Anda di halaman 1dari 16

PT AQUA GOLDEN MISSISSIPPI DIAKUISISI OLEH DANONE

A. Pengertian Akuisisi

Akuisisi berasal dari sebuh kata dalam bahasa inggris “acquisition” yang berarti pengambil

alihan. Beberapa Pengertian Akuisisi menurut para ahli adalah sebagai berikut:

1. Akuisisi (acquisition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan,

yaitu pengakuisisi (acquiree) memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi

perusahaan yang diakuisisi (acquire),dengan memberikanAktiva tertentu, mengakui

suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.

2. Menurut PSAK No. 2 paragraf 08 tahun 1999 :”Akuisisi (acqusition) adalah suatu

penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer)

memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi

(acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau

mengeluarkan saham”.

3. Michael A. Hitt, dkk (2002 : 259) menyatakan bahwa : ”Akuisisi yaitu memperoleh

atau membeli perusahaan lain dengan cara membeli sebagian besar saham dari

perusahaan sasaran.”

4. P.S Sudarsanan (1999) dalam Christina (2003 : 9); ”Akuisisi dapat didefinisikan

sebagai sebuah perjanjian, sebuah perusahaan membeli aset atau saham perusahaan

lain, dan para pemegang dari perusahaan lain menjadi sasaran akuisisi berhenti menjadi

pemilik perusahaan.”

5. Marcell Go dalam Christina (2003 : 9), dalam bukunya yang berjudul manajemen grup

bisnis menyatakan bahwa : “Akuisisi sering juga disebut sebagai investasi peranan
modal. Akuisisi adalah penguasaan sebagian saham dari perusahaan subsidiary,

melalui pembelian saham hak suara perusahaan subsidiary, dalam jumlah material

(lebih dari 50%)”

Dengan demikian Akuisi adalah penggabungan dua perusahaanyang mana perusahaan

akuisitor membeli sebagian besar saham perusahaan yang diakuisisi, sehingga

pengendalian manajemen perusahaan yang diakuisisi berpindah kepada perusahaan

akuisitor, sementara kedua perusahaan masing- masing tetap beroprasi sebagai suatu badan

hukum yang berdiri sendiri.

B. Klasifikasi Akuisisi

Berdasarkan bentuk dasar akuisisi, terdapat tiga prosedur dasar yang tepat dilakukan

perusahaan untuk mengambil alih perusahaan lain, yaitu :

1. Merger atau konsolidasi.

Istilah merger sering digunakan untuk menunjukkan penggabungan dua

perusahaan atau lebih, dan kemudian tinggal nama salah satu perusahaan yang

bergabung. Sedangkan consolidation menunjukkan penggabungan dari dua

perusahaan atau lebih, dan dari perusahaan-perusahaan yang bergabung tersebut

hilang, kemudian muncul nama baru dari perusahaan gabungan.

2. Akuisisi saham

Cara kedua untuk mengambil alih perusahaan lain adalah membeli saham

perusahaan tersebut, baik dibeli secara tunai, ataupun menggantinya dengan

sekuritas lain (saham atau obligasi). Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan

untuk memilih antara akuisisi saham atau merger : Dalam akuisisi saham, tidak

diperlukan rapat umum pemegang saham (RUPS) dan pemungutan suara· Dalam
akuisisi saham, perusahaan yang akan mengakuisisi dapat berhubungan langsung

dengan pemegang saham target lewat tender offer. Akuisisi saham seringkali

dilakukan secara tidak bersahabat untuk menghindari manajemen perusahaan target

yang seringkali menolak akuisisi tersebut. Seringkali sejumlah minoritas pemegang

saham dari perusahaan target tetap tidak mau menyerahkan saham mereka untuk

dibeli dalam tender offer, sehingga perusahaan target tetap tidak sepenuhnya

terserap ke perusahaan yang mengakuisisi.

