Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN UMUM DAN LANDASAN TEORI

II.1 Penggabungan Usaha

Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau


lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu
perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali (control)
atas aktiva dan operasi perusahaan lain (PSAK No. 22 tahun 1999). Dengan kata
lain penggabungan usaha adalah suatu usaha untuk pengembangan perusahaan
dengan cara menggabungkan dua perusahaan atau lebih untuk memperoleh aktiva
yang maksimal saat penggabungan.

 Jenis-Jenis Penggabungan Usaha


Berdasarkan PSAK No. 22 paragraf 08 tahun 1999, terdapat dua jenis
penggabungan usaha yaitu :
1. Akuisisi (acquisition), adalah penggabungan usaha dimana perusahaan
pengakuisisi mendapat kendali atas aktiva bersih dan operasi
perusahaan yang di akuisisi dengan memberikan aktiva, mengakui
kewajiban atau mengeluarkan saham.
2. Penyatuan kepemilikan (uniting of interest/pooling of interest) adalah
penggabungan usaha dimana para pemegang saham dari dua perusahaan
bergabung dan bersama-sama menyatukan kendali atas aktiva bersih
dan operasi perusahaan serta menanggung bersama risiko yang terjadi,
sehingga tidak ada pihak yang disebut sebagai perusahaan pengakuisisi.
 Penggabungan usaha dari segi hukum, yaitu :
1. Merger, adalah penggabungan usaha dengan cara membeli perusahaan
lain, yang kemudian dijadikan anak perusahaannya atau dibubarkan.
Perusahaan yang dibeli sudah tidak memiliki status hukum lagi karena
berpindah ke perusahaan yang telah membelinya.

9
2. Konsolidasi, merupakan bentuk lain dari merger, yaitu penggabungan
usaha dengan cara satu perusahaan bergabung dengan perusahaan lain
membentuk satu perusahaan baru.
3. Afiliasi, yaitu penggabungan usaha dengan cara membeli sebagian atau
seluruh saham perusahaan lain untuk memperoleh hak pengendalian
(controlling interest). Perusahaan yang dikuasai tersebut tidak
kehilangan status hukumnya dan masih beroperasi sebagaimana
perusahaan lainnya.

II.1.1 Merger

Seiring dengan berkembangnya teknologi yang sangat pesat, membuat para


perusahaan menawarkan berbagai produk dan jasa yang sejalan dengan
perkembangan teknologi saat ini. Dalam dunia bisnis, persaingan bukanlah suatu
hal yang baru, bahkan seringkali menimbulkan kerugian pada perusahaan. Sehingga
untuk mengatasinya membutuhkan suatu kerjasama antar perusahaan agar saling
menguntungkan kedua belah pihak atau lebih. Bentuk kerja sama yang dapat
dilakukan adalah penggabungan usaha.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 22 tentang


Penggabungan Usaha, “Penggabungan usaha adalah penyatuan dua atau lebih
perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan
menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi
lain.”

Salah satu bentuk dari penggabungan usaha adalah merger. Merger adalah
penggabungan dua perusahaan atau lebih yang kemudian hanya ada satu
perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya
menghentikan aktivitasnya atau bubar. Perusahaan yang dibubarkan mengalihkan
aktiva dan kewajibannya ke perusahaan yang mengambil alih sehingga perusahaan
yang mengambil alih mengalami peningkatan aktiva. (Abdul Moin, 2003).

Dalam merger sering dikenal dengan bidding firm atau perusahaan yang
mengambil alih dan target firm atau perusahaan yang dijadikan target untuk diambil

10
alih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa merger merupakan salah satu bentuk
penggabungan usaha dimana perusahaan yang menjadi bidding firm tetap berdiri
dan perusahaan lain yang diambil alih harus bubar namun segala bentuk kekayaan
perusahaan seperti aset maupun kewajiban dipindahkan ke dalam perusahaan yang
menjadi bidding firm dan menjadi tanggung jawab perusahaan tersebut.

II.1.2 Motif melakukan Merger

Motif atau alasan melakukan merger menurut Eugene F. Brigham dan Joel F.
Houston (2001) dalam bukunya Essentials of Manajerial Finance yang
diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto , yaitu:

1. Sinergi
Kondisi dimana nilai keseluruhan lebih besar daripada hasil penjumlahan
bagian-bagiannya. Merger yang bersifat sinergi, nilai perusahaan setelah
merger lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan
sebelum merger.
2. Pertimbangan Pajak
Pertimbangan pajak dapat mendorong dilakukannya sejumlah merger.
Misalnya, perusahaan yang menguntungkan dan termasuk dalam kelompok
tarif pajak tertinggi dapat mengambil alih perusahaan yang memiliki
akumulasi kerugian yang besar. Kerugian tersebut dapat mengurangi laba
kena pajak dan tidak ditahan untuk digunakan di masa depan. Merger juga
dapat dipilih sebagai cara untuk meminimalkan pajak dan menggunakan kas
yang berlebih.
3. Pembelian Aktiva di Bawah Biaya Pengganti
Kadang-kadang perusahaan diambil alih karena nilai pengganti aktivanya
jauh lebih tinggi daripada nilai pasar perusahaan itu sendiri. Nilai
sebenarnya dari setiap perusahaan adalah fungsi daya menghasilkan laba
masa depannya, bukan biaya untuk mengganti aktivanya. Jadi merger harus
berdasarkan nilai ekonomi dari aktiva yang dimerger bukan atas biaya
penggantinya.

11
4. Diversifikasi
Manajer berpendapat bahwa diversifikasi menstabilkan laba perusahaan
sehingga bermanfaat bagi pemiliknya. Akan tetapi pada perusahaan milik
keluarga biasanya pemilik tidak mau menjual sebagian saham yang
dimilikinya untuk melakukan diversifikasi karena akan memperkecil
kepemilikan dan mengakibatkan kewajiban pajak yang besar atas
keuntungan modal. Jadi merger dapat menjadi jalan terbaik untuk
mengadakan diversifikasi perorangan.
5. Insentif Pribadi Manajer
Beberapa keputusan bisnis banyak didasarkan pada motivasi pribadi
daripada analisis ekonomi. Tidak ada eksekutif yang akan mengakui bahwa
egonya merupakan alasan utama dibalik suatu merger, akan tetapi ego
memegang peranan penting dalam banyak merger.
6. Nilai Pecahan
Para analis mengestimasi nilai pemecahan suatu perusahaan, yang
merupakan nilai masing-masing bagian dari perusahaan itu jika dijual
terpisah. Jika nilai ini lebih tinggi dari nilai pasar berjalan perusahaan, maka
seorang spesialis pengambil alihan dapat merger perusahaan itu pada atau
bahkan diatas nilai pasar berjalannya dijual secara sepotong-potong dan
menghasilkan laba yang besar.

