Anda di halaman 1dari 15

Nama : Reza Checen Maretha

Nim : 200902502001

Prodi/Kelas : Pendidikan Akuntansi/A

RMK – PENGGABUNGAN BADAN USAHA

A. Pengertian Penggabungan Badan Usaha


Penggabungan usaha (business combination) secara umum adalah penyatuan
dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu
perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan
operasi perusahaan lain. Penggabungan usaha dapat berupa pembelian saham suatu
perusahaan oleh perusahaan lain, atau pembelian aktiva peto suatu perusahaan (Foster
1986). Sedangkan menurut IFRS (International Financial Reporting Standart No.3
2008) Penggabungan usaha (business) combination) adalah transaksi atau kejadian
lainnya, yang dalam trasaksi atau kejadian itu, entitas pengakuisisi (acquirer)
memperoleh kendali (control) atas satu usaha atau lebih.
Penggabungan badan usaha adalah usaha untuk menggabungkan suatu
perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis.
Dari segi organisasinya usaha mengembangkan perusahaan, dapat dilakukan
melalui Salah satu dari dua jalan berikut:
a. Mengadakan ekspansi (perluasan usaha) dari usaha yang telah ada atau
Internal business expansion.
b. Mengadakan penggabungan badan usaha atau External business expansion.
Di lihat dari segi cara pembentukannya, penggabungan usaha jmelalui external
business expansion kini dapat dibedakan menjadi 2 cara, berikut:
1. Penggabungan badan usaha
Menggabungkan beberapa perusahaan yang telah ada sebelumnya
menjadi satu perusahaan yang baru, atau berfungsinya beberapa perusahaan ke
dalam satu Perusahaan yang baru
2. Pemilikan sebagian besar saham-saham perusahaan lain
Dengan dimilikinya sebagian besar saham-saham perusahaan lain
berarti berhak untuk sepenuhnya mengendalikan operasi dan manajemen
perusahaan lain Tersebut.
B. Bentuk-bentuk Penggabungan Badan Usaha
1. Dari segi jenis usaha perusahaan yang bergabung:
a. Penggabungan horizontal
Terjadi apabila perusahaan-perusahaan yang bergabung menjalankan
fungsi produksi dan penjualan barang-barang sejenis.
b. Penggabungan vertical
Apabila perusahaan yang semula merupakan langganan terhadap
produk (jasa) yang diasilkan oleh perusahaan lain, atau sebaliknya
perusahaan lain itu adalah suplies bahan baku baginya dan kemudian
mengadakan penggabungan perusahaan; maka penggabungan demikian
disebut penggabungan vertikal.
c. Penggabungan konglomerat
Merupakan kombinasi dari penggabungan horizntal dan vertikal.
Terbentuk apabila perusahaan-perusahaan yang bergabung bukan
perusahaan-perusahaan sejenis dan tidak pula mempunyai hubungan
langganan – supplier.
2. Dilihat menurut kejadian hukumnya
a. Merger
Pernggabungan perusahaan dengan jalan pemilikan langsung oleh
suatu perusahaan terhadap harta milik dari satu atau lebih perusahaan lain
yang di gabungkan.
b. Konsolidasi
Dalam proses penggabungan itu dibentuk sebuah perusahaan baru
dengan tujuan khusus untuk membeli (mengambil alih) harta milik dan
mengakui hutang-hutang dari dua atau lebih perusahaan yang telah ada.

