Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN


KEUANGAN SYARIAH (KDPPLKS)

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

ANDI MUARIJA MUTMAINNA. AM 200902501015

AINUN AFIFAH RUSLI 200902501016

PIPIN 200902501017

REZA CHECEN MARETHA 200902502001

RESKI RESA PUTRA 200902502003

PENDIDIKAN AKUNTANSI (A)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

PERIODE 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan Salam tetap kita curahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya yang senantiasa menjalankan.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
dosen pada mata kuliah Akuntansi Syariah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan para pembaca.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak/ ibu dosen pada mata kuliah
Akuntansi Syariah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Dan semua pihak yang telah
membantu penulis menyelesaikan Makalah ini Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan
setiap langkah-langkah kita menuju kebaikan dan selalu menganugrahakan kasih sayang-Nya
untuk kita semua. Aamiin.

Seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak. Maka dari itu, Penulis dengan
senang hati menunggu saran-saran dan kritikan yang membangun yang dapat meningkatkan
dan menjadikan makalah ini lebih baik darisebelumnya.

Makassar, 6 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusa Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3

A. KDPPLKS berdasarkan PSAK..................................................................................3


B. Konsep dasar akuntansi menurut AAOIFI.................................................................10
C. Konsep Dasar Akuntansi Menurut Pemikir Islam ....................................................12

BAB III PENUTUP...............................................................................................................16

A. Kesimpulan................................................................................................................16
B. Saran .........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut sifatnya, ilmu akuntansi termasuk ilmu hilir, yaitu ilmu yang bersifat
terapan, yang mempunyai kaitan erat ilmu atau peristiwa yang terjadi sebelumnya.
Ilmu ekonomi merupakan ilmu tentang bagaimana manusia memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan menggunakan sumber daya yang telah tersedia di alam semesta ini
dan melibatkan sektor produksi, distribusi, investasi, dan konsumsi. Ilmu ekonomi
akan diikuti oleh teori ekonomi yang menjelaskan dan memprediksikan gejala-gejala
ekonomi, dan akan sangat di pengaruhi oleh sistem ekonomi yang dianutnya dalam
Negara yang menerapkannya. Di dunia ini dikenal adanya sistem ekonomi kapitalis,
sistem sosialis, dan juga sistem ekonomi syariah (shariah economic system ). Masing-
masing  sistem ekonomi tersebut memiliki paradigma yang berbeda diantara satu dan
lainnya. Oleh karena itu sistem ekonomi mempengaruhi sistem akuntansi maka sistem
akuntansi akan sangat tergantung dari paradigma sistem ekonomi yang  dipakainya di
suatu Negara.
Dalam literature teori akuntansi, akuntansi adalah ‘multi paradigm
science’ yaitu akuntansi bermulti paradigma, artinya akuntansi dapat dikembangkan
untuk mendukung ekonomi dengan mengikuti paradigma dari sistem ekonominya.
Apabila sistem ekonomi kapitalis maka sistem akuntansinya juga sistem akuntansi
kapitalis, apabila sistem ekonomi syariah maka sistem akuntansinya juga sistem
akuntansi syariah, demikian juga lmu dan teori akuntansinya. Karena akuntansi
termasuk multi paradigm science maka mustahil akuntansi  mempunyai teori
akuntansi yang general berlaku disegala sistem ekonomi berlainan paradigma. Oleh
karena itu akuntansi memerlukan kerangka dasar untuk akuntansi dan pelaporan
keuangan , tidak tekecuali dalam akuntansi syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana  KDPPLKS berdasarkan PSAK ?
2. Bagaimana Konsep dasar akuntansi menurut AAOIFI?
3. Bagaimana Konsep dasar akuntansi menurut Pemikir Islam?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Kita dapat mengetahui KDPPLKS berdasarkan PSAK.
2. Kita dapat mengetahui Konsep dasar akuntansi menurut AAOIFI.
3. Kita dapat mengetahui Konsep dasar akuntansi menurut Pemikir Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KDPPLKS berdasarkan PSAK


