Anda di halaman 1dari 11

Penggabungan Usaha

Pengertian Penggabungan Usaha:

Dunia usaha semakin lama semakin berkembang dan persaingan dalam jenis produk, mutu produk,
maupun pemasarannya semakin ramai dan ketat sehingga seringkali timbul. persaingan yang tidak sehat
dan saling mengalahkan.

Untuk mengatasi adanya saling merugikan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain,
perlu kiranya diadakan suatu bentuk kerja sama yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk
kerjasama yang dapat ditempuh adalah dengan melalui penggabungan usaha antara dua atau lebih
perusahaan dengan perusahaan yang lain baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis.

Berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No.22 paragraf 08 tahun 1999:

"Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih perusahaan yang
terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting wiith)
perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain"

Sedangkan menurut Hadori Yunus (1981) 224), pengertiannya adalah sebagai berikut:

"Penggabungan badan usaha adalah usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau
lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis."

Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penggabungan usaha merupakan usaha
pengembangan atau perluasan perusahaan dengan cara menyatukan perusahaan dengan satu atau
lebih perusahaan lain menjadi satu kesatuan ekonomi.

Jenis dan Bentuk Penggabungan Usaha:

1. Jenis-jenis penggabungan usaha berdasarkan PSAK No.22 paragraf 08 tahun 1999, terdapat dua jenis
penggabungan usaha yaitu:

1. Akuisisi (acquisition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu
pengakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau
mengeluarkan saham.
2. Penyatuan kepemilikan (uniting of interest/pooling of interest) adalah suatu penggabungan
usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama-sama menyatukan
kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi kendali perusahaan
yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala resiko dan manfaat yang
melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasi sebagai
perusahaan pengakuisisi (acquirer).
2. Bentuk-bentuk penggabungan usaha:

Dari segi hukumnya, penggabungan usaha dibagi menjadi

 Merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan membeli perusahaan lain
yang kemudian perusahaan yang dibelinya tersebut menjadi anak perusahaannya atau
dibubarkan. Perusahaan yang dibelinya sudah tidak mempunyai status hukum lagi dan yang
mempunyai status hukum adalah perusahaan yang membelinya.
 Konsolidasi, merupakan bentuk lain dari merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara
satu perusahaan bergabung dengan perusahaan lain membentuk satu perusahaan baru.
 Afiliasi, yaitu penggabungan usaha dengan cara membeli sebagian besar saham atau seluruh
saham perusahaan lain untuk memperoleh hak pengendalian (controlling interest).
Perusahaan yang dikuasai tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan masih beroperasi
sebagaimana perusahaan lainnya.

Sifat Penggabungan Usaha

 Horizontal integration

Adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dalam lini usaha atau pasar yang sama,
misalnya perusahaan consumer product bergabung dengan perusahaan consumer product
juga.

 Vertical integration

Adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan dengan operasi yang berbeda, secara
berturut-turut, tahapan produksi dan atau distribusi yang sama, misalnya Merck & Co salah
satu produsen obat terbesar, mengakuisisi Medco Containment Services, Inc. distributor
obat-obatan dokter.

 Conglomeration

Adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dengan produk dan atau jasa yang tidak
saling berhubungan dan bermacam-macam.

Alasan-alasan Penggabungan Usaha

Ada beberapa alasan yang muncul sehingga beberapa perusahaan mengambil tindakan untuk
melakukan penggabungan usaha yaitu :

a. Manfaat biaya (Cost Advantange). Acapkali lebih murah bagi perusahaan untuk memperoleh
fasilitas yang dibutuhkan melalui penggabungan dibandingkan melalui pengembangan,
terutama pada keadaan inflasi.
b. Risiko Lebih Rendah (Lower Risk). Membeli lini produk dan pasar yang telah didirikan biasanya
lebih besar risikonya dibandingkan dengan mengembangkan produk baru dan pasarnya.
Penggabungan usaha kurang berisiko terutama ketika tujuannya adalah diversifikasi.

