Anda di halaman 1dari 9

1.

KAITAN ANTARA MERGER DAN AKUISISI (LIHAT MANFAATNYA) DIKAITKAN DENGAN PENERAPAN
GCG DIINDONESIA (KEPIMILIKANNYA BERAPA PERSEN, DAN PENGAMBILAN SAHAM ANTAR
INVESTOR)

Manfaat akuisisi dan merger adalah

Alasan-alasan Melakukan Merger dan Akuisisi


Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik melalui merger maupun akuisisi,
yaitu :
a. Pertumbuhan atau diversifikasi

Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun
diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi. Perusahaan tidak memiliki resiko
adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka
perusahaan dapat mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan.

b. Sinergi

Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi (economies of scale).
Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya overhead meningkatkan pendapatan yang
lebih besar daripada jumlah pendapatan perusahaan ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika
perusahaan yang melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja
yang berlebihan dapat dihilangkan.

c. Meningkatkan dana

Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi internal, tetapi dapat
memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal. Perusahaan tersebut menggabungkan diri
dengan perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam
perusahaan dan penurunan kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya dana dengan
biaya rendah.

3. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi

Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya efisiensi pada
manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang tidak dapat mengefisiensikan
manajemennya dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan teknologinya, dapat
menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli.

4. Pertimbangan pajak

Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan atau sampai kerugian
pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat melakukan akuisisi dengan
perusahaan yang menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini
perusahaan yang mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak dengan
mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi. Bagaimanapun merger
tidak hanya dikarenakan keuntungan dari pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi
kesejahteraan pemilik.

5. Meningkatkan likuiditas pemilik

Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang lebih besar. Jika
perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas dan saham lebih mudah diperoleh
sehingga lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil.

6. Melindungi diri dari pengambilalihan

Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang tidak bersahabat.
Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai pengambilalihannya dengan hutang,
karena beban hutang ini, kewajiban perusahaan menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh
bidding firm yang berminat (Gitman, 2003, p.714-716).

Penggabungan Usaha

Pengertian Penggabungan Usaha

Dunia usaha semakin lama semakin berkembang dan persaingan dalam jenis produk, mutu produk,
maupun pemasarannya semakin ramai dan ketat sehingga seringkali timbul persaingan yang tidak
sehat dan saling mengalahkan.

Untuk mengatasi adanya saling merugikan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang
lain, perlu kiranya diadakan suatu bentuk kerja sama yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk
kerjasama yang dapat ditempuh adalah dengan melalui penggabungan usaha antara dua atau lebih
perusahaan dengan perusahaan yang lain baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis.

Berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 22 paragraf 08 tahun 1999 :

”Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih perusahaan yang
terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting wiith)
perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain”

Sedangkan menurut Hadori Yunus (1981 : 224), pengertiannya adalah sebagai berikut :

”Penggabungan badan usaha adalah usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu
atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis.”

Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penggabungan usaha merupakan usaha
pengembangan atau perluasan perusahaan dengan cara menyatukan perusahaan dengan satu atau
lebih perusahaan lain menjadi satu kesatuan ekonomi.

Jenis dan bentuk penggabungan usaha


a. Jenis-jenis penggabungan usaha

Berdasarkan PSAK No. 22 paragraf 08 tahun 1999, terdapat dua jenis penggabungan usaha yaitu :

1) Akuisisi (acquisition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu
pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva netto dan operasi perusahan yang diakuisisi
(acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan
saham.

2) Penyatuan kepemilikan (uniting of interest/pooling of interest) adalah suatu penggabungan


usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama-sama menyatukan
kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi kendali perusahaan yang
bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala resiko dan manfaat yang melekat
pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasi sebagai perusahaan
pengakuisisi (acquirer)

b. Bentuk-bentuk penggabungan usaha

Adapun bentuk-bentuk penggabungan usaha menurut Arifin S (2002 : 240-241) dapat dibedakan ke
dalam beberapa golongan, antara lain sebagai berikut :

1) Ditinjau dari bentuk penggabungannya, terdapat tiga bentuk penggabungan usaha sebagai
berikut :

– Penggabungan horisontal, yaitu penggabungan perusahaan-perusahaan yang sejenis yang


menjadi satu perusahaan yang lebih besar. Pada umumnya dasar dibentuknya penggabungan usaha
ini adalah untuk menghindari adanya persaingan diantara perusahaan yang sejenis dan
meningkatkan efisiensi diantara perusahaan-perusahaan yang bersangkutan tersebut.

