disebut
penggabungan vertikal. Motip penggabungan vertikal pada umumnya
adalah di dalam rangka mendapatkan kepastian pemasaran hasil produksi
atau kontinuitas penyediaan bahan baku.
c. Penggabungan Konglomerat (Conglomerate Combinations)
Penggabungan ini merupakan kombinasi dari penggabungan horizontal
dan vertikal. Penggabungan konglomerat terbentuk apabila perusahaan-
perusahaan yang bergabung bukan perusahaan-perusahaan sejenis dan
tidak pula mempunyai hubungan langganan-supplier. Tujuan
penggabungan konglomerat pada umumnya adalah menggabungkan
sumber-sumber ekonomi yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan
yang bergabung Dengan demikian mencegah kemungkinan timbulnya
persaingan di antara perusahaan yang bergabung.
2. Dilihat menurut kejadian hukumnya, bentuk-bentuk penggabungan badan
usaha dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Merger yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan membeli
perusahaan lain yang kemudian perusahaan yang dibelinya tersebut
menjadi anak perusahaannya atau dibubarkan. Perusahaan yang dibelinya
sudah tidak mempunyai status hukum lagi dan yang mempunyai status
hukum adalah perusahaan yang membelinya.
b. Konsolidasi merupakan bentuk lain dari merger, yaitu penggabungan usaha
dengan cara satu perusahaan bergabung dengan perusahaan lain
membentuk satu perusahaan baru. Untuk memperjelas perbedaan antara
merger dan konsolidasi
Adapun bentuk-bentuk dari penggabungan usaha dalam segi hukum dapat
dilihat pada bagan berikut ini:
Penggabungan usaha

Integrasi secara fisik Perusahaan induk dan anak

Merger Konsolidasi

Perusahaan induk dan anak perusahaan adalah penggabungan usaha


dengan cara membeli sebagian besar saham atau seluruh saham perusahaan lain
untuk memperoleh hak pengendalian (controlling interest). Perusahaan yang
dikuasai tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan masih beroperasi
sebagaimana perusahaan lainnya. Pihak yang mempunyai saham minoritas
disebut anak perusahaan (subsidiary) dan pihak yang memiliki saham
mayoritas adalah induk perusahaan (parent). Sejak saat itu perusahaan anak
dan induk telah melakukan penggabungan usaha yang disebut afiliasi
(affiliated companies).

Integrasi secara fisik adalah suatu bentuk penngabungan usaha yang


memindahkan aktiva bersih (net assets) dari beberapa jenis perusahaan yang
akan melakukan penggabungan. Untuk memperjelas perbedaan antara merger
dan konsolidasi, kita cermati gambar berikut ini:
D. Persoalan yang Timbul dalam Penggabungan Perusahaan
Masalah yang timbul di dalam proses penggabungan perusahaan dapat
bersifat komplek, tetapi juga dapat bersifat sederhana. Sebagai contob; penentuan
jumlah yang harus dibayar dan syarat-syarat pembayaran dalam penggabungan
perusahaan dalam hal pembayarannya berbentuk uang tunai relatip lebih sederhana
jika dibanding dengan penggabungan perusahaan di mana pembayarannya
berbentuk surat-surat berharga, yang harga pasarnyapun tidak mudah dapat
ditentukan. Untuk itu bantuan dari manajemen yang bersangkutan dan para ahli lain
seperti akuntan, ahli hukum, dan para analis sangat dibutuhkan.

E. Masalah Akuntansi dalam Penggabungan Badan Usaha


Dilihat dari segi akuntansinya, apabila dua atau lebih badan usaha
diselenggarakan bersama atau digabungkan, dengan tujuan untuk melanjutkan
usaha-usahanya yang terdahulu, sebagai akibat adanya kombinasi tersebut
dibedakan ke dalam dua macam cara (prosedur) pencatatan, sebagai berikut :
1. Penggabungan Badan Usaha atas dasar Pembelian (By Purchase)
Apabila di dalam suatu kombinasi usaha dari dua atau lebih badan usaha,
di mana bagian yang terpenting dari pemilikan perusahaan atau perusahaan-
perusahaan yang diperoleh itu dieliminasikan. Atau apabila penggabungan
badan usaha tersebut berakibat para pemilik perusahaan yang bergabung tidak
lagi ikut berpartisipasi secara substansiil di dalam perusahaan tunggal yang
dibentuk. Dengan lain perkataan sebagai akibat kombinasi usaha itu terjadi
(timbul) suatu pemilikan baru. Penggabungan demikian disebut sebagai
penggabungan atas dasar pembelian.