1. Pemakai dan Kebutuhan Informasi
Pemakai laporan keuangan syaria’ah terdapat kesamaan dengan
pemakai laporan keuangan konvensional, hanya saja dalam akuntansi syari’ah
pemakai laporan keuangan syari’ah dapat ditambahkan; hal ini seperti yang
dijelaskan oleh IAI (2007) bahwa laporan keuangan meliputi :
a) Investor, para investor dan penasihat membutuhkan informasi untuk
membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual
investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan entitas syariah
untuk membayar deviden.
b) Pemberi dana qardh, Pemberi dana qardh tertarik dengan informasi
keuangan untuk memutuskan apakah dana qardh dapat dibayarkan
pada saat jatuh tempo.
c) Pemilik dana titipan, mereka tertarik dengan informasi keuangan untuk
memungkinkan mereka memutuskan apakah dana titipan dapat diambil
setiap saat.
d) Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah dan wakaf, mereka
membutuhkan informasi keuangan untuk mengetahui informasi
mengenai sumber dan penyaluran dana tersebut.
e) Pengawas syari’ah, informasi keuangan dibutuhkan untuk
mendapatkan informasi kepatuhan pengelola bank akan prinsip
syari’ah.
f) Pemasok dan mitra usaha lainnya, mereka membutuhkan informasi
keuangan untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan
dibayarakan pada saat jatuh tempo. Sedangkan mitra usaha
berkepentingan pada entitas syari’ah dalam tenggang waktu yang lebih
pendek daripada memberi pinjaman qardh kecuali kalau sebagai
pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup entitas
syari’ah.

3
g) Pelanggan, mereka membutuhkan informasi mengenai kelangsungan
hidup entitas syari’ah terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian
jangka panjang dengan entitas syariah.
h) Pemerintah,  pemerintah membutuhkan informasi untuk alokasi
sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas entitas
syari’ah.
i) Masyarakat, masyarakat membutuhkan informasi mengenai entitas
syari’ah untuk dapat memberikan kontribusi berarti pada
perekonomian nasional.

2. Paradigma Transaksi Syari’ah


Trasnsaksi syari’ah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam
semesta diciptakan oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan illahi) dan
sarana kebahagian hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai
kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (al-fallah). Subtasinya
adalah bahwa setiap aktivitas umat manusia memiliki akuntabilitas dan
nilai illahiah yang menempatkan perangkat syari’ah dan akhlak sebagai
parameter baik dan buruk. Dengan cara ini akan membentuk integritas antara
tata kelola yang baik (goog govermance) dan disipilin pasar (market
disiplince) yang baik.

3. Asas Transaksi Syari’ah


Transaksi syari’ah berasaskan pada prinsip :
a) Persaudaraan (ukhuwah)
b) Keadilan (‘adalah)
c) Kemaslahatan (maslahah)
d) Keseimbangan (tawazun)
e) Universalisme (syumuliyah)
Kerangka dasar ini juga secara explicit menetapkan azas transaksi
syari’ah yang luhur, manusiawi, dan bersifat melindungi kepada umat manusia
secara keseluruhan dalam hal muamalat.
Transaksi syari’ah terikat dengan nilai-nilai etis meliputi aktivitas
sektor keuangan dan sektor riil yang dilakukan secara koheren tanpa

4
dikatonomi serta keberadaan dan nilai uang merupakan cerminan aktivitas
investasi dan perdagangan.

4.  Karakteristik Transaksi Syari’ah


Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan azas
transaksi syari’ah harus memenuhi karakteristik dan persyaratan sebagai
berikut:
a) Transaksi dilakukan berdasarkan prinsip ridha
b) Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan
baik (thayib)
c) Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai
d) Tidak ada unsur riba
e) Tidak ada unsur kedhaliman
f) Tidak ada unsur masyir
g) Tidak ada unsur gharar
h) Tidak ada unsur haram
i) Tidak ada prinsip nilai waktu dari uang (time value of money)
j) Tidak ada unsur kolusi dengan suap menyuap.
Karakteristik tersebut dapat diimplimentasikan pada transaksi bisnis
yang bersifat komersial maupun yang bersifat nonkomersial.

5. Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi,
menyangkut posisi keuangan. Beberapa tujuan lainnya adalah:
a) Meningkat kepatuhan terhadap prinsip syari’ah dalam semua bentuk
dan kegiatan usaha.
b) Informasi kepatuhan entitas syari’ah terhadap prinsip syari’ah.
c) Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab
entitas syari’ah terhadap amanah mengamankan data.
d) Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh
penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer.
Laporan keuangan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bersama
sebagai pengguna laporan keuangan, serta dapat digunakan sebagai benruk

5
laporan dan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.

6. Bentuk Laporan Keuangan


Laporan keuangan entitas syari’ah terdiri atas:
a) Posisi keuangan entitas syari’ah, disajikan sebagai neraca. Laporan ini
menyajikan informasi tentang sumber daya yang dikendalikan, struktur
keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan.
b) Informasi kinerja entitas syari’ah, disajikan dalam laporan laba rugi.
c) Informasi perubahan posisi keuangan entitas syari’ah, yang dapat
disusun berdasarkan definisi dana seperti seluruh sumber daya
keuangan, modal kerja, aset likuidit atau kas.
d) Informasi lain, seperti laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi
social entitas syari’ah. Merupakan informasi yang tidak diatur secara
khusus tetapi relevan bagi pengambilan keputusan sebagian besar
pengguna laporan keuangan.
e) Catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi
tambahan yang relevan termasuk pengungkapan tentang risiko dan
ketidakpatuhan yang memengaruhi entitas.

7. Asumsi Dasar
a) Dasar Akrual
Bahwa pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian
(dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan
diungkapkan dalam catatan, akuntansi serta dilaporkan dalam laporan
keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang
disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai, tidak
hanya trasnsaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan
pembayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan
serta sumber daya yang mempresentasikan kas yang akan diterima di
masa depan. Namun dalam hal penghitungan pendapatan untuk tujuan
pembagian hasil usaha menggunakan dasar kas. Hal ini disebabkan
bahwa prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi hasil,
6
pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto (gross
profit).
b) Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelansungan
usaha entitas syari’ah yang akan melanjutkan usahanya di masa depan.
Oleh karena itu, entitas syari’ah diasumsikan tidak bermaksud atau
berkeinginan melikuidasi atau mengurangi sacara material skala
usahanya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan
keungan mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar
yang digunkan harus diungkapkan.

8. Karakteristik Kualitatif Laporan keuangan


Karakterisitk kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Adapun karakteristik
kualitatif tersebut sebagai berikut;
a) Dapat Dipahami. Kualitas informasi dalam laporan keuangan harus
mudah dipahami oleh pemakai. Maksutnya pemakai harus memiliki
pengetahuan yang memadai tentang efektifitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan
ketekunan yang wajar.
b) Relavan. Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan.
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat (penyajian) dan tingkat
materialitasnya. Tingkat materialitas dipengaruhi oleh besarnya
kesalahan dalam mencantumkan atau pencatatan.Sementara itu, dasar
penerapan dalam bagi hasil harus mencerminkan jumlah yang
sebenarnya tanpa mempertimbangkan konsep materialitas.
c) Keandalan. Andal diartikan bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai
penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau
yang secara wajar di harapkan dapat disajikan. Jika hakikat informasi
tidak dapat diandalkan maka secara potensial penggunaan informasi
7
dapat menyesatkan. hal-hal yang harus dipenuhi dalam informasi yaitu:
penyajian jujur, substansi menggugah bentuk, netralitas, pertimbangan
sehat dan kelengakapan.
d) Dapat Dibandingkan Pemakai harus dapat membandingkan laporan
keuangan entitas Syariah antarperiode untuk mengidentifikasi
kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat
membandingkan laporan keuangan antar entitas syariah untuk
mengevaluasi posisi keuangan kinerja serta perubahan posisi keuangan
secara relatif.