– Penggabungan vertikal, yaitu penggabungan perusahaan yang sebelumnya, keduanya


mempunyai hubungan yang saling menguntungkan, misalnya suatu perusahaan lain yang kemudian
pemasok (supplier) bahan baku perusahaan lain yang kemudian bergabung agar dapat terjaga
adanya kepastian bahan baku dan kontinuitas produksi.

– Penggabungan konglomerat, yaitu merupakan kombinasi dari penggabungan horisontal dan


vertikal. Penggabungan konglomerat ini merupakan gabungan dari perusahaan-perusahaan yang
memiliki usaha yang berlainan misalnya perusahaan angkutan bergabung dengan perusahaan jasa
hotel dan perusahaan makanan (catering).

2) Sedangkan dari segi hukumnya, penggabungan usaha dibagi menjadi :

– Merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan membeli perusahaan lain yang
kemudian perusahaan yang dibelinya tersebut menjadi anak perusahaannya atau dibubarkan.
Perusahaan yang dibelinya sudah tidak mempunyai status hukum lagi dan yang mempunyai status
hukum adalah perusahaan yang membelinya.
– Konsolidasi, merupakan bentuk lain dari merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu
perusahaan bergabung dengan perusahaan lain membentuk satu perusahaan baru

– Afiliasi, yaitu penggabungan usaha dengan cara membeli sebagian besar saham atau seluruh
saham perusahaan lain untuk memperoleh hak pengendalian (controlling interest). Perusahaan yang
dikuasai tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan masih beroperasi sebagaimana perusahaan
lainnya.

Akuisisi

Pengertian Akuisisi

Sebelum membahas lebih lanjut tentang tujuan dan motivasi perusahaan melakukan akuisisi,
terlebih dahulu akan dibahas pengertian dari akuisisi. Ada beberapa pendapat dari para ahli tentang
definisi akuisisi yang dapat dikemukakan sebagai berikut :

Menurut PSAK No. 2 paragraf 08 tahun 1999 :

”Akuisisi (acqusition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu
pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi
(acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan
saham”.

Sedangkan Michael A. Hitt, dkk (2002 : 259) menyatakan bahwa :

”Akuisisi yaitu memperoleh atau membeli perusahaan lain dengan cara membeli sebagian besar
saham dari perusahaan sasaran.”

Definisi lainnya menurut P.S Sudarsanan (1999) dalam Christina (2003 : 9);

”Akuisisi dapat didefinisikan sebagai sebuah perjanjian, sebuah perusahaan membeli aset atau
saham perusahaan lain, dan para pemegang dari perusahaan lain menjadi sasaran akuisisi berhenti
menjadi pemilik perusahaan.”

Marcell Go dalam Christina (2003 : 9), dalam bukunya yang berjudul manajemen grup bisnis
menyatakan bahwa :

“Akuisisi sering juga disebut sebagai investasi peranan modal. Akuisisi adalah penguasaan sebagian
saham dari perusahaan subsidiary, melalui pembelian saham hak suara perusahaan subsidiary,
dalam jumlah material (lebih dari 50%)”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka akuisisi dapat disimpulkan sebagai pengambilalihan
kepemilikan suatu perusahaan oleh perusahaan lain yang dilakukan dengan cara membeli sebagian
atau seluruh saham perusahaan, dimana perusahaan yang diambil alih tetap memiliki hukum sendiri
dan dengan maksud untuk pertumbuhan usaha.

Klasifikasi Akuisisi
a) Berdasarkan bentuk dasar akuisisi, terdapat tiga prosedur dasar yang tepat dilakukan
perusahaan untuk mengambil alih perusahaan lain, yaitu :

1) Merger atau konsolidasi

Istilah merger sering digunakan untuk menunjukkan penggabungan dua perusahaan atau lebih, dan
kemudian tinggal nama salah satu perusahaan yang bergabung. Sedangkan consolidation
menunjukkan penggabungan dari dua perusahaan atau lebih, dan dari perusahaan-perusahaan yang
bergabung tersebut hilang, kemudian muncul nama baru dari perusahaan gabungan.