II.1.3 Jenis Merger

Secara umum jenis merger dikelompokan menjadi 4 jenis, yaitu:

1. Merger horizontal, adalah merger yang dilakukan oleh usaha sejenis


(usahanya sama), misalnya merger antara dua perusahaan roti, perusahaan
sepatu.
2. Merger vertikal, adalah merger yang terjadi antara perusahaan-perusahaan
yang saling berhubungan, misalnya dalam alur produksi yang berurutan.
Contohnya: perusahaan pemintalan benang merger dengan perusahaan kain,
perusahaan ban merger dengan perusahaan mobil.

12
3. Konglomerat, ialah merger antara berbagai perusahaan yang menghasilkan
berbagai produk yang berbeda-beda dan tidak ada kaitannya, misalnya
perusahaan sepatu merger dengan perusahaan elektronik atau perusahaan
mobil merger dengan perusahaan makanan. Tujuan utama konglomerat
ialah untuk mencapai pertumbuhan badan usaha dengan cepat dan
mendapatkan hasil yang lebih baik. Caranya ialah dengan saling bertukar
saham antara kedua perusahaan yang disatukan.
4. Merger Kon Generik, adalah merger diantara dua atau lebih perusahaan
yang saling berhubungan, tetapi bukan terhadap produk yang sama. Contoh
merger antara bank dengan perusahaan leasing.
Sri Redjeki Hartono dalam bukunya Kapita Selekta Hukum
Perusahaan menyebutkan ada 2 metode untuk mengadakan suatu fusi atau
merger, yaitu:
1. Fusi saham (aandolfosio), terjadi karena adanya pengoperan saham.
Pengoperan itu sendiri dapat terjadi dengan :
 Fusi karena pembelian saham, jadi pengoperan saham itu sebagai
akibat perjanjian jual beli.
 Fusi karena penukaran saham.
 Fusi dengan penukaran saham dengan tambahan pembayaran uang
kontan.
2. Fusi perusahaan (ludrijf fusio), terjadi dengan penggabungan perusahaan-
perusahaan dari PT yang kinerjanya menurun ke PT yang berfungsi.
Biasanya PT. X menyerahkan kepada PT. Y dengan beberapa
kemungkinan :
 Fusi karena pembelian perusahaan-perusahaan.
 Fusi dengan inbreng perusahaan.
 Fusi dengan inbreng perusahaan dengan tambahan pembayaran
uang kontan.

13
II.1.4 Manfaat Merger

Kwik Kian Gie (1992) dalam Widjanarko (2006:39) mencatat beberapa


manfaat merger dan akuisisi, yaitu:

1. Komplementaris
Penggabungan perusahaan sejenis atau lebih secara horizontal dapat
menimbulkan sinergi dalam berbagai bentuk, misalnya : perluasan
produk, transfer teknologi, sumber daya manusia yang tangguh, dan
sebagainya
2. Pooling kekuatan
Perusahaan-perusahaan yang terlampau kecil untuk mempunyai fungsi-
fungsi penting untuk perusahaannya, misalnya fungsi research and
development, dan akan lebih efektif jika bergabung dengan perusahaan
lain yang telah memiliki fungsi tersebut.
3. Mengurangi persaingan
Penggabungan usaha diantara perusahaan sejenis akan mengakibatkan
adanya pemusatan pengandalian, sehingga dapat mengurangi pesaing.
4. Menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan
Bagi perusahaan yang memiliki likuiditas dan terdesak oleh kreditur,
keputusan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang kuat akan
menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan.

II.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Merger

Terdapat kelebihan dan kekurangan dari aksi merger yang dilakukan oleh
perusahaan, yaitu:

 Kelebihan Merger
Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah
dibanding pengambilalihan yang lain (Harianto dan Sudomo, 2001,
p.641)

14
Menurut Abdul Moein (2003:13), terdapat kelebihan lain yang
didapatkan dari merger yaitu:
a. Mendapatkan cash flow dengan cepat
b. Memperoleh kemudahan dana karena kreditor lebih percaya
dengan perusahaan yang telah berdiri sejak lama dan mapan.
c. Mengurangi waktu, biaya dan risiko kegagalan memasuki pasar
baru.
d. Memperoleh sumber daya manusia yang professional
e. Memperluas pangsa pasar
f. Mempercepat pertumbuhan
 Kekurangan Merger
Dibandingkan akuisisi merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu
harus ada persetujuan dari para pemegang saham masing-masing
perusahaan,sedangkan untuk mendapatkan persetujuan tersebut
diperlukan waktu yang lama. (Harianto dan Sudomo, 2001, p.642).

II.1.6 Tahapan Proses Merger dan Akuisisi

Menurut Jeami Gumilarsjah (2016:23), tahapan proses merger dan akuisisi


adalah sebagai berikut:

Pra Eksekusi Eksekusi Pasca Eksekusi

Gambar II.1 Tahapan Proses Merger

Sumber: Buku M&A Playbook

1. Pra Eksekusi
Tahap pertama yaitu pra-eksekusi terdiri dari corporate strategy serta
mencari dan menyeleksi target.
a) Corporate strategy. Manajemen menetapkan tujuan strategis
perusahaan dan menjelaskan bagaimana merger dan akuisisi
membantu mencapai tujuan tersebut.

15
b) Mencari dan menyeleksi target, terdapat tiga kriteria utama yang
harus dipertimbangkan untuk mencari dan menyeleksi target
yaitu:
1) Kesesuaian strategi
 Hubungan horizontal
 Hubungan vertical
 Konglomerasi
2) Aspek keuangan
3) Kesesuaian organisasi
2. Eksekusi
Tahap kedua yaitu eksekusi, terdiri dari due diligence, valuasi,
negosiasi dan deal structuring & accounting.
a) Due diligence, yaitu mempelajari perusahaan target dari semua
aspek yang terkait, agar meminimalisasi hal-hal tidak terduga
setelah penandatanganan perjanjian.
b) Valuasi, yaitu menetapkan nilai bisnis atau aset perusahaan
target, sebagai bahan negosiasi harga dan persyaratan.
c) Negosiasi, yaitu upaya mendapatkan kesepakatan harga, syarat,
dan kondisi tertentu.
d) Deal structuring & accounting, yaitu struktur terbaik untuk
kepentingan kedua belah pihak, dengan mempertimbangkan
aspek hokum, pajak, dan bisnis.
3. Pasca-eksekusi
Tahap ketiga yaitu pasca-eksekusi terdiri dari integrasi pasca merger
dan exit strategy.
a) Integrasi pasca merger, yaitu menyatukan dua perusahaan
menjadi satu “perusahaan baru”
b) Exit strategy, yaitu pemilik bisnis akan keluar dari investasi
yang telah dibuatnya dengan mengalihkan kepemilikan ke pihak
lain.