Untuk menentukan sampai seberapa jauh adanya suatu pemilikan baru atau
penerusan dari pemilikan lama di dalam suatu kombinasi usaha, ada beberapa
hal (faktor) yang harus dipertimbangkan, yaitu :

a. Apabila saham-saham yang diterima oleh beberapa pemilik dari


perusahaan yang terdahulu tidak secara substansial sebanding dengan
kepentingannya pada perusahaan terdahulu, maka dianggap adanya
pemilikan baru atau “pembelian” atas perusahaan yang lama.
b. Apabila bagian-bagian hak suara yang ada di antara perusahaan yang
tergabung itu berubah secara material melalui pengeluaran hak pemilikan
yang lebih utama (senior equity) atau debt -securities dibatasi (tidak ada)
hak suara, maka merupakan petunjuk adanya suatu “pembelian”.
c. Apabila ada suatu rencana (maksud) yang pasti untuk menarik bagian
terpenting dari modal saham yang dikeluarkan kepada para pemilik dari
satu atau lebih perusahaan yang bergabung. Atau ada perubahan
substansial di dalam pemilikan yang terjadi segera sebelum atau akan
terjadi segera sesudah kombinasi. Hal ini merupakan kecenderungan
adanya kombinasi dalam bentuk “pembelian”.
d. Apabila manajemen dari salah satu perusahaan yang bergabung itu
dieliminasikan, atau pengaruhnya terhadap manajemen secara keseluruhan
perusahaan-perusahaan sedemikian kecil, maka merupakan petunjuk
adanya “pembelian”. Dalam hal ini ukuran, ukuran relatip dari perusahaan
yang bergabung tidak dapa ditentukan secara pasti, khususnya jika badan
usaha yang terkecil) itu ikut ambil bagian dalam personalia manajemen.
Namun demikian apabila salah satu di antara perusahaan yang bergabung
tersebut jelas-jelas dominan (misalnya, pemegang saham darj Salah satu
badan usaha yang bergabung memperoleh 90%, atay lebih dari hak suara
perusahaan yang dikombinasikan), maka merupakan alasan untuk
menganggap transaksi demikian ini lebih bersifat “pembelian” daripada
“penyatuan kepentingan”.

Prosedur Akuntansi Penggabungan Badan Usaha atas Dasar “Pembelian”


(by Purchase)

a. Menyesuaikan nilai aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan


digabung sebesar nilai wajarnya
b. Mencatat transaksi penggabungan sebesar nilai investasinya (biaya
perolehan). Jika pengakuisisi mengeluarkan saham, maka nilai wajar
saham tersebut sebesar harga pasar pada tanggal transaksi
penggabungan. Bila harga pasar tidak dapat digunakan sebagai
indikator, maka diestimasi secara proporsional perusahaan pengakuisisi
atau yang diakuisisi (mana yang lebih dapat ditentukan).
c. Membuat jurnal pemilikan aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang
digabung. Apabila terjadi selisih antara nilai investasi dengan aktiva
bersih yang diterima perusahaan pengakuisisi, maka selisih tersebut
dicatat ke dalam rekening goodwill pada kelompok aktiva.
Apabila suatu kombinasi usaha dianggap suatu “pembelian” maka harta
kekayaan yang diperoleh dalam transaksi penggabungan harus dicatat dalam
buku-buku usaha yang memperolehnya atas dasar harga perolehannya (at cost)
yang diukur dengan uang. Atau dalam hal pembayaran tidak dilakukan secara
tunai, harus diukur dengan menilainya secara wajar sesuai dengan kejadiannya,
atau dengan nilai yang wajar dari harta kekayaan yang bersangkutan, mana
yang paling jelas dapat dibuktikan.
Dengan lain perkataan apabila suatu kombinasi usaha dianggap sebagai
“pembelian", harus dipakai dasar pencatatan terhadap aktiva yang diperoleh
sebagaimana halnya pada prosedur pencatatan dalam pembelian aktiva.
2. Penggabungan Badan Usaha atas dasar Penyatuan Kepentingan (By Pooling Of
Interest)
Dari segi akuntansi penggabungan badan usaha atas dasar penyatuan
kepentingan (by pooling of interest) terjadi apabila :
“Pada suatu kombinasi usaha dari dua atau lebih badan usaha, dimana
pemegang-pemegang dari bagian penting atas pemilikan masing, masing
badan usaha itu menjadi pemilik dari badan usaha yang kemudian memiliki
harta kekayaan dan usaha-usaha dari perusahaan-perusahaan yang
bergabung, baik secara langsung atau melalui satu atau lebih anak
perusahaan”.
Beberapa faktor lain yang merupakan petunjuk adanya penggabungan
badan usaha yang bersifat penyatuan kepentingan dapat dikemukakan sebagai
berikut :
a. Badan usaha yang tunggal itu dapat berupa satu di antara perusahaan yang
bergabung atau badan usaha yang tunggal itu dapat berupa suatu badan
usaha yang dibentuk sama sekali baru.
b. Sesudah kombinasi usaha dilakukan, kekayaan bersih dari semua badan
usaha yang bergabung (pada umumnya) akan dipegang oleh badan usaha
tunggal tersebut).
Namun demikian kelangsungan adanya satu atau lebih perusahaan dalam
suatu hubungan anak perusahaan terhadap perusahaan-perusahaan jainnya atau
terhadap badan usaha yang baru tersebut, tidak menghalangi terbentuknya
kombinasi usaha sebagai penyatuan kepentingan (pooling of interest).
Hal ini dapat terjadi apabila di dalam kombinasi usaha tersebut tidak ada
lagi minority interest yang berarti dan apabila pertimbangan yuridis, fiskal atau
pertimbangan ekonomis tertentu merupakan alasan penting untuk
mempertahankan adanya subsidiary tersebut. Di samping itu masih banyak
faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan untuk dapat mengambil
kesimpulan apakah suatu kombinasi usaha merupakan suatu “penyatuan
kepentingan “ ataukah merupakan suatu “pembelian”’, sebagaimana telah
dikemukakan sebelumnya.
Prosedur akuntansi Penggabungan Badan Usaha atas dasar “Penyatuan
Kepentingan” (Pooling of Interest)

