Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Tugas Perkembangan Yang Tidak Tercapai Pada Anak”

MATA KULIAH : Perkembangan Peserta Didik

DOSEN PENGAMPU : Dra. Sitti Hajerah Hasyim, M.Si

DI Susun Oleh :

Reza Checen Maretha (200902502001)

PENDIDIKAN AKUTANSI/A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan baik dan lancar
yang berjudul “Tugas Perkembangan Yang Tidak Tercapai Pada Anak” dan menjadi salah
satu tugas dari mata kuliah PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK..

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dra. Sitti Hajerah Hasyim, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Akhir kata,
semoga makalah ini bermanfaat bagi saya selaku penyusun dan bagi pembaca pada umumnya
sebagai referensi tambahan di bidang ilmu Perkembangan Peserta Didik.

Makassar, 27 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

A. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan...............................................2

B. Penyebab Anak Mengalami Hambatan Dalam Perkembangan...............................8

C. Bahaya Jika Tugas Perkembangan Tidak Tercapai................................................10

BAB III PENUTUP................................................................................................................11

A. Kesimpulan..................................................................................................................11

B. Saran.............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makalah ini berisi penjelasan tentang “Tugas Perkembangan” dimana
perkembangan mencakup seluruh aspek kepribadian, dan satu aspek dengan yang
lainnya saling berinterelasi. Sebagian besar dari perkembangan aspek-aspek
kepribaian terjadi melalui proses belajar, baik proses belajar yang sederhana dan
mudah maupun yang kompleks dan sukar. Suatu proses perkembangan yang bersifat
alami, yaitu yang berupa kematangan, berintegrasi dengan proses penyesuaian diri
dengan tuntutan dan tantangan dari luar, tetapi keduanya masih dipengaruhi oleh
kesediaa, kemauan dan aspirasi individu untuk berkembang. Ketiganya
mempengaruhi penyelesaian tugas-tugas yang dihadap individu dalam
perkembangannya. Pada setiap perkembangan kehidupan manusia, individu dituntut
untuk menguasai kemampuan berperilaku yang menjadi ciri bahwa perkembangannya
berhasil dan normal.Jika pada fase itu individu tidak mempunyai kemampuan
berperilaku sepatutnya, sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya maka dianggap
individu itu mengalami kelambatan perkembangannya, atau penyimpangan
perkembangan. Pencapaian tugas-tugas perkembangan bukan hanya penting untuk
fase perkembangan dimana tugas-tugas perkembangan itu seharusnya muncul, tetapi
juga penting untuk pencapaian tugas-tugas perkembangan selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dapat dirumuskan dalam latar belakang diatas yaitu :
1. Apa yang terjadi jika terdapat tugas perkembangan yang tidak tercapai pada
anak?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dapat dirumuskan dalam rumusam masalah diatas yaitu :
1. Kita dapat mengetahui jika terdapat tugas perkembangan yang tidak tercapai
pada anak.

1
2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan


1. Faktor Genetika (Hereditas)
Hereditas merupakan “totalitas karakteristik individu yang diwariskan
orang tua kepada anak atau segala potensi (baik fisik maupun psikis) yang
dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua
melalui gen – gen”.
Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak secara langsung,
karena yang dipengaruhi gen secara langsung adalah : (a) kualitas system
syaraf, (b) keseimbangan biokimia tubuh, dan (c) struktur tubuh.
Lebih lanjut dapat dikemukakan bahwa fungsi hereditas dalam
kaitannya dengan perkembangan kepribadian adalah (a) sebagai sumber bahan
mentah (raw materials) kepribadian seperti fisik, intelegensi dan temperamen;
(b) membatasi perkembangan kepribadian (meskipun kondisi lingkungan
sangat kondusif, perkembangan kepribadian itu tidak bisa melebihi kapasitas
atau potensi hereditas); dan (c) memengaruhi keunikan kepribadian.

2. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah “keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi,atau
kondisi) fisik/alam atau social yang memengaruhi atau dipengaruhi
perkembangan individu”. Faktor lingkungan terbagi atas empat yaitu :
1) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga dipandang sebagai factor penentu utama
terhadap perkembangan anak. Alas an tentang pentingnya peranan
keluarga bagi perkembangan anak, adalah: (a) keluarga merupakan
kelompok social pertama yang menjadi pusat identitas anak; (b)
keluarga merupakan lingkungan pertama yang mengenalkan nilai –
niai kehidupan kepada anak; (c) orang tua dan anggota keluarga
lainnya merupakan “significant people” bagi perkembangan

3
kepribadian anak; (d) keluarga sebagai insitusi yang memfasilitasi
kebutuhan dasar insani (manusiawi); (e) anak banyak menghabiskan
waktunya dilingkungan keluarga.
Menurut Hamner & Turner (Adiasri T.A.,2008 ; 8) peranan
orang tua yang sesuai dengan fase perkembangan anak adalah : (1)
pada masa bayi berperan sebagai pesawat (caregiver); (2) pada masa
kanak – kanak sebagai pelindung (protector); (3) pada usai prasekolah
sebagai pengasuh (nurturer); (4) pada masa sekolah dasar sebagai
pendorong (encourager); dan (5) pada masa praremaja dan remaja
berperan sebagai konselor (counselor).
Selanjutnya faktor-faktor lingkungan keluarga yang dipandang
memengaruhi perkembangan anak diklasifikasikan ke dalam dua
faktor, yaitu keberfungsian keluarga dan pola hubungan orang tua-
anak.
a. Keberfungsian Keluarga
Seiring perjalanan hidupnya yang diwarnai faktor
internal (kondisi fisik, psikis, dan moralitas anggota keluarga)
dan faktor eksternal (perkembangan sosial budaya), maka
setiap keluarga mengalami perubahan yang beragam. Ada
keluarga yang semakin kokoh dalam menerapkan fungsi-
fungsinya (fungsional-normal) sehingga setiap anggota merasa
nyaman dan bahagia (baitii jannatii = rumahku surgaku); dan
ada juga keluarga yang mengalami broken home, keretakan
atau ketidakharmonisan (disfungsional – tidak normal)
sehingga setiap anggota keluarga merasa tidak bahagia (baitii
naarii = rumahku nerakaku).
Keluarga yang fungsional atau yang ideal menurut
Alexander A. Schneiders (1960: 405) memiliki karakteristik
sebagai berikut:
 Minimnya perselisihan antar orang tua atau antar orang
tua-anak.
 Ada kesempatan untuk menyatakan keinginan.
 Penuh kasih sayang.

4
 Menerapkan disiplin yang tidak keras.
 Memberikan peluang untuk bersikap mandiri dalam
berpikir, merasa, dan berperilaku.
 Saling menghargai atau menghormati (mutual respect)
antar anggota keluarga.
 Menyelenggarakan konferensi (musyawarah) keluarga
dalam memecahkan masalah.
 Menjalin kebersamaan antaranggota keluarga. Orang
tua memiliki emosi yang stabil.
 Berkecukupan dalam bidang ekonomi.
 Mengamalkan nilai-nilai moral agama.
Sementara keluarga yang disfungsional, menurut Dada
Hawari (1997: 165) ditandai dengan karakteristik sebag berikut.
 Kematian salah satu atau kedua orang tua.
 Kedua orang tua berpisah atau bercerai (divorce).
 Hubungan kedua orang tua kurang baik (poor marriage).
Hubungan orang tua dengan anak tidak baik (poor pares
child relationship).
 Suasana rumah tangga yang tegang dan tanpa
kehangatan (high tensions and low warmth).
 Orang tua sibuk dan jarang berada di rumah (parent’s
absence).
 Salah satu atau kedua orang tua mempunyai kelainan
kepribadian atau gangguan kejiwaan (personality or
psychological disorder).
b. Pola Hubungan Orang Tua-Anak (Sikap atau Perlakuan Orang
Tua terhadap Anak)
Diana Baumrind (Weiten & Lioyd, 1994, 359-360;
Sigelman & Shaffer, 1995: 396) mengemukakan hasil
penelitiannya melalui observasi dan wawancara terhadap siswa
TK (Taman Kanak- kanak). Penelitian ini dilakukannya, baik di
rumah maupun di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gaya perlakuan orang tua (parenting style) dan

5
kontribusinya terhadap kompetensi sosial, emosional, dan
intelektual siswa.

2) Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara
sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajara dan/atau
pelatihan dalam rangka membantu para siswa age mampu
mengembangkan potensinya secara optimal, baik yang menyangkut
aspek moral-spiritual, intelektual, emosional sosial, maupun fisik-
motoriknya.
Beberapa faktor lingkungan sekolah yang berkontribusi positif
terhadap perkembangan siswa atau anak di antaranya:
o Kejelasan visi, misi, dan tujuan yang akan dicapai.
o Pengelolaan atau manajerial yang profesional.
o Para personel sekolah memiliki komitmen yang tingg terhadap
visi, misi, dan tujuan sekolah.
o Para personel sekolah memiliki semangat kerja yang tinggi,
merasa senang, disiplin, dan rasa tanggung jawab.
o Para guru memiliki kemampuan akademik dan profesional
yang memadai.
o Sikap dan perlakuan guru terhadap siswa bersifat positi
bersikap ramah dan respek terhadap siswa, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpendapat atau bertanya.
o Para guru menampilkan peranannya sebagai guru dalam cara-
cara yang selaras dengan harapan siswa, begitu pun siswa
menampilkan peranannya sebagai siswa dalam cara cara yang
selaras dengan harapan guru.
o Tersedianya sarana-prasarana yang memadai, seperti: kantor
kepala dan guru, ruang kelas, ruang laboratorium (praktikum),
perlengkapan kantor, perlengkapan belajar mengajar,
perpustakaan, alat peraga, halaman sekolah dan fasilitas
bermain, tempat beribadah, dan toilet.

6
o Suasana hubungan sosio-emosional antarpimpinan sekolah,
guru-guru, siswa, petugas administrasi, dan orang tua siswa
berlangsung secara harmonis.
o Para personel sekolah merasa nyaman dalam bekerja karena
terpenuhi kesejahteraan hidupnya.

Selanjutnya, Sigelman dan Shaffer mengemukakan tentang


kinerja guru yang efektif, yaitu yang mampu menciptakan lingkungan
belajar di sekolah seperti berikut.
o Menekankan pencapaian akademik (keberhasilan belajar)
dengan cara memberikan pekerjaan rumah, dan bekerja keras
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang tercantum dalam
kurikulum.
o Mengelola aktivitas kelas secara efektif dengan mengkreasi
tugas-tugas namun senantiasa dalam suasana yang menye-
nangkan, seperti memberikan instruksi tugas secara
jelas,mendorong siswa untuk mengerjakan tugas, dan member
reward kepada siswa yang hasil kerjanya bagus.
o Mengelola masalah kedisiplinan secara efektif (menangani
anak bermasalah dengan baik, tanpa memberikan hukuman
secara fisik).
o Membangun kerja sama dengan guru lain sebagai suatu tim
kerja yang secara bersama berusaha mencapai tujuan
kurikulum.

Pengembangan karakter bagi para peserta didik di sekolah


diprogramkan melalui strategi seperti tertera pada gambar berikut.
o Menciptakan iklim religius yang kondusif. Strategi ini
dimaksudkan adalah bahwa sekolah, dalam hal ini pihak
pimpinan sekolah, guru-guru, dan staf sekolah lainnya perlu
memiliki komitmen yang sama untuk merealisasikan (meng-
amalkan) nilai-nilai agama atau ketakwaan kepada Allah,
Tuhan Yang Maha Esa, dalam proses pendidikan di sekolah.

7
o Menata iklim sosio-emosional. Sekolah merupakan ling kungan
yang diharapkan dapat mengembangkan kom- petensi sosial
dan emosional siswa. Untuk itu sekolah perlu memfungsikan
dirinya sebagai lingkungan yang mendukung berkembangnya
kedua kompetensi siswa tersebut.
o Membangun budaya akademik. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan perlu membangun budaya akademik di kalangan
para siswa. Dalam hal ini, pimpinan sekolah. Dan guru-guru
perlu menampilkan dirinya sebagai figur atau panutan yang
memberikan suri teladan kepada para siswa dalam membangun
budaya akademik ini.
o Terpadu dengan proses pembelajaran. Pendidikan karakter
bukan mata pelajaran, tetapi setiap guru dituntut untuk
menanamkan nilai-nilai karakter (akhlak mulia) itu kepada para
siswa.
o Terpadu dalam program bimbingan dan konseling. Bagi
sekolah-sekolah yang sudah melaksanakan program bimbingan
dan konseling, pendidikan karakter itu diinteg rasikan juga ke
dalam program tersebut.
o Terpadu dalam kegiatan ekstrakurikuler. Pendidikan karak. Ter
dapat juga dipadukan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler, seperti
kepramukaan, palang merah remaja, olahraga, kesenian, dan
kerohanian.
o Kerja sama dengan pihak lain. Untuk membangun karakter para
siswa, sekolah dapat juga bekerja sama dengan pihak lain, baik
instansi pemerintah/swasta, organisasi kemasyarakatan,
maupun para pengusaha.

3) Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)


Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi anak
mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan dirinya.
Melalui kelompok sebaya, anak dapat memenuhi kebutuhannya untuk
belajar berinteraksi sosial (berkomunikasi dan bekerja sama), belajar

8
menyatakan pendapat dan perasaan, belajar merespons atau menerima
pendapat dan perasaan orang lain, belajar tentang norma-norma
kelompok, dan memperoleh pengakuan dan penerimaan sosial.
Pengaruh kelompok teman sebaya terhadap anak bisa positif
atau negatif. Berpengaruh positif, apabila para anggota kelompok itu
memiliki sikap dan perilakunya positif, atau berakhlak mulia.
Sementara yang negatif, apabila para anggota kelompoknya
berperilaku menyimpang, kurang memiliki tatakrama, atau berakhlak
buruk.
Untuk mencegah terjadinya penyimpangan perilaku remaja,
khususnya dalam kelompok teman sebaya, maka perlu diperhatikan
beberapa hal berikut :
o Orang tua perlu menjalin hubungan yang harmonis antara
mereka sendiri (suami-istri) dan mereka dengan anak. Hal ini
perlu, karena pada umumnya perilaku menyimpang anak
disebabkan oleh keluarga yang tidak harmonis (brokun home).
o Orang tua perlu mencurahkan kasih sayang dan perhatian
kepada anak. Dengan kasih sayang ini anak merasa betah di
rumah, sehingga dia dapat mengurangi perhatiannya untuk
bermain ke luar.
o Orang tua berdiskusi dengan anak tentang cara memilih Atau
bergaul dengan teman.
o Orang tua harus menjadi suriteladan dan menanamkan nilai-
nilai akhlak mulia kepada anak, seperti persaudaraan, tolong
menolong, dan semangat dalam belajar.
o Sekolah sebagai lingkungan kedua setelah rumah, perlu
diciptakan sebagai lingkungan belajar yang memfasilitasi
perkembangan siswa, baik aspek fisik, intelektual, emosi,
sosial, maupun moral-spiritual.

4) Media Massa
Salah satu media massa yang dewasa ini sangat menarik
perhatian warga masyarakat, khususnya anak-anak adalah televisi.

9
Televisi sebagai media massa elektronik mempunyai misi untuk
memberikan informasi, pendidikan, dan hiburan kepada para
pemirsanya. Dilihat dari sisi ini televisi bisa memberikan dampak
positif bagi warga masyarakat (termasuk anak-anak), karena melalui
berbagai tayangan yang disajikannya mereka memperoleh (a) berbagai
informasi yang dapat memperluas wawasan pengetahuan tentang
berbagai aspek kehidupan; (b) hiburan, baik yang berupa film maupun
musik; dan (c) pendidikan, baik yang bersifat umum maupun agama.
Tayangan-tayangan televisi itu di samping memberikan
dampak positif, juga telah memberikan dampak negatif terhadap gaya
hidup warga masyarakat, terutama anak-anak. Tayangan televisi yang
berupa hiburan, baik film maupun musik banyak yang tidak cocok
ditonton oleh anak-anak.
Meskipun kita sudah tahu dampak negatif televisi bagi anak,
tetapi tidak mungkin kita melarang anak untuk menontonnya. Sebagai
jalan keluarnya, Santrock & Yussen (Conny R. Semiawan, 1998/1999:
139) mengemukakan saran-saran dari Dorothy & Singer, tentang
bagaimana membimbing anak dalam menonton TV, yaitu sebagai
berikut:
o Kembangkan kebiasaan nonton yang baik sejak awal kehidupan
anak.
o Doronglah anak untuk menonton program-program khusus
secara terencana, bukan menonton sembarang program.
Aktiflah bersama anak disaat menonton program-program yang
terencana tersebut.
o Carilah program-program yang menonjolkan peran anak dalam
kelompok usianya.
o Menonton TV hendaknya tidak digunakan untuk mengganti
kegiatan lain.
o Lakukan pembicaraan dengan anak tentang tema-tema yang
sensitif. Berilah mereka kesempatan untuk bertanya tentang
program tersebut.