16
II.2 Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan suatu informasi mengenai keuangan


perusahaan pada periode tertentu yang dapat menggambarkan kinerja dari suatu
perusahaan. Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi
serta perubahan ekuitas. Neraca menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan
ekuitas dari perusahaan tersebut pada periode tertentu. Sedangkan laba rugi
menunjukan hasil-hasil dan beban perusahaan yang telah dicapai (Munawir,
2010:5).

Menurut Hanafi dan Halim (2007:49), laporan keuangan merupakan


laporan yang diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi
perusahaan yang penting disamping informasi lain seperti kondisi perekonomian,
kualitas manajemen perusahaan dan lainnya. Sehingga laporan keuangan ini dapat
digunakan sebagai pertimbangan untuk pengambilan keputusan oleh pihak-pihak
berkepentingan seperti pimpinan, manajer, investor, kreditor dan lainnya.

Menurut PAI (Prinsip Akuntansi Indonesia), tujuan umum dari laporan


keuangan yaitu:

1. Memberikan informasi yang dapat dipercaya perihal aktiva, kewajiban serta


modal perusahaan.
2. Memberikan laporan yang dapat dipercaya mengenai perubahan aktiva
bersih perusahaan yang muncul akibat adanya kegiatan perusahaan dalam
memperoleh laba.
3. Memberikan informasi kepada pihak-pihak pemakai laporan dan yang
berkepentingan untuk memperkirakan potensi keuntungan perusahaan.
4. Memberikan informasi penting lain seperti aktivitas pendanaan investasi.
5. Memberikan informasi lebih dalam kepada pemakai laporan keuangan yang
masih ada kaitannya dengan keuangan seperti mengenai kebijakan
keuangan yang dianut perusahaan.
Laporan keuangan merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu perusahaan
yang dapat digunakan sebagai sumber informasi para penggunanya , sehingga

17
dalam pembuatan laporan keuangan haruslah melihat beberapa karakteristik, IAI
atau Ikatan Akuntan Indonesia telah menentukan beberapa karakteristik tersebut,
yaitu:
1. Dapat Dipahami (Understandabillity)
Dalam memberikan informasi yang berkualitas haruslah mudah dipahami
oleh pembacanya. Begitu juga dalam penyajian laporan keuangan, informasi
keuangan yang ada didalamnya harus disajikan dengan baik agar pemakai
dapat dengan mudah memahami laporan keuangan tersebut sehingga
informasi yang disampaikan didalamnya dapat tersampaikan dengan baik.
2. Relevan (Relevance)
Agar suatu informasi dapat dikatakan relevan, informasi tersebut harus
dapat mempengaruhi pemakai untuk membantu mereka dalam
mengevaluasi aktivitas masa lalu dan bisa memprediksi serta mengubah
suatu keputusan untuk masa kini maupun untuk masa depan. Sehingga
laporan keuangan dapat membuat para pihak internal yang berkepentingan
untuk mengetahui kinerja dan kondisi keuangannya untuk selanjutnya
ditindaklanjuti keputusan apa yang harus dipilih agar perusahaan dapat terus
bertahan.
3. Keandalan (Reliability)
Informasi yang baik selain relevan juga harus memiliki keandalan atau tidak
memiliki pengertian yang dapat menyesatkan dan membuat kesalahan
material. Laporan keuangan harus disajikan secara jujur dan dapat
diverifikasi agar tidak menyesatkan para pemakai laporan keuangan
tersebut.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai laporan keuangan harus dapat membandingkan laporan keuangan
antar periode untuk meneliti perubahan posisi dan kinerja keuangan secara
relatif. Daya banding yang dimaksud disini bukan berarti antar perusahaan
harus sama tetapi harus tetap berpegang pada standar akuntansi.

18
II.2.2 Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Menurut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) no. 1, laporan


keuangan terdiri atas:

1. Neraca (Balance Sheet), merupakan laporan keuangan yang didalamnya


terdapat aktiva, kewajiban dan modal pada periode waktu tertentu.
Dengan kata lain, dari neraca kita bisa melihat gambaran posisi
keuangan perusahaan. Komponen yang terdapat pada neraca yaitu:
a. Aktiva (Asset), merupakan bentuk kekayaan perusahaan yang
dinyatakan dalam satuan uang dan merupakan sumber daya
untuk perusahaan melakukan kegiatan usahanya dan dapat
memberikan net cash inflow pada waktu yang akan datang.
b. Kewajiban (Liabilities), merupakan sumber dana atau modal
bagi perusahaan yang berasal dari kreditor. Sehingga menjadi
hutang perusahaan yang harus dibayar dalam jumlah tertentu
dalam bentuk uang, barang maupun jasa pada waktu yang akan
datang sesuai dengan perjanjian yang ditetapkan.
c. Modal Sendiri, merupakan modal dari pemilik perusahaan. Jika
perusahaan tersebut merupakan Perseroan Terbatas maka modal
itu terdiri dari modal saham dan laba ditahan.
2. Laporan Laba-Rugi (Income Statement), laporan mengenai selisih
penghasilan yang didapat dari kegiatan perusahaan baik operasional
maupun non-operasional pada peiode waktu tertentu. Sehingga pada
laporan ini diketahui seberapa besar keberhasilan perusahaan dalam
memperoleh laba. Komponen yang terdiri dalam laporan laba-rugi
yaitu:
a. Pendapatan (Revenue), merupakan hasil yang didapat dari
penjualan barang dan jasa yang dilakukan perusahaan yang
mengakibatkan adanya kenaikan pada ekuitas namun belum
dikurangi dengan beban-beban atau dengan kata lain arus
masuk yang masih bersifat bruto.