3. Akuisisi Assett

Suatu perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan jalan

membeli aktiva perusahaan tersebut. Cara ini akan menghindarkan perusahaan dari

kemungkinan memiliki pemegang saham minoritas, yang dapat terjadi pada

peristiwa akuisisi saham. Akuisisi assets dilakukan dengan cara pemindahan hak

kepemilikan aktiva-aktiva yang dibeli. Berdasarkan keterkaitan operasinya, akusisi

dikelompokkan sebagai berikut :

a. Akuisisi Horisontal: Akuisisi ini dilakukan terhadap perusahaan lain yang

mempunyai bisnis atau bidang usaha yang sama. Perusahaan yang diakuisisi

dan yang mengakuisisi bersaing untuk memasarkanproduk yang mereka

tawarkan.

b. Akuisisi vertical: Akuisisi ini dilakukan terhadap perusahaan yang berada

pada tahap proses produksi yang berbeda. Misalnya, perusahaan rokok

mengakuisisi perusahaan perkebunan tembakau.

c. Akuisisi konglomerat: Perusahaan yang mengakuisisi dan yang diakuisisi

tidak mempunyai keterkaitan operasi. Akuisisi perusahaan yang


menghasilkan food-product oleh perusahaan komputer, dapat dikatakan

sebagai akuisisi konglomerat (Suad Husnan, 1998 : 648-651).

C. Alasan Akuisisi

Alasan yang sering dikemukakan ketika perusahaan bergabung dengan perusahaan lain

atau melakukan akuisisi adalah karena dengan akuisisi, perusahaan mampu mencapai

pertumbuhan lebih cepat daripada harus membangun unit usaha sendiri. Selain itu, factor yang

paling penting mendasari perusahaan melakukan akuisisi adalah motif ekonomi (mendapat

keuntungan) Beberapa perusahaan melakukan akuisisi karena adanya beberapa motivasi.

Menurut Suad Husnan (1998 : 658-660) motivasi akuisisi adalah sebagai berikut :

1. Sinergi

Sinergi merupakan nilai gabungan dari kedua perusahaan yang bergabung, lebih

besar dari penjumlahan masing-masing nilai perusahaan yang digabungkan. Jadi,

kondisi saling menguntungkan dari peristiwa akuisisi, akan terjadi jika telah

diperoleh sinergi. Sinergi yang dihasilkan akuisisi ada dua jenis yaitu operasional

sinergi dan sinergi keuangan. Operasional sinergi adalah sinergi yang dinikmati

perusahaan karena kombinasi dari beberapa operasi, sehingga dapat menekan biaya

atau menaikkan penghasilan. Sedangkan sinergi keuangan, berasal dari

penghematan yang dinikmati perusahaan yang berasal dari sumber pendanaan

(financing).

2. Peningkatan pendapatan

Dengan adanya akuisisi, pendapatan dapat meningkat karena kegiatan pemasaran

yang lebih baik, strategi benefits, dan peningkatan daya saing. Pemasaran yang

lebih baik dapat terjadi karena pemilihan bentuk dan mediapromosi yang lebih
tepat, memperbaiki sistem distribusi, dan menyeimbang- kankomposisi produk.

Strategi benefits memungkinkan perusahaan mengembangkan produk, atau

menembus target pasar yang semula sulit untukdilakukan. Sedangkan peningkatan

daya saing dapat terjadi apabila penggabungan usaha tersebut meningkatkan

pengusaan pasar oleh perusahaan sehingga menimbulkan kekuatan monopoli.

3. Penurunan biaya

Penurunan biaya mungkin dapat terjadi sebagai akibat dari peningkatan unit yang

dihasilkan, sehingga menekan biaya rata-rata (economies of scale) menghilangkan

manajemen yang kurang efisien dan penggunaan sumberdaya yang komplementer,

juga merupakan sumber-sumber untuk mengurangi biaya.

4. Penghematan pajak

Perusahaan melakukan akuisisi sebagai potensimemperoleh penghematan pajak.

Salah satu sumber penghematan pajak adalah untuk meningkatkn debt capacity.

Apabila penggabungan perusahaan menyebabkan kombinasi peru- sahaan tersebut

mampu meminjam lebih besar tanpa harus meningkatkan bia- ya kebangkrutan,

maka tambahan pinjaman tersebut akan mampu memberikan capacity. Apabila

penggabungan perusahaan menyebabkan kombinasi perusahaan tersebut mampu

meminjam lebih besar tanpa harus meningkatkan biaya kebangkrutan, maka

tambahan pinjaman tersebut akan mampu memberikan manfaat dalam bentuk tax

saving.