9. Kendala Informasi Yang Relevan dan Andal


a) Tepat waktu
Jika terdapat penundaan   semestinya dalam pelaporan, maka informasi
yang dihasilkan akan hilang relevansinya.
b) Keseimbangan antara biaya dan manfaat
Keseimbangan antara biaya dan manfaat merupakan suatu kendala
yang terjadi daripada suatu karakteristik kualitatif. Manfaat yang
dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya.
Namun demikian secara substansi evaluasi biaya dan manfaat
merupakan suatu proses pertimbangan.
c) Keseimbangan diantara karakteristik kualitatif
Tujuan mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai
karakteristik untuk memenuhi tujuan laporan keuangan. Kepentingan
relatif dari berbagai karakteristik dalam berbagai kasus yang berbeda
merupakan masalah pertimbangan professional.
d) Penyajian wajar
Laporan keuangan sering di anggap menggambarka pandangan yang
wajar atau menyajikan dengan wajar, posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah.

10. Unsur-Unsur Laporan Keuangan


Laporan keuangan entitas syariah antara lain meliputi;

8
a) Mencerminkan kegiatan komersial yang terdiri atas laporan posisi
keuangan (aset, kewajiban, dan syirkah dan ekuitas ), laporan laba rugi,
laporan arus kas serta laporan perubahan ekuitas.
b) Mencerminkan kegiatan sosial, meliputi laporan sumber dan
penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana
kebajikan.
c) Mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab khusus entitas syariah
tersebut.

11. Pengukuran Unsur Laporan Keuangan


Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan
kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan yaitu antara lain:
a) Biaya historis (hostorical cost), aset dicatat sebesar pengeluaran kas
(setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan
(consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut.
b) Biaya kini (current cost) ,aset dinilai dalam jumlah kas (setara kas)
yang seharusnya dibayar bila aset yang sama atau setara aset diperoleh
sekarang.
c) Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/settlement value), aset
dinyatakan dalam jumlah kas (setara kas) yang dapat diperoleh
sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly
disposal).
12. Laporan Keuangan Bank Syariah (PSAK 101)
Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri atas;
a) Neraca
b) Laporan laba rugi
c) Laporan perubahan ekuitas
d) Laporan perubahan dana investasi terikat
e) Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil
f) Laporan dan sumber penggunaan dana zakat
g) Laporan dan sumber dana kebajikan
h) Catatan atas laporan keuangan

9
B. Konsep dasar akuntansi menurut AAOIFI
1. Konsep Dasar
Akuntansi syariah memberikan penekanan pada dua hal, yaitu
akuntabilitas dan pelaporan. Akuntabilitas tercermin melalui tauhid bahwa
segala sesuatu di dunia ini harus berjalan sesuai aturan Allah SWT, dan
melalui fungsi manusia sebagai Khalifah di bumi. Pada saat yang sama,
akuntansi merupakan bentuk pertanggungjawaban manusia kepada Allah
dimana seluruh aturan dalam melakukan kegiatan bisnis dan personal harus
sesuai dengan aturan Allah.

2. Paradigma, Asas, dan Karakteristik Transaksi Syariah


Transaksi syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam
samesta diciptakan Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana
kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan
hakiki secara material dan spiritual. transaksi syariah menetapkan asas yang
luhur, manusiawi, dan bersifat melindungi pada umat manusia secara
keseluruhan dalam hal bermuamalah. Azas transaksi yang ditetapkan adalah
prinsip persaudaraan (ukhuwah), keadilan (‘adalah), keseimbangan (tawazun),
universal (syumuliyah).
Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan azas
transaksi syariah harus memenuhi karakteristik sebagai berikut:
a) Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan dan
saling ridha.
b) Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan
baik.
c) Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai,
bukan sebagai komoditas.
d) Tidak mengandung unsur riba.
e) Tidak mengandung unsur kedzaliman.
f) Tidak mengandung unsur masyir.
g) Tidak mengandung unsur gharar.
h) Tidak mengandung unsur haram.
i) Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelasdan benar
serta untuk keuntungan semua pihaktanpa merugikan pihak lain.
10
j) Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan ( najasy),
maupun melalui rekayasa penawaran (ikhtikar).
k) Tidak mngandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risyawah).

3. Bentuk Laporan Keuangan


Bentuk laporan keuangan AAOIFI adalah laporan keuangan untuk
perbankan syariah. Antara lain berbentuk:
a) Laporan perubahan posisi keuangan.
b) Laporan laba rugi.
c) Laporan perubahan ekuitas atau laporan perubahan saldo laba.
d) Laporan arus kas.
e) Laporan perubahan ninvestasi yang dibatasi dan ekuivalennya.
f) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta dana sumbangan.
g) Laporan sumber dan penggunaaan dana qard hasan.