19
b. Biaya (Expense), merupakan pengorbanan dalam bentuk kas
atau setara kas yang harus dikorbankan akibat pemakaian aktiva
atau adanya kewajiban dalam mendapatkan barang atau jasa
yang diharapkan dapat memberi manfaat bagi perusahaan pada
saat ini maupun di masa yang akan dating
3. Laporan Perubahan Modal, merupakan laporan mengenai perubahan
modal perusahaan karena adanya penggunaan pada aktivitas perusahaan
yang memungkinkan modal bertambah ataupun berkurang. Tujuan dari
laporan ini untuk menunjukan seberapa besar perubahan yang terjadi
dan apa penyebab dari perubahan tersebut.
4. Laporan Arus Kas (Statement of cash flow), merupakan laporan arus kas
masuk dan keluar pada perusahaan, darimana kas didapatkan dan
digunakan untuk apa saja kas tersebut. Dengan kata lain laporan ini
merupakan ringkasan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas suatu
perusahaan pada periode tertentu.
5. Catatan atas Laporan Keuangan, merupakan laporan yang berisi
penjelasan secara rinci mengenai hal-hal yang tertera pada laporan
keuangan dan menjelaskan mengapa hal-hal tersebut dilakukan oleh
perusahaan.

II.2.3 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2002:4),


yaitu:

1. Memberikan informasi mengenai laporan posisi keuangan dan


perubahannya, serta kinerja perusahaan yang dapat bermanfaat untuk
pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.
2. Untuk memenuhi kebutuhan sebagian pengguna laporan keuangan.
Namun laporan keuangan ini tidak memberikan seluruh informasi atas
perusahaan karena tidak ada kewajiban bagi perusahaan untuk

20
memberikan informasi non keuangan, hanya memperlihatkan pengaruh
keuangan yang dilihat dari kejadian masa lalu.
3. Sebagai pertanggungjawaban manajemen atas apa yang telah
dilakukannya dengan sumber daya perusahaan. Informasi ini dapat
digunakan pengguna untuk menilai keputusan yang telah diambil
manajemen dalam membuat keputusan ekonomi seperti keputusan
manajemen menahan atau menjual sahamnya pada publik.

II.2.4 Keterbatasan Laporan Keuangan

Pengambilan keputusan ekonomi yang dilakukan oleh pimpinan ataupun


manajemen tidak dapat semata-mata didapat dari laporan keuangan, karena setiap
laporan keuangan yang disusun pasti memiliki keterbatasan tertentu. Menurut
Kasmir dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan (2012:6), terdapat keterbatasan
pada laporan keuangan perusahaan yaitu:

1. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis),


data diambil dari masa lalu.
2. Laporan keuangan dibuat umum, bukan hanya untuk pihak tertentu saja.
3. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan
pertimbangan-pertimbangan tertentu.
4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi
ketidakpastian.
5. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang
ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan
kepada sifat formalnya.

II.3 Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi yang dicapai perusahaan


dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan
tersebut (Sutrisno, 2009:53).

21
Kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan pada
suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun
penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal,
likuiditas, dan profitabilitas (Jumingan, 2006:239).

Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa dari kinerja keuangan kita
dapat mengetahui tingkat kesehatan perusahaan yang diteliti melalui laporan
keuangan karena didalamnya terdapat aspek penghimpunan dana maupun
penyaluran dana yang mewakili seluruh aktivitas perusahaan. Dan
memperhitungkan rasio Likuiditas, rasio Profitabilitas, rasio Solvabilitas, dan rasio
Aktivitas untuk menilai kinerja perusahaan tersebut. Berikut gambaran umum
analisis kinerja keuangan menurut Agnes Sawir (2005:5).
Aktivitas-Aktivitas
Perusahaan

Laporan Keuangan
Perusahaan

Kinerja Keuangan

Gambar II.2 Gambaran Umum Analisis Kinerja Keuangan

II.3.1 Pengukuran dan Penilaian Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan perusahaan memiliki kaitan yang sangat erat dengan


pengukuran dan penilaian kinerja. Kinerja (performance) merupakan sebuah
penggambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan
atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang
dituangkan dalam suatu perencanaan strategis suatu organisasi (Moeheriono,
2012:95) . Atau bisa disimpulkan bahwa kinerja keuangan merupakan sebuah
gambaran dari pencapaian atas aktivitas perusahaan yang dilakukan selama periode
akuntansi. Sedangkan penilaian kinerja adalah penentuan efektivitas operasional,

22
organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya secara periodik (Srimindarti, 2006:34).

Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan atas


kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Analisis
kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data,
menghitung, mengukur, menginterpretasi, dan memberi solusi terhadap keuangan
perusahaan pada suatu periode tertentu.

II.3.2 Prosedur Analisis Kinerja Keuangan

Menurut Jumingan (2006:240), prosedur analisis kinerja keuangan adalah


sebagai berikut:

1. Review Data Laporan

Review data laporan merupakan aktivitas penyesuaian data laporan


keuangan terhadap berbagai hal, baik sifat atau jenis perusahaan yang
melaporkan maupun system akuntansi yang berlaku.

Menurut Munawir (1997:35) dalam buku Jumingan (2006:240), maksud


dari perlunya mempelajari data secara menyeluruh ini adalah untuk meyakinkan
pada penganalisis bahwa laporan itu sudah cukup jelas menggambarkan semua
data keuangan yang relevan dan telah diterapkannya prosedur akuntansi maupun
metode penilaian yang tepat, sehingga penganalisis akan betul-betul
mendapatkan laporan keuangan yang dapat diperbandingkan (comparable).

Dengan demikian, kegiatan me-review merupakan jalan menuju suatu


hasil analisis yang memiliki tingkat pembiasan yang relative kecil.

2. Menghitung
Perhitungan-perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan berbagai
metode dan teknik analisis, seperti metode perbandingan, persentase
perkomponen, analisis rasio keuangan dll. Dengan metode atau teknik apa yang
akan digunakan dalam perhitungan sangat bergantung pada tujuan analisis.

23
3. Membandingkan atau Mengukur
Langkah ini diperlukan guna mengetahui kondisi hasil perhitungan
tersebut apakah sangat baik, baik, sedang, kurang baik dan seterusnya.
Menurut Lukman Syamsuddin (1998:39) dalam buku Jumingan
(2006:240), pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan di dalam
membandingkan ratio financial perusahaan, yaitu cross sectional approach dan
time series analysis.
Cross sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan
membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan
lainnya yang sejenis pada saat bersamaan.
Adapun time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan hasil
yang dicapai perusahaan dari periode yang satu ke periode lainnya. Dengan
pembandingan semacam ini akan diketahui hasil yang dicapai perusahaan,
apakah mengalami kemajuan atau kemunduran. Perkembangan keuangan
perusahaan terlihat melalui tren dari tahun ke tahun.
4. Menginterpretasi
Interpretasi merupakan inti dari proses analisis sebagai perpaduan antara
hasil pembandingan/pengukuran dengan kaidah teoritis yang berlaku. Hasil
interpretasi mencerminkan keberhasilan maupun permasalahan yang terjadi
pada perusahaan dalam pengelolaan keuangan.
5. Solusi
Solusi merupakan langkah terakhir dari rangkaian prosedur analisis.
Dengan memahami masalah keuangan yang dihadapi perusahaan akan
menempuh solusi yang tepat.