c. Penundaan Operasi Lebih Sedikit (Fewer Operating Delays). Fasilitasfasilitas pabrik yang
diperoleh melalui penggabungan usaha dapat diharapkan untuk segera beroperasi. Sedangkan
apabila membangun fasilitas perusahaan yang baru akan menimbulkan masalah yang baru juga
misalnya perlunya izin pemerintah.

d. Mencegah Pengambilalihan (Avoidance of Takeovers). Beberapa perusahaan bergabung


untuk mencegah pengambilalihan diantara mereka.

e. Akuisisi Harta Tidak Berwujud (Acquisition of Intangible Assets).Penggabungan usaha


melibatkan penggabungan sumber daya tidak berwujud maupun berwujud. Akusisi atas hak
paten, hak atas mineral, database pelanggan, atau keahlian manajemen mungkin menjadi faktor
utama yang memotivasi suatu penggabungan usaha.

f. Alasan-alasan lain. Selain untuk perluasan, perusahaan-perusahaan mungkin memilih


penggabungan usaha untuk memperoleh manfaat dari segi pajak.

Meskipun pada dasarnya strategi penggabungan usaha yang dilakukan oleh beberapa perusahaan
memberikan banyak manfaat, tetapi ada juga risiko yang harus ditanggung oleh perusahaan yang
melakukan penggabungan tersebut yaitu risiko sumber daya manusia, dalam hal ini dampak dari
penggabungan usaha tersebut.

Metode Pencatatan dalam Penggabungan Usaha

Penggabungan badan-badan usaha tersebut dapat dipengaruhi oleh metode akuntansi yang
diterapkan untuk mencatat akuisisi dan merger. Berdasarkan pendapat Beams (2002:6), ada dua
macam metode akuntansi yang dikembangkan di Amerika Serikat dan kemudian dipakai di Indonesia
yaitu:

1. Pooling of interest method (Metode Penyatuan Kepemilikan).

2. Purchase method (Metode Pembelian).

Metode Penyatuan kepentingan (pooling of interest)

Suatu penggabungan usaha yang memenuhi kriteria PSAK tahun 2007 No. 22 untuk penyatuan
kepemilikan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan metode penyatuan. Dalam metode
penyatuan kepemilikan, diasumsikan bahwa kepemilikan perusahaan perusahaan yang bergabung
adalah satu kesatuan dan secara relatif tetap tidak berubah pada entitas akuntansi yang baru.
Karena tidak ada salah satupun dari perusahaan-perusahaan yang bergabung telah dianggap
memperoleh perusahaan-perusahaan yang bergabung lainnya, tidak ada pembelian, tidak ada harga
pembelian, sehingga karenanya tidak ada dasar pertanggungjawaban yang baru.

Pada metode penyatuan, aktiva dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan yang bergabung.
dimasukkan dalam entitas gabungan sebesar nilai bukunya. Oleh karena itu setiap goodwill pada
buku masing-masing perusahaan yang bergabung akan dimasukkan sebagai aktiva pada entitas yang
masih beroperasi (disatukan). Laba ditahan dari perusahaan perusahaan yang bergabung juga
dimasukkan dalam entitas yang disatukan, dan pendapatan yang bergabung untuk seluruh tahun
dengan mengabaikan tanggal penggabungan usaha dilakukan.

Perusahaan-perusahaan terpisah dalam suatu penggabungan usaha masing-masing dapat


menggunakan metode akuntansi yang berbeda untuk mencatat aktiva dan kewajiabannya. Dalam
penggabungan secara penyatuan kepemilikan, jumlah yang dicatat oleh masing masing perusahaan
dengan menggunakan metode akuntansi yang berbeda dapat disesuaikan menjadi dasar akuntansi
yang sama apabila perusahaan tersebut diperlukan oleh perusahaan lainnya. Perubahan metode
akuntansi untuk menyesuaikan masing-masing harus berlaku surut, dan laporan-laporan keuangan
yang disajikan untuk periode-periode sebelumnya harus disajikan kembali (restated).

Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Pooling Of Interest

 Semua aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang bergabung dinilai pada nilai buku saat
diadakan penggabungan
 Besarnya nilai investasi pada perusahaan yang bergabung sebesar jumlah modal perusahaan
yang digabung atau sebesar aktiva bersih perusahaan yang digabung
 Bila terjadi selisih antara jumlah yang dibukukan sebagai modal saham yang diterbitkan
ditambah kompensasi pembelian lainnya dalam bentuk kas ataupun aktiva lainnya dengan
jumlah aktiva bersih yang diperoleh, maka harus diadakan penyesuaian terhadap modal
perusahaan yang akan digabung
 Laporan keuangan gabungan adalah penjumlahan dari laporan keuangan milik perusahaan
yang bergabung.

Metode Pembelian (purchase method)

Metode pembelian didasarkan pada asumsi bahwa penggabungan usaha merupakan suatu
transaksi yang salah satu entitas memperoleh aktiva bersih dari perusahaan-perusahaan lain
yang bergabung. Berdasarkan metode ini perusahaan yang memperoleh atau membeli
mencatat aktiva yang diterima dan kewajiban yang ditanggung sebesar nilai wajarnya.

Biaya untuk memperoleh perusahaan (biaya perolehan) ditetapkan dengan cara yang sama
seperti pada transaksi lain. Biaya ini dialokasikan pada aktiva dan kewajiban yang dapat
diidentifikasikan sesuai dengan nilai wajarnya pada tanggal penggabungan. Menurut PSAK
tahun 2007 No.19 setiap kelebihan biaya perolehan atas nilai wajar aktiva bersih yang
diperoleh dialokasikan ke goodwill dan diamortisasikan selama maksimum 20 tahun.

Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Purchase

o Menyesuaikan nilai aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan digabung
sebesar nilai wajarnya
o Mencatat transaksi penggabungan sebesar nilai investasinya (biaya perolehan). Jika
pengakuisisi mengeluarkan saham, maka nilai wajar saham tersebut sebesar harga
pasar pada tanggal transaksi penggabunga. Bila harga pasar tidak dapat digunakan
sebagai indikator, maka diestimasi secara proporsional perusahaan pengakuisisi
atau yang diakuisisi (mana yang lebih dapat ditentukan).
o Membuat jurnal pemilikan aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang digabung.
Apabila terjadi selisih antara nilai investasi dengan aktiva bersih yang diterima
perusahaan pengakuisisi, maka selisih tersebut dicatat ke dalam rekening goodwill
pada kelompok aktiva.

Metode Pencatatan dalam Penggabungan Usaha

Penggabungan badan-badan usaha tersebut dapat dipengaruhi oleh metode akuntansi yang diterapkan
untuk mencatat akuisisi dan merger. Berdasarkan pendapat Beams (2002:6), ada dua macam metode
akuntansi yang dikembangkan di Amerika Serikat dan kemudian dipakai di Indonesia yaitu:

1. Pooling of interest method (Metode Penyatuan Kepemilikan).


2. Purchase method (Metode Pembelian).

#Metode Penyatuan kepentingan (pooling of interest)