C. Persoalan yang Timbul dalam Penggabungan Perusahaan


Menurut Yunus (2009:228), masalah yang timbul didalam proses
penggabungan perusahaan dapat bersifat komplek, tetapi dapat bersifat sederhana.
Sebagai contoh penentuan jumlah yang harus dibayar dan syarat-syarat pembayaran
dalam pengabungan perusahaan dalam pembayarannya berbentuk uang tunai relatif
lebih sederhana jika dibanding dengan penggabungan perusahaan dimana
pembayarannya berbentuk surat-surat berharga, yang harga pasarannya pun tidak
mudah dapat ditentukan. Untuk itu bantuan dari manajemen yang bersangkutan dan
para ahli lain seperti akuntan, ahli hukum, dan para analis sangat dibutuhkan.
Masalah konstribusi relatif perusahaan yang bergabung. Jika perusahaan baru
dibentuk dalam konsolidasi akan mengeluarkan modal saham sebagai alat
pembayaran kepada perusahaanperusahaan yang digabung, dapat dipakai dua cara
(pendekatan) didalam menentukan banyaknya saham yang harus diserahkan kepada
masingmasing perusahaan yang digabung.
1. Kontribusi relatif dari kekayaan bersih Penentuan besarnya jumlah kekayaan
bersih relatif seringkali diperlukan bantuan dari ankuntan dn orang ahli
dibidang menaksir harga-harga pasar. Laporan keuangan dari masing-masing
pihak harus disusun atas dasar harga pasarnya (harga yang disetujui semua
pihak). Tiap-tiap pos dari laporan keuangan harus diperiksa dan dianalisa
secar khusus oleh akuntan yang independen, dn jika dirasa perlu akuntan dapat
menyusun kembali laporann keuangan tersebut agar lebih informatif dan dapat
diperbandingkan, serta sesuai dengan prinsip-prinsip akuntan yang lazim.
Beberapa hal yang sering memerlukan perhatian khusus dalam rangka
penyususnan laporan keuangan tersebut ialah metode penilaian yang dipakai
terhadap investasi (surat-surat berharga), cadangan kerugian piutang,
penentuan harga pokok dan prosedur penilaian terhadap persediaan,
kebijaksanaan terhadap kapitalisasi yang berhubungan dengan aktiva tetap,
metode, dan kebijaksanaan depresiasi aktiva tetap, metode dan kebijaksanaan
amortisasi aktiva tetap tak berwujud, pos pos kontijensi serta kemungkinan
adanya pos-pos transitoris dan antisipasi yang belum dicatat. Berdasar laporan
keuangan yang telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
lazim kemudian diadakan penilaian kembali semua harta kekayaan perusahaan
sesuai dengan harga yang berlaku pada saat itu, untuk menentukan besarnya
kekayaan bersih relatif yang akan diserahkan kepada perusahaan yang baru
dibentuk buku-buku yang baru diselenggarakan, dan kekayaan bersih (yang
diserahkan oleh masing-masing perusahaan yang digabung) kemudian dicatat
sesuai harga pasar yang berlaku. Adaya perubahan nilai yang terjadi pada
aktiva tetap berhubung perubahan nilai uang dan perubahan teknologi harus
diakui agar diperoleh penilaian yang wajar.
2. Kontribusi relatif dari laba yang diproyeksikan Penentuan besarnya kontribusi
relatif dari ratarata keuntungan kepada perusahaan yang baru dibentuk
memerlukan juga bantuan dari orang yang ahli dibidang ini. Laporan
perhitungan rugi laba dari perusahaan yang digabung juga harus disusun
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim, seperti halnya pada
neraca. Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam
hubungannya dengan penentuan besarnya kontribusi relatif dari ratarata
keuntungan ialah penentuan besarnya harga pokok barang yang dijual maupun
harga pokok produksinya, termasuk inventory pricing dan metode penilaian
yang dipakai, biaya-biaya yang berhubungan dengan aktiva tetap termasuk
depresiasi dan amortisasi aktiva tetap tak berwujud.