II.3.3 Tujuan Pengukuran Kinerja Keuangan

Munawir (2012:31) menyatakan bahwa tujuan dari pengukuran kinerja


keuangan perusahaan adalah:

24
1. Mengetahui tingkat likuiditas. Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera
diselesaikan pada saat ditagih.
2. Mengetahui tingkat solvabilitas. Solvabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan
tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Mengetahui tingkat rentabilitas. Rentabilitas atau yang sering disebut
dengan profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu.
4. Mengetahui tingkat stabilitas. Stabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-
hutangnya serta membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada
waktunya.

II.3.4 Analisis Kinerja Keuangan

Mengukur kinerja keuangan dapat dilakukan dengan beberapa alat analisis.


Menurut Jumingan (2006:242) berdasarkan tekniknya analisis keuangan dapat
dibedakan menjadi:

1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis


dengan cara membandingkan laporan keuangan 2 periode atau lebih
dengan menunjukan perubahan, baik dalam jumlah (absolut) maupun
dalam persentase (relatif).
2. Analisis Tren (Tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk
mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan
atau penurunan. Hal yang membedakan antara kedua teknik ini adalah
tahun atau periode pembanding. Analisis perbandingan menggunakan
tahun sebelumnya (n-1) sebagai tahun pembanding, sedangkan analisis
tren menggunakan tahun dasar (Po) sebagai tahun pembanding.

25
3. Analisis Persentase per Komponen (common size), merupakan teknik
analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva
terhadap total aktiva seluruhnya. Dan juga untuk mengetahui berapa besar
proporsi setiap pos aktiva maupun utang terhadap keseluruhan atau total
aktiva maupun utang.
4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis
untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui
dua periode yang dibandingkan. Selain mengetahui posisi modal kerja juga
dimaksudkan untuk mengetahui sebab-sebab terjadi perubaham modal
kerja dalam suatu periode tertentu.
5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada
periode tertentu.
6. Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis untuk mengetahui
hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi
baik secara individu maupun secara simultan.
7. Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.
8. Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat
penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian,
tetapi pada tingkat penjualan tersebut perusahaan belum memperoleh
keuntungan.

II.3.5 Rasio dalam Analisis Kinerja Keuangan

Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk analisis kinerja keuangan menurut


Hery (2015:174) adalah sebagai berikut:

1. Rasio Likuiditas, rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh tingkat
kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya yang akan
segera jatuh tempo.
Jenis-jenis rasio likuiditas:

26
a. Rasio Lancar (Current Ratio), menggambarkan seberapa besar jumlah
ketersediaan aset lancar yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan
total kewajiban lancar. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk
menghitung rasio lancar:

Rasio Lancar = Aset Lancar … II.1


Kewajiban Lancar
(Hery, 2015:180)
b. Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio), menggambarkan
seberapa besar jumlah ketersediaan aset sangat lancar (di luar persediaan
barang dagang dan aset lancar lainnya) yang dimiliki perusahaan
dibandingkan dengan total kewajiban lancar.
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio sangat
lancar:

Rasio Sangat Lancar = Kas+Sekuritas jangka pendek+piutang … II.2


Kewajiban Lancar
(Hery, 2015:182)

c. Rasio Kas (Cash Ratio), digunakan untuk mengukur seberapa besar uang
kas atau setara kas yang tersedia untuk membayar utang jangka pendek.
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio kas:
Rasio Kas = Kas dan setara kas
… II.3
kewajiban lancar
(Hery, 2015:184)
2. Rasio Solvabilitas atau rasio leverage, untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun
kewajiban jangka panjang.
Jenis-jenis rasio solvabilitas:
a. Rasio Utang terhadap Aset (Debt to Asset Ratio), digunakan untuk
mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang, atau seberapa
besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pembiayaan aset. Berikut
adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio utang terhadap aset:

27
Rasio Utang terhadap = Total utang
… II.4
Aset Total aset
(Hery, 2015:196)
b. Rasio Utang terhadap Modal (Debt to Equity Ratio), berfungsi untuk
mengetahui berapa bagian dari setiap rupiah modal yang dijadikan sebagai
jaminan utang. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung
rasio utang terhadap modal:

Rasio Utang terhadap = Total utang


… II.5
Modal Total modal
(Hery, 2015:198)

c. Rasio Utang Jangka Panjang terhadap Modal (Long Term Debt to Equity
Ratio), berfungsi untuk mengetahui berapa bagian dari setiap rupiah modal
yang dijadikan sebagai jaminan utang jangka panjang. Berikut adalah rumus
yang digunakan untuk menghitung rasio utang jangka panjang terhadap
modal:
Rasio Utang Jangka Utang jangka panjang
= … II.6
Panjang terhadap Modal Total modal
(Hery, 2015:200)
d. Rasio Kelipatan Bunga yang dihasilkan (Times Interest Earned Ratio),
digunakan untuk mengukur sejauh mana laba boleh menurun tanpa
mengurangi kemampuan perusahaan dalam membayar beban bunga.
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio kelipatan
bunga yang dihasilkan:
Rasio kelipatan bunga Laba sebelum bunga dan pajak
= … II.7
yang dihasilkan Beban bunga
(Hery, 2015:202)
e. Rasio Laba Operasional terhadap Kewajiban (Operating Income to
Liabilities Ratio), digunakan untuk mengukur sejauh mana laba operasional
boleh menurun tanpa mengurangi kemampuan perusahaan dalam melunasi

28
kewajiban. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio
laba operasional terhadap kewajiban:

Rasio laba operasional Laba operasional


= … II.8
terhadap kewajiban Kewajiban
(Hery, 2015:204)
3. Rasio Aktivitas, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan aset yang dimilikinya, termasuk untuk
mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang
ada.
Jenis-jenis rasio aktivitas:
a. Perputaran Piutang Usaha (Accounts Receivable Turn Over), digunakan
untuk mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam piutang usaha akan
berputar dalam satu periode atau berapa lama (dalam hari) rata-rata
penagihan piutang usaha.
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio perputaran
piutang usaha:

Rasio perputaran piutang Penjualan kredit


=
usaha Rata-rata piutang usaha

Lamanya rata-rata 365 hari


= … II.9
penagihan piutang usaha Rasio perputaran piutang usaha

(Hery, 2015:212)

b. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over), menggambarkan seberapa


cepat persediaan barang dagang berhasil dijual kepada pelanggan. Berikut
adalah rumus yang digunakan untuk menghitung rasio perputaran
persediaan:
Rasio perputaran penjualan
=
persediaan rata-rata persediaan