Suatu penggabungan usaha yang memenuhi kriteria PSAK tahun 2007 No. 22 untuk penyatuan
kepemilikan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan metode penyatuan. Dalam metode penyatuan
kepemilikan, diasumsikan bahwa kepemilikan perusahaan perusahaan yang bergabung adalah satu
kesatuan dan secara relatif tetap tidak berubah pada entitas akuntansi yang baru. Karena tidak ada salah
satupun dari perusahaan-perusahaan yang bergabung telah dianggap memperoleh perusahaan-
perusahaan yang bergabung lainnya, tidak ada pembelian, tidak ada harga pembelian, sehingga
karenanya tidak ada dasar pertanggungjawaban yang baru.
Pada metode penyatuan, aktiva dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan yang bergabung
dimasukkan dalam entitas gabungan sebesar nilai bukunya. Oleh karena itu setiap goodwill pada buku
masing-masing perusahaan yang bergabung akan dimasukkan sebagai aktiva pada entitas yang masih
beroperasi (disatukan). Laba ditahan dari perusahaan-perusanaan yang bergabung juga dimasukan
dalam entitas yang disatukan, dan pendapatan yang bergabung untuk seluruh tahun dengan
mengabalkan tanggal penggabungan usaha dilakukan.

Perusahaan-perusahaan terpisah dalam suatu penggabungan usaha masing-masing dapat menggunakan


metode akuntansi yang berbeda untuk mencatat aktiva dan kewajiabannya. Dalam penggabungan
secara penyatuan kepemilikan. jumlah yang dicatat oleh masing. masing perusahaan dengan
menggunakan metode akuntansi vang berbeda dapat disesuaikan menjadi dasar akuntansi yang sama
apabila perusahaan tersebut diperlukan oleh perusahaan lainnya. Perubahan metode akuntans1 untuk
menyesualkan masing-masing harus berlaku surut, dan laporan-laporan keuangan yang disajikan untuk
periode-periode sebelumnya harus disarikan kemhali restated.

Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Pooling of Interest

- Semua aktiva dan kewajian milik perusaan yang bergabung dinilai pada nilai buku saat diadakan
penggabungan.

- Besarnya nilai investasi pada perusahaan yang bergabung sebesar jumlah modal perusahaan yang
digabung atau sebesar aktiva bersin perusahaan yang digabung

- Bila terjadi selisih antara jumlah yang dibukukan sebagai modal saham yang diterbitkan ditambah
kompensasi pembelian lainnya dalam bentuk kas ataupun aktiva lainnva dengan jumlah aktiva bersih
yang diperoleh, maka harus diadakan penyesuaian terhadap modal perusahaan yang akan digabung

-Laporan keuangan gabungan adalah penjumlahan dar1 laporan keuangan millk perusahaan yang
bergabung.

#Metode Pembelian (purchase method)

Metode pembelian didasarkan pada asumsi bahwa penggabungan usaha merupakan suati transaksi
yang salah satu entitas memperoleh aktiva bersih dari perusahaan-perusahaan lain yang bergabung.
Berdasarkan metode Ini perusahaan yang memperoleh atau membel mencatat aktiva yang diterima dan
kewallban yang ditang gung sebesar nilai wajarnya.

Biaya untuk memperoleh perusahaan (biaya perolehan) ditetapkan dengan cara yang sama seperti pada
transaksi lain. Biaya in dialokasikan pada aktiva dan kewajiban yang dapat ldentifikasikan sesuai dengan
nilai wajarnya pada tanggal penggabungan. Menurut PSAK tahun 2007 No.19 setiap kelebihan biaya
perolehan atas nilai wajar aktiva bersih yang diperoleh dialokasikan ke goodwill dan diamortisasikan
selama maksimum 20 tahun.

Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Purchase

 Menyesuaikan nilai aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan digabung sebesar nilai
wajarnya
 Mencatat transaksi penggabungan sebesar nilai investasinya (biaya perolehan). pengakuisisi
mengeluarkan saham, maka nilai wajar saham tersebut sebesar harga pasar pada tanggal
transaksi penggabunga. Bila harga pasar tidak dapat digunakan sebagai indikator, maka
diestimasi secara proporsional perusahaan pengakuisisi atau yang diakuisisi (mana yang lebih
dapat ditentukan).
 Membuat jurnal pemilikan aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang digabung. Apabila terjadi
selisih antara nilai investasi dengan aktiva bersih yang diterima perusahaan pengakuisisi, maka
selisih tersebut dicatat ke dalam rekening goodwill pada kelompok aktiva.