4. Syarat Laporan Keuangan


Syarat kualitatif laporan keuangan menurut AAOIFI yaitu:
a) Relevan, laporan keuangan relevan harus memiliki nilai prediksi dan
nilai umpan balik serta harus disajikan tepat waktu, baik untuk laporan
intern maupun untuk laporan tahunan.
b) Dapat diandalkan, Hal ini berkaitan berarti dapat diandalakan sesuai
dengan kondisi yang melekat pada transaksi termasuk penggunaan cara
atau metode untuk penghitungan dari suatu transaksi.
c) Dapat dibandingkan, Informasi keuangan dapat dibandingkan antara
lembaga keuangan syariah dan diantara dua periode akuntansi yang
berbeda bagi lembaga keuangan yang sama.
d) Konsisten,Metode yang akan digunakan untuk penghitungan pada
pengungkapan akuntansi yang sama untuk dua periode penyajian
laporan keuangan.
e) Dapat dimengerti, Informasi yang disajikan dapat dimengerti dengan
mudah bagi rata-rata pengguna laporan keuangan.

11
C. Konsep Dasar Akuntansi Menurut Pemikir Islam
Perdebatan para pemikir akuntansi mengenai kerangka akuntansi
1. Entitas Unit Akuntansi
Konsep ini diartikan bahwa setiap perusahaan adalah suatu unit
akuntansi yang terpisah dan harus dibedakan dengan pemiliknya atau dengan
perusahaan lain. Terdapat beberapa teori tentang kepemilikan diantaranya ;
a) Proprietary theory, dimana kepemilikan terhadap perusahaan tercermin
pada akun ekuitas sehingga persamaanya Aset – kewajiban = ekuitas.
b) Entity theory, dimana pemilik hanya memiliki hak atas sebagian dari
kepemilikan perusahaan, karena pemilik adalah hanya salah satu yang
berhak atas perusahaan, sehingga persamaannya adalah Aset =
kewajiban = ekuitas.
Para ulama fikih baik klasik maupun kontemporer serta para pemilik
akuntansi islam, masih berbeda pandapat mengenai teori ini. Mereka yang
mendukung diantarannya adalah Adnan dan Gaffikin (1997), Abdul Rahman
(Napier, 2007), Attiah (1989). Konsep tersebut beralasan bahwa dalam islam
ada juga konsep akuntansi yang harus terpisah dari unit akuntansi seperti
Wakaf, Baitul Mall, Zakat, dan pemerintahan.
Sedangkan mereka yang tidak setuju dengan konsep ini di antaranya:
Gambling dan Karim (1991), Khan (Napier, 2007) beralasan bahwa
perusahaan adalah suatu bentuk entitas hukum yang tidak dapat dipisahkan
dengan pemiliknya terutama yang berkaitan dengan utang.
AAOIFI menerima konsep ini dengan dasar saling mempercayai dan
masjid telah menjadi contoh adanya konsep entitas unit akuntansi yang
terpisah dalam masyarakat islam.

2. Kegiatan usaha yang berkelanjutan


Konsep berkelanjutan ini dijelaskan “Mengasumsikan bahwa
perusahaan akan terus berlanjut dimasa yang akan datang”.Konsep ini juga
banyak dikritisasi oleh pemikir akuntansi, termasuk pemikir akuntasi islam.
Mereka yang menolak konsep ini (adnan dan Gaffakin 1997) beralasan bahwa
semua makhluk adalah fana (tidak dapat hidup selamanya) dan hanya Allah
yang akan terus hidup selamanya.

12
Pendapat ini ditolak oleh mereka yang mendukung dengan mengatakan
bahwa islam sangat mendukung orang yang bekerja keras dan menabung
untuk mengantisipasi hari dimasa depan sebagai mana dalam QS 57:7 dan Al
Hadis: “Allah menyayangi orang yang mencari nafkah yang baik dan
menafkahkan secara sederhana serta menabung sisanya untuk persiapan pada
hari ia membutuhkan dan pada hari fakirnya”. (HR. Bukhari)

3. Periodisasi
Menurut konsep ini, adanya perubahan atas kekayaan perusahaan pada
laporan keuangan harus dijelaskan secara periodic. Konsep ini berhubungan
dengan konsep kegatan usaha yang berkelanjutan. Konsep ini diterima oleh
AAOIFI dan para pemikir islam.