5. Diversifikasi
Manajemen melakukan akuisisi untuk tujuan diversifikasi usaha, yaitu keinginan

untuk memasuki industri yang lebih luas dan menguntungkan dimana industri

target berada, dan dengan menggabungkan dua badan usaha yang berbeda ini, maka

akan memiliki jenis usaha yang lebih besar tanpa harus memulai usaha dari awal,

karena semuanya sudah dirintis oleh perusahaan yang diakuisisi, sehingga

perusahaan pengakuisisi hanya melanjutkan apa yang telah ada.

D. Proses Akuisisi

Proses akuisisi merupakan suatu faktor penting, terutama karena pembelian suatu unit

bisnis tertentu pada umumnya berkaitan dengan jumlah uang yang relatif besar dan membutuhkan

waktu yang relatif lama, sehingga bagi perusahaan pengambil alih, sebelum memutuskan untuk

akuisisi terhadap suatu perusahaan terlebih dahulu akan berusaha memahami secara lebih jelas

mengenai prospek dan sasaran yang akan dicapai.Proses akuisisi menurut P.S Sudarsaman

(1999 : 50) dalam Christina (2003 : 15) terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1. Tahap persiapan, meliputi: Mengembangkan strategi akuisisi, alasan penciptaan

nilai dan kriteria akuisisi, Meneliti, menyaring dan mengidentifikasi perusahaan

target, mengevaluasi strategi terhadap sasaran dan menilai kelayakan akuisisi.

2. Tahap negosiasi, meliputi: pengembangan strategi pengarahan, mengevaluasi

keuangan dan perhitungan hargaperusahaan target, negosiasi dan transaksi

pembiayaan.

3. Tahap integrasi (penggabungan), meliputi: mengevaluasi kesehatan organisasi dan

budaya perusahaan, mengembangkan pendekatan integrasi, menyesuaikan strategi

organisasi, organisasi dan budaya antara perusaahan pengakuisisi dan perusahaan

yang diakuisisi.

E. SEJARAH PENDIRIAN PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI

Awal Pendirian

PT AQUA Golden Mississippi didirikan pada tahun 1973 di Indonesia. Ide mendirikan perusahaan

AMDK timbul ketika Tirto bekerja sebagai pegawai pertamina di awal tahun 1970-an. Ketika itu

Tirto bertugas menjamu delegasi sebuah perusahaan Amerika Serikat. Namun jamuan itu

terganggu ketika istri ketua delegasi mengalami diare yang disebabkan karena mengonsumsi air

yang tidak bersih. Tirto kemudian mengetahui bahwa tamu-tamunya yang berasal dari negara

Barat tidak terbiasa meminum air minum yang direbus, tetapi air yang telah disterilkan.

Ia dan saudara-saudaranya mulai mempelajari cara memproses air minum dalam kemasan. Ia

meminta adiknya, Slamet Utomo untuk magang di Polaris, sebuah perusahaan AMDK yang ketika

itu telah beroperasi 16 tahun di Thailand. Tidak mengherankan bila pada awalnya
produk AQUA menyerupai Polaris mulai dari bentuk botol kaca, merek mesin pengolahan air,

sampai mesin pencuci botol serta pengisi air.

Tirto mendirikan pabrik pertamanya di Pondok Ungu, Bekasi, dan menamai pabrik itu Golden

Mississippi dengan kapasitas produksi enam juta liter per tahun. Tirto sempat ragu dengan

nama Golden Mississippi yang meskipun cocok dengan target pasarnya, ekspatriat, namun

terdengar asing di telinga orang Indonesia. Konsultannya, Eulindra Lim, mengusulkan untuk

menggunakan nama AQUA karena cocok terhadap imej air minum dalam botol serta tidak sulit

untuk diucapkan. Ia setuju dan mengubah merek produknya dari Puritasmenjadi AQUA. Dua

tahun kemudian, produksi pertama AQUA diluncurkan dalam bentuk kemasan botol kaca ukuran

950 ml dengan harga jual Rp.75, hampir dua kali lipat harga bensin yang ketika itu bernilai Rp.46

untuk 1.000 ml.

Perkembangan dan akuisisi

Pada tahun 1982, Tirto mengganti bahan baku (air) yang semula berasal dari sumur bor ke mata

air pegunungan yang mengalir sendiri (self-flowing spring) karena dianggap mengandung

komposisi mineral alami yang kaya nutrisi seperti kalsium, magnesium, potasium, zat besi, dan

sodium.