10
o Seimbangkan antara aktivitas membaca (belajar) dengan
menonton televisi. Anak-anak dapat menindaklanjuti program-
program televisi yang menarik.
o Bantulah anak dalam mengembangkan jadwal menonton yang
seimbang antara program pendidikan, aksi, komedi, seni,
fantasi, olahraga, dan seterusnya.
o Tunjukkan contoh-contoh positif yang menunjukkan bagai.
mana etnik (suku bangsa, seperti Sunda, Jawa, Padang, dan
suku-suku lainnya) yang bervariasi dan kelompok
budayaberkontribusi (memberi sumbangan) dalam menciptakan
suatu masyarakat yang lebih baik.
o Tunjukkan contoh-contoh positif dari wanita yang kompeten,
baik di rumah maupun dalam profesi.

B. Penyebab Anak Mengalami Hambatan Dalam Perkembangan


Orangtua kerap tak menyadari perkembangan anaknya mengalami
keterlambatan. Setiap buah hati punya keunikan tersendiri dan kecepatan
perkembangan yang berbeda. Kisaran waktu pencapaian tiap tahap perkembangan
anak umumnya cukup besar. Misalnya anak dikatakan normal jika ia dapat berjalan
mulai usia 10 hingga 18 bulan, sehingga sering terjadi perbedaan perkembangan di
antara anak seumurannya. Untuk itu, orangtua perlu mengenal tanda bahaya (red flag)
perkembangan anak sebagai berikut :

1. Tanda bahaya perkembangan motorik kasar:


o Gerakan yang tidak simetris (asimetris) atau tidak seimbang misalnya
antara anggota tubuh bagian kiri dan kanan.
o Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga
lebih dari usia 6 bulan.
o Gangguan tonus otot (tonus otot menjadi berlebihan / berkurang).
o Gangguan refleks tubuh (refleks menjadi berlebihan / berkurang).
o Adanya gerakan yang tidak terkontrol
2. Tanda bahaya gangguan motorik halus:
o Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan

11
o Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun.
o Eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke dalam mulut) masih
sangat dominan setelah usia 14 bulan.
o Perhatian penglihatan yang inkonsisten.
3. Tanda bahaya bicara dan bahasa (ekspresif)
o Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan
terhadap suatu benda pada usia 20 bulan.
o Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan.
o Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan.
4. Tanda bahaya bicara dan bahasa (reseptif)
o Perhatian atau respon yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi,
misalnya saat dipanggil tidak selalu memberi respon.
o Kurangnya kemampuan membagi perhatiannya (join attention) atau
ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan.
o Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30 bulan.
5. Tanda bahaya gangguan sosio-emosional
o 6 bulan: jarang tersenyum dan mengekspresikan kesenangannya.
o 9 bulan: kurang bersuara dan menunjukkan ekspresi wajah.
o 12 bulan: tidak merespon ketika namanya dipanggil.
o 15 bulan: belum dapat mengucapkan kata.
o 18 bulan: tidak bisa bermain pura-pura.
o 24 bulan: belum bisa menggabungkan 2 kata yang berarti.
o Segala usia: tidak adanya babbling, bicara dan kemampuan
bersosialisasi / interaksi.

6. Tanda bahaya gangguan kognitif


o 2 bulan: kurangnya fiksasi terhadap sesuatu (fixation).
o 4 bulan: kurangnya kemampuan mata mengikuti gerak benda.
o 6 bulan: belum berespons atau mencari sumber suara.
o 9 bulan: belum bisa babbling seperti mama, baba.
o 24 bulan: belum ada kata berarti.
o 36 bulan: belum dapat merangkai 3 kata.

12
Seorang anak dapat mengalami keterlambatan perkembangan hanya satu ranah
perkembangan saja, atau dapat pula di lebih dari satu ranah perkembangan.
Keterlambatan perkembangan umum atau global developmental delay merupakan
keadaan keterlambatan perkembangan yang bermakna pada dua atau lebih ranah
perkembangan.