D. Masalah Akuntansi Dalam Penggabungan Badan Usaha


Dilihat dari segi akuntansinya, apabila dua atau lebih badan usaha
digabungkan, maka pencatatan kombinasi tersebut dibedakan ke dalam dua macam
cara (prosedur) sebagai berikut:
1. Pembelian (by purchase)
Apabila dalam suatu kombinasi usaha dimana bagian yang terpenting
dari perusahaan yang diperoleh dieliminasi, berakibat para pemilik perusahaan
tidak lagi ikut berpartisipasi dan timbul pemilikan baru maka penggabungan
tersebut disebut penggabungan atas dasar pembelian. Untuk menentukan
seberapa jauh adanya suatu pemilikan baru atau penerusan dari pemilikan
lama didalam suatu kombinasi usaha, ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan, yaitu:
a. Apabila saham-saham yang diterima oleh pemilik dari perusahaan
yang terdahulu tidak secara substansial sebanding dengan
kepentingannya pada perusahaan terdahulu, maka dianggap adanya
kepemilikan baru.
b. Apabila bagian-bagian hak suara yang ada diantara perusahaan yang
tergabung itu berubah secara material.
c. Apabila ada suatu rencana yang pasti untuk menarik bagian terpenting
dari modal saham yang dikeluarkan kepada para pemilik dari satu atau
lebih perusahaan yang bergabung.
d. Apabila manajemen dari salah satu perusahaan yang bergabung itu
dieliminasikan, atau pengaruhnya terhadap manajemen secara
keseluruhan perusahaan-perusahaan sedemikian kecil.
Prosedur Akuntansi Penggabungan Badan Usaha atas dasar Pembelian
(By Purchase)
Metode ini mencatat kekayaan perusahaan yang diakuisisi pada harga
pasar yang wajar (fair market value) pada buku perusahaan yang melakukan
akuisisi. Dengan demikian, maka perusahaan yang melakukan akuisisi dapat
menentukan harga perolehan yang baru (new cost basis) untuk aktiva-aktiva
yang diakuisisi. Pada metode ini, istilah akuntansi “goodwill” diciptakan.
Goodwill merupakan selisih antara harga yang dibayar dengan nilai pasar yang
wajar dari aktiva yang diakuisisi.
Contoh 1 :
Berikut adalah neraca PT Danny, PT Hanny, dan PT Sanny pada tanggal 1 Juli
1979.

PT Danny PT Hanny PT Sanny


Aktiva lain lain 150.000.000 93.750.000 75.000.000
Jumlah 150.000.000 93.750.000 75.000.000
Hutang 56.250.000 30.000.000 26.250.000
Modal saham @50.000/lembar 75.000.000 - -
Modal saham @100.000/lembar - 37.500.000 -
Modal saham @50.000/lembar - - 37.500.000
Agio saham 26.250.000 11.250.000 7.500.000
Laba ditahan (defisit) (7.500.000) 15.000.000 3.750.000
Jumlah hutang dan modal 150.000.000 93.750.000 75.000.000

Pada saat posisi keuangan masing – masing seperti tersebut di atas para
pemegang saham bersepakat untuk mengadakan penggabungan badan usaha.
PT Danny yang akan tetap meneruskan usaha – usahanya bersedia membeli
kekayaan bersih PT Hanny dan PT Sanny. Sebagai alat pembayaran PT Danny
akan mengeluarkan modal sahamnya yang pada tanggal tersebut mempunyai
harga pasar @ Rp 50.000/lembar. Penilaian kembali terhadap harta kekayaan
PT Hanny dan PT Sanny sesuai dengan persetujuan bersama mengakibatkan
kenaikan kekayaan bersih PT Hanny sebesar Rp 11.250.000 dan kekayaan
bersih PT Sanny sebesar Rp 7.500.000
Jumlah saham PT Danny yang akan dikeluarkan sesuai dengan kontribusi
kekayaan bersih setelah diadakan penilaian kembali, untuk para pemegang
saham PT Hanny dan PT Sanny dihitung sebagai berikut :

PT Hanny PT Sanny Jumlah


Jumlah aktiva (nilai buku) 93.750.000 75.000.000 168.750.000
Jumlah kenaikan nilai aktiva 11.250.000 7.500.000 18.750.000
Jumlah aktiva (penilaian) 105.000.000 82.500.000 187.500.000
Jumlah hutang (per buku) 30.000.000 26.250.000 56.250.000
Jumlah kekayaan bersih 75.000.000 56.250.000 131.250.000
Jumlah saham yang harus
dikeluarkan (kekayaan bersih
dibagi Rp 50.000) 1500 lembar 1.125 lembar 2.625 lembar