29
Lamanya rata-rata 365 hari
= … II.10
persediaan Rasio perputaran
(Hery, 2015:216)
c. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over), merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur keefektifan modal kerja (aset lancar) yang
dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Berikut adalah rumus
yang digunakan untuk menghitung rasio perputaran modal kerja:
Rasio perputaran penjualan
= … II.11
modal kerja rata-rata aset lancar
(Hery, 2015:218)
d. Perputaran Aset Tetap (Fixed Assets Turnover), merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur keefektifan aset tetap yang dimiliki perusahaan
dalam menghasilkan penjualan. Berikut adalah rumus yang digunakan
untuk menghitung rasio perputaran aset tetap:
penjualan
Rasio perputaran aset tetap = … II.12
rata-rata aset tetap
(Hery, 2015:220)
e. Perputaran Total Aset (Total Assets Turnover), merupakan rasio untuk
mengukur keefektifan total aset yang dimiliki perusahaan dalam
menghasilkan penjualan. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk
menghitung rasio perputaran total aset:
penjualan
Rasio perputaran total aset = … II.13
rata-rata total aset
(Hery, 2015:221)
4. Rasio Profitabilitas, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba melalui semua kemampuan dan sumber
daya yang dimilikinya, yaitu yang berasal dari kegiatan penjualan, penggunaan
aset maupun penggunaan modal.

30
Jenis-jenis rasio profitabilitas:
a. Hasil Pengembalian atas Aset (Return on Assets), digunakan untuk
mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari
setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Berikut adalah rumus
yang digunakan untuk menghitung hasil pengembalian atas aset:

Hasil pengembalian atas = laba bersih


… II.14
aset total aset
(Hery, 2015:228)
b. Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity), digunakan untuk
mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari
setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas. Berikut adalah rumus
yang digunakan untuk menghitung hasil pengembalian atas ekuitas:
Hasil pengembalian atas = laba bersih
… II.15
ekuitas total ekuitas
(Hery, 2015:230)
c. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin), rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya persentase laba kotor atas penjualan bersih. Berikut
adalah rumus yang digunakan untuk menghitung margin laba kotor:

= laba kotor
Margin laba kotor … II.16
penjualan bersih
(Hery, 2015:232)
d. Margin Laba Operasional (Operating Profit Margin), rasio yang digunakan
untuk mengukur besarnya persentase laba operasional atas penjualan bersih.
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung margin laba
operasional:
laba operasional
Margin laba operasional = … II.17
penjualan bersih
(Hery, 2015:233)
e. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin), rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya persentase laba bersih atas penjualan bersih.

31
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung margin laba
bersih:

Margin laba bersih = laba bersih … II.18


penjualan bersih
(Hery, 2015:235)

Sedangkan menurut Kasmir (2012:135) terdapat rasio tambahan yang digunakan


yaitu :

1. Rasio Likuiditas
a. Rasio Perputaran Kas, menurut James O. Gill dalam buku Kasmir
(2012:140) rasio perputaran kas berfungsi untuk mengukur tingkat
kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar
tagihan dan membiayai penjualan. Berikut adalah rumus yang digunakan
untuk menghitung rasio perputaran kas:

Rasio Perputaran Kas = Penjualan Bersih


… II.19
Modal Kerja Bersih
(Kasmir,2012: 41)

b. Inventory to Net Working Capital, merupakan rasio yang digunakan untuk


mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan
modal kerja perusahaan. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk
menghitung Inventory to Net Working Capital :

Inventory to Net Inventory


= … II.20
Working Capital C. Assets - C. Liabilities
(Kasmir, 2012: 142)
2. Rasio Solvabilitas
a. Fixed Charge Coverage (FCC), merupakan rasio yang mneyerupai Times
Interest Earned Ratio, hanya saja perbedaannya rasio ini dilakukan apabila
perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva
berdasarkan kontrak sewa (lease contract).

32
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Fixed Charge
Coverage (FCC):
FCC = EBT + Biaya Bunga + Kewajiban Sewa/lease
… II.21
Biaya Bunga + Kewajiban Sewa/lease
(Kasmir, 2012: 162)
3. Rasio Profitabilitas
a. Return On Investment (ROI), merupakan rasio yang menunjukkan hasil
(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. menurut
Kasmir (2010) dalam bukunya Ali Mutasowifin (2014:24) , rumus ROI bisa
disebut sebagai ROA. Sehingga Kasmir mengasumsikan bahwa ROI dan
ROA memiliki rumus yang sama.
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Return On
Investment (ROI) :

ROI = EAT … II.22


Total Assets
(Kasmir, 2012)
b. Laba per Lembar Saham (Earning Per Share of Common Stock), disebut
juga rasio nilai buku yang digunakan untuk mengukur keberhasilan
manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Berikut
adalah rumus yang digunakan untuk menghitung Earning Per Share of
Common Stock:

Earning Per Share Laba Saham Biasa


= … II.23
of Common Stock Saham Biasa yang beredar
(Kasmir, 2012: 207)

33
II.3.6 Manfaat Laporan Kinerja Keuangan

Laporan kinerja keuangan memiliki manfaat bagi beberapa pihak, diantaranya:

1. Investor
Bagi investor kinerja keuangan perusahaan dibutuhkan untuk
pengambilan keputusan, apakah mereka akan mempertahankan modal
yang telah diinvestasikan pada perusahaan tersebut atau mencari
perusahaan lain untuk menanamkan modalnya.
2. Kreditor
Bagi kreditor kinerja keuangan dibutuhkan untuk menilai seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam mengembalikan dana yang akan
dipinjamnya dan menjadi dasar untuk kreditor untuk memberikan
pinjaman atau tidak pada perusahaan.
3. Perusahaan
Pada jurnal yang dibuat Dina Amalia, manfaat laporan kinerja keuangan
untuk perusahaan adalah sebagai berikut:
a) Digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk
masa mendatang
b) Mengukur prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu
periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan dari
pelaksanaan kegiatannya.
c) Menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan
perusahaan secara keseluruhan.
d) Dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar bisa
meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.
e) Melihat kinerja perusahaan secara keseluruhan.
f) Memberi petunjuk dalam pembuatan dan kegiatan perusahaan
pada umumnya dan divisi perusahaan pada khususnya.