4. Satuan Mata Uang


Pemikir akuntasi dan ulama fikih berbeda pandapat tentang konsep ini,
antara lain adalah Ahmed (Napier, 2007) yang menyatakan bahwa penggunaan
uang sebagai alat perhitungan dalam lingkungan inflasi tinggi sangat
dipertanyakan. Attiah (1989) mengusulkan penggunaan emas dan perak
sebagai alat ukur karena kedua komoditas tersebut memiliki nilai yang
konsisten dan penentuan nisab zakat juga menggunakan komoditas tersebut.
AAOFI menerima konsep ini berdasarkan hasil pertemuan The Islamic
Academy di Kuwait pada bulan Desember 1988 yang menyatakan bahwa
utang seharusnya dinilai pada jumlah uang tanpa melihat perubahan nilai
uangnya. Pemikir akuntansi yang menerima konsep ini, bersikap pragmatis
karena belumada metode yang lebih baik lagi mengatasi masalah ini.

5. Konservatif
Merupakan konsep yang digunakan oleh akuntan untuk melaporkan
nilai yang rendah untuk aset dan pendapatan serta nilai yang tinggi untuk
kewajiban dan beban. Hal ini memiliki dampak bahwa untuk transaksi yang
berpengaruh terhadap kewajiban dan beban akan diakui dengan cepat
sedangkan untuk aset dan pendapatan sebaliknya.
Konsep ini dikritik oleh pemikir islam karena akan membuat
perhitungan zakat didasarkan atas aset menjadi terlalu rendah, akan tetapi jika
13
dilihat dari perhitungan pembagian laba untuk transaksi mudhorobah memang
konsep ini dapat digunakan, mengingat bagi hasil dilakukan setelah dijetahui
laba direalisasikan.

6. Harga Perolehan
Merupakan konsep dimana aset dicatat sejumlah kas atau setara kas
yang dibayarkan pada aset memperoleh sesuatu, sedangkan kewajiban dicatat
pada jumlah uang yang akan diterima dari pertukaran atas kewajiban. Pemikir
akuntansi islam lebih memilih untuk menggunakan nilai sekarang
dibandingkan harga perolehan khususnya untuk merealisasikan zakat.

7. Penandingan Antara Pendapatan Dan Beban.


Merupakan konsep dimana pendapatan diakui pada suatu periode
tertentu sesuai prinsip pengakuan pendapatan secara bersamaan dengan
pengakuan beban. Peneliti akuntansi islam berbeda tentang konsep ini, mereka
mengangap konsep ini kurang penting karena akan lebih baik melakukan
penilaian laba dengan pendekatan aset liability sehingga jika aset bersih naik
berarti telah terjadi laba.

8. Dasar Akrual
Konsep ini mengatakan bahwa pengakuan pendapatan dilakukan saat
suatu manfaat itu diperoleh. Konsep ini diterima oleh AAOIFI, sedangkan
para pemikir yang lain mengatakan bahwa konsep ini tidak dapat digunakan
sebagai cara menghitung zakat mengingat zakat harus dibayar berdasarkan
kekayaan yang telah diterima manfaatnya (madzhab maliki) dan juga bagi
hasil atas mudhorobah didasarkan atas keuntungan kas yang diterima
(madzhab syafi'i).

9. Pengungkapan penuh
Konsep ini mengharuskan pengungkapan informasi sesuai dengan
kebutuhan informasi dari mayoritas pembaca laporan keuangan. Konsep ini
diterima oleh para pemikir akuntansi islam karena islam sangat
mengutamakan prinsip keadilan termasuk keadilan dalam memperoleh

14
informasi. AAOIFI tidak menjelaskan konsep ini pada bagian tujuan dan
konsep akuntansi untuk lembaga keuangan syari'ah.