a. Semua aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang bergabung dinilai


pada nilai buku saat diadakan penggabungan
b. Besarnya nilai investasi pada perusahaan yang bergabung sebesar jumlah
modal perusahaan yang digabung atau sebesar aktiva bersih perusahaan
yang digabung
c. Bila terjadi selisih antara jumlah yang dibukukan sebagai modal saham
yang diterbitkan ditambah kompensasi pembelian lainnya dalam bentuk
kas ataupun aktiva lainnya dengan jumlah aktiva bersih yang diperoleh,
maka harus diadakan penyesuaian terhadap modal perusahaan yang akan
digabung
d. Laporan keuangan gabungan adalah penjumlahan dari laporan keuangan
milik perusahaan yang bergabung.
Apabila kombinasi usaha dianggap sebagai suatu “pooling of interest”
maka tidak diperlukan dasar-dasar baru tentang accoun-tabilitynya. Dalam hal
ini harta kekayaan yang diperoleh dari badan-badan usaha yang bergabung jika
telah dinyatakan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi dan telah diadakan
penyesuaian dengan tepat (bila dianggap perlu) untuk menempatkan suatu
aktiva pada suatu dasar pencatatan akuntansi yang uniform harus diteruskan
pada buku-buku badan usaha yang memperoleh aktiva tersebut.
Gabungan Saldo Laba Yang Tidak Dibagi atau Defisit jika ada dari badan
usaha yang bergabung juga harus diteruskan, kecuali apabila ditentukan
sebaliknya oleh undang-undang atau pengaturan mengenai badan usaha. Di
dalam konsep pooling of interest yang mencakup adanya penggabungan dari
surplus dan defisit dari perusahaan yang bergabung itu, tidak tepat dan bahkan
akan menyesatkan apabila defisit dari salah satu perusahaan yang bergabung
dihapuskan dengan capitat surplusnya, dan membukukan terus Saldo Laba
Yang Tidak Dibagi dari badan usaha lainnya yang bergabung.
Menurut konsep pooling of interest, badan usaha yang baru dianggap
sebagai kelanjutan dari semua badan usaha yang bergabung, baik dalam bentuk
suatu badan usaha yang tunggal maupun sebagai induk perusahaan dengan satu
atau beberapa anak perusahaan.Oleh sebab itu apabila ada satu atau lebih dari
badan usaha yang bergabung itu tetap melanjutkan eksistensinya dalam suatu
bentuk hubungan afiliasi dan terdapat persyaratan-persyaratan untuk adanya
pooling of interest, maka gabungan atas Saldo Laba Yang Tidak Dibagi di
dalam neraca konsolidasi adalah merupakan keharusan. Dalam hal pooling in
interest bukan merupakan suatu perolehan (acquisation), maka Laba Yang
Ditahan dari perusahaan anak yang ada sebelum terjadinya perolehan, tidak
boleh merupakan bagian daripada Laba Yang Ditahan yang dikonsolidasikan.
Demikian halnya apabila sebelum ada rencana mula-mula untuk
mengadakan kombinasi, satu kelompok yang kemudian dikombinasikan itu
diperoleh oleh kelompok lain sebagai subsidiary, yang dalam hal ini dianggap
bukan sebagai pooling of interest; maka bagian kepentingan dari perusahaan
induk atas Laba Yang Ditahan dari subsidiary sebelum terjadinya pembelian,
tidak boleh dimasukkan sebagai Loba Yang Ditahan dari gabungan badan-
badan usaha tersebut. Oleh karena banyak macam faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan pooling of interest, maka tidak mungkin untuk menguraikan
bagaimana perlakuan akuntansinya secara detail.
Penyesuaian terhadap aktiva dan Saldo Laba Yang Ditahan (fearned
surplus) mutlak diperlukan dalam rangka menyesuaikan dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang lazim, meskipun hal ini tidak merupakan tujuan
penggabungan perusahaan.
Demikian pula halnya dengan penggabungan by pooling of interest,
penyesuaian yang dimaksudkan sama dengan apa yang biasa dilakukan di