C. Bahaya Jika Tugas Perkembangan Tidak Tercapai


1. Harapan-harapan yang kurang tepat, baik individu sendiri maupun lingkungan
sosial mengharapkan perilaku yang tidak mungkin untuk dikuasai dalam
perkembangan saat itu, Mungkin karena keterbatasan kemampuan fisik dan
psikologis.
2. Melangkahi tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat kegagalan
menguasai tugas-tugas tertentu. Yang mungkin saja hal ini akan membawa
ketegangan dan tekanan kondisional.
3. Terjadi “krisis” yang dialami individu ketika melewati satu tingkatan
ketingkatan yang lain. Sekalipin individu berhasil menguasai tugas pada suatu
tahap secara baik, namun keharusan menguasai sekelompok tugas-tugas baru
secara tepat untuk tahap berikutnya akan membawa ketegangan dan tekanan
yang dapat membawa pada suatu krisis. Misalnya, Seseorang yang masa
kerjanya akan berkhir, Sering mengalami “krisis pensiun” dimana ia merasa
bahwa prestise dan kepuasan pribadi yang berhubungan dengan pekerjaan
akan berakhir

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan anak terbagi menjadi dua
yaitu Faktor Genetika (Hereditas)merupakan “totalitas karakteristik individu yang
diwariskan orang tua kepada anak atau segala potensi (baik fisik maupun psikis) yang
dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui
gen – gen”. Sedangkan Lingkungan adalah “keseluruhan fenomena (peristiwa,
situasi,atau kondisi) fisik/alam atau social yang memengaruhi atau dipengaruhi
perkembangan individu”. Faktor lingkungan terbagi atas empat yaitu : (1) Lingkungan
Keluarga; (2) Lingkungan Sekolah; (3) Kelompok Teman Sebaya; (4) Media Masa.
Orangtua kerap tak menyadari perkembangan anaknya mengalami
keterlambatan. Setiap buah hati punya keunikan tersendiri dan kecepatan
perkembangan yang berbeda. Kisaran waktu pencapaian tiap tahap perkembangan
anak umumnya cukup besar.
Bahaya jika tugas perkembangan tidak tercapai maka, harapan-harapan yang
kurang tepat, Melangkahi tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat
kegagalan menguasai tugas-tugas tertentu, dan Terjadi “krisis” yang dialami individu
ketika melewati satu tingkatan ketingkatan yang lain.

B. Saran
Masa remaja adalah tindak lanjut dari masa kanak-kanak yang diawali dengan
masa perubahan yang sering disebut dengan masa pubertas. Di Masa inilah peserta
didik itu mulai gencar mencari tahu sesuatu yang menurut mereka masih asing dalam
kehidupan mereka. Di masa ini pula sebaiknya pengekangan-pengekangan yang
diterapkan di masa kanak-kanak hendaknya dikurangiAgar tidak terjadinya
penyimpangan perkembangan atau kelambatan perkembangan, maka remaja dituntut
untuk berusaha menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya sesuai dengan tahapnya,
dengan cara mengikuti berbagai macam hal-hal yang dapat membantu tugas
perkembangan tersebut.

14
Kami sebagai penulis mengucapkan terimakasi kapada para pembaca makalah
ini yang telah berkanan membaca makalah ini, khususnya mahasiswa mahasiswi yang
mempelajari makalah ini. Mngkin makalah ini masih jauh dari sempurna karena
masih banyak di temukan banyak kesalahan di sana sini. Untuk itu kami sebagai
penulis mengucapkan maaf yang sebesar besar nya dan juga kami memoho keritik
serta sarannya yang bersifat membangun.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E. B. (2012). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan (terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Fuaddillah Putra. (2017). Ketercapaian Tugas-Tugas Perkembangan Siswa SMA Dan Siswa
Pondok Pesantren. Jurnal: Jurnal Counseling Care, 1(1), 27-34.

Syamsu Yusuf L.N. & Nani M. Sugandhi. (2022). Perkembangan Peserta Didik. Depok: PT
RajaGrafindo Persada Itha sarticka,”Makalah tentang Pengertian dan Sumber tugas
Pengembangan”, http://ithasarticka91.blogspot.co.id (Diakses pada tanggal 20
februari 2015)

https://www.academia.edu/34742338/
Hakikat_Perkembangan_dan_Hambatan_Perkembangan

Hurlock, E. B. (2012). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan (terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Fuaddillah Putra. (2017). Ketercapaian Tugas-Tugas Perkembangan Siswa SMA Dan Siswa
Pondok Pesantren. Jurnal: Jurnal Counseling Care, 1(1), 27-34

16

Anda mungkin juga menyukai