Jurnal untuk mencatat pemilikan aktiva dan pengakuan hutang PT Hanny dan
PT Sanny serta pengeluaran 2.625 lembar saham oleh PT Danny dan
penerimaan modal saham serta pembagiannya kepada para pemegang saham
PT Hanny dan PT Sanny, menurut penggabungan badan usaha yang
dinyatakan sebagai by purchase sebagai berikut :

Transaksi Buku PT Danny Buku PT Hanny Buku PT Sanny


1. Pemilikan Aktiva 187.500
aktiva,pengaku Hutang 56.250 - -
an hutang, Modal 131.250
pengeluaran
modal saham
2. Penyerahan Saham - saham PT Saham –saham PT
kekayaan Danny 75.000 Danny 56.250
bersih dan Hutang 30.000 Hutang 26.250
penerimaan Aktiva 93.750 Aktiva 75.000
saham dari PT Laba yang Laba yang
Danny oleh PT ditahan 11.250 ditahan 7.500
Hanny dan PT
-
Sanny serta
pencatatan atas
laba kenaikan
nilai kekayaan
(penilaian
kembali)
3. Pembagian Modal 37.500 Modal 37.500
saham PT Agio modal saham Agio modal saham
Danny kpada 11.250 7.500
para pemegang Laba dithn26.250 Laba dithn 11.250
saham PT Saham–saham Saham–saham
Hanny dan PT PT.Danny 75.000 PT.Danny 56.250
Sanny dan
menutup
rekening hak
para pemegang Terdiri dari Terdiri dari

saham. Saldo sebelum Saldo sebelum

PT Hanny: tiap penilaian kembali penilaian kembali

pemegang 1 lbr 15.000 3.750

dengan 4 lbr Laba penilaian Laba penilaian

saham PT kembali 11.250 kembali 7.500

Danny. Jumlah 26.250 Jumlah 11.250

PT Sanny: tiap
pemegang 1 lbr
dengan 1.50 lbr
saham PT
Danny

Berikut neraca yang akan disusun oleh PT Danny :


Contoh 2 :
Apabila dalam penggabungan PT Danny, PT Hanny, PT Sanny pada contoh 1
ditentukan :
a. Penggabungan badan usaha, dilakukan dengan membentuk perusahaan
yang sama sekali baru, dengan nama PT Satria.
b. Penilaian kembali terhadap harta kekayaan PT Danny tidak
mengakibatkan kenaikan maupun penurunan kekayaan bersih serta
posisi keuangannya. Sedang penilaian kembali terhadap harta kekyaan
PT Hanny dan PT Sanny tetap berlaku.
c. Sebagai pembayaran atas kekayaan bersih yang dikontribusikan oleh
PT Danny, PT Hanny dan PT Sanny, akan dikeluarkan modal saham
PT Satria dengan ketentuan satu lembar saham untuk tiap – tiap
kekayaan bersih yang diserahkan sebesar Rp 50.000
Banyaknya saham yang harus dikeluarkan oleh PT Satria dan alokasi kepada
masing – masing perusahaan yang terdahulu :
PT Danny PT Hanny PT Sanny Jumlah
Jumlah aktiva
(penilaian) 150.000.000 105.000.000 82.500.000 337.500.000
Jumlah hutang (56.250.000) (30.000.000 (26.250.000) (112.500.000)
)
Jumlah
kekayaan
bersih yang 93.750.000 75.000.000 56.250.000 225.000.000

diserahkan
Jumlah saham
yang harus
dikeluarkan 1.875 lembar 1.500lembar 1.125 lembar 4.500 lembar

(kekayaan
bersih dibagi
50.000)

Menurut konsep penggabungan badan usaha yang dinyatakan sebagai


pembelian , transaksi tersebut oleh PT Satria akan dicatat dalam jurnal sebagai
berikut, jika dinyatakan :
a. Nilai nominal saham PT Satria 45.000/lembar
b. Nilai nominal saham PT Satria 35.000/lembar
c. Nilai nominal saham PT Satria 25.000/lembar