dalam pembukuan. Akan tetapi bahwa di dalam penggabungan by pooling of
interest terdapat suatu keharusan untuk menggabungkan Saldo Laba Yang
Ditahan atau Defisit dari masing-masing perusahaan adalab semata-mata
dimaksudkan untuk tetap mempertahankan integritas dan hak-hak dari para
pemilik dan sama sekali tidak dimaksudkan sebagai penyesuaian. Oleh karena
itu mengeliminasi Defisit dari suatu perusahaan yang bergabung dengan Modal
sahamnya atau dengan Agio Saham maupun elemen modal yang lain sebelum
digabungkan bertentangan dengan konsepsi daripada pooling of interest itu
sendiri.
Namun demikian, di dalam penggabungan by pooling of interest
diperkenankan untuk memindahkan Saldo Laba Yang Ditahan a Perusahaan
yang digabung menjadi Nominal Saham (stated capital) maupun Agio Saham.
Hal ini sesuai pula dengan apa yang biasa dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan dan tidak menyimpang dari prinsip akuntansi tang lazim. Sebagai
contoh apabila perusahaan membagikan stock deviden, di mana akan
menyangkut pemindahan Saldo Laba Yang Ditahan enjadi Nominal Saham
(stated capital).
Apabila penggabungan badan usaha dianggap sebagai pooling of interest,
maka Laporan Rugi-Laba periodik dari perusahaan yang eneruskan
kontinuitasnya untuk masa dalam mana terjadi kombinasi arus pula
memasukkan hasil operasi dari perusahaan yang digabungkan ntuk sebagian
dari masa sebelum kombinasi tersebut berlaku. Apabila aporan keuangan dari
badan usaha yang bergabung itu disusun untuk jnaksud perbandingan selama
masa sebelum berlakunya kombinasi, maka dapat disajikan atas dasar
gabungan (combined basis) atau secara terpisah esuai dengan keadaan; dengan
tujuan penyajian yang demikian akan bih bermanfaat dan informatif.
Disclosure mengenai adanya kombinasi yang berlaku sebagai pooling of
interest harus dinyatakan (dibuat) di dalam laporan keuangan yang disajikan.

F. Akibat-akibat Adanya Prosedur Penggabungan Badan Usaha yang


Alternatif
Adanya dua prosedur penggabungan di mana masing-masing mempunyai
konsekuensi khususnya terhadap dasar pencatatannya yang satu sama lain berbeda
tersebut, akan mengakibatkan (menghasilkan) pula posisi keuangan perusahaan
gabungan yang berbeda-beda pada masing-masing cara. Sebagai akibat lanjut
perbedaan di dalam posisi keuangan ini adalah perbedaan terhadap hasil usahanya
apabila perusahaan gabungay sudah memulai aktivitasnya. Perbedaan tersebut akan
tercermin dalam Laporan Rugi-Laba perusahaan gabungan dalam rangka
mempertemukan pendapatan dan biaya di kemudian hari, yaitu sebagai akibat
dipakainya dasar-dasar pencatatan aktiva (accountability) yang satu sama lain
berbeda. Pada penggabungan by purchase, di mana dipakai dasar pencatatan aktiva
(accountability) yang baru, maka pencatatan terhadap kekayaan bersih yang
diserahkan oleh masing-masing perusahaan terdahulu tidak sama dengan apa yang
dilaporkan oleh perusahaan terdahulu (pada umumnya di atas nilai bukunya).
Apabila di dalam penggabungan tersebut modal Saham perusahaan yang baru
dinilai dan dikeluarkan atas dasar tingkat keuntungan tertinggi yang
dikapitalisasikan, maka bisa berakibat nilai modal saham lebih besar dari seluruh
nilai pasar aktiva berujud. Hal ini akan mendorong untuk harus diakui adanya
“‘Aktiva Tak Berujud" (Goodwill/ di dalam proses penggabungan badan usaha
tersebut. Oleb karena di dalam penggabungan by purchase “nilai pasar” dipakai
sebagal dasar pencatatan, maka sebagai konsekuensinya nilai pasar tersebut harus
pula dipakai sebagai dasar di dalam menentukan (memperhitungkat) besarnya biaya
(beban) terhadap pendapatan di kemudian hari, khususnya untuk Aktiva Tetap
(seperti misalnya biaya penyusutannya).