2) Akuisisi saham

Cara kedua untuk mengambil alih perusahaan lain adalah membeli saham perusahaan tersebut, baik
dibeli secara tunai, ataupun menggantinya dengan sekuritas lain (saham atau obligasi). Faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan untuk memilih antara akuisisi saham atau merger :

– Dalam akuisisi saham, tidak diperlukan rapat umum pemegang saham (RUPS) dan pemungutan
suara

– Dalam akuisisi saham, perusahaan yang akan mengakuisisi dapat berhubungan langsung dengan
pemegang saham target lewat tender offer.

– Akuisisi saham seringkali dilakukan secara tidak bersahabat untuk menghindari manajemen
perusahaan target yang seringkali menolak akuisisi tersebut.

– Seringkali sejumlah minoritas pemegang saham dari perusahaan target tetap tidak mau
menyerahkan saham mereka untuk dibeli dalam tender offer, sehingga perusahaan target tetap
tidak sepenuhnya terserap ke perusahaan yang mengakuisisi.

3) Akuisisi Assets

Suatu perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan jalan membeli aktiva perusahaan
tersebut. Cara ini akan menghindarkan perusahaan dari kemungkinan memiliki pemegang saham
minoritas, yang dapat terjadi pada peristiwa akuisisi saham. Akuisisi assets dilakukan dengan cara
pemindahan hak kepemilikan aktiva-aktiva yang dibeli.

b) Berdasarkan keterkaitan operasinya, akusisi dikelompokkan sebagai berikut :

– Akuisisi Horisontal

Akuisisi ini dilakukan terhadap perusahaan lain yang mempunyai bisnis atau bidang usaha yang
sama. Perusahaan yang diakuisisi dan yang mengakuisisi bersaing untuk memasarkan produk yang
mereka tawarkan

– Akuisisi vertikal
Akuisisi ini dilakukan terhadap perusahaan yang berada pada tahap proses produksi yang berbeda.
Misalnya, perusahaan rokok mengakuisisi perusahaan perkebunan tembakau.

– Akuisisi konglomerat

Perusahaan yang mengakuisisi dan yang diakuisisi tidak mempunyai keterkaitan operasi. Akuisisi
perusahaan yang menghasilkan food-product oleh perusahaan komputer, dapat dikatakan sebagai
akuisisi konglomerat (Suad Husnan, 1998 : 648-651)

Motivasi Akuisisi

Alasan yang sering dikemukakan ketika perusahaan bergabung dengan perusahaan lain atau
melakukan akuisisi adalah karena dengan akuisisi, perusahaan mampu mencapai pertumbuhan lebih
cepat daripada harus membangun unit usaha sendiri. Selain itu, faktor yang paling mendasari
perusahaan melakukan akuisisi adalah motif ekonomi (mendapat keuntungan).

Beberapa perusahaan melakukan akuisisi karena adanya beberapa motivasi. Menurut Suad Husnan
(1998 : 658-660) motivasi akuisisi adalah sebagai berikut :

a) Sinergi

Sinergi merupakan nilai gabungan dari kedua perusahaan yang bergabung, lebih besar dari
penjumlahan masing-masing nilai perusahaan yang digabungkan. Jadi, kondisi saling
menguntungkan Pdari peristiwa akuisisi, akan terjadi jika telah diperoleh sinergi. Sinergi yang
dihasilkan akuisisi ada dua jenis yaitu operasional sinergi dan sinergi keuangan. Operasional sinergi
adalah sinergi yang dinikmati perusahaan karena kombinasi dari beberapa operasi, sehingga dapat
menekan biaya atau menaikkan penghasilan. Sedangkan sinergi keuangan, berasal dari
penghematan yang dinikmati perusahaan yang berasal dari sumber pendanaan (financing)

b) Peningkatan pendapatan

Dengan adanya akuisisi, pendapatan dapat meningkat karena kegiatan pemasaran yang lebih baik,
strategi benefits, dan peningkatan daya saing. Pemasaran yang lebih baik dapat terjadi karena
pemilihan bentuk dan media promosi yang lebih tepat, memperbaiki sistem distribusi, dan
menyeimbangkan komposisi produk. Strategi benefits memungkinkan perusahaan mengembangkan
produk, atau menembus target pasar yang semula sulit untuk dilakukan. Sedangkan peningkatan
daya saing dapat terjadi apabila penggabungan usaha tersebut meningkatkan pengusaan pasar oleh
perusahaan sehingga menimbulkan kekuatan monopoli.