Transaksi a. Nominal saham b. Nominal saham c. Nominal saham


PT Satria PT Satria PT Satria
45.000/lembar 35.000/lembar 25.000/lembar
Pemilikan aktiva Aktiva lain –lain Aktiva lain –lain Aktiva lain –lain
dan pengakuan (pen.) 337.500 (pen.) 337.500 (pen) 337.500
hutang PT Danny, Hutang 112.500 Hutang 112.500 Hutang 112.500
PT Hanny, PT Modal 202.500 Modal 157.500 Modal 112.500
Sanny serta Agio 22.500 Agio 67.500 Agio 112.500
pengeluaran
saham sebanyak
4.500 lembar
2. Penyatuan kepentingan (by pooling of interest)
Pada suatu kombinasi usaha dari dua atau lebih badan usaha, dimana
pemegang - pemegang dari bagian penting atas pemilikan masing-masing
badan usaha itu menjadi pemilik dari badan usaha yang kemudian memiliki
harta kekayaan dan usaha-usaha dari perusahaan-perusahaan yang bergabung,
baik secara langsung atau melalui satu atau lebih anak perusahaannya
Beberapa faktor lain yang merupakan petunjuk adanya penggabungan badan
usaha yang bersifat penyatuan kepentingan dapat dikemukan sebagai berikut:
a. Badan usaha yang tunggal itu dapat berupa satu diantara perusahaan
yang bergabung atau badan usaha yang tunggal itu dapat berupa suatu
badan usaha yang dibentuk baru.
b. Sesudah kombinasi usaha dilakukan, kekayaan bersih dari semua
badan usaha yang bergabung (pada umumnya) akan dipegang oleh
badan usaha tunggal tersebut.

Prosedur akuntansi – Penggabungan Badan Usaha atas dasar


“Penyatuan Kepentingan” (pooling of interest)
Apabila kombinasi usaha dianggap sebagai suatu “pooling of interest”
maka tidak diperlukan dasar-dasar baru tentang accountabilitynya. Menurut
konsep ini, badan usaha yang baru dianggap sebagai kelanjutan dari semua
badan usaha yang bergabung, baik dalam bentuk suatu badan usaha yang
tunggal maupun sebagai induk perusahaan dengan satu atau beberapa anak
perusahaan. Oleh sebab itu apabila ada satu atau lebih dari badan usaha yang
bergabung itu tetap melanjutkan eksistensinya dalam suatu bentuk hubungan
afiliasi dan terdapat persyaratan-persyaratan untuk adanya pooling of interest;
maka gabungan saldo laba yang itdak dibagi di dalam neraca konsolidasi
adalah merupakan keharusan. Untuk memperoleh gambaran yang konkrit
tentang prosedur pencataatan dinyatakan sebagai penyatuan kepentingan,
berikut ini diberikan contoh-contoh dengan menggunakan data yang sama
pada contoh-contoh no. 1 dan no. 2.

Contoh 3 :
Apabila pada contoh no. 1 dinyatakan bahwa penggabungan pt Danny, pt
Sanny sebagai suatu penyatuan kepentingan, maka jurnal yang harus dibuat
oleh pt Danny untuk mencatat pemilikan harta kekayaan pt Hanny sebesar Rp.
93.750.000,00 dan pt Sanny sebesar Rp. 75.000.000,00 dan pengakuan
hutang-hutangnya masing-masing sebesar Rp 30.000.000,00 dan Rp.
26.250.000,00 serta pengeluaran modal saham sebanyak 2.625 lembar adalah
sebagai berikut:

Penggabungan dinyatakan sebagai “pooling of Penggabungan dinyatakan sebagai “by


interest” purchase”
Aktiva lain-lain (nilai buku) Rp.168.750.000 (d) Aktiva lain-lain (penilaian) Rp.187.500.000 (d)
Hutang-hutang Rp.56.250.000 (k) Hutang-hutang Rp.56.250.000 (k)
Modal saham (2625 lembar) Rp.75.000.000(k) Modal Saham (2.625 lembar Rp.131.250.000 (k)
Agio saham Rp.18.750.000 (k)
Laba yg ditahan Rp.18.750.000 (k)