Willy Sidharta, sales dan perakit mesin pabrik pertama AQUA, merupakan orang pertama yang

memperbaiki sistem distribusi AQUA. Ia memulai dengan menciptakan konsep delivery door to

door khusus yang menjadi cikal bakal sistem pengiriman langsung AQUA. Konsep pengiriman

menggunakan kardus-kardus dan galon-galon menggunakan armada yang didesain khusus


membuat penjualan AQUA Secara konsisten menanjak hingga akhirnya angka

penjualan AQUA mencapai dua triliun rupiah di tahun 1985.

Pada 1984, Pabrik AQUA kedua didirikan di Pandaan, Jawa Timursebagai upaya mendekatkan

diri pada konsumen yang berada di wilayah tersebut. Setahun kemudian, terjadi pengembangan

produk AQUA dalam bentuk kemasan PET 220 ml. Pengembangan ini membuat

produk AQUAmenjadi lebih berkualitas dan lebih aman untuk dikonsumsi.

Pada tahun 1995, AQUA menjadi pabrik air mineral pertama yang menerapkan sistem produksi in

line di pabrik Mekarsari. Pemrosesan air dan pembuatan kemasan AQUA dilakukan bersamaan.

Hasil sistem in-line ini adalah botol AQUA yang baru dibuat dapat segera diisi air bersih di ujung

proses produksi, sehingga proses produksi menjadi lebih higienis.

Pada tahun 1998, karena ketatnya persaingan dan munculnya pesaing-pesaing baru, Lisa Tirto

sebagai pemilik AQUA Golden Mississipi sepeninggal ayahnya Tirto Utomo, menjual sahamnya

kepada Danonepada 4 September 1998. Akusisi tersebut dianggap tepat setelah beberapa cara

pengembangan tidak cukup kuat menyelamatkan AQUA dari ancaman pesaing baru. Langkah ini

berdampak pada peningkatan kualitas produk dan menempatkan AQUA sebagai produsen air

mineral dalam kemasan (AMDK) yang terbesar di Indonesia. Pada thaun 2000, bertepatan dengan

pergantian milenium, AQUA meluncurkan produk berlabel Danone-AQUA.


Pasca Akuisisi

DANONE meningkatkan kepemilikan saham di PT Tirta Investama dari 40 % menjadi 74 %,

sehingga Danone kemudian menjadi pemegang saham mayoritas AQUA Group. AQUA

menghadirkan kemasan botol kaca baru 380 ml pada 1 November 2001.

2002 Banjir besar yang melanda Jakarta pada awal tahun menggerakkan perusahaan untuk

membantu masyarakat dan juga para karyawan AQUA sendiri yang terkena musibah tersebut.

AQUA menang telak di ajang Indonesian Best Brand Award. Mulai diberlakukannya Kesepakatan

Kerja Bersama [KKB 2002 – 2004] pada 1 Juni 2002.

2003 Perluasan kegiatan produksi AQUA Group ditindaklanjuti melalui peresmian sebuah pabrik

baru di Klaten pada awal tahun. Upaya mengintegrasikan proses kerja perusahaan melalui

penerapan SAP (System Application and Products for Data Processing) dan HRIS (Human

Resources Information System).

2004 Peluncuran logo baru AQUA. AQUA menghadirkan kemurnian alam baik dari sisi isi

maupun penampilan luarnya. AQUA meluncurkan varian baru AQUA Splash of Fruit, jenis air

dalam kemasan yang diberi esens rasa buah strawberry dan orange-mango. Peluncuran produk ini

awalnya ingin memperkuat posisi AQUA sebagai produsen minuman. Sebenarnya AQUA Splash

Of Fruit bukanlah air mineral biasa, namun masuk dalam kategori beverages. Sehingga di dalam

penjualannya tidak boleh dijemur seperti produk air mineral, namun harus dimasukkan ke dalam

lemari pendingin atau cooling box. Sayangnya, hal ini tidak terlalu diperhatikan oleh konsumen

dikarenakan kurangnya sosialisasi oleh pihak AQUA.


Pada tahun 2004 AQUA melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) massal untuk seluruh

pabrik, depo dan termasuk kantor pusat

2005 Danone membantu korban tsunami di Aceh. Pada tanggal 27 September, AQUA

memproduksi Mizone, minuman bernutrisi yang merupakan produk dari Danone. Mizone hadir

dengan dua rasa, orange lime dan passion fruit.