34
II.4 Standar Rata-Rata Industri

Standar rata-rata industri digunakan sebagai tolok ukur apakah kinerja


perusahaan dikatakan baik atau kurang baik yang dilihat dari perhitungan rasio
likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Berikut adalah
tabel standar rata-rata industri:

Tabel II.1 Standar Rata-Rata Industri Rasio Likuiditas

No. Jenis Rasio Standar Industri


1. Current Ratio 2 kali
2. Quick Ratio 1,5 kali
3. Cash Ratio 50%
4. Cash TurnOver 10%
Inventory to Net Working
5.
Capital 12%

Sumber: Kasmir (2016:143)

Tabel II.2 Standar Rata-Rata Industri Rasio Solvabilitas

No. Jenis Rasio Standar Industri


1. Debt to Asset Ratio 35%
2. Debt to Equity Ratio 90%

3. Long Term Debt to Equity


Ratio 10 kali
4. Times Interest Earned 10 kali
5. Fixed Charge Coverage 10 kali

Sumber: Kasmir (2016:164)

Tabel II.3 Standar Rata-Rata Industri Rasio Aktivitas

No. Jenis Rasio Standar Industri


1. Receivable TurnOver 15 kali
2. Days of Receivable 60 hari
3. Inventory TurnOver 20 kali
4. Days of Inventory 19 hari

35
5. Working Capital TurnOver 6 kali
6. Fixed Asset TurnOver 5 kali
7. Total Asset TurnOver 2 kali

Sumber: Kasmir (2016:187)

Tabel II.4 Standar Rata-Rata Industri Rasio Profitabilitas

Standar
No. Jenis Rasio Industri
1. Net Profit Margin 20%
Return on Investment
2.
atau Return on Assets 30%
3. Return on Equity 40%

Sumber: Kasmir (2016:208)

II.5 Penelitian Terdahulu

Tabel II. 5 Penelitian Terdahulu

No. Judul Penelitian Peneliti Variabel Hasil Penelitian


Penelitian
1. Analisis Indah Current Ratio Dari hasil penelitian yang
Perbedaan Cahyarini (CR), Debt to dilakukan dengan uji Wilcoxon
Kinerja Keuangan (2017) Equity Ratio pada 33 perusahaan yang sesuai
Perusahaan (DER), Return dengan kriteria peneliti, didapat
Sebelum dan On Equity hasil bahwa pada variabel CR dan
Sesudah Merger (ROE), Return DER tidak terdapat perbedaan
dan Akuisisi on Assets tetapi pada variabel ROA, ROE
(Studi Kasus pada (ROA), dan dan OPM terdapat perbedaan
Perusahaan Operating yang signifikan. Sehingga saat
Merger dan Profit Margin peneliti menguji kembali dengan
Pengakusisi yang (OPM). uji Manova menunjukkan
Terdaftar di Bursa terdapat perbedaan kinerja
Efek Indonesia keuangan pada perusahaan secara
Periode 2012- simultan pada 2 tahun sebelum
2014) dan 2 tahun sesudah merger dan
akuisisi.

36
2. Analisis Suciati Return On Dari hasil penelitian pada Bank
Perbedaan Hapsari Equity (ROE), CIMB Niaga pada tahun 2005-
Kinerja Keuangan (2016) Return on 2015 tidak terdapat perbedaan
Perusahaan Assets (ROA), para variabel ROE, ROA, NPM,
Sebelum dan Net Profit dan TATO. Hanya pada variabel
Sesudah Merger Margin FLM saja yang mengalami
(Studi Kasus pada (NPM), Total perbedaan. Sehingga secara garis
Bank CIMB Assets besar dapat dikatakan bahwa
Niaga yang Turnover tidak terdapat perbedaan pada
terdaftar di BEI) (TATO), dan kinerja keuangan perusahaan
Financial sebelum dan sesudah merger.
Leverage
Multiplier
(FLM).
3. Analisis Eri Wahyu Net Profit Dari hasil penelitian yang
Perbandingan Danto Margin dilakukan pada 10 perusahaan
Kinerja Keuangan Kharisma (NPM), Return antara 3 tahun sebelum dan 2
Perusahaan (2012) On Investment tahun sesudah merger dan
Sebelum dan (ROI), Return akuisisi, di uji dengan uji
Sesudah Merger on Equity Wilcoxon pada variabel NPM,
dan Akuisisi (ROE), EPS, CR, dan DER mengalami
(Pada Perusahaan Earning Per perbedaan, sedangkan pada
Pengakuisisi yang Share (EPS), variabel ROI, ROE, dan TATO
Terdaftar di Bursa Total Assets tidak ada perbedaan. Peneliti
Efek Indonesia, Turnover menguji kembali dengan uji
Periode 2006- (TATO), Manova untuk melihat perbedaan
2009) Current Ratio secara simultan, hasilnya tidak
(CR), dan Debt ada perbedaan secara signifikan
to Equity Ratio pada perusahaan setelah
(DER). melakukan merger dan akuisisi.

Penelitian di atas memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan


oleh peneliti. Perbedaannya yaitu:

1. Peneliti Indah Cahyarini dan peneliti Eri Wahyu Danto Kharisma


meneliti banyak perusahaan. Sedangkan peneliti memfokuskan
penelitian pada satu lembaga keuangan yang memiliki masalah
setelah melakukan merger, sehingga penelitian ini lebih lengkap dan
detail karena membahas mengenai fenomena yang terjadi pada
perusahaan yang menjadi objek penelitian.

37
2. Peneliti Indah Cahyarini meneliti 2 tahun sebelum dan sesudah merger
dan akuisisi yaitu 2012-2014, sedangkan peneliti Eri Wahyu Danto
Kharisma meneliti 3 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan
akuisisi yaitu 2006-2009. Penelitian diatas sudah lama atau tidak up
to date. Sedangkan peneliti melakukan penelitian pada 3 tahun
sebelum dan sesudah merger yaitu periode 2012-2018 sehingga
penelitian ini lebih up to date dan lebih menggambarkan kondisi
kinerja keuangan perusahaan karena menggunakan periode lebih
banyak dibanding penelitian di atas.

Dari ketiga peneliti diatas terdapat relevansi dengan peneliti, yaitu :

1. Meneliti perusahaan yang melakukan penggabungan usaha dengan


perusahaan lain dengan melakukan perbandingan pada kinerja
keuangan perusahaan dengan menggunakan time series analysis yaitu
membandingan kinerja keuangan perusahaan dalam beberapa periode
dengan menggunakan rasio keuangan.
2. Penelitian yang dilakukan Suci Hapsari memiliki relevansi dengan
penelitian ini karena hanya meneliti satu perusahaan yang melakukan
merger dan bergerak dalam bidang keuangan, namun peneliti Suci
Hapsari meneliti Bank CIMB sedangkan penelitian ini meneliti
perusahaan asuransi. Sehingga penelitian ini menambah referensi bagi
kalangan umum dalam membahas fenomena perusahaan yang
melakukan merger dalam bidang keuangan.