Dalam hal di dalam penggabungan by purchase ada Aktiva tak Berujud


(Goodwill) yang diakui harus pula diperhitungkan amortisasinya yang juga
merupakan beban terhadap pendapatan dalam jangka waktu tertentu. Kedua hal
tersebut akan mempunyai pengaruh yang cukup besar di dalam menentukan
besarnya laba-rugi periodik. pi lain pihak pada penggabungan by pooling of interest,
di mana perusahaan yang baru tetap menggunakan dasar accountability dari
erusahaan asal (yaitu pencatatan yang didasarkan atas nilai bukunya), tidak perlu
lagi adanya Aktiva Tak Berujud yang harus diakui dalam proses penggabungan
badan usaha. Pada cara ini penyerahan kekayaan bersih dikuti pula dengan
penyerahan modal saham yang sama nilainya. Oleh karena di dalam penggabungan
by pooling of interest yang dipakai dasaf pencatatan adalah “nilai buku” maka
beban (biaya) terhadap pendapatan di kemudian hari, khususnya yang berhubungan
dengan aktiva tetap terbatas pada dan tidak ada perubahan sama sekali dalam
hubungannya dengan aktiva (tetap) tersebut. Di samping itu tidak diakuinya Aktiva
Tak Berujud (Goodwill) dalam proses penggabungan by pooling of interest, berarti
juga pendapatan periodik di kemudian hari bebas dari beban amortisasinya. Apabila
saldo Laba Yang Ditahan pada penggabungan by pooling of inferest tetap
dipertahankan integritasnya dalam perusahaan yang baru, maka hai ini tidak ada
hubungannya sama sekali dengan apa yang dijelaskan di atas. Sebab hal ini tidak
mempunyai pengaruh apapun dalam hubungannya dengan proses mempertemukan
pendapatan dan biayabiaya periodik tersebut, kecuali terhadap posisi keuangan dari
perusahaan yang baru.

Prosedur ini juga identik dengan prosedur yang sering dilakukan untuk
mengeliminasi saldo Defisit dengan saldo Laba Yang Ditahan, sehingga hanya
saldo (Laba Yang Ditahan) yang positip diakui oleh perusahaan yang baru, dalam
hal merger. Atau dapat diartikan sebagai pengakuan saldo awal Laba Yang Ditahan
oleh perusahaan yang baru dalam hal konsolidasi. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :

1. Adanya metode penggabungan yang alternatip, di mana satu sama lain


menggunakan dasar-dasar pencatatan (accountability) yang berbeda, akan
mengakibatkan pula perbedaan dalam posisi keuangan (Neraca) dan basil
usaha (Laporan Rugi-Laba) periodik di kemudian han bagi perusahaan
gabungan.
2. Pengaruh metode yang alternatip mempunyai akibat yang lebih penting
terhadap laba-rugi periodik daripada pengaruhnya terhadap neraca. Hal ini
sesuai dengan semakin beralihnya sudut pandangan dari pithak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan dewasa ini dari semula pada posisi
keuangan menjadi laba rugi periodik yang merupakan titik perhatian dalam
rangka menilai dan menginter. pretasikan tentang masa depan perusahaan.
Keuntungan (bersih) merupakan faktor yang determinan bagi manajemen,
karyawan, para pemegang saham dan para kreditur serta pihak-pihak lain di
dalam mengambil keputusan-keputusan penting. Keuntungan (bersih) juga
merupakan faktor penting di dalam mengukur dan menentukan nilai kurs surat-
surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Demikian
selanjutnya keuntungan (bersih) merupakan faktor utama di dalam menentukan
besarnya bonus kepada pimpinan; karyawan yang telah banyak berjasa, serta
pembagian deviden kepada para pemegang saham.

Anda mungkin juga menyukai