Merger, konsolidasi, akuisisi adalah hal yang sangat umum dilakukan agar perusahaan dapat
memenangkan persaingan, serta terus tumbuh dan berkembang. Merger merupakan salah satu
pilihan terbaik untuk memperkuat fondasi bisnis, jika merger tersebut dapat memberikan sinergi.
Dalam makalah ini kami akan lebih memfokuskan pembahsan terhada penggabungan usaha yang
berbentuk meregr. Sutan Remy Syahdeini dalam makalah berjudul "Merger, Konsolidasi dan Akuisisi
Bank" memberikan definisi merger atau penggabungan usaha adalah penggabungan dari dua Bank
atau lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu Bank dan melikuidasi Bank-
bank lainnya.

 Sejarah Standar Akuntansi Tentang Penggabungan Usaha Indonesia


Akuntansi penggabungan usaha telah menyedot perhatian kalangan praktisi dan
akademisi akuntan secara luas. Sejarah perkembangan akuntansi penggabungan usaha di
Indonesia dipengaruhi oleh akuntansi penggabungan usaha yang berlaku di Amerika Serikat.
Sejak tahun 1970 sampai dengan awal decade 2000-an di Amerika telah diberlakukan
Accounting Principles Board (APB) Opinion No. 16 tentang Accounting Standard untuk "Business
Combination".

Dalam perkembangannya APB Opinion No.16 diadopsi oleh International Standard Accounting
Board (IASB) yang mengeluarkan International Accounting Standard (IAS) No. 22 tentang
"Business Combination". Selanjutnya IAS No. 22 digantikan oleh International Financial
Reporting Standard (IFRS) No. 3 tentang "Business Combination" yang berlaku efektif sejak 31
Maret 2004.

Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia yaitu PSAK. No. 22 tentang Akuntansi
Penggabungan Usaha merupakan adopsi penuh IAS No. 22 tentang "Business Combination".
PSAK No. 22 tersebut berlaku efektif sejak 1 Januari 1995 sampai sekarang.

B. Metode Pencatatan Penggabungan Usaha

Dalam praktik bisnis, penggabungan usaha dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu,
penerbitan saham baru dan pembelian aktiva perusahaan yang diakuisisi. Dari 2 (dua) cara ini
lahirlah metode pencatatan yang dikenal, yaitupooling of interest method dan purchase
method.
Penjelasan kedua metode ini sebagai berikut:

 Purchase Method

Metode ini menggunakan nilai pasar dalam pengalihan aktiva dan kewajiban yang dialihkan.
Selisih antara nilai pengalihan dan nilai buku merupakan keuntungan yang menjadi objek pajak
penghasilan

 Pooling of Interest Method

Metode yang menggunakan nilai buku dalam pengalihan aktiva dan kewajiban yang dialihkan.
Dengan kata lain aktiva dan kewajiban perusahaan yang melakukan penggabungan usaha
ditambahkan dalam perusahaan yang menjadi survival company. Oleh karena tidak ada selisih
antara nilai pengalihan dan nilai buku, maka tidak terdapat objek pajak penghasilan.

Kedua metode ini merupakan pilihan yang dapat digunakan, namun harus tetap memperhatikan
syarat-syarat yang telah ditentukan oleh PSAK No. 22

IAS No. 22 dan PSAK NO. 22 memberikan ijin atas penggunaan Pooling of Interest. Method dan
Purchase Method. Sedangkan IFRS No.3 tidak lagi mengijinkan penggunaan Pooling of Interest
Method dan menyebutkan bahwa semua penggabungan usaha harus dicatat dengan
menggunakan Purchase Method. Larangan ini ditetapkan karena walaupun terdapat kriteria
yang ditetapkan oleh IAS No. 22 dalam menggunakan Pooling of Interest Method danPurchase
Method, manajemen seringkali mencari celah agar dapat menggunakan salah satu dari dua
metode pencatatan tersebut yang menguntungkan bagi mereka.