2006-2008 Danone berupaya untuk membuat pabrik di Serang, namun karena Danone didemo oleh

warga sekitar, Bupati, DPRD dan LSM, serta terlebih lagi kasus ini sudah sampai Gubernur Banten

yang bukan menjadi rahasia merupakan Putri dari ‘penguasa’ Banten maka Danone dengan

terpaksa ‘kalah’ atau membatalkan atau mundur dari pembuatan Pabrik di Serang.

Sebenarnya Danone bisa berhasil membuat pabrik di Serang seandainya Danone mau membuatkan

fasilitas umum yaitu Air Bersih bagi warga sekitar, karena sebenarnya yang dibutuhkan warga

sekitar itu hanyalah Air Bersih bukannya hanya sekedar survey atau malah penghijauan. Keadaan

inilah yang sayangnya justru dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk mencari ‘keuntungan’

pribadi.

2009 Danone akan mulai membuat pabrik baru di Cianjur, ini merupakan pengalihan dari Pabrik

Serang yang pembangunannya sementara ditunda. Danone meluncurkan Mizone rasa Apple-

Guava

F. HASIL ANALISA
Menurut Analisa penulis, AQUA merupakan merek air mineral dalam kemasan (AMDK) pertama

yang berkembang di Indonesia dan ingin mempertahankan eksistensinya sebagai merek AMDK

pertama dan terbesar di Indonesia. Namun sesaat setelah meninggalnya Tirto Utomo yang

kemudian digantikan dengan anaknya Lisa Tirto, sebagai pemilik AQUA Golden Mississipi ia

menjual sahamnya kepada Grup Danone pada 4 September 1998. Pada tahun 2000, AQUA

meluncurkan produk berlabel Danone-AQUA. Danone meningkatkan kepemilikan saham di PT

Tirta Investama dari 40% menjadi 74%, sehingga Danone kemudian menjadi pemegang saham

mayoritas AQUA Group.

Alasan AQUA menjual sahamnya kepada Danone adalah karena kondisi keuangan Perusahaan

yang kacau sepeninggalan Tirto Utomo dan mulai banyaknya merek AMDK yang baru muncul

menambah ketat persaingan AMDK, sehingga Lisa melakukan upaya penyelesaian masalah

dengan bekerjasama dengan cara menjual saham ke Grup Danone. Langkah ini berpengaruh pada

peningkatan kualitas produk dan menempatkan AQUA sebagai produsen AMDK yang terbesar di

Indonesia saat itu. Akan tetapi hal tersebut menjadikan adanya akuisisi yang dilakukan Danone

dan kepemimpinan pun berubah.

Danone yang merupakan perusahaan multinasional yang bisnisnya memfokuskan dibidang

AMDK, franchise, dan Minuman Ringan adalah perusahaan multinasional yang memiliki tiga

eksplanasi yaitu profit, product life cycle, dan teknologi. Danone Melakukan Eksplanasi Profit

yaitu dengan cara mengakuisisi produk-produk yang bekerjasama dengannya dengan

menggunakan diversifikasi Horizontal. Sehingga terjadi pembagian keuntungan antara Danone

dan AQUA sendiri. Kemudian Danone melakukan Eksplanasi Product Life Cycle. dengan
memahami bahwa ada beberapa fase daur hidup produk AQUA, Danone membuat inovasi seperti

membuat AQUA Splash of Fruit dan Mizone.

G. KESIMPULAN

Perubahan yang PT AQUA Golden Mississipi lakukan berhasil membawa implikasi yang baik

bagi perusahaan tersebut. Perusahaan ini berhasil melakukan perubahan karena tepat

mengambil langkah dan terus fokus kepada perubahan yang ingin dilakukan serta menerapkan

nilai-nilai yang ada pada bentuk perubahan tersebut. Dengan adanya akuisisi yang dilakukan

Aqua oleh Danone dapat menyelamatkan Aqua dari pesaing baru yang bermunculan dan

membantu perusahaan untuk bangkit lagi dari kebangkrutan. Akuisisi yang dilakukan oleh

Danone sangatlah menguntungkan bagi Aqua karena dapat meningkatkan prestasi perusahaan,

meningkatkan inovasi produktivitas perusahaan dan menambah modal perusahaan sehingga

mampu bersaing dengan produk lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

1. Muhammad I A. 2010. “Tugas Take Home PT. Tirta Investama/PT. Danone AQUA”.

Yogyakarta:UniversitasIslamIndonesia.Hlm3.https://www.scribd.com/doc/72444938/

Take-Home-AQUA diakses pada 11 Februari 2019 pukul 20:20 WIB.