c) Penurunan biaya

Penurunan biaya mungkin dapat terjadi sebagai akibat dari peningkatan unit yang dihasilkan,
sehingga menekan biaya rata-rata (economies of scale) menghilangkan manajemen yang kurang
efisien dan penggunaan sumberdaya yang komplementer, juga merupakan sumber-sumber untuk
mengurangi biaya.
d) Penghematan pajak

Perusahaan melakukan akuisisi sebagai potensi memperoleh penghematan pajak. Salah satu sumber
penghematan pajak adalah untuk meningkatkan debt capacity. Apabila penggabungan perusahaan
menyebabkan kombinasi perusahaan tersebut mampu meminjam lebih besar tanpa harus
meningkatkan biaya kebangkrutan, maka tambahan pinjaman tersebut akan mampu memberikan
manfaat dalam bentuk tax savings.

e) Diversifikasi

Manajemen melakukan akuisisi untuk tujuan diversifikasi usaha, yaitu keinginan untuk memasuki
industri yang lebih luas dan menguntungkan dimana industri target berada, dan dengan
menggabungkan dua badan usaha yang berbeda ini, maka akan memiliki jenis usaha yang lebih
besar tanpa harus memulai usaha dari awal, karena semuanya sudah dirintis oleh perusahaan yang
diakuisisi, sehingga perusahaan pengakuisisi hanya melanjutkan apa yang telah ada.

Manfaat Akuisisi

Menurut Shapiro (1991 : 933) dalam Christina (2003 : 12), keuntungan atau manfaat akuisisi adalah
sebagai berikut :

1) Peningkatan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dalam bisnis sekarang daripada melakukan
pertumbuhan secara internal.

2) Mengurangi tingkat persaingan dengan membeli beberapa badan usaha guna menggabungkan
kekuatan pasar dan pembatasan persaingan.

3) Memasuki pasar baru penjualan dan pemasaran sekarang yang tidak dapat ditembus

4) Menyediakan managerial skill, yaitu adanya bantuan manajerial mengelola aset-aset badan
usaha.

Proses Akuisisi

Proses akuisisi merupakan suatu faktor penting, terutama karena pembelian suatu unit bisnis
tertentu pada umumnya berkaitan dengan jumlah uang yang relatif besar dan membutuhkan waktu
yang relatif lama, sehingga bagi perusahaan pengambil alih, sebelum memutuskan untuk akuisisi
terhadap suatu perusahaan terlebih dahulu akan berusaha memahami secara lebih jelas mengenai
prospek dan sasaran yang akan dicapai.

Proses akuisisi menurut P.S Sudarsaman (1999 : 50) dalam Christina (2003 : 15) terdiri dari tiga
tahap, yaitu :

1) Tahap persiapan, meliputi :

– Mengembangkan strategi akuisisi, alasan penciptaan nilai dan kriteria akuisisi


– Meneliti, menyaring dan mengidentifikasi perusahaan target.

– Evaluasi strategi terhadap sasaran dan menilai kelayakan akuisisi

2) Tahap negosiasi, meliputi :

– Pengembangan strategi pengarahan

– Mengevaluasi keuangan dan perhitungan harga perusahaan target

– Negosiasi dan transaksi pembiayaan

3) Tahap integrasi (penggabungan), meliputi :

– Mengevaluasi kesehatan organisasi dan budaya perusahaan

– Mengembangkan pendekatan integrasi

– Menyesuaikan strategi, organisasi dan budaya antara perusahaan pengakuisisi dan perusahaan
yang diakusisi.