Indonesia belum mengadopsi IFRS No.3 ini sehingga dalam prakteknya di Indonesia manajemen
seringkali melakukan pemilihan metode pencatatan berdasarkan metode yang menguntungkan
bagi kepentingan dan tujuan mereka.

KETENTUAN PERPAJAKAN

Ketentuan perpajakan yang mengatur khusus masalah penggabungan usaha sangat terbatas.
Hanya satu pasal dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 dan terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 selanjutnya disebut Undang-undang PPh yang
menyentuh secara langsung, yaitu pasal 10 ayat (3) tentang nilai perolehan atau pengalihan
harta yang dialihkan.

Pasal 10 ayat (3) Undang-undang PPh, menyatakan bahwa :

"Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dilakukan dalam rangka likuidasi, penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan atau pengambilalihan usaha adalah jumlah yang seharusnya
dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri
Keuangan."
Pernyataan dalam UU PPh tersebut menunjukkan kesamaan dengan Purchase Method dalam
ketentuan akuntansi yang berlaku di Indonesia yang menggunakan nilai wajar dari aktiva dan
kewajiban yang dialihkan.

Namun, untuk menyesuaikan dengan ketentuan akuntansi yang berlaku, diberikan juga
alternatif pemakaian nilai buku sebagai nilai perolehan aktiva yang dialihkan. Ketetapan dan
syaratnya diatur oleh Menteri Keuangan dalam KMK-422/KMK.04/1998 Jo KMK
469/KMK.04/1998 Jo. KMK-211/KMK.03/2003 Jo. PMK-75/PMK.03/2005 yang memuat
ketentuan sebagai berikut :

 Wajib Pajak (WP) dapat menggunakan nilai buku dalam rangka penggabungan atau
peleburan usaha
 Untuk dapat melakukan penggabungan, peleburan atau pemekaran usaha dengan
menggunakan nilai buku, WP wajib mengajukan permohonan kepada Direktorat Jenderal
Pajak dan melunasi seluruh utang pajak dari tiap badan usaha terkait
 WP yang melakukan penggabungan atau peleburan usaha dengan menggunakan nilai buku,
tidak boleh mengalihkan kerugian/sisa kerugian badan usaha lama, kecuali :
 Wajib Pajak tersebut melakukan revaluasi aktiva tetapnya terlebih dahulu; dan masih aktif
menjalankan usahanya; danWajib Pajak yang menerima penggabungan usaha atau Wajib
Pajak hasil peleburan usaha harus aktif menjalankan usaha sekurang-kurangnya sampai
dengan 2 (dua) tahun setelah selesainya proses penggabungan atau peleburan usaha.
 Wajib Pajak yang menerima pengalihan harta dengan nilai buku mencatat nilai perolehan
harta tersebut sesuai dengan nilai sisa buku sebagaimana tercantum dalam pembukuan
pihak atau pihak-pihak yang mengalihkan
 Penyusutan atas harta yang diterima berdasarkan nilai buku dilakukan berdasarkan masa
manfaat yang tersisa sebagaimana tercantum dalam pembukuan pihak atau pihak-pihak
yang mengalihkan
 Apabila penggabungan, peleburan, atau pemekaran usaha yang menggunakan nilai buku
dilakukan dalam tahun berjalan, maka jumlah angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 dari
pihak atau pihak-pihak yang menerima penghasilan tidak boleh pihak kecil dari jumlah
angsuran yang wajib dibayar oleh pihak atau pihak-pihak yang mengalihkan.
 Pembayaran, pemungutan, dan pemotongan Pajak Penghasilan yang telah dilakukan oleh
pihak atau pihak-pihak yang mengalihkan sebelum dilakukannya penggabungan, peleburan
atau pemekaran usaha dapat dipindahbukukan menjadi pembayaran, pemungutan, atau
pemotongan Pajak Penghasilan dari Wajib Pajak yang menerima pengalihan.