II.6 Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori


berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting (Sugiyono, 2010). Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan
sementara atas argumentasi peneliti dalam penelitian yang disusun secara
sistematis.

38
Merger merupakan salah satu bentuk penggabungan usaha dimana salah
satu perusahaan tetap berdiri dan perusahaan lain yang diambil alih harus bubar,
namun segala bentuk kekayaan perusahaan baik aset maupun kewajiban
dipindahkan ke dalam perusahaan yang tetap berdiri dan menjadi tanggung jawab
perusahaan tersebut. Merger atau penggabungan usaha seringkali dijadikan sebagai
jalan keluar ketika perusahaan sedang mengalami kekurangan dana karena
diharapkan saat melakukan merger terjadi sinergi atau nilai tambah yang akan
membuat perusahaan kembali mendapatkan keuntungan sesuai target. Sama seperti
perusahaan yang dijadikan sebagai objek penelitian dalam penelitian ini, PT.
Asuransi Multi Artha Guna yang merger dengan PT. Panin Insurance
mengharapkan adanya sinergi atau nilai tambah setelah merger dilakukan. Merger
yang dilakukan oleh PT. Asuransi Multi Artha Guna adalah merger horizontal karna
melakukan merger dengan perusahaan yang sama-sama bergerak dalam bidang
asuransi.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan laporan keuangan perusahaan


yang selanjutnya diolah untuk mendapatkan output berupa kinerja keuangan
perusahaan. Kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan
yang didalamnya terdapat aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana pada
periode tertentu (Jumungan, 2006:239). Dalam mengembangkan bisnisnya,
seringkali perusahaan melakukan penggabungan usaha dengan perusahaan lain
untuk mendapatkan sinergi atau nilai tambah (Lukas Setia Atmaja, 2008:435),
sehingga perusahaan mendapat bantuan dana yang digunakan untuk modal agar
dapat meningkatkan laba dan tujuannya untuk membuat kondisi keuangan
perusahaan yang sehat menjadi tercapai. Dalam penelitian ini perusahaan yang
dijadikan objek penelitian melakukan merger dengan perusahaan lain, namun
dalam kenyataannya dilihat dari laba bersih yang dihasilkan setelah merger selalu
mengalami penurunan setiap tahunnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa masalah
yang dialami perusahaan bertentangan dengan teori yang menyebutkan bahwa
merger dapat meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan.

39
Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
perbandingan kinerja keuangan PT. Asuransi Multi Artha Guna dengan PT. Panin
Insurance yang merger pada tahun 2015. Tahun penelitian yang digunakan yaitu 3
tahun sebelum merger dan 3 tahun setelah merger yaitu pada 2012-2018.

Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder yaitu laporan
keuangan yang didapat dari web resmi perusahaan. Laporan keuangan yang didapat
lalu diolah kembali agar kita bisa mengetahui kinerja keuangan perusahaan yang
dilihat dari rasio likuiditas dinilai dari Current Ratio (CR), rasio solvabilitas yang
dinilai dari Debt to Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER), rasio
aktivitas yang dinilai dari Total Assets Turnover (TATO), dan rasio profitabilitas
yang dinilai dari Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE).

Setelah didapat rasio-rasio yang dibutuhkan untuk diteliti, lalu dilakukan


statistik deskriptif untuk mengetahui apakah rasio perusahaan sebelum dan sesudah
merger mengalami penurunan atau peningkatan.

Untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak dilakukan


pengujian menggunakan uji beda SPSS, kita harus terlebih dahulu memastikan
bahwa data yang digunakan berdistribusi normal dengan melakukan uji normalitas.
Apabila data berdistribusi normal selanjutnya pengujian dapat dilakukan dengan uji
parametrik paired sample t-test untuk mengetahui apakah ada perubahan yang
terjadi setelah dilakukan merger oleh PT. Asuransi Multi Artha Guna. Namun
apabila data yang digunakan tidak berdistribusi normal akan menggunakan uji non-
parametrik Wilcoxon Signed Ranked Test . Berikut kerangka pemikiran dalam
penelitian ini, yang digambarkan pada halaman berikutnya.

40
PT. Asuransi Multi Artha Guna dan PT.
Panin Insurance Tbk Tahun 2012-2018

Kinerja Keuangan

Melalui

Laporan Keuangan

Rasio keuangan sebelum merger : Rasio keuangan sesudah merger :

1. Rasio Likuiditas : Current Ratio (CR) 1. Rasio Likuiditas : Current Ratio


2. Rasio Solvabilitas : Debt to Assets (CR)
Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio 2. Rasio Solvabilitas : Debt to Assets
(DER) Ratio (DAR) dan Debt to Equity
3. Rasio Aktivitas : Total Assets Ratio (DER)
Turnover (TATO) 3. Rasio Aktivitas : Total Assets
4. Rasio Profitabilitas : Return on Assets Turnover (TATO)
(ROA) dan Return on Equity (ROE) 4. Rasio Profitabilitas : Return on
Assets (ROA) dan Return on Equity
(ROE)

Uji Beda

Hasil perbedaan kinerja keuangan


sebelum dan sesudah merger

Gambar II.3 Kerangka Pemikiran

Sumber: Ilustrasi dalam bentuk bagan yang didapat dari berbagai sumber

41
II.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari kata hipo (hypo) yang berarti kurang dari dan tesis
(thesis) yang berarti pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan
yang sifatnya masih sementara dari masalah yang diajukan (Margono, 2004:80).

Menurut Sugiyono (2010:96), perumusan hipotesis merupakan langkah


ketiga dalam penelitian setelah mengemukakan kerangka berpikir dan landasan
teori. Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang akan diteliti
yang disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salah dengan cara terbebas
dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya. Berdasarkan
penjelasan diatas, berikut hipotesis dari penelitian ini:

H1 : Terdapat perbedaan pada Current Ratio sebelum dan sesudah merger


H2 : Terdapat perbedaan pada Debt to Assets Ratio sebelum dan sesudah
merger
H3 : Terdapat perbedaan pada Debt to Equity Ratio sebelum dan sesudah
merger
H4 : Terdapat perbedaan pada Total Assets Turnover sebelum dan sesudah
merger
H5 : Terdapat perbedaan pada Return On Assets sebelum dan sesudah
merger
H6 : Terdapat perbedaan pada Return On Equity sebelum dan sesudah
merger

42

Anda mungkin juga menyukai