– Hasil-hasil

Sedangkan menurut Alfred Rappaport (1979) dalam Christina (2003: 16) proses analisis akuisisi
melalui tiga tahap yaitu :

1) Planning

Proses perencanaan akuisisi dimulai dengan suatu analisis terhadap corporate objectives and
product market strategics. Analisis ini ditujukan untuk memahami kekuatan dan kelemahan yang
meliputi berbagai aspek seperti ekonomi, sosial, teknologi dan sebagainya. Disamping itu, analisis ini
juga meliputi parameter-paratemeter industri seperti proyeksi tingkat pertumbuhan pasar,
peraturan pemerintah dan faktor sumber daya manusia dengan menggunakan berbagai kriteria
seperti kualitas manajemen, profitabilitas, struktur modal dan kriteria lainnya.

2) Search and Screen

Proses pencarian dan pelacakan merupakan suatu pendekatan sistematik untuk menggabungkan
berbagai prospek akuisisi yang menarik dan dianggap menguntungkan. Proses pencarian lebih
menfokuskan pada “bagaimana” dan “dimana” mencari calon perusahaan yang akan diambil alih,
yang dianggap menunjukkan calon terbaik sesuai dengan sasaran dan kriteria yang dikembangkan
dalam tahap proses perencanaan.

3) Financial evaluation

Proses evaluasi keuangan lebih memfokuskan pada jawaban manajemen atas beberapa pertanyaan
mengenai harga tertinggi yang harus dibayar oleh perusahaan pengambil alih serta apa yang
menjadi resiko utama.
Perlakuan Akuntansi Akuisisi

Dilihat dari segi akuntansinya, apabila dua atau lebih badan usaha diselenggarakan bersama atau
digabungkan dengan tujuan untuk melanjutkan usaha-usahanya yang terdahulu. Sebagai akibat
adanya kombinasi tersebut, maka prosedur pencatatan akuntansinya terdiri dari dua macam
metode yaitu metode pembelian (by purchase) dan metode penyatuan kepentingan (by pooling of
interest)

Menurut Hadori Yunus (1981 : 251, 258) :

a) Metode pembelian (by purchase), yaitu apabila di dalam suatu kombinasi usaha dari dua atau
lebih badan usaha, dimana bagian yang terpenting dari pemilikan perusahaan atau perusahaan-
perusahaan yang diperoleh itu dieliminasikan. Atau apabila penggabungan badan usaha tersebut
berakibat para pemilik perusahaan yang bergabung tidak lagi ikut berpartisipasi secara substansil di
dalam perusahaan tunggal yang dibentuk. Dengan lain perkataan, sebagai akibat kombinasi usaha
itu terjadi (timbul) suatu pemilikan baru.

b) Metode penyatuan kepentingan (by pooling of interest), yaitu pada suatu kombinasi usaha dari
dua atau lebih badan usaha, dimana pemegang-pemegang dari bagian penting atas pemilikan
masing-masing badan usaha itu menjadi pemilik dari badan usaha yang kemudian memiliki harta
kekayaan dan usaha-usaha dari perusahaan yang bergabung, baik secara langsung atau melalui satu
atau lebih anak perusahaan.

Sedangkan menurut Suad Husnan (1998 : 655,656)

a) Metode pembelian (by purchase)

Metode ini mencatat kekayaan perusahaan yang diakuisisi pada harga pasar yang wajar (fair market
value) pada buku perusahaan yang melakukan akuisisi. Dengan demikian, maka perusahaan yang
melakukan akuisisi dapat menentukan harga perolehan yang baru (new cost basis) untuk aktiva-
aktiva yang diakuisisi. Pada metode ini, istilah akuntansi “goodwill” diciptakan. Goodwill merupakan
selisih antara harga yang dibayar dengan nilai pasar yang wajar dari aktiva yang diakuisisi.

b) Metode penyatuan kepentingan (by pooling of interest)

Dengan metode ini, aktiva-aktiva perusahaan baru dinilai sama dengan nilai buku dari perusahaan
yang mengakuisisi dan diakuisisi. Perusahaan yang baru, dimiliki bersama oleh para pemegang
saham perusahaan-perusahaan lama. Aktiva total dan ekuitas total tidak mengalami perubahaan.
Tidak ada goodwill yang timbul. Metode ini digunakan apabila perusahaan pengakuisisi menerbitkan
saham dengan hak suara (voting stock) sebagai pertukaran minimal sebanyak 90% dari saham denga
hak suara yang diakuisisi.

Anda mungkin juga menyukai