Penggunaan nilai buku sebagai nilai perolehan aktiva yang dialihkan ini menunjukkan kesamaan
perlakuan dengan Pooling of Interest Method dalam akuntansi komersial dil Indonesia.

MANFAAT & KELEMAHAN PENGGABUNGAN USAHA

Secara umum, ada beberapa manfaat yang mungkin diperoleh oleh pihak-pihak yang melakukan
penggabungan usaha, antara lain :

 Mengoptimalkan sinergi.
 Memperluas pasar,
 Proteksi pasar,
 Akuisisi terhadap produk pesaing.
 Memperkuat bisnis inti.
 Merebut saluran distribusi,
 Penetrasi pasar,
 Meningkatkan daya saing.
 Melakukan efisiensi perpajakan

Secara spesifik, menurut Suta (1992:13) keunggulan dan manfaat penggabungan usaha, antara lain :

 Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas.
 Memperoleh kemudahan dana atau pembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan
perusahaan yang telah berdiri dan mapan.
 Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.
 Memperoleh pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal.
 Memperoleh sistem operasional dan administratif yang mapan.
 Mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen baru.
 Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru,
 Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang cepat.

Di samping itu, Rusli (1992) mengemukakan lima alasan utama suatu perusahaan melakukan
penggabungan usaha melalui merger, yaitu :

1. Keinginan untuk mengurangi kompetisi antar perusahaan atau ingin memonopolit salah satu
bidang usaha.

2. Untuk memanfaatkan kekuatan pasar yang belum sepenuhnya terbentuk.

3. Untuk mencapai skala ekonomi tertentu sehingga dapat menjadi lowest cost procedure.

4. Untuk memperoleh sumber bahan baku yang murah (dari hulu ke hilir).

5. Untuk mendapatkan akses pasar atau dana yang relatif murah kapasitas hutang yang semakin
besar serta kemampuan baik dalam hal teknologi maupun manajerial.

Selain manfaat penggabungan usaha yang dikemukakan sebelumnya, Payamta (1997:5) juga
menyebutkan beberapa manfaat lainnya sebagai berikut:

1. Komplementaris

Penggabungan dua perusahaan sejenis atau lebih secara horizontal dapat menimbulkan sinergi
dalam berbagai bentuk, misalnya perluasan produk, transfer teknologi, sumber daya manusia yang
tangguh dan sebagainya.
2. Pooling Kekuatan

Perusahaan-perusahaan yang terlampau kecil untuk mempunyai fungsi-fungsi penting untuk


perusahaannya, misalnya fungsi research and development akan lebih efektif jika bergabung dengan
perusahaan lain yang telah memiliki fungsi tersebut.

3. Mengurangi Persaingan

Penggabungan usaha diantara perusahaan sejenis akan mengakibatkan adanya pemusatan


pengendalian sehingga dapat mengurangi pesaing.

4. Menyelamatkan Perusahaan dari kebangkrutan

Bagi perusahaan yang kesulitan likuiditas dan terdesak oleh kreditur, keputusan merger dan akuisisi
dengan perusahaan yang kuat akan menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan.

Di samping memperoleh berbagai manfaat, Suta (1992:12) mengemukakan bahwa penggabungan


usaha juga memiliki kelemahan sebagai berikut :

1. Proses integrasi yang tidak mudah.

2. Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat.

3. Biaya konsultan yang mahal.

4. Meningkatnya kompleksitas birokrasi.

5. Biaya koordinasi yang mahal.

6. Seringkali menurunkan moral organisasi.

7. Tidak menjamin peningkatan nilai perusahaan.

8. Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.

Anda mungkin juga menyukai