Adapun neraca PT Danny menurut konsep by pooling of interest akan sebagai


berikut:

“PT Danny”
Neraca, per 1 Juli 1979
Aktiva
Aktiva lain-lain Rp. 318.750.000

Jumlah Aktiva Rp. 318.750.000

Hutang dan Modal

Hutang-hutang Rp. 112.500.000

Modal Saham Rp. 150.000.000


Agio Saham Rp. 45.000.000
Laba yg ditahan Rp. 11.250.000*
Rp. 206.250.000
Jumlah Hutang dan Modal Rp. 318.750.000

* Terdiri dari: (15.000.000 + 3.750.000 – 7.500.000)


Contoh 4 :
Apabila dalam penggabungan pt Danny, pt Hanny, dan pt Sanny dengan
membentuk sebuah perusahaan baru pt Satria pada contoh no 6 di muka,
dianggap sebagai penggabungan usaha yang dinyatakan sebagai penyatuan
kepentingan ( by pooling of interest), maka pencatatan yang harus dilakukan
oleh pt Satria terhadap pengeluaran saham sebanyak 4.500 lembar; masing-
masing 1.875 lembar kpd pt Danny 1.500 lembar kpd pt Hanny dan 1.125
lembar kpd pt Sanny akan nampak sbb.

Transaksi Penggabungan dinyatakan Penggabungan dinyatakan


sbg “pooling of interest” sbg “by purchase”
A. pemilikan harta dan Aktiva Lain-lain (nilai buku) Rp. Aktiva lain-lain (pemilikan) Rp.
318.750.000 D 317.500.000 D
pengakuan hutang-hutang pt
Hutang-hutang Rp. 112.500.000 K Hutang-hutang Rp.112.500.000 K
Danny, pt Hanny, dan pt
Modal Saham Rp. 202.500.000 K Modal Saham Rp. 202.500.000 K
Sanny oleh pt Satria dan Laba yg ditahan Rp. 3.750.000 K Agio Saham Rp. 22.500.000 K
pengeluaran saham sebanyak
4.500 lembar nominal @ Rp.
45.000 per lembar
B. pemilikan harta dan Aktiva Lain-lain (nilai buku) Rp. Aktiva lain-lain (pemilikan) Rp.
318.750.000 D 317.500.000 D
pengakuan hutang-hutang pt
Hutang-hutang Rp. 112.500.000 K Hutang-hutang Rp.112.500.000 K
Danny, pt Hanny dan pt
Modal Saham Rp. 157.500.000 K Modal Saham Rp. 202.500.000 K
Sanny oleh pt Satria dan Agio Saham Rp. 37.500.000 K
pengeluaran 4.500 lembar Agio Saham Rp. 67.500.000 K
Laba yg ditahan Rp. 11.250.000
saham nominal @ Rp. 35.000
K
per lembar
Aktiva Lain-lain (nilai buku) Rp. Aktiva lain-lain (pemilikan) Rp.
C. pemilikan harta dan 318.750.000 D 317.500.000 D
pengakuan hutang-hutang pt Hutang-hutang Rp. 112.500.000 K Hutang-hutang Rp.112.500.000 K

Danny, pt Hanny, pt Sanny Modal Saham Rp. 112.500.000 K Modal Saham Rp. 112.500.000 K
Agio Saham Rp. 82.500.000 K Agio Saham Rp. 112.500.000 K
oleh pt Satria serta
Laba yg ditahan Rp. 11.250.000
pengeluaran 4.500 lembar
K
saham nominal @ Rp. 25.000
per lembar

A. Pada transaksi A terjadi kenaikan modal statuatir sebesar: Rp. 52.500.000 dari hasil
perhitungan sbb:
 Modal Statuatir, pt Satria terdiri dari :
4.500 lembar saham nominal @ Rp.45.000 Rp. 202.500.000
 Modal Statuatir, sblm terjadi penggabungan :
o Pt Danny Rp. 75.000.000
o Pt Hanny Rp. 37.500.000
o Pt Sanny Rp. 37.500.000