10. Substansi Mengungguli Bentuk


Konsep ini mengatakan bahwa hakikat dari suatu transaksi lebih
penting dari bentuk hukum transaksi itu sendiri. Penerapan substansi
mengungguli bentuk pada akuntansi konvensional adalah capital leasing.
Ketentuan syariah tidah mengenal konsep ini mengingat seluruh transaksi
didasarkan atas akad dan akad tersebut akan selalu sama antara bunyi bakad
(dalam bentuk hukum) dengan substansi dari akad itu sendiri, karena islam
melarang transaksi yang kurang jelas. AAOIFI sendiri tidak menjelaskan
tenrang konsep ini.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akuntansi dikembangkan untuk mendukung ekonomi dengan mengikuti
paradigma dari sitem ekonominya. Jadi, akuntansi memerlukan kerangka dasar untuk
akuntansi dan pelaporan keuangan , tidak tekecuali dalam akuntansi syariah. Ada
berbagai macam kerangka dasar akuntansi. Yaitu: Keuangan dasar penyusunan dan
penyajiann laporan keuangan syariah (KDPPLKDS) menurut PSAK, Konsep dasar
akuntansi menurut AAOIFI dan Konsep dasar akuntansi menurut Pemikir Islam.
Berbagai macam kerangka dasar akuntansi tersebut memiliki perbedaan. KDPPLKDS
menurut PSAK dan Konsep dasar akuntansi menurut AAOIFI mempunyai perbedaan
dalam segi paradigma, asas, karakteristik, bentuk laporan keuangan, syarat laporan
keuangan dll.
Sedangkan konsep dasar akuntansi menurut pemikir islam masih terdapat
banyak perdebatan antara para pemikir. Perdebatan para pemikir akuntansi mengenai
kerangka akuntansi yaitu mengenai: (1) Entitas unit akuntansi, (2) Kegiatan usaha
yang berkelanjutan, (3) Periodisasi, (4) Satuan mata Uang, (5) Konservatif, (6) Harga
perolehan, (7) Penandingan antara pendapatan dan beban, (8) Dasar akrual, (9)
Pengungkapan penuh, (10) Substansi mengungguli bentuk. Sedangkan perdebatan
beberapa pemikiran ke depan diantaranya: (1) Neraca yang menggunakan Nilai saat
ini (current value balance sheet), (2) Kegiatan usaha yang berkelanjutan IFRS
(International Financial Reporting Standard, (3) Laporan Nilai Tambah (value added
statement).
B. Saran
Islam menuntun umatnya untuk menganut dan mengamalkan ajaran Islam
secara kaffah (menyeluruh/komprehensif) dalam seluruh aspek kehidupan. Sebagai
seorang muslim yang taat beribadah, tentulah berbagai kegiatan bisnis atau usahanya
dilandasi oleh transaksi keuangan Islami.
Selain itu, perbanyak literasi mengenai Keuangan Syariah agar wawasan
cakrawala semakin luas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al Alif, Nur Rianto. 2012. Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: CV Pustaka Setia.

Ilyas, R. (2017). Konsep Dasar Dalam Sistem Keuangan Syariah. ASY SYAR'IYYAH:
JURNAL ILMU SYARI'AH DAN PERBANKAN ISLAM, 2(1), 121-142.

Muljawan, Dadang dkk. 2020. Ekonomi Syariah. Jakarta: Departemen Ekonomi dan
Keuangan Syariah Bank Indonesia.

Nurhayati, S & Wasilah. (2019). Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi 5. Jakarta: Salemba
Empat.

Sobana, Dadang Husein. 2017. Manajemen Keuangan Syariah. Bandung: CV Pustaka Setia.

Nurhayati, Sri. Akuntansi Syariah (Edisi 3). Jakarta: Penerbit Salemba Empat. 2013 Wiyono,
Slamet dan Taufan Mualamin. Memahami Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta:
Mitra Wacana Media.

Slamet Wiyono dan Taufan Mualamin, Memahami Akuntansi Syariah Di Indonesia,


( Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), hal 75-76

Sri Nur Hayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat,
2013), hal. 116

Slamet Wiyono dan Taufan Mualamin, Memahami Akuntansi Syariah Di Indonesia…, hal 74

Sri Nur Hayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia… hal. 11

17

Anda mungkin juga menyukai