2. Darrusalim Y S. 2013. “Pengaruh Perubahan Logo Terhadap Citra Perusahaan (Studi

Persepsi Konsumen PT Pertamina (Persero) di Bandar Lampung)”.

Lampung:UniversitasLampung.http://digilib.unila.ac.id/754/11.haslightboxThumbnai

lVersion/BAB%20II. pdf diakses pada 11 Februari 2019 pukul 20:30 WIB.

3. Wahyu P. 2009. “Organizational Development Based Change Management”. Jurnal

Ekonomi & Pendidikan. Vol. 6. No. 2. Hlm. 158.

http://journal.uny.ac.id/index.php/jep/article/view/582/439 diakses pada 11 Februari

2019 pukul 20:46 WIB.

4. http://www.aqua.com/kabar_aqua/siaran-pers/40-tahun-aqua-bersama3?ref=pencarian

diakses pada 11 Februari 2019 pukul 01:20 WIB.

5. Sutisman, E. Fitriana, S L. Arieftiara, D. 2010. “Analisis Kinerja Keuangan dan

Pengaruhnya Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada PT AQUA Golden Mississpi,

Tbk Sebelum Akuisisi Saham dan Sesudah Akuisisi Saham oleh Danonen Periode

Tahun 1997-2007)”. Jurnal Akrual. Vol 1. No. 2 Hlm. 160.

http://fe.unesa.ac.id/ojs/index.php/akrl/article/view/17/17 diakses pada 12 Februari

2019 pukul 15:30 WIB.


6. Wibowo, F A. 2012. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum

dan Sesudah Merger dan Akuisisi (Studi pada Perusahaan yang Melakukan Merger dan

Akuisisi, Periode 2004-2010)”. Semarang : Universitas Diponegoro. Hlm. 2.

http://eprints.undip.ac.id/35637/1/Skripsi_WIBOWO_Fairuz.pdf diakses pada 12

Februari 2019 pukul 15:45 WIB.

7. Sembiring, J. 2009. “Manajemen Perubahan : Rangkuman Teori dan Aplikasi”.

Bandung : Institut Manajemen Telkom. Jurnal Manajemen Indonesia. Vol. 9. No. 1.

Hlm. 20. http://ijm.telkomuniversity.ac.id/wpcontent/uploads/2015/02/Vol.-9-No.1-

Januari-2009-ManajemenPerubahan-Rangkuman-Teori-dan-Aplikasi-Jafar-

Sembiring.pdf diakses pada 12 Februari 2019 pukul 14:10 WIB.

8. Kusumaputri, E S. “Komitmen pada Perubahan Organisasi”.

https://books.google.co.id/books?id=NDjCCwAAQBAJ&pg=PA84&lpg=

PA84&dq=perubahan+transisional+transformasional+dan+fundamental&s

ource=bl&ots=HUdWKFja_5&sig=1mKSUpYCh8hHYYHQZYFRDzVss

rE&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=perubahan%20transisional%20transfo

rmasional%20dan%20fundamental&f=false diakses pada 12 Februari 2019 Pukul

16:00 WIB.

9. Senior, B. 2002. “Organizational Change”. Jerman : Financial Times/Prentice Hall

Books. Edition : 2. Hlm. 6.

http://www.academicrepublic.com/academicrepublic/dissertations/224_12

04296378_Organisational%20change%20(Senior).pdf diakses pada 12 Februari 2019

pukul 20:30 WIB.


10. Krisnawati, D. 2016. “Pengaruh Brand Awareness terhadap Keputusan Pembelian

AMDK Merek AQUA (Studi pada Masyarakat di Kota Bandung)”. Jurnal Manajemen

Bisnis Krisnadwipayana. Vol. 4. No. 1. Hlm. 2.

http://ojs.ekonomiunkris.ac.id/index.php/JMBK/article/view/30/pdf diakses pada 12

Februari 2019 pukul 22:50 WIB.

Anda mungkin juga menyukai