Rp. 150.000.000

Modal statuatir, dinaikan dengan Rp. 52.500.000

Kenaikan modal statuatair mengakibatkan harus dikapitalisasinkannya seluruh agio


saham yang ada dan sebagian laba yang ditahan menjadi modal statutair dengan
perincian sbb:

 Jumlah modal statutair yang baru: (4.500 lembar @ Rp. 45.000 Rp. 202.500.000
 Jumlah Modal Statuatir yang lama:
(Rp. 75.000.000 + Rp. 37.500.000 + Rp. 37.500.000) Rp. 150.000.000
Selisih Kurang Rp. 52.500.000
Ditutup dengan:
 Kapitalisasi agio saham:
(Rp. 26.250.000 + Rp. 11.250.000
+ Rp. 7.500.000) = Rp. 45.000.000
 Kapitalisasi sebagian laba yang ditahan Rp. 7.500.000
Rp. 52.500.000
0

Dengan demikian saldo laba yang ditahan pada perusahaan yang baru tinggal Rp. 3.750.000

(Rp. 11.250.000 – Rp. 7.500.000) seperti nampak pada jurnal tsb di muka.
B. Pada transaksi B modal stratuatir perusahaan yang baru naik sebesar Rp. 75.000.000
dibanding dengan modal stratuatir sebelumnya. Oleh sebab itu, kekurangan tsb cukup
ditutup dengan hanya sebagaian dari saldo Agio Saham.
Dengan demikian dalam perusahaan yang baru komponen modalnya akan terdiri dari
 Modal saham, 4.500 lembar nominal @ Rp. 35.000 Rp. 157.500.000
 Agio Saham (Rp. 45.000.000 – 7.500.000) Rp. 37.500.000
 Laba yg ditahan Rp. 11.250.000
Jumlah Rp. 206.250.000
C. Sedang pada transaksi C di mana terjadi pengurangan modal stratuair (sebelumnya
Rp. 150.000.000 menjadi Rp. 112.500.000 berakibat harus pula dikurangkannya saldo
modal stratuair untuk kemudian ditambahkan kepada komponen modal lainnya yang
berasal dari para pemilik, dalam hal ini Agio saham. Dengan demikian sesuai pula
dengan jurnal pada contoh no. 7C; saldo hak-hak para pemegang saham dalam
perusahaan yang baru (pt Satria) akan terdiri dari:
 Modal Saham Rp. 112.500.000
 Agio Modal Saham ( Rp. 45.000.000 + Rp.37.500.000 Rp. 82.500.000
 Laba yg ditahan Rp. 11.250.000
Jumlah Rp. 11.250.000

E. Prosedur Alternatif Penyelesaian dari Penggabungan Badan Usaha


Adanya dua prosedur penggabungan di mana masig-masing mempunyai
konsekuensi khususnya terhadap dasar pencatatannya yang satu sama lain berbeda
tsb, akan mengakibatkan pula posisi keuangan perusahaan gabungan yang berbeda-
beda pada masing-masing cara. Ada dua kesimpulan yang dapat diambil sebagai
berikut:
1. Adanya metode penggabungan yang alternatip, di mana satu sama lain
menggunakan dasar-dasar pencatatan yang berbeda, dan mengakibatkan pula
perbedaan dalam posisi keuangan dan hasil usaha periodik di kemudian hari
bagi perusahaaan gabungan.
2. Pengaruh metode yang alternatip mempunyai akibat yang lebih penting
terhadap laba-rugi periodik daripada pengaruhnya terhadap neraca. Hal ini
sesuai dengan semakin beralihnya sudut pandangan dari pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan dewasa ini dari semula pada posisi
keuangan menjadi laba rugi periodik yang merupakan titik perhatian dalam
rangka menilai dan menginterprestasikan tentang masa depan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai